PLACE MAKING SATU DEKADE: GAUNG BANDUNG FACADE 2020: COVIDTECTURE
07
SUNYI DI TENGAH KERAMAIAN: PASAR SARIJADI
11
KOTA SUAKA: TEMPAT PENULIS MERDEKA BERSUARA
16
CITY AND PLACEMAKING
33
SEGREGASI: DARI SOSIAL HINGGA SPASIAL
57
61
COLUMBUS: SEPUTAR AN ODE TO REKLAMASI PASSION, DARATAN IDENTITY, AND ARCHITECTURE
14 E D I S I
Barangkali yang menakjubkan dari arsitektur adalah bagaimana ia dapat dan telah menjadi simbol bagi suatu peradaban. Sejak manusia primitif yang tinggal di gua hingga insan sekarang yang merancang pencakar langit tinggi, secara naluriah manusia mampu memaknai ruang sebagai tempat tinggalnya. Pemaknaan tersebut tak luput dari pengaruh akal dan budi kita selaku manusia. Placemaking merupakan cara manusia memaknai suatu ruang. Dahulu kala, manusia purba mampu memberikan makna terhadap gua sebagai tempat tinggal mereka karena menyediakan keteduhan. Seiring bergulirnya zaman, pemaknaan manusia terhadap ruang semakin berkembang. Cara manusia mencipta tempat semakin kaya sebab akal dan budi manusia bertambah kaya pula. Majalah ini mengemas beberapa cara manusia memaknai ruang yang dijadikannya sebagai tempat. Demikian setelah menelaah begitu luasnya cara yang dapat manusia lakukan untuk memaknai ruang, bagaimanakah kemungkinan wujud arsitektur yang menjadi tempat bagi masa depan kelak?
EDITORIAL
Ketua Redaksi IMA-G | Krisna Agustriana
IMA - G REDAKSI
Ketua Biro Kominfo IMA-G Wakil Ketua Biro Kominfo IMA-G Ketua Redaksi Tim Penulis
Tim Layout
Namira Anatri Yasmin Amanda Aufa Krisna Agustriana Brian Filbert Pradharma Claresta Dhyhan Ediganiputri Dawam Probowo Restuaji Adrian Sindharta Suradnya Ali Asidqi Menik Nagita Maidy C. Shima Adil Dewi Asriani Nurlaila Yodha Sullistiyono Diandri Taqia Alnindya Bunga Aninditya M Ali Arifin Valary Budianto Jesslyn Halim Veronica Nathania Prahesti Salma Tabitha Pasya Nashirullah Bilhadid Raditya Putra Pratama Maryam Shofi Syarifah Imaniyah Sabita Amira Aulia Khaidir Sirrillah Adha Ika Putri N.
01
DAFTAR ISI
REVITALIZING A DEAD COMMUNITY: TENRI STATION
07 11 SUNYI DI TENGAH KERAMAIAN: PASAR SARIJADI
KOTA SUAKA: TEMPAT PENULIS MERDEKA BERSUARA
16 29
CITY AND PLACEMAKING
33
SEGREGASI: DARI SOSIAL HINGGA SPASIAL
747 WING HOUSE: DESAIN BERKELANJUTAN DAN AKOMODASI NILAI SENTIMENTAL
41
WAJAH KOTA SEIRAMA
43
49
PROSES PEMBELAJARAN OPTIMAL MELALUI DESAIN ARSITEKTURAL RUANG KELAS
URBANISASI DAN PANDEMI
55 57
BIAYA COLUMBUS: PEMBANGUNAN RUMAH AN ODE TO YANG LEBIH PASSION, IDENTITY, TERJANGKAU AND ARCHITECTURE
67 73 SEPUTAR REKLAMASI DARATAN
79
MUSEUM WAYANG
PRODUCTIVITY AND ARCHITECTURE
87
GAUNG BANDUNG: KILAS BALIK GAUNG BANDUNG
93
98
GAUNG BANDUNG: PLACEMAKING
RUANG DALAM PENYESUAIAN
103 FACADE 2020: COVIDTECTURE
Foto Š indesignlive.org
REVITALIZING A01 DEAD COMMUNITY: TENRI STATION Penulis : Dawam Prabowo
Tenri Station adalah stasiun kereta api utama kota Tenri, Jepang yang dilalui sekitar 10.000 orang per harinya. Sebagai sebuah pusat kegiatan transportasi, stasiun ini ramai dengan aktivitas manusia di saat jam sibuk akibat kebutuhan mobilitas masyarakat. Selain pada jam tersebut, tempat ini relatif sepi dan hanya berfungsi sebagai sebuah area transisi dan sirkulasi karena tidak adanya daya tarik yang dapat menjadi magnet. Menanggapi hal tersebut, pemerintah setempat mengada-kan sebuah sayembara desain ulang plaza di sekitar stasiun guna mengoptimalkan peran stasiun ini sebagai ruang publik. Sayembara ini dimenangi oleh Nendo melalui desainnya yaitu CoFuFun Plaza yang dibuka secara resmi pada 2017 lalu.
01 | REVITALIZING A DEAD COMMUNITY: TENRI STATIONÂ
14 E D I S I
Latar Belakang CoFuFun Plaza merupakan sebuah solusi yang ditawarkan untuk menyelesaikan permasalahan komunitas yang tengah dialami kota Tenri. Seperti banyak kota lain di Jepang, Tenri mengalami penurunan populasi drastis yang diiringi oleh bertambahnya populasi penduduk lansia. Menurut pemerintah setempat, populasi penduduk yang kini berkisar di angka 67.000 jiwa akan berkurang hingga kisaran 45.000 jiwa pada tahun 2060 jika tidak ada intervensi yang dilakukan.
Selain disebabkan oleh faktor umum seperti tingginya harapan hidup dan rendahnya tingkat kematian penduduk di Jepang, posisi Tenri yang dekat dengan kota-kota besar seperti Osaka dan Kyoto menyebabkan populasi penduduk berusia muda memilih untuk melakukan migrasi demi mendapatkan pekerjaan dan kualitas hidup yang lebih baik. Peran Tenri sebagai sebuah kota religi untuk pemeluk agama Tenrikyo serta sebuah kawasan industri yang menaungi beberapa korporasi besar di Jepang juga tidak mampu untuk menjamin keberlangsungan komunitas penduduk di dalamnya. Jika hal ini dibiarkan, Tenri berpotensi untuk menjadi sebuah kota mati yang diharapkan dapat dihindari dengan keberadaan CoFuFun Plaza.
14 E D I S I
Suasana interior ruang serba guna | Foto Š indesignlive.org
Suasana interior kafe | Foto Š indesignlive.org
REVITALIZING A DEAD COMMUNITY: TENRI STATION | 02
Aerial view dari CoFuFun Plaza | Foto Š indesignlive.org
Isu Komunitas Sebelum memutuskan untuk me- ngadakan sayembara, Pemerintah Kota Tenri melakukan survei terhadap beberapa perwakilan penduduk untuk mengetahui keresahan mereka mengenai isu placemaking dan masa depan dari Tenri sendiri. Hasil survei menunjukkan bahwa sebagian besar responden menyatakan keinginan untuk tetap bermukim di Tenri selama terdapat perubahan-perubahan yang diakukan untuk memberikan ruang komunitas dengan kualitas lebih baik. Beberapa hal seperti lingkungan yang kondusif sebagai tempat pertumbuhan anak dan ruang publik yang menarik minat generasi muda menjadi fokus utama dari perubahan yang diinginkan.
Selain itu, responden juga me- nyuarakan bahwa aspek religius tetap menjadi citra yang menggambarkan Tenri di mata khalayak meskipun penganut agama Tenrikyo semakin berkurang. Karenanya, mereka tetap menginginkan agar perubahan yang dilakukan tetap memperhatikan dengan saksama aspek religius yang telah menjadi identitas Tenri.
03| REVITALIZING A DEAD COMMUNITY: TENRI STATIONÂ
Kesuksesan Revitalisasi Pembukaan proyek ini disambut oleh respon positif dan animo masyarakat yang tinggi. Dalam waktu singkat, CoFuFun Plaza menjadi sebuah ruang publik yang senantiasa ramai dengan aktivitas penduduk dan berhasil memenuhi fungsinya untuk kembali menghidupkan komunitas. Beberapa faktor berikut menjadi penentu kesuksesan ruang publik ini dalam mengatasi isu placemaking.
1. Aksesibilitas dan Keterkaitan Wilayah Sebagai ekstensi dari sebuah stasiun kereta api, CoFuFun Plaza terletak pada lokasi strategis dengan mobilitas pengguna yang tinggi. Selain dekat dengan stasiun, lokasi ini juga menjadi pusat transit bus yang menjangkau rute-rute vital. Fasilitas pendukung lain seperti tempat parkir dan penyewaan sepeda serta halte taksi juga semakin memudahkan akses pengguna ke lokasi. Untuk pejalan kaki, lokasi ini dapat diakses dengan memanfaatkan jalur pedestrian yang banyak tersedia di sekitar plaza yang dilengkapi rambu-rambu penunjuk arah pada titik-titik strategis. Setiap fasilitas juga telah memperhatikan prinsip universal design sehingga ramah terhadap penyandang disabilitas.
14 E D I S I
2. Citra Ruang Pada pembahasan sebelumnya, telah dijelaskan mengenai keinginan penduduk Tenri untuk tetap mempertahankan citra religius yang telah menjadi identitas kota ini. Hal tersebut diimplementasikan dalam desain plaza melalui empat buah struktur lingkaran yang merujuk pada bentuk Cofun, makam berusia ribuan tahun yang menjadi penanda kekayaan religi Tenri. Struktur ini tersusun dari tumpukan lempeng berwarna putih yang terbuat dari beton pracetak untuk memberikan keserupaan morfologi dengan Cofun tanpa menghilangkan kesan melebur terhadap konteks urban. Aspek-aspek tersebut menciptakan sebuah ruang publik dengan citra yang nyaman dan dekat dengan keseharian penggunanya. Hal ini menyebabkan peningkatan variasi sekaligus intensitas dari aktivitas yang terjadi di lokasi ini, menghidupkan ruang di sekitar Tenri Station yang sebelumnya mati. 3. Variasi Aktivitas Struktur Cofun pada plaza ini memiliki variasi elevasi yang berbeda-beda, membentuk kubah atau amfiteater yang disusun sedemikian rupa
14 E D I S I
agar menyerupai kondisi topografi setempat. Namun, variasi tersebut juga memungkinkan terciptanya ruang yang menaungi aktivitas berbeda-beda. Perbedaan elevasi menciptakan undakan yang dapat berfungsi sebagai tangga, tempat duduk, pagar pembatas area bermain, panggung pertunjukan, hingga atap bangunan yang menaungi kafe, perpustakaan, dan ruang pertemuan. Keberagaman ini mendukung aktivitas berkumpul, bermain, workshop, olahraga dan berbagai aktivitas lainnya yang dapat dilakukan secara terpusat di plaza ini. CoFuFun Plaza telah berhasil memenuhi misi untuk melakukan revitalisasi terhadap komunitas penduduk lokal dan menyediakan ruang publik yang memadai untuk menaungi aktivitas mereka. Hingga kini, plaza ini senantiasa mengadakan berbagai acara sepanjang tahunnya yang melibatkan komunitas secara keseluruhan. Berbagai festival, kelas olahraga, workshop agrikultur, hingga turnamen online game tahunan menjadi beberapa contoh aktivitas yang bisa ditemukan. Secara keseluruhan, proyek placemaking ini telah menghidupkan kembali semangat dan kesatuan komunitas kota Tenri menjadi sedia kala.
REVITALIZING A DEAD COMMUNITY: TENRI STATION | 04
Pemanfaatan struktur lingkaran sebagai atap bangunan | Foto Š indesignlive.org
Undakan struktur lingkaran membentuk amfiteater | Foto Š indesignlive.org
Foto © indesignlive.org
Pengunjung tengah menikmati fasilitas trampolin yang tersedia | Foto © indesignlive.org
14 E D I S I
REVITALIZING A DEAD COMMUNITY: TENRI STATION | 06
Pasar Sarijadi | Foto Š abeddarma
02
SUNYI DI TENGAH KERAMAIAN: PASAR SARIJADI Penulis : Dewi Asriani
Pasar Sarijadi adalah sebuah pasar tradisional yang terletak di Jalan Sarimanah, Kecamatan Sukasari, Kota Bandung. Pasar ini berdiri sejak tahun 1985. Setelah 30 tahun berdiri, akhirnya pada tahun 2015 Pasar Sarijadi di revitalisasi. Proses revitalisasi pasar (perencanaan dan pembangunan pasar) ini memakan waktu sekitar dua tahun dan akhirnya pada tahun 2017 revitalisasi Pasar Sarijadi rampung dilaksanakan.
07| SUNYI DI TENGAH KERAMAIAN: PASAR SARIJADI
14 E D I S I
Sebelum direvitalisasi Sebelum direvitalisasi, bangunan Pasar Sarijadi ini terlihat dari jalan. Pintu akses ke Pasar Sarijadi pun terdapat langsung di pinggir jalan. Hal ini membuat masyarakat sekitar merasa mudah untuk mengakses Pasar Sarijadi. Pasar ini juga terletak di daerah yang mudah dijangkau baik oleh penduduk setempat maupun wi-satawan dan lokasinya yang berada di tengah perumahan mem-buat pasar ini sudah memiliki segmentasi pasar tersendiri, yaitu setidaknya penduduk setempat. Akan tetapi, tidak ada transportasi umum yang dapat kita gunakan untuk bisa langsung sampai di depan pasar. Akan tetapi, jika menggunakan angkutan kota jurusan Gegerkalong–Sarijadi, Sarijadi–Ciroyom, dan Stasion Hall–Ciroyom jarak berjalan kaki yang harus ditempuh hanya 200 meter sebelum sampai ke pasar.
Walaupun bangunannya terlihat dari jalan, tetapi bangunan Pasar Sarijadi sebelum direvitalisasi sangat kumuh. Selain itu, karena kurangnya pengelolaan pasar, pasar menjadi kotor sehingga pembeli sering merasa kurang nyaman berada di pasar ini. Kondisi pasar yang kumuh dan kurang terawat inilah yang membuat Pasar Sarijadi menjadi lebih sepi pengunjung. Masyarakat sekitar lebih memilih untuk berbelanja di tempat lain, salah satunya di Pasar Cibogo yang sebenarnya tidak memiliki bangunan khusus dan para pedagang langsung berjualan di pinggir pasar. Pasar Sarijadi yang memiliki banyak po-tensi dan terletak di lokasi strategis, te-tapi tidak dikelola dengan baik inilah yang menjadi pence-tus wali kota Ban-dung pada saat itu, yaitu Ridwan Kamil untuk melakukan revitalisasi pasar.
Setelah direvitalisasi Revitalisasi Pasar Sarijadi sudah direncakan sejak tahun 2014. Pada bulan November tahun 2014 jugalah, Ridwan Kamil melekatakan batu simbolis sebagai tanda pasar tersebut akan segera direvitalisasi. Namun perenca-naan matang revitalisasi pasar ini baru terencana pada tahun 2015.
Pasar Sarijadi setelah direvitalisasi | Foto © www.arsitekturindonesia.org
Pasar Sarijadi setelah direvitalisasi | Foto © www.arsitekturindonesia.org
14 E D I S I
Dalam merevitalisasi pasar ini Ridwan Kamil menggandeng arsitek Andra Martin sebagai perancang bangunan Pasar Sarijadi. Andra Martin mendesain pasar ini dengan konsep ba-ngunan kontemporer. Pemba-ngunan pasar ini meng-habiskan dana sekitar Rp19 Miliar dan rampung dirancang serta dibangun pada tahun 2014. Setelah direvitalisasi, pasar ini memiliki luas lahan 2.983 m² dan luas bangunan 3.000 m². Pasar yang berganti nama menjadi Pasar Sae Sarijadi ini terdiri dari empat lantai dengan lantai satu sebagai area pedagang basah: sayuran, ikan, dan daging, lantai dua dan lantai tiga merupakan area pedagang kuliner tradisional dengan tambahan tempat duduk untuk berkumpul di lantai tiga, dan pada lantai empat merupakan area kreativitas yang berisi lukisan dan distro.
SUNYI DI TENGAH KERAMAIAN: PASAR SARIJADI | 08
Bangunan Pasar Sarijadi yang baru merupakan bangunan ramah difa-bel dan lansia sehingga diharapkan semua golongan masyarakat dapat melakukan transaksi jual-beli yang nyaman di pasar ini. Selain itu, setelah direvitalisasi, pasar ini juga menjadi memiliki lahan parkir yang cukup luas sehingga pembeli tidak perlu bingung untuk memarkirkan kendaraannya di mana. Akan teta-pi, bangunan Pasar Sarijadi yang terkesan ‘mengumpat’ setelah di revitilisasi membuat keberadaan pasar ini tidak diketahui. Sebagian besar orang-orang mengira Pasar Sarijadi ini sudah tidak ada atau salah mengira Pasar Cibogo seba-gai Pasar Sarijadi. Di samping masalah akses, revi-talisasi pasar ini masih membe-rikan banyak dampak positif lainya, di antaranya bangunan pasar yang menjadi lebih modern dan nyaman serta dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas pendukung yang memadai membuat Pasar Sarijadi menjadi pasar tradisional dengan desain yang kontemporer dan diharapkan desainnya dapat dicontoh oleh pasar-pasar tradisional lainnya di Indonesia. Selain kegunaannya sebagai tempat jual-beli, dalam pembangunannya Pasar Sarijadi juga menambahkan beberapa fungsi lain, yaitu sebagai tempat ber-kumpul atau hang out dan tempat mengasah kreativitas. Fungsinya sebagai tempat berkumpul diwujudkan dengan adanya fasilitas food court makanan tradisional di lantai dua dan tiga. Terdapat kursi-kursi kayu agar pembeli dapat ber-istirahat ketika lelah berbelanja di sana. Fungsi kreativitas diwujudkan dengan adanya lukisan sayuran di dinding dan distro di lantai empat. Selain itu, Pasar Sarijadi juga dilengkapi dengan kafe, bengkel mobil, pusat ATM, dan toko furnitur.
Fasilitas pendukung untuk berkumpul di Pasar Sarijadi | Foto Š bandungbarat.net
09 | SUNYI DI TENGAH KERAMAIAN: PASAR SARIJADI
14 E D I S I
Akan tetapi, walaupun sudah dire-vitalisasi dengan rancangan arsitektur yang baik, dilengkapi dengan jongko berukuran 1 x 1,5 m yang bersih, dan berbagai fasilitas pendukung lainnya, disayangkan Pasar Sarijadi ini tetap sepi dan perlahan kehilangan akti-vitasnya. Pedagang yang awalnya ber-saing untuk menempati kios-kios di Pasar Sarijadi ini perlahan-lahan pin-dah ke pasar lain karena sepinya pe-ngunjung. Salah satu penyebab pasar ini menjadi lebih sepi adalah karena akses pasar yang sulit dan bangunan Pasar yang terkesan mengumpat di-banding bangunan pasar yang dulu. Naasnya, Pasar Cibogo yang tidak me-miliki bangunan itu justru lebih ramai dan hidup disbanding Pasar Sarijadi yang sudah dirancang keren, modern, dan bersih ini.
Foto © detik.com
Apa yang dapat dipelajari? Dari Pasar Sarijadi ini, kita belajar jika desain yang baik memanglah pen-ting. Namun, hanya desain yang baik saja tidaklah cukup untuk bisa mem-buat ruang publik yang baik. Agar da-pat membangun ruang publik yang baik kita harus memerhatikan aspek-aspek lainnya seperti akses tempat, mudah atau tidaknya orangorang mengenali ruang publik tersebut, dan aspek-aspek lain yang membuat ma-syarakat me-rasa butuh dan ingin kembali ke ruang publik tersebut.
Foto © mikrofon.pikiran-rakyat.com
“Architecture is about public space held by building” –Richard Rogers
14 E D I S I
KOTA SUAKA: TEMPAT PENULIS MERDEKA BERSUARA | 10
Foto © visitpittsburgh.com
03
KOTA SUAKA: TEMPAT PENULIS MERDEKA BERSUARA Penulis : Ali Asidqi
“Placemaking is the process of creating quality places that people want to live, work, play, and learn in” Penggunaan istilah “placemaking” yang sangat banyak kadang membuat bingung dan bahkan kontradiktif. Namun, bila kita mengambil pengertian yang paling sederhana, placemaking dapat diartikan sebagai proses membuat tempat yang berkualitas yang di mana orang-orang ingin hidup, bermain, dan bahkan belajar di dalamnya. Dalam mencapai tujuan tersebut, menurut Mark A. Wyckoff, salah satu tipe placemaking sebagai proses adalah Creative Placemaking yaitu proses di mana anggota komunitas, seniman, organisasi seni dan budaya, serta pemangku kepentingan lainnya menggunakan seni dan strategi budaya untukmenerapkan perubahan yang dipimpin oleh komunitas tersebut. Pendekatan tersebut bertujuan untuk meningkatkan semangat, memperbaiki kondisi ekonomi, dan membangun kapasitas di antara warga untuk mengambil kepemilikan komunitasnya. Studi kasus singkat kali, kita akan membahas kawasan City of Asylum yang menggunakan tipe Creative Placemaking dalam rancangan placemakingnya untuk meningkatkan kualitas wilayahnya. Pada 1993, sekelompok penulis membentuk Parlemen Penulis Internasional (IPW) sebagai tanggapan atas meningkatnya serangan institusional terhadap penulis. Pemerintah di berbagai kota Eropa memutuskan untuk memberikan perlindungan selama satu sampai tiga tahun kepada para penulis yang diasingkan, yang dengan demikian “kota suaka” atau "city of asylum" dimulai. Di bawah bimbingan IPW, kota-kota tersebut berupaya melindungi kebebasan berbicara dan publikasi serta keselamatan fisik para penulis yang terancam punah.
11 | SUNYI DI TENGAH KERAMAIAN: PASAR SARIJADI
14 E D I S I
Cabang City of Asylum dibuka di Pittsburgh, Pennsylvania, Amerika Serikat pada tahun 2004 untuk "memberikan perlindungan bagi penulis sastra yang diasingkan dan di bawah ancaman penganiayaan". Meskipun suaka Pittsburgh hanya dimaksudkan sebagai cabang, ia berkembang menjadi lebih dari itu. Alih-alih mengikuti struktur kota asli, yang berfokus pada bantuan darurat dan pendanaan utama, Pittsburgh City of Asylum menjadi organisasi utama yang menarik kekuatan dari masyarakat. Selain itu, cabang Pittsburgh ingin berfokus membantu para penulis yang diasingkan membangun rumah baru di komunitas Pittsburgh. Pertanyaannya, bagaimana caranya sebuah organisasi dapat membantu orang yang terasingkan dari komunitas asalnya merasa diterima dan mendorong mereka membangun rumah baru? The City of Asylum menemukan solusinya melalui apa yang disebut dengan creative placemaking. Menurut National Endowment of the Arts, creative placemaking dapat dilakukan dengan membentuk karakter fisik dan sosial dari sebuah lingkungan, kota, atau daerah sekitar kegiatan seni dan budaya.
Pada tahun 2004, Huang Xiang sebagai penghuni pertama Pittsburgh City of Asylum memulai perjalanannya dalam creative placemaking dengan melukis luar tempat huniannya dengan puisi dalam kaligrafi cina. Setelahnya, terdapat proyek skala besar yang merayakan serta mengumumkan kebebasannya dari penyensuran / cencorship. Komunitas segera bereaksi, dengan anggota komunitas menghadiri pembacaannya dan bahkan memberinya puisi mereka sendiri. Setelah lukisan perayaan Xiang, rumah-rumah yang berjajar di Sampsonia Way, sebelah utara Pittsburgh telah dilukis dengan karya seni berbasis teks yang menciptakan publikasi rumah serupa. Karya “Puisi Rumah” Huang Xiang menciptakan apa yang oleh Kota Asylum disebut sebagai “perpustakaan umum yang dapat Anda baca sambil berjalan”. Karya Xiang memprakarsai penyambutan gelombang pertama pencari suaka di Pittsburgh dan mengantarkan platform baru untuk berbagi budaya dan pengalaman melalui seni.
“Puisi Rumah” oleh Huang Xiang | Foto © cityofasylum.org
Rumah -Rumah di Sampsonia Way | Foto Š theatlantic.com
Selain penambahan creative placemaking pada rumah-rumah, City of Asylum juga memberikan imbalab para seniman untuk merancang ruang taman sebagai tempat berkumpul komunitas dan tempat perlindungan bagi budaya dan komunitas untuk menemukan dan belajar satu sama lain. Taman tersebut dirancang oleh Laura Jean McLaughlin, Joel le Gall, dan Diane Samuals. Di taman tersebut terdapat batu bata yang dibuat khusus bertuliskan huruf tulisan tangan dari berbagai huruf yang melapisi taman yang ditulis oleh anggota komunitas dan pengunjug City of Asylum. Creative placemaking yang berhasil dapat menyoroti karakter unik dari komunitas tersebut, seperti apa yang terjadi di City of Asylum. Huang Xiang sebagai orang yang memprakarsai perubahan melalui “Puisi Rumah� berhasil mebawa perubahan positif melalui pemilihan creative placemaking-nya karena dapat diterima dan dapat membangun kepercayaan antar seniman dan hadirinnya. Beberapa membaca puisinya, membentuk koneksi, dan meneruskan interaksi artistiknya dengan menulis puisi balasan kepadanya. City of Asylum berhasil menjadi tempat untuk menyambut para penulis dan pendatang lainnya yang dapat memberikan kesan kebebasan bersuara dan menulis melalui tulisan-tulisan dan mural yang ada pada kawasan tersebut.
13 | SUNYI DI TENGAH KERAMAIAN: PASAR SARIJADI
14 E D I S I
KLAWHCTEKS
G
@sketchwalkreborn
04
New York Times Square | Foto Š pinterest
CITY AND PLACEMAKING Penulis : Shima Adil
What is a city? How is it shaped? ‘Kota’ tentunya bukan merupakan kata yang asing bagi kita, sebagian besar orang pasti tahu bahwa kota merupakan pusat kegiatan penduduk, mulai dari pemerintahan, perdagangan, hingga pendidikan dan informasi. Kota juga merupakan kawasan dengan kepadatan penduduk yang lebih tinggi dibanding daerah sekitarnya (pinggiran kota dan desa). Pada awalnya, manusia merupakan kelompok hunter-gatherers, yaitu kelompok yang hidup berpindah-pindah tempat (nomaden) dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya dengan berburu makanan. Sekitar 10.000 tahun silam, manusia mulai menemukan bahwa menjinakan hewan, atau berternak, lebih memudahkan mereka dibanding berburu. Setelah metode ini mulai ditemukan, manusia mulai menetap di suatu kawasan secara semi-permanen.
14 E D I S I
Setelah mempelajari teknik bercocok tanam dan irigasi, yang membuat hasil pangan menjadi stabil, manusia mulai dapat tinggal secara permanen di desa. Teknik cocok tanam tersebut menghasilkan surplus makanan, sehingga seluruh penduduk dalam suatu desa tidak perlu sepenuhnya bertani atau berternak, untuk saling memenuhi kebutuhan, mulai dikembangkan sistem perdagangan dan lahirlah kawasan pusat perdagangan bernama kota. Seiring dengan perkembangan sistem transportasi, kegiatan perdagangan dalam suatu kota juga turut berkembang untuk menjangkau daerah yang lebih jauh dan koneksi yang lebih banyak. Sistem perdagangan ini membutuhkan lebih banyak tenaga kerja, peluang lapangan pekerjaan ini menjadi daya tarik bagi penduduk pinggiran kota untuk melakukan urbanisasi, alasan inilah yang mendasari mengapa kota cenderung memiliki kepadatan penduduk yang tinggi.
CITY AND PLACEMAKING | 16
Urban Sprawl, a challenge for cities in the upcoming decades and how to overcome it Seiring berjalannya waktu, jumlah penduduk perkotaan di seluruh dunia terus meningkat. Data dari PBB menunjukan sekitar 55% populasi dunia menempati wilayah perkotaan dan kemungkinan pada tahun 2050 akan mencapai 68%. Peningkatan populasi tersebut menimbulkan berbagai macam masalah jangka panjang dalam berbagai aspek seperti masalah lingkungan dan pelemahan ekonomi. Peningkatan populasi dan dampaknya terangkum oleh istilah ‘urban sprawl’ yaitu kondisi pembesaran wilayah perkotaan secara cepat. Urban sprawl timbul akibat dorongan untuk memenuhi kebutuhan hidup dengan yang semakin terbatas akibat peningkatan populasi dengan melakukan ekspansi wilayah perkotaan.
Urban Growth/Urban Sprawl di Jakarta | Foto Šearthobservatory.nasa.gov
Urban Sprawl di Las Vegas | Foto Šusgs.gov
17 | CITY AND PLACEMAKING
Urban sprawl merupakan akar dari masalahmasalah perkotaan yang saling berkaitan, beberapa diantaranya meliputi : 1. Masalah lingkungan Ekspansi wilayah perkotaan mengakibatkan koneksi dari suatu tempat ke tempat lain menjadi semakin jauh dan tentunya untuk melakukan mobilisasi antar tempat membutuhkan kendaraan bermotor. Dampaknya, penggunaan kendaraan bermotor semakin meningkat yang tentunya linear peningkatan polusi udara akibat emisi gas karbon. Peningkatan emisi karbon juga mempengaruhi kadar asam dalam hujan, yang secara berkala akan menimbulkan polusi air. Urban sprawl juga mengancam lahan potensial seperti ruang terbuka hijau, hutan, lahan pertanian, dan juga habitat satwa liar akibat pembangunan jalan raya, bangunan, dan infrastruktur lainnya. 2. Masalah kesehatan Peningkatan populasi udara dan air tentunya menurunkan kualitas kesehatan penduduk di kota. Disamping itu, urban sprawl juga memicu timbulnya gaya hidup manusia yang tidak sehat. Kerapatan kota yang rendah, kurangnya ruang terbuka hijau, serta ketergantungan terhadap kendaraan bermotor cenderung mengurangi dorongan manusia untuk melakukan aktivitas fisik, tidak heran jika di era modern ini penyakit seperti kanker atau penyakit lain yang dipicu oleh obesitas dan radikal bebas mulai marak.
14 E D I S I
3. Masalah ekonomi Perluasan wilayah mengharuskan adanya alokasi biaya untuk pembangunan infrastruktur baru di daerah baru serta adanya peningkatan konsumsi energi. Akibatnya besar pajak yang dibebankan kepada penduduk lokal akan semakin tinggi. Padahal alokasi biaya dapat digunakan untuk mengembangkan wilayah yang sudah ada sejak lama. Masalah kesehatan yang telah disebutkan sebelumnya juga akan berpengaruh terhadap ekonomi, dimana pemerintah harus melakukan peningkatan alokasi biaya untuk fasilitas kesehatan akibat kualitas hidup penduduk yang kian menurun. Contohnya di China, 12% GDP dialokasikan untuk rumah sakit akibat polusi udara berat yang menewaskan ratusan ribu penduduknya.
Disamping itu, ekonomi rumah tangga juga akan terdampak. Mobilisasi yang jauh secara tidak langsung memaksa penduduk untuk memiliki kendaraan pribadi, disamping biaya bahan bakarnya, kendaraan juga membutuhkan biaya perawatan secara berkala, terutama bila digunakan untuk perjalanan yang jauh, hal ini tentunya merupakan pemborosan. 4. Kurangnya pencampuran Urban sprawl yang menyebabkan perkotaan memiliki tingkat kerapatan rendah cenderung menimbulkan adanya pemukiman tanpa koneksi dengan pusat kota, akibatnya tidak adanya percampuran penduduk baik pencampuran status sosial atau di beberapa belahan dunia bahkan menimbulkan masalah rasisme.
Peningkatan populasi merupakan kenyataan yang harus kita hadapi dan tidak dapat dihindari, namun masalah urban sprawl akibat peningkatan populasi masih dapat diatasi. Salah satu strategi sebagai alternatif dari urban sprawl adalah smart growth communities. Smart growth communities secara singkat merupakan konsep perencanaan kota dengan sistem transit yang terpusat atau ‘mass transit networks’ yaitu transportasi umum yang mudah diakses dapat menjangkau berbagai daerah. serta pembangunan ‘human scale layout’ seperti penataan bangunan yang dapat diakses dengan jalan kaki dan memperbanyak ruang terbuka hijau.
Konsep Smart Growth Communities | Foto Šsavills.com
14 E D I S I
CITY AND PLACEMAKING | 18
Menurut Peter Calthorpe, seorang arsitek Amerika, dalam mengadopsi konsep smart growth communities, terdapat 7 prinsip yang harus dijadikan pedoman ketika melakukan perancangan kota. Prinsip ini dapat dikatakan sebagai syarat suatu kota yang ideal. Prinsip ini dipegang oleh pemerintah China dan diimplementasikan hingga saat ini dalam merancang perkotaannya, prinsip-prinsip tersebut meliputi :
→ → → → → → →
1. Preserve melestarikan alam dan peninggalan alam 2.Mix terdapat percampuran masyarakat yang berbeda budaya, berbeda status dan penghasilan 3. Walk memperbanyak jalur untuk pejalan kaki dan kendaraan tanpa emisi karbon, serta memperbanyak ruang terbuka hijau. 4. Bike pengalihfungsian transportasi kendaraan bermotor pribadi menjadi sepeda 5. Connect meningkatkan kerapatan perkotaan 6. Ride mengembangkan sistem transit menjadi 7. Focus memastikan kapasitas transit terpusat dapat menjangkau berbagai daerah.
How City Transform Through Placemaking Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, peningkatan populasi merupakan tantangan bagi penduduk dunia saat ini. Dalam upaya menghindari dampak urban sprawl akibat pembangunan ‘ke samping’, maka manusia terpaksa harus beralih dengan pembangunan ‘keatas’, implementasinya dengan bangunanbangunan tinggi, serta mulai menerapkan smart growth communities.
Rezoning Kota New York | Foto ©therealdeal.com
Rencana ini kedengarannya memang sederhana, namun ternyata dalam aplikasinya tidaklah mudah karena dalam merubah layout perkotaan yang sudah ada, maka urban planner juga mengubah kehidupan penduduk sekitar yang telah berjalan dalam waktu cukup lama. Dapat dipastikan sebagian besar komunitas pasti akan menentang ide tersebut dengan alasan takut kehilangan mata pencahariannya, budaya, atau alasan lain.
Kasus nyata dialami oleh Amanda Burden, seorang urban planner asal Amerika yang merencanakan sistem re-zoning kota New York agar subway mudah diakses oleh penduduk, sehingga konsumsi kendaraan pribadi berkurang. Re-zoning ini perlu dilakukan karena pemerintah New York telah memperkirakan bahwa dalam kurun waktu dekat, kota New York akan didatangi sekitar 1 juta imigran baru sehingga akan semakin padat. Ide ini sempat ditentang masyarakat dan komunitas di New York. Dalam mengatasinya, Amanda Burden menerapkan metode placemaking, dengan mendengarkan aspirasi penduduk, kekhawatiran penduduk, serta melakukan survei ke pemukiman-pemukiman di seluruh kota agar merasakan secara langsung kondisi pemukiman dan menyaksikan kegiatan yang berlangsung di daerah tersebut. Selama lebih dari 12 tahun pendekatan, sejak tahun 2002, sekitar 124 pemukiman, 40% total wilayah kota, dan 12.500 blok perumahan berhasil diterapkan re-zoning dan 90% tempat di Kota New York hanya memerlukan 10 menit untuk mengakses subway, sehingga sebagian besar penduduk kota New York tidak lagi memerlukan kendaraan pribadi.
19 | CITY AND PLACEMAKING
14 E D I S I
Placemaking | Foto Špps.org
Placemaking adalah metode pendekatan dari berbagai segi untuk perencanaan, perancangan, dan pengelolaan ruang publik. Tujuan placemaking adalah untuk meningkatkan kesehatan, kebahagiaan, dan kesejahteraan penduduk. Metode placemaking merupakan alat bagi arsitek dan juga urban planner dalam merancang kota yang ideal. Selain re-zoning atau re-layouting seperti pada kasus kota New York, metode placemaking juga umum digunakan dalam merancang ruang terbuka publik. Suatu ruang terbuka publik merupakan elemen penting dalam kota, karena kota secara fundamental adalah tentang manusia, kota adalah tempat dimana manusia bertemu dan bekerja, tanpa manusia, suatu kota tidak akan menjadi hidup. Suatu ruang terbuka publik dapat dikatakan berhasil apabila dapat menjadi magnet bagi manusia di daerah tersebut.
14 E D I S I
Amanda Burden juga memaparkan bahwa dalam merancang ruang terbuka yang baik, seorang perancang harus memposisikan diri sebagai seorang user atau pengguna. Cara paling mudah adalah dengan membayangkan diri kita sendiri menempati ruang terbuka tersebut dan tanyakan pada diri sendiri apakah di tempat itu nyaman? apakah tempat itu membuat kita ingin datang kembali? apa yang akan kita lakukan di tempat itu? Apakah tempat itu dapat terlihat dari luar dan apakah kita dapat melihat ke lingkungan sekitar dari tempat itu? Dengan memposisikan diri kita sendiri sebagai pengguna, maka kita dapat membuat suatu rancangan yang mewakili kebutuhan penggunanya kelak. Secara singkat, metode placemaking merupakan strategi yang tepat untuk mengubah kota menjadi lebih baik dan ideal untuk kedepannya.
CITY AND PLACEMAKING | 20
05 LOCI GENIUS Penulis: Brian Filbert
Makna Untuk memahami genius loci, dikenalkan konsep “makna” dan “struktur”. “Makna” dari suatu benda terletak pada hubungannya dengan obyek lain, sementara “struktur” adalah properti formal dari sebuah sistem hubungan. Manusia adalah “benda” di antara “benda”, dia hidup di antara pegunungan dan bebatuan, sungai-sungai dan pepohonan, dia “menggunakan” mereka sehingga harus mengenal mereka. Manusia juga hidup dengan “tata tertib kosmik”, dengan arah matahari dan arah mata angin. Secara istimewa, manusia memiliki hubungan dengan “karakter” benda. Dalam perkembangan cara berpikir dan kepercayaannya, manusia mulai menyadari adanya korespondensi antara keadaan fisik dan “kekuatan” alam. Hanya dengan begitu, manusia dapat memiliki “pertemanan” pribadi dengan benda dan mengalami lingkungan sebagai hal yang penuh makna. Manusia juga hidup dengan “cahaya” dan hidupnya berdasarkan pada cahaya. Sikap pribadi dan kolektif manusia pada kenyataannya terinfluensi oleh "iklim” lingkungan. Manusia hidup dalam “waktu” yang berarti manusia hidup dengan perubahan dari keempat dimensi. Manusia hidup dengan ritme siang dan malam hari, dengan musim-musim dalam sejarah.
21 | GENIUS LOCI
Genius Loci | Foto© Pinterest
Polis didasarkan pada transposisi kreatif dari makna. Makna yang diungkapkan pada tempat alami diterjemahkan ke dalam bangunan dan dipindahkan ke dalam kota. Memvisualisasikan kualitas lanskap ke dalam struktur buatan manusia, lalu mengumpulkan beberapa lanskap secara simbolik ke dalam sebuah tempat merupakan konsepsi agung. Kita dapat melihat bahwa genius loci dari Roma berasal dari pengumpulan tersebut.
14 E D I S I
Arsitektur adalah penciptaan tempat. Melalui bangunan, manusia memberikan arti kepada kehadiran, dan ia mengumpulkan bangunan-bangunan untuk memvisualisasikan dan menyimbolkan bentuk kehidupannya sebagai totalitas. Sehingga dunia kehidupan dalam kesehariannya menjadi tempat tinggal yang bermakna di mana ia dapat tinggal.
Kota Assisi | Foto© Pinterest
Ada berbagai macam bangunan dan permukiman. Apa yang dikumpulkan manusia beragam menurut tugas dan situasi bangunan. Arsitektur venakular, peternakan dan pedesaan, memberikan dan menghadirkan makna langsung mengenai tanah dan langit lokal. Sebaliknya, arsitektur kota (urban) memiliki makna yang lebih umum, karena didasarkan pada simbolisasi dan transposisi. Dengan begitu, arsitektur kota mengandaikan sebuah bahasa formal, sebuah “gaya”. Dalam kota, “asing” berarti bertemu dengan genius lokal, dan menciptakan sistem arti yang lebih kompleks. Genius kota tidak pernah hanya lokalitas, meskipun contoh Prague, Khartoum, dan Roma mengajarkan kita bahwa karakter lokal memainkan peran penentu dalam memberikan identitas tertentu pada sebuah permukiman. Perkumpulan kota dapat dipahami sebagai interpretasi dari genius lokal, sesuai dengan makna dan kebutuhan dari masyarakat. Secara umum, kita dapat mengatakan bahwa makna yang dikumpulkan oleh sebuah tempat merupakan genius loci-nya.
Kota Khartoum| Foto© Pinterest
14 E D I S I
GENIUS LOCI | 22
Arsitektur lahir dari dialektika keberangkatan dan kepulangan. Manusia sang pengembara sedang dalam perjalanannya. Tugas manusia adalah menembus dunia dan memberikan makna pada pekerjaannya. Inilah makna dari kata menetap. Sebuah permukiman menetapkan kebenaran ke dalam pekerjaan arsitektur. Menetapkan sesuatu ke dalam pekerjaan berarti membangun batasan dan “ambang” dari mulainya hadir permukiman. Ambang merupakan pertemuan dari “luar” dan “dalam”, karenanya arsitektur adalah inkarnasi dari pertemuan ini. “Pencarian tempat dan pembentukan tempat” mencari “rupa” dan pada waktu yang sama mencari “pandangan”. Oleh karena itu ambangnya adalah “pertemuan di tengah” dimana hadir dalam “kejernihan”.
Montenegro Island | Foto© Pinterest
Struktur Tempat-tempat di mana elemen-elemen alami dan buatan membentuk sebuah sintesis adalah materi pembahasan dari sebuah fenomenologi arsitektur. Hubungan antara 2 jenis elemen dilambangakn dengan lokasi dunia. Di mana manusia menempatkan permukimannya? Dimana alam membentuk tempat-tempat yang “mengundang” manusia untuk menetap? Pertanyaan ini perlu dijawab dalam aspek ruang dan karakter. Dari aspek ruang, manusia membutuhkan naungan, dengan demikian cenderung menetap di mana alam menawarkan ruang yang terdefinisi.
Dari aspek karakter, tempat alami yang terdiri dari berbagai benda-benda bermakna, seperti bebatuan, pepohonan, dan air, merepresentasikan “undangan”. Roma ditemukan pada tempat di mana elemen-elemen ini hadir. Kadangkala, kondisi-kondisi memenuhi aspek ruang dan karakter, di lain waktu salah satunya yang terpenuhi, bahkan tidak terpenuhi keduanya. Di mana kondisi ini baik, visualisasi menjadi makna terpenting dari konkretisasi, sedangkan sebuah lokasi di mana alam kurang tepat, perlu “diimprovisasi” dengan komplementasi dan simbolisasi.
Pada umumnya, permukaan bumi miring ke arah lautan. Kecuali beberapa cekungan terisolasi,sebuah kota “normal” selalu diarahkan ke laut. Di dataran, arah ini tidak begitu terasa pada lembah. Umumnya, gerakan tanah berkorespondensi dengan sistem sungai (dan danau) yang memvisualisasikan pola ruang.
23 | GENIUS LOCI
14 E D I S I
Kadangkala paparan dan ruang alami berkolaborasi untuk menciptakan kondisi yang diinginkan untuk permukiman, kadangkala mereka berkontradiksi dan lainnya berkompromi menjadi sebuah keharusan. Jika buatan manusia memiliki hubungan dengan lingkungan, maka dibutuhkan korespondensi penuh makna antara kondisi alami dan morfologi permukiman. Masalah mendasar yang perlu diselesaikan permukiman adalah bagaimana cara mengumpulkan lanskap sekitar. Bagaimana kita, dalam aspek ruang, mengumpulkan sebuah dataran, lembah, dan deretan bergelombang bukit-bukit dan teluk? Buktinya, masing-masing situasi ini terbuka ke dalam beberapa interpretasi yang berbeda. Interpretasi paling sederhana adalah vernakular, solusi yang terdiri dari adaptasi langsung terhadap ruang alami, seperti permukiman di pinggiran sepanjang sungai.
Landscape | FotoŠ Pinterest
Ketika sungai mendekati laut, lembah biasanya terbuka dan menjadi teluk. Ruang seperti dataran, lembah, dan teluk memberikan karakter permukiman, terutamanya sungai atau pantai digunakan sebagai fiksasi spasial. Ketika permukaan mencapai bukit lanskap, tempat-tempat alami ditemukan di puncak bukit bukan di bawah lembah. Skala menjadi salah satu influensi letak permukiman ini. Puncak dipilih karena merupakan pusat alami dari lanskap sekitar. Faktor lainnya adalah arah matahari. Kemiringan yang terekspos pada bangunan selatan lebih dipilih daripada yang di utara di daerah Eropa, maka dari itu sudah sewajarnya peternakan dan pedesaan ditemukan di lembah utara.
14 E D I S I
Farm Europe | FotoŠ Pinterest
GENIUS LOCIÂ | 24
Moskow | FotoŠ Pinterest
Hal ini tidak selalu berdasarkan satu kondisi alami saja, contohnya adalah Moskow dimana bentuk segitiga Kremlin diakibatkan oleh saling menembusnya cincin, sungai, dan sumbu melintang. Bangunan di dataran yang berbukit memiliki masalah yang berbeda, di mana kemungkinan strukturisasi terdiri dalam cara memvisualisasikan puncak dengan memusatkan atau klaster longitudinal, contohnya di Italia. Pada umumnya permukiman termasuk ke dalam kategori vernakular namun seiring waktu dapat diberikan kompleksitas. Pusat dibentuk ketika beberapa puncak bertemu, seperti pada kasus Siena, di mana kota berintegrasi ke dalam 3 arah signifikan : utara (Firenze), selatan (Roma), dan barat (Grosseto).
Siena | FotoŠ Pinterest
Gubbio | FotoŠ Pinterest
Roma | FotoŠ Pinterest
Ketika skala bertambah dan perbukitan menjadi pergunungan, permukiman biasanya berlikasi di sisi gunung yang miring, membentuk teras-teras, contohnya di Gubbio dan Assisi. Pulau-pulau dan tanjung dapat memiliki hubungan dengan puncak pedalaman, contohnya Sperlonga terklaster sepanjang puncak tanjung, sebagaimana dengan Castello pada Pulau Giglio berada di bukit kecil pada puncak pulau. Sampai hari ini hubungan struktural ini masih sulit dimengerti dan jarang dihormati. Sebagai identitas umum dari tempat sangat bergantung pada struktur, mereka membentuk bagian penting dari fenomenologi arsitektur. 25 | GENIUS LOCI
14 E D I S I
Sejauh ini sudah dibahas mengenai struktur eksternal permukiman, yaitu hubungan langsungnya dengan lingkungan. Struktur internal dibutuhkan untuk berkoordinasi dengan hubungan-hubungan eksternal. Untuk menghadirkan orientasi manusia dan identifikasi, mereka harus memusatkan situasi umum dari permukiman. Hal ini tidak dapat dilakukan dengan visualisasi sehingga simbolisasi mengambil peran penentu. Karakter pun menjadi penting dengan tetap memerhatikan masalah spasial. Permukiman urban dapat dibedakan dengan definisi dari fokus spasial yang membuat pengalaman penduduk menjadi peran umum pada sebuah tempat bernilai lokal. Untuk memenuhi fungsi mereka, ruangruang ini berisi bangunan, monumen, dan sebagainya yang termanifestasi pada maknamakana yang dikumpulkan tempat. Heidegger mengatakan benda-benda itu sendiri (bangunan, monumen) adalah tempat dan tidak hanya “dimiliki” tempat.
St. Mark Square, Italy | Foto© Pinterest
Pada kota-kota Eropa struktur jalan biasanya berada di tengah, membuat seluruh permukiman terlihat sebagai organisme dengan penuh makna, di mana makna hadir di pusat menentukan bentuk, dengan berinteraksi pada situasi eksternal. Contohnya di benua Eropa, katedral didahului oleh ruang urban yang ada untuk menyatukan interior simbolik bangunan dengan kota sebagai sebuah keseluruhan. Integrasi ruang luar dan dalam ini diekspresikan ke dalam pintu-pintu gerbang. Contohnya adalah St. Mark’s Square di Venesia di mana bentuk piazza besar memberikan transisi penuh makna di antara labirin padat kota dan hamparan laut yang berkilauan. Identitas tempat ditentukan oleh lokasi, konfigurasi umum spasial dan artikulasi karakterisasi. Sebagai sebuah totalitas, kita mengalami tempat sebagai “klaster padat yang berisi rumahrumah batu pada sisi bukit” atau “sebuah baris kesinambungan dari rumah-rumah berada yang memiliki warna-warna cerah di sebuah lembah”.
14 E D I S I
GENIUS LOCI | 26
Lokasi, konfigurasi, dan artikulasi tidak selalu berkontribusi seimbang pada hasil akhir. Beberapa tempat mendapatkan identitas dari lokasi-lokasi yang menarik, sebagaimana komponen lingkungan binaan menjadi tidak signifikan. Lainnya, dapat berada di lanskap yang membosankan, tetapi memiliki konfigurasi yang jelas dan karakter yang unik. Ketika semua komponen terlihat mewujudkan makna eksistensial yang mendasar, kita baru dapat membicarakan tempat yang berkesan “kuat”.
Prague | Foto© Pinterest
Elemen-elemen kota yang kuat hadir di Prague, Khartoum, dan Roma dan kekuatan tempat dapat dengan mudah ditingkatkan setelah genius loci dimengerti dan dihormati. Tempat dengan kesan kuat memiliki korsepondensi dengan tapak, permukiman, dan detail arsitektural. Tempat buatan manusia harus mengetahui “keinginannya menjadi apa” yang relatif terhadap lingkungan alami. Korespondensi ini dapat dicapai dengan berbagai cara. Kita telah menyebutkan bahwa vernakular adalah “adaptasi” dan urban adalah “interpretasi”.
Kemungkinan-kemungkinan interpretasi dapat ditentukan oleh tapak itu sendiri dan kondisikondisi historis yang dapat menggunakan pendekatan tertentu dengan tipe “romantis”, “kosmik”, atau “klasik”. Bahkan sebuah interpretasi selalu terbuka pada variasi individual. Pada permukiman, dikarakterisasi oleh motif-motif mendasar yang bervariasi menurut kondisi. Tema dan variasi pada faktanya adalah usaha dasar dari pengonsentrasian arstistik.
Cour d'honneur, Prancis | Foto© Pinterest
“Tema” merepresentasikan makna-makna umum yang kompleks dan “variasi” adalah kondisi untuk merealisasikannya. Contoh yang terkenal adalah palazzo Italia, hotel of the cour d’honneur Prancis, dan Central European Burgerhaus. Pada umumnya “tema dan variasi” mengizinkan ekspresi dari identitas individual di dalam sistem nyata dari makna milik bersama. Dengan begitu jiwa dari tempat dikonservasi tanpa membuatnya menjadi kekang yang tidak bernyawa. 27 | GENIUS LOCI
14 E D I S I
g.ami.egami@
zgamegami/moc.uussi
GE BOOK 13 EDISI
747 Wing House | FotoŠArchdaily
747 WING HOUSE: DESAIN BERKELANJUTAN DAN AKOMODASI NILAI
06 SENTIMENTAL Penulis: Krisna Agustriana
Mempunyai rumah dengan pemandangan indah menghadap Rome pegunungan dan lautan merupakan salah satu hal yang diidamkan Sumber: www.pinterest.co.kr banyak orang. 747 Wing House tidak hanya mengakomodasi hal tersebut tapi juga merealisasikan keinginan Francie, seorang pensiunan dealer Mercedes-Benz, untuk memberikan unsur feminisme pada rancangan tempat tinggalnya. Ia membutuhkan waktu selama 15 tahun hingga akhirnya menemukan lokasi yang tepat untuk mewujudkan impian tersebut dengan bantuan arsitek David Randall Hertz. Di pegunungan berbatu Santa Monica, Malibu, California, 747 Wing House berdiri sebagai sebuah rancangan tempat tinggal unik yang secara arsitektur menarik.
29 | 747 WING HOUSE
14 E D I S I
747 Wing House merupakan desain hasil perpaduan antara nilai sentimental klien dengan pemikiran kreatif perancangangnya. David Randall menyelesaikan keinginan Francie membangun sebuah rumah dengan unsur kurva feminim dengan cara memanfaatkan bangkai sayap pesawat terbang sebagai penutup atap. Bagaimana langkah ini pada akhirnya bertemu dengan ekspektasi klien sangat menarik untuk ditelaah. Selain itu, keputusan David menggunakan material tertentu dan tidak terpakai membuat desain ini memiliki keunggulannya tersendiri. Namun demikian dalam hal kontruksi, pembangunan 747 Wing House terbilang dramatis sebab distribusi suku cadang ke atas pegunungan Santa Monica yang cukup menantang.
“Aku menginginkan sesuatu yang feminim dan memiliki sayap sama sekali tidak terasa feminim. Akan tetapi begitu dilucuti dari pesawat, bagian itu menjadi sebuah entitas tersendiri dengan kurva yang meliuk indah. Sangat mulus,� tutur Francie.
747 Wing House | FotoŠArchdaily
Citra feminim dari kurva diwujudkan David Rendell dengan cara menempatkan sayap pesawat Boeing 747 sebagai atap pada rancangannya. Ide ini muncul saat David sedang berada di pesawat sambil memikirkan bagaimana cara agar memberikan kesan atap yang melayang. Ketika melihat bagian sayap pesawat terbang, ia kemudian berkesimpulan mengapa mesti membangun atap dengan wujud sayap ketika bisa menggunakan sayap yang tadi ia lihat. Senada dengan keinginannya untuk membuat tempat tinggal yang ramah lingkungan, David memanfaatkan bangkai sayap pesawat yang berada di gurun California sebagai material dalam rancangannya.
747 Wing House | FotoŠArchdaily
14 E D I S I
747 WING HOUSE | 30
Ilustrasi Pemakaian Kaca pada Wajah Bangunan | FotoŠnetflix
Ilustrasi Penggunaan Retaining Wall | FotoŠnetflix
Selain memberikan citra eksentrik dari sayap pesawat terbangnya, bangunan dengan struktur multilevel ini menggunakan beberapa material lain. Rumah ini memliki dinding yang terbuat dari beton yang langsung bersentuhan dengan lereng pegunungan. Bagian muka bangunan yang transparan didominasi oleh partisi jendela kaca. Rangka baja digunakan sebagai struktur penopang sekaligus memberikan kesan melayang pada bagian atap. Masing-masing material memiliki fungsi yang terintegrasi sebagai konsep tempat tinggal yang ramah lingkungan. Penggunaan retaining wall untuk menahan lereng gunung adalah upaya dari peletakan massa bangunan yang menyesuaikan dengan kondisi tapak. Selain itu, dominasi kaca pada bangunan tidak hanya untuk membingkai pemandangan yang menakjubkan, tapi juga sebagai upaya memasukkan sinar matahari sebagai pencahayaan alami dan memungkinkan terjadinya pergerakan udara melalui lubang ventilasi. Teritisan dari atap yang cukup panjang memungkinkan terjadinya penjinakkan pada cahaya yang datang serta membuat penghawaan dalam bangunan menjadi lebih lapang.
31 | 747 WING HOUSE
14 E D I S I
Salah satu tantangan terbesar dalam proyek ini adalah transportasi sayap yang berada di kuburan pesawat daerah gurun California menuju dataran tinggi pegunungan berbatu Santa Monica. Material dengan panjang 14x38 meter ini diangkut menggunakan sebuah truk yang dikawal oleh tujuh kendaraan California Highway Patrol. Setelah perjalanan menggunakan truk sudah tidak memungkinkan, sayap dengan berat hampir 9.100 kg dipotong menjadi dua bagian dan diantar menuju lokasi menggunakan helikopter. Sayap ini kemudian digabungkan lagi dan dirangkai pada kolom dengan menggunakan sambungan baja. Selain merogoh kocek sebesar 30.000 dolar US untuk membeli potongan Boeing 747, distribusi material yang terbilang ekstrem ini pun biayanya tidak murah. Pada akhirnya, keinginan untuk mendirikan rumah impian yang datang dengan harga yang tidak sedikit ini membuahkan sebuah maha karya yang tidak hanya mengakomodasi nilai sentimental Francie sebagai pemiliknya, tapi juga menghasilkan salah satu desain berkelanjutan yang sebelumnya tidak pernah dipikirkan orang.
Proses Distribusi Material Sayap Pesawat Terbang FotoŠWikipedia
747 Wing House | FotoŠArchdaily
14 E D I S I
747 WING HOUSE | 32
Demo penuntutan hak asasi kaum kulit hitam (Black Lives Matter) FotoŠaljazeera.com
07 SEGREGASI:
DARI SOSIAL HINGGA SPASIAL Penulis : Claresta Dhyhan E. & Adrian S.S.
Kasus George Floyd yang sempat menjadi bahan perbincangan dunia pada Juli 2020 menimbulkan gejolak di seluruh dunia, terutama di kalangan aktivis kulit hitam di Amerika Serikat. Kematian George Floyd sebab kekerasan polisi tersebut merupakan katalis amarah terhadap segregasi rasial yang masih ada di Amerika Serikat selama ini. Momentum ini ditambah dengan perpecahan sosial yang makin parah sejak kepemimpinan Trump juga menjadi salah satu faktor dari kerusuhan dan demo yang masih berlangsung sampai kampanye pemilu presiden Amerika Serikat 2020. Masalah rasisme di Amerika bukanlah hal yang baru. Kasus diskriminasi yang memisahkan kaum kulit hitam telah terjadi bahkan sejak Amerika Serikat masih berupa koloni Inggri. Hal tersebut masih ada sampai sekarang, walaupun dengan cara yang lebih tertutup dibandingkan perlakuan masa lampau. Kendati demikian, segregasi kaum di Amerika Serikat tidak hanya dirasakan oleh orang berkulit hitam saja. Segregasi yang ada dapat dirasakan hampir semua orang dengan berbagai macam pemisahan kelompok berdasarkan ras, kelas sosial, dan kondisi ekonomi.
33 | SEGREGASI: DARI SOSIAL HINGGA SPASIAL
14 E D I S I
Segregasi spasial mengacu pada permukaan yang memisahkan subkelompok dalam populasi yang lebih luas, biasa dikaitkan dengan kelompok ras, etnis, keyakinan agama maupun status pendapatan (Johnston, 1983). Pemisahan suatu kaum dari kaum lainnya yang dianggap lebih superior terjadi di seluruh belahan dunia dalam berbagai aspek. Segregasi ada tanpa terkecuali dalam aspek pembangunan. Pembangunan sering dilakukan tanpa memandang aspek kehidupan di sekitar area yang direncanakan, baik dalam skala kecil maupun sampai skala besar, yang dapat memengaruhi kondisi sosial pada daerah tersebut sampai bertahuntahun, bahkan dapat dirasakan sampai ke beberapa keturunan.
Apabila melihat contoh yang terjadi di Amerika, segregasi spasial dibuat hukum secara eksplisit pada abad tahun 1865 dengan nama Black Codes. Legal ini mempertegas kondisi di mana kaum kulit putih harus dipisahkan dari kaum kulit hitam. Kaum kulit hitam dipisahkan sampai ke ranah domestik dengan tersisihkannya perumahan kumuh di pinggir kota. Perancangan perkotaan, terutama pada bagian Selatan Amerika, juga memperhatikan ketersediaan tanah sebagai mekanisme kontrol sosial yang efektif untuk orang kulit hitam serta ‘hal yang tidak diinginkan’ lainnya.
Demo penuntutan hak asasi kaum kulit hitam (Black Lives Matter) FotoŠCNN.com
14 E D I S I
SEGREGASI: DARI SOSIAL HINGGA SPASIAL | 34
Black Codes Law | FotoŠlasc.libguides.com
Orang kulit hitam dianggap harus dikarantina di daerah kumuh yang terisolasi dalam rangka mengurangi kejadian gangguan sipil, untuk mencegah penyebaran penyakit menular ke lingkungan kulit putih terdekat dan untuk menjaga properti di lingkungan mayoritas kulit putih. Hal ini tentu berdampak pada kondisi sosial maupun ekonomi kaum kulit hitam, sebab golongan kulit hitam mengalami kesulitan mendapat akses pendidikan maupun pekerjaan di area dengan populasi kulit putih mayoritas. Perbedaan kelas antar golongan ini terlihat jelas hingga dikeluarkannya Civil Rights Act pada tahun 1964.
Segregasi spasial yang diatur secara eksplisit di selatan Amerika Serikat, abad 18-19 FotoŠhistory.com
35 | SEGREGASI: DARI SOSIAL KE SPASIAL
14 E D I S I
Selain itu, terdapat kebijakan redlining yang dilakukan oleh pemerintah pusat Amerika Serikat pada sekitar tahun 1930an. Kebijakan ini dilakukan sebagai usaha dari pemerintah Amerika Serikat untuk mempermudah proses penggadaian dengan pemetaan area residensial yang berisiko. Faktor yang menentukan besar risiko ini sangat bergantung pada jumlah penduduk berkulit hitam atau imigran pada saat itu. Walaupun kebijakan ini akhirnya dihilangkan, tetapi pengaruhnya tetap dapat dirasakan sampai sekarang. Dalam sebuah penelitian pada 108 area urban di Amerika Serikat, kebanyakan area residensial yang memiliki tingkat risiko yang lebih tinggi memiliki perbedaan suhu yang lebih tinggi sampai sebesar 13°C.
Peta redlining di Amerika Serikat | FotoŠnytimes.com
Hal ini dikarenakan dengan peringkat risiko yang lebih tinggi, pengembangan daerah tempat tinggal tersebut menjadi terbengkalai, dan dalam kasus ini, ditemukan bahwa jumlah pohon yang ada pada tempat tinggal dengan tingkat risiko tinggi jauh lebih rendah dibandingkan dengan tempat tinggal orang putih. Tingkat panas ini dapat berakibat buruk bagi kesehatan orang-orang yang tinggal pada permukiman tersebut. Di benua yang sama, pada bagian selatan, segregasi spasial juga terjadi di Brazil. Fenomena ini dapat dilihat terutama pada kumpulan favela-favela, yakni hunian informal kumuh yang memiliki kualitas kehidupan yang sangat buruk di kota-kota Brazil. Keberadaan favela memang sudah ada sejak abad ke-19, tetapi salah satu kasus yang telah disorot adalah pembangunan fasilitas Olimpiade Musim Panas 2016 serta fasilitas Piala Dunia 2014 yang dilaksanakan di Rio de Janeiro.
14 E D I S I
SEGREGASI: DARI SOSIAL HINGGA SPASIAL | 36
Favela, Brazil | Foto©britannica.com
Kedua ajang internasional tersebut pastinya mengundang banyak tamu internasional, dan pastinya pemerintah kota Rio akan berusaha untuk menjaga kualitas dan citra dari bekas ibukota tersebut. Namun, jalur masuk menuju pusat ajang tersebut diwarnai dengan adanya permukiman kumuh di setiap sisi jalan tol. Untuk memperindah wajah kota tersebut, dilakukan pembangunan tembok pada kedua sisi jalan tol untuk menutupi favela-favela yang ada. “Mereka ingin menolak keberadaan kami”, tulis Thaís Cavalcante dalam jurnal pribadinya
Sampah memenuhi area kumuh Metro Favela di luar stadion Maracana Foto©theguardian.com
37 | SEGREGASI: DARI SOSIAL KE SPASIAL
14 E D I S I
Pembangunan fasilitas-fasilitas olahraga serta sarana dan prasarana pendukung ini juga memaksa penduduk dari permukiman ini untuk pindah, seperti pada pembangunan jalur Bus Rapid Transit pada 2016 yang menghubungkan Barra da Tijuca, lokasi sebagian besar dari fasilitas olimpiade dengan airport internasional. Adanya penggusuran tersebut memaksa keluarga-keluarga yang ada pada jalur tersebut pindah sejauh 30 km dari tempat tinggal awal mereka. Kualitas kehidupan buruk yang telah dialami bertahun-tahun makin dirasakan pengaruhnya ke berbagai keluarga yang ada di permukiman tersebut, dengan pemindahan paksa yang dilakukan ke 22.059 keluarga sejak 2009, baik dengan alasan ‘permukiman berisiko’ maupun lokasinya yang berada di tempat pembangunan fasilitas ajang olahraga.
Pengungsian tetap di Autódromo favela di luar kawasan Rio Olympic Park Foto©theguardian.com
Bahasan-bahasan di atas membawa kita menuju fenomena Gated Community, terutama pada wilayah peri-urban —wilayah perbatasan kota dan desa.[1] Terminologi ini sering disangkutpautkan dengan masalah keamanan yang berujung pada dominasi spasial dari suatu golongan tertentu. [2] Teresa P. R. Caldera dalam [3] bukunya yang berjudul “City of Walls: Crime, Segregation and Citizenship in São Paulo” menekankan bahwa kondominium tertutup, tipe baru dari perumahan elite yang dibentengi, bukanlah tempat yang dapat dilewati orang selain pemilik properti.
14 E D I S I
Pemisahan spasial kaum marjina Fotol©newmandala.org
SEGREGASI: DARI SOSIAL HINGGA SPASIAL | 38
Desain apartemen demikian dimaksudkan agar ekslusif. Apartemen hanya dapat didekati oleh mobil dan penghuninya, beberapa pengunjung, dan para pelayan yang harus diberi pengawasan lebih dan biasanya diarahkan ke pintu masuk khusus (pintu servis). Akibatnya terjadi jurang pemisah dalam interaksi antar golongan, hingga timbul keraguan dengan karyawan kondominium maupun orangorang yang berlalu-lalang di sekitar wilayah properti. Cara yang memisahkan kelompok sosial ini mengundang terjadinya hierarki baru di antara golongan.dengan penggunaan sarana fisik serta simbolis yang mempertegas kesan isolasi, restriksi, pun pengawasan simbol status. Contoh yang dapat dilihat di Indonesia yaitu di daerah Metropolitan Jakarta, tepatnya di daerah pinggiran, Bumi Serpong Damai (BSD), selama tahun 1980-an dan 1990-an . Kota-kota baru ini sebagian besar terdiri dari kepadatan rendah, rumah keluarga tunggal, kawasan permukiman eksklusif untuk kelompok berpenghasilan menengah dan atas yang dipisahkan dengan tembok tinggi untuk menutupi “view buruk�. Disebutkan bahwa proyek ini dirancang dan direncanakan oleh arsitek ekspatriat dan perencana kota yang memiliki sedikit pengetahuan tentang tata kota, arsitektur, dan budaya setempat (Firman, 2005). Firman, T. (2004). Permukiman yang terbangun ini menjadi kantong-kontong yang eksklusif dari kawasan yang mewah dan terkesan angkuh. Akses masuk ke kawasan yang tidak ramah terhadap pengunjung dengan pengaman berlapis dan ruang diciptakan dengan orientasi kendaraan bermotor sehingga sangat tidak nyaman bagi rakyat kebanyakan untuk mengakses tempat tersebut. Pagar perumahan yang mengelilingi kawasan menjadi perlambang batas kekuasaan dan penutupan diri terhadap ‘orang asing’ (Setiawan, 2005)
39 | SEGREGASI: DARI SOSIAL KE SPASIAL
14 E D I S I
Segregasi Sosial dan Spasial dalam kota | FotoŠBeawiharta/Reuters
Segregasi dalam kehidupan manusia tidak dibatasi oleh perbedaan geografi dan budaya. Isu ini dapat merambat hampir ke semua aspek kehidupan termasuk dalam ranah arsitektur dan perencanaan kota. Namun, kadang dalam proses perancangan, pengaruh pembangunan terhadap masyarakat, terutama masyarakat yang mengalami marjinalisasi ekonomi maupun sosial sering tidak dihiraukan atau sengaja diabaikan keberadaannya. Isu sosial maupun ekonomi harus dipikirkan dalam konteks rancangan. Desain maupun arsitektur memiliki kekuatan untuk menyediakan fasilitas yang setara untuk seluruh golongan. Perancangan harus dapat mengedepankan partisipasi komunitas. Sustainable community pun dapat tercapai dengan keilmuan arsitektur lanskap ini, sehingga perbedaan kelas sosial yang jauh dalam peradaban masyarakat pun dapat dihilangkan. Seluruh manusia mendapatkan kenyamanan, keamanan, serta kedamaian yang sama.
14 E D I S I
SEGREGASI: DARI SOSIAL HINGGA SPASIAL | 40
WAJAH KOTA SEIRAMA IRAMA WAJAH KOTA?
FotoŠ Irvi Syauqi
08
MEMANGNYA WAJAH KOTA BERIRAMA? Penulis : Irvi Syauqi S.
London — sebuah kota yang tidak asing terdengar di telinga. Begitu pula dengan iramanya, tidak hanya memanjakan telinga, tetapi juga memanjakan mata. Bicara soal irama, mungkin kita biasanya membahas sesuatu yang berkaitan dengan indra pendengaran. Tentang bagaimana suatu irama bisa diterima oleh telinga, tentang tinggi rendahnya nada, tentang sesuatu yang berbeda namun beraturan. Namun, irama tidak hanya berhenti disitu, irama dapat diterapkan juga untuk memanjakan indra lainnya, dalam kasus ini, pengelihatan.
41 | WAJAH KOTA SEIRAMA
14 E D I S I
FotoŠ Irvi Syauqi
Wajah-wajah kota London yang beragam tergambar dari sisi bangunan yang tampak ke jalanan, disebut juga fasad. Dalam pengamatan saya tentang fasad-fasad bangunan di kota London, tiap bangunan memiliki ciri khasnya tersendiri. Namun jika dilihat dari perspektif yang lebih luas, yaitu sepasang mata untuk melihat keseluruhan kota London, semuanya tetap seirama. Dalam perjalanan saya menelusuri kota London dengan bus dua tingkat bak terbuka, saya menikmati pemandangan yang ada. Pemandangan tersebut tidak lain tidak bukan, ya, wajah bangunan itu sendiri. Bangunan lama, bangunan baru, semua ada. Tapi disini, bangunan lama tidak kalah menawannya dengan bangunan baru, begitu pula bangunan baru pun juga tetap menghormati bangunan lama. Semua wajahnya seirama, tinggi rendah nadanya terasa. Irama wajah kota London terlihat dari jendela atau bukaan pada fasad bangunannya. Iramanya pam-pam-pam-pam! Haha, maksudnya di setiap fasad bangunan, hampir keseluruhannya menampilkan jendela dengan renggang-renggang. Mau itu bangunan lama, bangunan baru, hampir semuanya menyuguhi irama yang sama. Baik dengan material bata, kaca, beton, apapun itu, beda nada, namun seirama. Tinggi bangunannya juga disesuaikan dengan tinggi bangunan disekitarnya, sehingga tetap selaras. Segmentasi garis vertikal dan horizontalnya juga sangat terasa pada setiap bangunan, sehingga iramanya cukup jelas dan beraturan.
14 E D I S I
WAJAH KOTA SEIRAMA | 42
Foto© Irvi Syauqi
Lalu, bagaimana dengan wajah bangunan lainnya? Di penjelasan di atas ditulis dengan kata “hampir”, bagaimana dengan wajah sisanya? Bergerak menuju lansekap bangunan-bangunan di daerah sungai Thames, banyak sekali bangunan baru, didominasi oleh gedung pencakar langit dengan material kaca. Dengan bentuk yang eksploratif, beragam, dan sedikit berbeda dengan bangunan-bangunan lama, apa iramanya jadi hancur? Pernah dengar musik Jazz? Dari film La La Land, saya belajar sedikit tentang musik Jazz. Tentang bagaimana musik yang dimainkan dapat diimprovisasi oleh para pemainnya, hijacking the song, namun tidak membuat pemain musik yang lain kalah bersaing dengan improvisasinya. Improvisasi melodi yang dibuat seolah-olah menambah “makna” dan “kompleksitas” dari suatu lagu yang dimainkan, namun balik lagi, semuanya tetap terbungkus dan bersatu padu. Sama halnya dengan wajah-wajah baru nan modern ini, keberadaannya seperti menambah “perasaan” dan “kompleksitas” pada warga lokal dan turis-turis yang sedang memandang deretan bangunan ini. Seperti hijacking the song yang ada pada musik Jazz, seolah-olah mereka berteriak sendiri dengan tetap memperhatikan irama kesatuan kota London.
43 | WAJAH KOTA SEIRAMA
14 E D I S I
Dengan mengagumi pemandangan yang disuguhi kota London, saya jadi teringat akan diskusi pada Bittersweet Memories in Design Experience dengan pembicara Riri Yakub. Mas Riri, seorang arsitek yang dulunya juga bergerak di bidang musik berkata bahwa arsitektur juga bisa dihubungkan dengan musik. Dari irama dan komposisi dapat dikemas dengan baik dalam bentukan yang lebih nyata, yaitu sebuah bangunan. Jika seorang musisi dapat mengomposisi suatu lagu dengan kompleks dan alunannya tetap menyatu dan dapat memanjakan telinga, begitu pula seorang arsitek juga dapat mengomposisikan rancangan bangunan menjadi suatu bangunan yang kompleks, penuh kejutan, serta mampu memanjakan kelima indera.
Namun, tentu tidak mudah untuk mewujudkan wajah kota yang seirama. Kota London dapat bersuara seirama karena dirinya telah mengidentifikasi ciri khas kotanya, ciri khas wajahnya, dan keteraturan dalam iramanya. Iramanya telah terlihat dari wajah bangunan-bangunan lama, dan pembangunan-pembangunan yang lebih baru juga tetap menghargai irama tersebut.
Jika kita terapkan wajah kota seirama ini pada kota Jakarta tercinta, apa Jakarta sudah mengidentifikasi ciri khas kotanya, ciri khas wajahnya, dan menemukan iramanya tersendiri? Apa pembangunan wajah kota Jakarta sebetulnya masih melakukan pencarian “seperti apa sih sebenarnya wajah kota khas Jakarta?� Apakah wajahnya sudah seirama, atau setiap bangunannya ingin tampil dominan dan menjadi yang terbaik tanpa melihat wajah keseluruhan kota Jakarta? Karena pada akhirnya setiap wajah pada bangunan berkontribusi pada wajah kota keseluruhan.
Bandung, Juli 2019.
14 E D I S I
WAJAH KOTA SEIRAMA | 44
Stasiun saat Pandemi | Foto© Rangga Cahya Nugraha
URBANISASI DAN PANDEMI BAGAIMANA SEHARUSNYA KITA MENGHADAPI COVID-19? Penulis : Atika Almira
09
Sudah satu pekan saya berdiam #DiRumahAja merespon perkembangan penyebaran COVID-19 di Indonesia. WHO baru saja menetapkan Novel Coronavirus yang mulai merebak di Wuhan, China, sejak Desember 2019 lalu sebagai pandemi, suatu epidemi yang merebak di dunia atau di kawasan yang sangat luas hingga menembus batas wilayah negara dan menjangkiti orang yang jumlahnya sangat banyak.
"Mungkin sebagian dari kita belum menyadari, bahwa pandemi juga adalah masalah urbanisasi."
Saat ini kebanyakan orang tinggal di kota, di Indonesia sendiri tingkat urbanisasi sudah mencapai 56.7% di tahun 2020 menurut proyeksi BPS. Sejak tahun 1950, urbanisasi juga terus meningkat dengan sangat cepat karena perpindahan penduduk maupun karena daerah-daerah yang bertransformasi menjadi kota. Masalahnya, urbanisasi juga berkawan erat dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan kemiskinan yang terkonsentrasi di satu kawasan, karena penyediaan infrastruktur dan akses ekonomi yang tidak memadai. Terlebih, kawasan-kawasan tersebut juga tak memiliki sanitasi yang cukup baik. Karakteristik urbanisasi seperti itu memfasilitasi penyebaran infeksi penyakit. Contoh kasusnya dapat kita lihat di Republik Congo dengan 83% penderita tuberkulosis yang tinggal di kota (40% penduduknya tinggal di area perkotaan). Di tahun 2009, Meksiko harus menutup sekolah, perpustakaan, museum, klub malam untuk meredam persebaran virus H1N1 (flu babi). Epidemi kolera di Zimbabwe pada tahun 2009 juga menegaskan pengaruh permukiman kumuh dan kurangnya penyediaan infrastruktur sebagai faktor kunci cepat dan parahnya virus ini menyebar.
14 E D I S I
URBANISASI DAN PANDEMI | 44
Di negara-negara yang lebih kaya, mungkin masalahnya tidak serupa, hanya saja tidak mengurangi bagaimana penyakit bisa menyebar dengan cepat. Untuk penyakit menular, konsentrasi pekerja di pusat kegiatan bisnis atau central business district (CBD) dan suburban sprawl — pemekaran kota ke daerah-daerah di sekitarnya secara tidak terstruktur, acak, tanpa adanya rencana, bisa membentuk pusat penyebaran yang sangat besar pada jaringan transportasi commuter. Inilah yang juga bisa mempercepat penyebaran penyakit di antara lingkungan kerja dan lingkungan rumah. Hal ini menjelaskan kenapa Jakarta menjadi epicenter penyebaran COVID-19 di Indonesia. Dengan derasnya lalu lintas penerbangan internasional (yang juga tidak tertampung oleh bandara-bandara lainnya di daerah), imported case akan lebih banyak terjadi di ibukota.
Dengan waktu perjalanan yang berkurang drastis, menurut Amesh Adalja, Dokter dan Ahli Emerging infectious disease di Johns Hopkins Center for Health Security, virus bisa menyebar dengan kecepatan jet. Terlebih lagi, perkembangan kota juga berjalan seiringan dengan peningkatan lalu lintas penerbangan dan konektivitas infrastruktur yang bisa meningkatan kemungkinan penyebaran penyakit antarkota dan juga penularan penyakit dari luar negeri karena adanya penerbangan internasional.
Indonesia International Weekly Seat Capacity by Airport | FotoŠCAPA Center for Aviation
Sayangnya, bicara soal Jakarta tidak bisa dilakukan tanpa memikirkan Kota dan Kabupaten lain di sekitarnya. Jakarta adalah sebuah metropolitan yang memiliki hubungan erat dengan Bogor, Depok, Bekasi, dan Tangerang, bahkan juga dengan kota-kota lain di sekitarnya. Menurut data BPS di tahun 2019, 11,1% dari total 29,3 juta penduduk di Jabodetabek adalah komuter. Artinya 3,2 juta orang setiap harinya berlalu lalang di daerah tersebut. Dari jumlah tersebut, penumpang KRL setiap harinya bisa menembus angka 1 juta. Dengan interaksi yang terjadi di transportasi publik, penyakit yang merebak di Jakarta akan sangat mungkin menyebar ke kota-kota lainnya secara cepat, bukan hanya di pusat kegiatan ekonomi di Jakarta saja.
45 | URBANISASI DAN PANDEMI
14 E D I S I
Skema Hubungan Kota-Kota di Jabodetabek dan Sekitarnya | FotoŠLuthfi M. Iqbal
Tentunya, penyebaran yang cepat ini punya konsekuensi yang amat berat dalam hal penangan medisnya. Seperti yang sama-sama kita tahu apabila penyakit ini menyebar terlalu cepat, ada kemungkinan kapasitas sektor kesehatan kita untuk menanganinya tidak cukup sehingga kasus fatalnya bisa meningkat tajam. Memang Corona bukan virus yang semematikan Ebola ataupun SARS dan MERS. Akan tetapi ketika risiko kematiannya lebih rendah dan transmisi terjadi lebih cepat, ini juga sangat menantang. Karantina hanya akan berhasil apabila kita bisa mengidentifikasi semua kasusnya, yang sampai hari ini masih jadi kendala di Indonesia dengan belum dilakukannya tes massal.
"Apakah kebijakan menyerahkan penanganan Corona ke Pemerintah Provinsi adalah hal yang tepat?"
Baru-baru ini pemerintah pusat melalui Juru Bicara untuk COVID-19 Achmad Yurianto menyatakan bahwa penanganan di DKI Jakarta sebagai epicenter atau pusat penyebaran COVID-19 di Indonesia diserahkan ke pemerintah daerah.
14 E D I S I
URBANISASI DAN PANDEMI | 46
Memahami karakteristik metropolitan kita, sesungguhnya tidak mungkin menyerahkan penanganan COVID-19 di epicenternya ke pemerintah DKI Jakarta semata, karena penyebaran COVID-19 akan sangat mudah terjadi ke wilayah yang tidak menjadi tanggung jawab Pemerintah DKI Jakarta. Pun seharusnya pemerintah pusat tidak menunggu pemerintah daerah “meminta bantuan� karena ada banyak kendali yang sebetulnya dipegang pemerintah pusat. Berhadapan dengan COVID-19, kita jelas butuh kolaborasi antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, juga dari sektor privat dan masyarakat sipil. Kita butuh data yang yang transparan, saling terhubung, real-time dan cukup detail untuk mencegah penularan berikutnya. Tingkat kerentanan kota terhadap pandemi membutuhkan kerja sama yang kuat juga antara sektor publik dan privat yang tidak hanya berkaitan dengan sektor kesehatan. Sektor pangan, telekomunikasi, supply-chain, semuanya harus dikelola agar kita bisa selamat dari pandemi. Dalam hal koordinasi daerah dan pusat, perlu diperjelas masing-masing tupoksinya untuk memperkuat setiap langkah yang dilakukan, bukan malah saling melempar tanggung jawab. Data yang detail juga tentunya lebih mudah dikumpulkan di level daerah untuk kemudian dikelola bersama dalam satu portal terkoordinasi secara nasional.
47 | URBANISASI DAN PANDEMI
Daerah cakupan Indonesia yang luas menuntut lebih banyak tangan untuk bisa turun karena mustahil untuk semuanya bisa dikendalikan pemerintah pusat. Di sisi lain, sebagaimana orkestra, kita butuh konduktor yang memberikan arahan sehingga alunan gerak semua pemangku kepentingan menjadi harmonis. Kita butuh desentralisasi yang terarah, bukan otonomi daerah yang bergerak semaunya dan dilepaskan sepenuhnya. Di masa-masa sulit seperti ini rasa percaya sangat penting untuk dikelola. Pola komunikasi yang baik perlu diterapkan: antar instansi pemerintah di setiap level, juga kepada masyarakat. Hanya dengan cara itu kita bisa saling mendengar dan bekerja sama untuk menghadapi wabah yang kelihatannya belum akan segera usai.
14 E D I S I
@arsitenar
14 E D I S I
Woodland Elementary School | FotoŠEd Wonsek
PROSES 10 PEMBELAJARAN OPTIMAL MELALUI DESAIN ARSITEKTURAL RUANG KELAS Penulis : Annissa Zhafira Febriyanti Pada bidang pendidikan, pencapaian murid merupakan indikator utama dari kesuksesan proses pendidikan. Berbagai hal dikerahkan dalam pencapaian proses pembelajaran, termasuk pembiayaan, pengembangan pendidik profesional, implementasi ujian standardisasi, hingga pemberian kesempatan remedial bagi murid. Sayangnya, rancangan lingkungan pembelajaran tidak begitu diperhatikan. Padahal, motivasi belajar dan efektivitas penyerapan materi dapat dipengaruhi oleh lingkungan belajar.
49 | PROSES PEMBELAJARAN OPTIMAL MELALUI DESAIN ARSITEKTURAL RUANG KELAS
14 E D I S I
Jurnal yang menjadi rujukan pada laporan ini berjudul ‘The Impact of Classroom Design on Pupils’ Learning: Final Results of a Holistic, Multi-Level Analysis’ yang ditulis oleh Peter Barret et al. pada tahun 2015. Pada jurnal tersebut ditemukan bahwa perubahan beberapa elemen inti pada rancangan ruang kelas dapat meningkatkan hasil pembelajaran hingga 16%.
Model Konseptual Holistik | Foto©Peter Barrett
Selama beberapa dekade, desain ruang kelas pada umumnya memiliki desain yang sama dan stereotipikal dimana terdapat meja guru di pojok dan meja murid yang tersusun dalam baris. Sebagai murid yang harus menghabiskan banyak waktu di kelas, desain ruang kelas pasti akan sangat berpengaruh terhadap kenyamanan dan motivasi belajar. Desain ruang kelas pun akan ikut menjadi fasilitas dalam proses pembelajaran. Sebuah studi oleh HEAD (Holistic Evidence and Design) menjelaskan dampak desain sekolah dasar terhadap pencapaian belajar murid. Studi tersebut menemukan bahwa terdapat efek yang diberikan oleh lingkungan binaan terhadap input sensorik pengguna. Aspek yang memengaruhi respon manusia terhadap lingkungan meliputi tiga hal berikut: 1) Naturalness
Prinsip naturalness menyangkut pada parameter lingkungan yang berhubungan dengan kenyamanan fisik, yaitu pencahayaan, audio, temperatur, kualitas udara, dan ‘links to nature’. 2) Individualisation
Prinsip individualisation merupakan seberapa baik sebuah ruang memfasilitasi kebutuhan penggunanya. Terdapat tiga parameter yang digunakan, yaitu ownership, flexibility, dan connection.
3) Stimulation
Prinsip stimulation menyangkut seberapa menarik sebuah ruang, parameter yang digunakan meliputi complexity dan warna.
Woodland Elementary School | Foto©HMFH Architects
Berdasarkan literatur, lingkungan binaan seharusnya berdampak terhadap proses belajar, kesehatan, dan kenyamanan anak. Namun dampak dari kombinasi parameter yang sudah disebutkan di atas masih belum cukup jelas. Maka dari itu, HEAD melakukan sebuah riset yang dilakukan pada 153 ruang kelas di 27 sekolah, dengan menggunakan progress akademik dari 3766 murid. Hasil riset menyimpulkan bahwa terdapat tujuh parameter yang paling berpengaruh terhadap pencapaian akademik murid, yaitu pencahayaan, temperatur, kualitas udara, ownership, fleksibilitas, complexity, dan warna.
14 E D I S I
PROSES PEMBELAJARAN OPTIMAL MELALUI DESAIN ARSITEKTURAL RUANG KELAS | 50
Kriteria Berdasarkan teori di atas, terdapat tujuh kriteria perancangan ruang kelas dalam rangka mengoptimalkan proses pembelajaran murid.
1) Pencahayaan
4) Ownership
Dari keseluruhan parameter desain, pencahayaan memiliki dampak yang paling besar. Intensitas pencahayaan yang dipenuhi harus tepat, tidak terlalu kecil maupun besar. Dalam hal ini, pencahayaan terbagi menjadi dua: alami (daylight) dan buatan (lampu). Untuk pencahayaan alami, ukuran jendela tidak begitu berkorelasi dengan progres pembelajaran. Namun orientasi dan intensitas terik matahari yang masuk ke dalam ruangan perlu dijadikan pertimbangan dalam perancangan.
Ownership merupakan elemen utama yang mengukur seberapa personal dan kemudahan suatu ruangan untuk diidentifikasi. Desain arsitektural yang unik dan child-centered memiliki dampak yang cukup signifikan terhadap proses belajar. Hal ini dikarenakan ruang yang personal akan lebih baik bagi penyerapan materi dan daya ingat tentang hal yang dipelajari anak. Ruang kelas merupakan suatu bentuk dari intellectual engagement anak yang dapat meningkatkan partisipasi belajar anak. Selain itu, personal display oleh murid seperti karya seni murid dapat meningkatkan sense of ownership. Hal tersebut berdampak positif bagi kepercayaan diri anak. Ownership juga dapat dibentuk dari furnitur yang ergonomis dan nyaman bagi murid.
Sementara untuk pencahayaan buatan, kualitas yang buruk dari lampu dapat menyebabkan sakit kepala dan performa visual yang buruk. Jumlah lampu yang digunakan juga perlu menjadi pertimbangan. Lampu fluorescent dengan ultraviolet supplement memiliki dampak yang lebih baik terhadap murid dibanding dengan lampu jenis lainnya. 2) Temperatur
Temperatur menyangkut pada kenyamanan fisik pengguna. Temperatur yang paling optimal berkisar antara 20°C-25°C. Studi pun menunjukan bahwa murid dapat belajar dengan lebih baik pada ruangan dimana temperatur dapat dikontrol dengan mudah. 3) Kualitas Udara
Kriteria ini menyangkut pada kualitas ventilasi dan sirkulasi udara dari ruangan. Kemampuan konsentrasi murid akan jauh lebih kecil ketika tingkat CO2 pada ruangan tersebut cenderung tinggi dan pertukaran udara tidak berjalan dengan baik.
5) Fleksibilitas
Suatu ruang belajar sepatutnya dapat memfasilitasi berbagai strategi pembelajaran, dengan metode belajar yang beragam. Hal ini menyangkut ukuran dan layout ruangan, serta furnitur di dalamnya. Sekolah konvensional pada umumnya hanya memiliki satu tipe layout: guru di depan kelas (menulis di papan atau duduk di meja guru) dan murid yang mendengarkan atau mencatat pada mejanya masing-masing yang tersusun paralel. Namun seiring berjalannya waktu, gaya mengajar semakin berkembang dimana murid diminta untuk aktif berdiskusi selama proses pembelajaran. Ukuran dan bentuk ruangan akan berpengaruh tergantung pada umur murid. Untuk murid sekolah dasar atau TK, bentuk ruang yang kompleks dapat memfasilitasi zona belajar dan fleksibilitas yang cukup baik. Sementara untuk tingkat yang lebih tinggi, bentuk yang sederhana akan lebih baik.
51 | PROSES PEMBELAJARAN OPTIMAL MELALUI DESAIN ARSITEKTURAL RUANG KELAS
14 E D I S I
6) Complexity Complexity menunjukan seberapa beragam elemen dalam suatu ruang yang menghasilkan baik visual yang koheren, maupun lingkungan yang abstrak. Dalam proses mengajar, perhatian yang fokus merupakan hal yang paling penting dan krusial. Oleh karena itu, mempertahankan fokus dalam lingkungan belajar menjadi tantangan khususnya bagi anak-anak yang masih sangat mudah terdistraksi oleh komponen visual dalam kelas. Riset menemukan bahwa suatu ruang dengan ketinggian plafon yang beragam dan dinding berwarna-warni bisa menjadi terlalu menstimulasi anak-anak.
Anak pada distraksi visual yang rendah akan mencapai hasil belajar yang lebih tinggi dibanding dengan mereka yang belajar pada lingkungan dengan distraksi visual yang cukup tinggi. Namun, ruangan yang terlalu polos pun akan memberikan suasana yang terlalu monoton sehingga tidak memotivasi anak untuk belajar. Oleh karena itu, dibutuhkan ruangan dengan tingkat stimulasi yang sedang untuk menghasilkan dampak positif bagi proses pembelajaran. 7) Warna
Kombinasi warna akan menghasilkan suatu mood dan suasana pada suatu ruang. Dalam psikologi, warna dipercaya dapat memengaruhi emosi dan fisiologi seseorang yang akhirnya berdampak pada performa murid. Dalam lingkungan belajar, dibutuhkan warna yang tidak begitu mendistraksi dan memberikan suasana yang cukup nyaman. Ruang dengan warna yang terang atau putih dengan fitur warna lain sebagai aksen memiliki dampak yang positif bagi proses belajar. Aksen warna tersebut bisa didapatkan dari furnitur, karpet, ataupun elemen lain dalam ruangan.
14 E D I S I
PROSES PEMBELAJARAN OPTIMAL MELALUI DESAIN ARSITEKTURAL RUANG KELAS | 52
Contoh Perancangan 1 | FotoŠBenot Wehrle
Konsep Perancangan Gambar diatas menunjukan contoh rancangan ruang kelas yang memenuhi kriteria pencahayaan, temperatur, kualitas udara, dan fleksibilitas. Daylight yang masuk ke dalam ruangan memiliki intensitas yang cukup dan tidak terlalu terik. Pada siang hari, lampu mungkin tidak akan begitu dibutuhkan, atau setidaknya hanya perlu menyalakan lampu yang berada pada bagian dalam ruangan sehingga lebih menghemat biaya operasional. Bukaan yang ditunjukan pada sisi kanan gambar memungkinkan udara dalam ruang untuk bersirkulasi. Dengan lancarnya sirkulasi udara, peningkatan kualitas udara dan kenyamanan temperatur dalam ruang dapat dipastikan. Sementara itu, layout ruangan dengan furnitur seperti yang ditunjukan pada gambar akan memungkinkan murid untuk aktif berdiskusi dalam proses belajar. Layout tersebut memungkinkan proses belajar yang student-centered. Selain itu, furnitur yang digunakan cukup fleksibel dalam memfasilitasi berbagai pilihan organisasi spasial, sehingga dapat beradaptasi dengan mudah terhadap berbagai aktivitas kurikulum sekolah. Furnitur meja dan kursi yang digunakan menggunakan material kayu dan stainless steel yang ringan dan terkesan ramping sehingga mudah dipindahkan jika sewaktuwaktu dibutuhkan layout ruangan yang berbeda. Kursi dengan roda merupakan pilihan yang baik karena dapat berpindah dengan cepat tanpa menimbulkan suara, Selain itu, kursi jenis tersebut dapat diatur ketinggian dan rotasinya sehingga dapat menyesuaikan preferensi murid.
53 | PROSES PEMBELAJARAN OPTIMAL MELALUI DESAIN ARSITEKTURAL RUANG KELAS
14 E D I S I
Contoh Perancangan 2 | Foto©Casablanca
Gambar di samping menunjukan contoh rancangan yang memenuhi kriteria ownership, fleksibilitas, complexity, dan warna. Untuk ruang kelas taman kanak-kanak, layout ruang seperti gambar di atas menghasilkan learning zone dan playing zone yang cukup baik mengingat anak kecil cenderung lebih banyak bergerak. Meja yang melingkar akan mendorong anak untuk bersosialisasi dengan teman -temannya. Ukuran furnitur yang sesuai dengan ergonomi anak, loker pribadi, dan karya seni anak yang dipajang pada dinding akan menambah sense of ownership pada anak.
Dengan begitu, motivasi belajar anak dan daya serap mereka juga akan meningkat. Pada ruang kelas yang ditunjukan pada gambar di atas, warna yang digunakan merupakan kombinasi warna putih dan material kayu dengan sedikit aksen warna biru. Furnitur disusun sedemikian rupa sehingga menarik namun tidak begitu mendistraksi.
Gambar di samping menunjukkan contoh rancangan yang cukup memenuhi ketujuh kriteria (pencahayaan, temperatur, kualitas udara, ownership, fleksibilitas, complexity, dan warna). Bukaan yang cukup besar pada ruangan memungkinkan cahaya dan udara untuk masuk ke dalam ruangan. Walaupun bukaan cukup besar, terdapat shading device pada bukaan sehingga terik dan panas matahari tidak masuk ke dalam ruangan.
Contoh Perancangan 3 | Foto©Eugeni PONS
Selanjutnya, pada dinding kelas terpasang catatan ataupun hasil karya murid sehingga menambah sense of ownership. Meja dan kursi yang digunakan menggunakan bahan stainless steel dan terkesan ringan dengan aksen warna kuning pada bagian kaki. Sementara untuk ‘color mood’ ruang secara keseluruhan banyak menggunakan warna putih dengan aksen kuning pada furnitur dan lantai.
14 E D I S I
PROSES PEMBELAJARAN OPTIMAL MELALUI DESAIN ARSITEKTURAL RUANG KELAS | 54
BIAYA PEMBANGUNAN RUMAH 11 YANG LEBIH TERJANGKAU
Penulis: M. Nadhif Adristia
Pembangunan berbagai elemen bangunan, serta pemasangan instalasi air dan listrik. Hal ini mengakibatkan biaya per meter persegi dalam membangun rumah konvensional mencapai 5-6 juta rupiah. Hal tersebut juga didukung oleh Rahmat Indrani. Alur kerja yang kompleks, serta tidak efisiennya penggunaan material dan tenaga kerja mampu meningkatkan biaya pembangunan itu sendiri. Ia juga menambahkan, pada kondisi sekarang banyak developer yang sudah menyediakan rumah tinggal murah, tetapi tidak menjawab isu keberlanjutannya. Bahkan, konsep Redu Housenya pun banyak diminati developer, tetapi hanya sebatas untuk menurunkan biaya pem-bangunan, tidak memberikan keterjangkauan biaya untuk pembeli.
Rumah merupakan salah satu kebutuhan primer manusia yang harus terpenuhi. Selain berfungsi sebagai tempat tinggal keluarga dan bertahan hidup, kini rumah juga berfungsi sebagai tempat bekerja. Namun, persoalan biaya pembangunan seringkali menjadi penghambat bagi seseorang untuk memiliki rumah pribadi, khususnya bagi kalangan menengah kebawah. Maka dari itu, pada kajian ini saya akan membahas isu biaya pembangunan rumah secara garis besar. Terdapat beberapa permasalahan yang dialami oleh kalangan menengah, serta potensi dari penyelesaiannya yang dapat diangkat. Pada kesempatan ini saya akan mengutip berbagai pernyataan Rahmat Indrani, selaku arsitek praktisi dari biro SPOA yang berfokus pada pemenuhan Defining Ideal State rumah terjangkau dan mensejahterakan segala pihak yang Menurut Rahmat Indrani dari terlibat. biro arsitek SPOA, persoalan keterjangkauan biaya pemDefining Current State bangunan rumah ini dapat Indonesia dinilai memiliki nilai pertumbuhan populasi diatasi dengan penerapan alur tertinggi di Asia Tenggara, bahkan diprediksi angka penduduk kerja yang lebih efisien, mampu mencapai angka 317 juta pada tahun 2045. Bonus penghematan tenaga kerja, demografi ini mengatakan bahwa kebutuhan perumahan serta optimalisasi material akan meningkat, baik di kota maupun desa. Namun, sekitar bangunan. Hal ini sudah 25% penduduknya merupakan populasi pekerja produktif diterapkan oleh beliau dengan dengan pendapatan menengah ke bawah. Ketika menerbitkan serial rumah Redu pendapatan terbatas, faktor biaya pembangunan rumah yang House, konsep rumah yang relatif tinggi dan peningkatan biaya lahan kerap menjadi terjangkau, berkelanjutan, dan permasalahan untuk memiliki tempat tinggal yang ramah lingkungan. Secara biaya terjangkau. pun terbukti bahwa Redu House mampu menghemat Menurut Surjawan & Emanuel (2013), biaya pembangunan biaya pembangunan rumah rumah dipengaruhi langsung oleh luas tanah, parameter hingga 40%, sehingga biaya per waktu, harga material, serta jasa dan jumlah pihak-pihak yang meter persegi mampu terlibat. Pelibatan konsultan arsitek maupun kontraktor saat mencapai angka 3 juta rupiah. tahap perancangan juga cukup memakan biaya. Terdapat Secara waktu pun juga menjadi juga biaya lebih lanjut dalam hal pengerjaan penggalian, lebih cepat dan efisien. 55 | BIAYA PEMBANGUNAN RUMAH YANG LEBIH TERJANGKAU
14 E D I S I
Ilustrasi Perumahan | FotoŠCitraraya.com
Secara lebih luas, ia menyatakan bahwa dengan keberadaan developer maupun biro arsitek yang berpikiran sama dan mendukung kesejahteraan masyarakat kalangan menengah kebawah, sebuah ekosistem yang sehat dan berkelanjutan dapat tercapai. Ia juga menambahkan bahwa semakin banyak praktik seperti ini akan meningkatkan keterjangkauan dan pemenuhan kebutuhan rumah. Pertama, sebagai mahasiswa arsitektur kita perlu berkaca pada fenomena Redu House ini. Dapat dipahami bahwa akar fenomena ini berada pada nilai kesejahteraan, keterjangkauan, serta keberlanjutan yang dibawa. Dalam upaya mengabdi kepada masyarakat, pemahaman dan implementasi nilai ini sangatlah penting, baik sebagai mahasiswa, arsitek maupun di pekerjaan lainnya.
Ilustrasi Perumahan | FotoŠRumah.com
Kita tentunya sudah mulai mempelajari proses perancangan desain dan konstruksinya di lapangan. Seperti yang dikatakan Rahmat Indrani, penerapan logika desain dalam menanggapi isu perancangan rumah terjangkau ini sangat penting. Berbagai persoalan efisiensi dapat terjawab dengan desain. Pemahaman mengenai penggunaan material secara efisien seperti pola pemotongan baja dan kaca dapat mengurangi limbah atau sisa material yang tentunya dapat berpengaruh ke lingkungan. Ilustrasi Perumahan | FotoŠCitraland.com
Selain pada aspek desain, kita perlu meninjau lebih lanjut apakah secara sistem pemenuhan kebutuhan rumah tinggal yang terjangkau ini semua pihak sudah diuntungkan. Hal ini tentunya dapat dikaji lebih dalam, dievaluasi, dan diterapkan pada proyek-proyek kita di ke depannya.
14 E D I S I
BIAYA PEMBANGUNAN RUMAH YANG LEBIH TERJANGKAU | 56
Kedua tokoh utama berinteraksi dengan di depan Irwin Union Bank karya Eero Saarinen | Foto ©dezeen
COLUMBUS: AN ODE TO PASSION, IDENTITY, AND ARCHITECTURE Penulis : Dawam Prabowo
12
Saat berbicara mengenai hal apa yang sebenarnya memiliki pengaruh besar terhadap keberhasilan seseorang, semangat yang ada dalam diri seringkali terlewat dan terlupakan. Tidak banyak yang menyadari bahwa hal tersebut adalah sesuatu yang sangat penting. Terkadang, timbul sebuah perasaan bahwa kita melakukan sesuatu hanya karena terpaksa, membuat kehidupan sehari-hari terasa berat akibat tidak adanya perasaan senang yang menyertai. Columbus, sebuah film karya sutradara Kogonada yang dirilis pada 2017, membawa kita mengarungi sebuah perjalanan untuk lebih menghargai diri sendiri. Dikemas dalam sebuah kisah persahabatan antara dua orang, Casey dan Jin, yang sebelumnya tidak saling mengenal, Columbus berhasil membuat kita merenungkan hubungan antara semangat dalam diri dengan orang-orang di sekitar serta. Selain itu, secara implisit film ini mengajak kita untuk melihat bagaimana arsitektur dapat berperan sebagai healing art. Sebelum bergerak lebih lanjut, perlu dicatat bahwa Columbus memberikan penekanan pada rangkaian interaksi yang terjadi di antara dua tokoh utamanya. Dalam film ini, Casey adalah seorang wanita muda yang mencintai arsitektur. Ia mencoba merasa puas untuk menetap di Columbus, kota tempat kelahirannya yang sarat akan bangunan arsitektur modernis. Di sisi lain, Jin adalah seorang penerjemah yang juga merasakan hal sama, yaitu ketidakpuasan. Pertemuan keduanya terjadi setelah ayah Jin, seorang arsitek terkenal, jatuh sakit saat menghadiri suatu acara di Columbus.
14 E D I S I
COLUMBUS | 58
FotoŠthespaces.com
Hubungan antara Casey dan Jin menggambarkan hubungan antara orangorang di sekitar dengan semangat dalam diri serta bagaimana keduanya dapat memengaruhi kehidupan seseorang. Kedua tokoh utama itu tidak memiliki ketertarikan yang sama, bahkan saling bertolak belakang. Casey sangat tertarik dengan arsitektur dan ingin melepaskan diri dari tanggung jawab terhadap orang tuanya untuk pergi dari Columbus dan bereksplorasi. Di sisi lain, Jin sama sekali tidak tertarik dengan arsitektur, yang menjadi beban baginya karena identitas ayahnya sebagai seorang arsitek terkenal. Di sinilah pihak ketiga mulai berperan. Terkadang, hanya dibutuhkan seseorang yang mau mendengarkan keluh kesah, opini, dan harapan kita untuk dapat meyakinkan diri bahwa kita mampu untuk melakukan sesuatu yang lebih. Baik Casey maupun Jin adalah contoh dari orang-orang yang merasakan kekosongan dalam hidupnya. Keduanya saling mengerti kondisi satu sama lain dan secara tidak sadar saling membantu untuk kembali menemukan semangat dalam diri masing-masing.
59 | COLUMBUS
Tidak ada gestur berlebih di antara keduanya, hanya interaksi-interaksi sederhana nan bermakna yang dirangkai layaknya sebuah petualangan kecil berlatar belakang bangunan-bangunan modernis yang indah. Di sepanjang perjalanan, mereka lambat laun kembali menemukan apa arti dari kehidupan yang tengah mereka jalani. Dalam beberapa aspek, kisah Casey dan Jin ini merupakan paralel dari latar tempat yang dipilih, yaitu Columbus. Mengacu pada penjelasan sebelumnya, dapat diketahui bahwa Columbus dikenal sebagai sebuah tempat berkumpulnya bangunan-bangunan modern. Jika menilik sejarah, dapat diketahui pula bahwa salah satu semangat yang dibawa oleh gerakan modernis adalah upaya mendefinisikan sebuah arti dari kekosongan kultural dan spasial melalui penciptaan ruang-ruang yang mengedepankan fungsionalitas dan memiliki citra visual yang ‘kosong’. Mereka mencoba untuk mencari sebuah penjelasan terhadap hal yang mulai kabur, layaknya kisah Casey dan Jin yang juga mencoba mencari keberanian untuk mengikuti kata hati.
14 E D I S I
Di saat bersamaan, latar tersebut memungkinkan kita untuk menyelami lebih dalam mengenai konsep James Stewart Polshek tentang arsitektur sebagai sebuah healing art. Menurutnya, arsitektur memiliki sebuah tanggung jawab moral untuk dapat mencerminkan emosi penggunanya. Dalam konteks film ini, bangunan-bangunan modernis di Columbus berperan dalam perjalanan emosional dua tokoh utama kita. Ekspresi bangunan yang sederhana dan tidak rumit menjadi sebuah lingkungan yang kondusif untuk membuka sebuah lembaran baru dalam kehidupan seseorang, mendukung premis film ini yang pada dasarnya merupakan sebuah pencarian identitas diri. Pencarian tersebut tidaklah mudah, layaknya kisah setiap bangunan yang mungkin berbeda dengan apa yang terlihat pada fasadnya.
Seluruh bangunan modern di Columbus bisa dibilang mengikuti konsep modernist with a soul, di mana suatu bangunan dirancang dengan fungsionalitas sebagai fokus utama tanpa mengesampingkan kenyamanan pengguna. Dua bangunan yang dikunjungi oleh Casey dan Jin, yaitu Irwin Union Bank dan Miller House karya Eero Saarinen, adalah beberapa contohnya. Namun, kedua bangunan tersebut kini hanya menjadi sebuah monumen yang menyimpan kisahkisah masa lalu. Saat ini, Miller House berubah menjadi sebuah museum terbatas yang hanya bisa diakses melalui tur berbayar. Di sisi lain, Irwin Union Bank yang dulunya dikenal sebagai sebuah bank dengan ekspresi fasad konservatif kini berubah menjadi sebuah conference center dengan elaborasi visual yang provokatif. Hal tersebut tentu bertolak belakang dengan konsep awal yang dibawa, mengaburkannya hingga menjadi tidak utuh.
Jin tengah mengunjungi Mental Health Center karya James Polshek | FotoŠ medialifecrisis.com
14 E D I S I
COLUMBUS | 60
Suasana eksterior The Republic Newspaper Building karya Skidmore, Owings, and Merrill di malam hari | FotoŠmedialifecrisis.com
Kedua tokoh utama tengah mengikuti tur di dalam Miller House karya Eero Saarinen | FotoŠmedialifecrisis.com
61 | COLUMBUS
14 E D I S I
Kedua tokoh utama tengah berinteraksi di bagian dalam North Christian Church yang terlihat megah | FotoŠdezeen
Suasana interior Cleo Rogers Memorial Library karya I.M. Pei | FotoŠmedialifecrisis.com
14 E D I S I
COLUMBUS | 62
Apakah ini merupakan hal yang buruk? Tentu saja tidak. Beberapa pihak akan berkata bahwa arsitektur harus mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman dan saya setuju dengan hal tersebut. Dalam konteks film ini, perubahan tersebut berperan sebagai sebuah latar belakang yang terasa nyata dan selaras dengan apa yang tengah dialami oleh kedua tokoh utama kita. Perubahan adalah sesuatu yang pasti terjadi, layaknya kehidupan yang akan terus berlanjut dan tidak peduli dengan keadaan kita sebagai manusia. Di penghujung cerita, satu-satunya hal yang penting adalah bagaimana kita menyikapi dan menerimanya. Secara bertahap, kita akan dapat memahami diri kita sebagai seorang individu dan di saat bersamaan akan berusaha untuk melakukan hal yang terbaik untuk diri kita sendiri. Sebagai sebuah film, Columbus sangat implisit terhadap pesan yang ingin disampaikan kepada khalayak. Banyak sekali hal yang terlewat jika kita tidak menaruh perhatian lebih untuk meresapi ceritanya yang indah. Jika kalian telah berhasil memahaminya, ia akan mengajarkan banyak hal tentang diri sendiri, identitas, dan perubahan melalui rangkaian interaksi bermakna yang menarik untuk disimak. Ia juga membantu dalam banyak hal, mulai dari menyadari bahwa diri ini bisa menjadi penghambat terbesar kita untuk berkembang hingga mengetahui bahwa orang terdekat memiliki peran yang sangat besar untuk membantu kita mencapai keberhasilan. Di mata saya, Columbus adalah sebuah healing art yang saya rasa dapat membantu kalian semua untuk lebih optimis dalam mengarungi bahtera kehidupan.
Interaksi antara kedua tokoh utama di depan Columbus City Hall karya Skidmore, Owings, and Merrill | Š medialifecrisis.com
Interaksi antara Jin dan Casey dengan latar belakang North Christian Church karya Eero Saarinen | FotoŠhespaces.com
Sempat bingung ketika mendengar salah satu alasan UEA melakukan reklamasi The Palm Island adalah untuk memperluas bibir pantai. Ternyata, dorongan utamanya adalah ekonomi. Pendapatan melimpah UEA bersumber dari minyak bumi. Mereka sadar lambat laun minyak itu akan habis. Mereka mencari sumber pendapatan lain dan, "Nah mengapa kita tidak mengeruk uang dari para turis saja?". Pariwisata! Terpilihlah sektor tersebut. Palm Jumeirah sudah hampir rampung. Pulau ini berbentuk pohon palm yang dikelilingi oleh bulan sabit. Pusat hiburan dengan fasilitas mewah dan eksklusif dirancang: hotel, vila, apartemen, restoran, kafe, dan pertokoan. Walhasil, pendapatan per kapita UEA benar-benar naik!
SEPUTAR REKLAMASI 13 DARATAN Penulis: Krisna Agustriana
The Palm Island | FotoŠhandan.ae
67 | SEPUTAR REKLAMASI DARATAN
14 E D I S I
Garden by The Bay Singapore | FotoŠThe Telegraph
Ngomong-ngomong, Uni Emirat Arab bukan satu-satunya negara Asia yang melakukan reklamasi daratan. Singapura! Salah satu proyek reklamasi Singapura adalah Marina City. Wilayah meluas dan infrastruktur meningkat. Coba tebak apa yg terjadi? Perekonomian Singapura meningkat! UEA memiliki Palm Jumeirah dan Burj Khalifa. Sementara, Singapura memiliki Marina Bay Sands. Strategi kedua negara ini adalah menciptakan wisata kelas dunia! Namun tak mungkin kebijakan reklamasi ini tak berdampak, bukan? Faktanya, pembuatan Palm Jumeirah menghancurkan biota laut. Pulau bulan sabit mengganggu gerak alamiah gelombang laut. Akibatnya, perairan di sekitar sana mandek dan apak. Palm Jebel Ali dan Deira (proyek reklamasi UEA yg lain) pun dinilai mampu menghapus biostrom setempat. Reklamasi Singapura bahkan berdampak terhadap Indonesia. Singapura pernah mengimpor pasir untuk reklamasi dari Riau (19782002). Akibatnya, Indonesia mengalami kerugian teritorial, ekonomi, perdagangan, dan lingkungan hidup. KLHK mencatat kerugian Indonesia sebesar Rp237 T.
14 E D I S I
SEPUTAR REKLAMASI DARATAN | 68
69 | SEPUTAR REKLAMASI DARATAN
14 E D I S I
Tahukah Anda? Indonesia (negara kepulauan) juga melakukan reklamasi di utara Jakarta. Motifnya adalah revitalisasi daratan pantai. Motifnya lagi adalah kurangnya lahan yang tersedia untuk menampung penduduk dan pembangunan yang berkembang. Proyek tersebut juga memiliki aspek legal yaitu NCICD (National Capital Integrated Coastal Development) dan bertujuan melindungi Jakarta sebagai ibu kota negara dari ancaman abrasi dan penurunan muka tanah. Hem, kenapa solusi reklamasi terasa janggal dan 'loncat' ya? Seperti tidak ada solusi lain? Namun tidak apa-apa. Toh itu sudah terjadi juga. Apa yang bisa kita lakukan adalah berusaha mengurangi dampak negatif dari kebijakan ini.
Reklamasi Teluk Jakarta | FotoŠBeritagar
14 E D I S I
SEPUTAR REKLAMASI DARATAN | 70
Indonesia belum semaju UEA dan Singapura, bukan? Menurut Koalisi Rakyat Untuk Keadilan Perikanan (KIARA), reklamasi 14 wilayah di Indonesia berimbas pada kesejahteraan nelayan. Sebanyak 107.361 kepala keluarga nelayan terusir dari tempat tinggalnya. Menurut ketua KNTI (Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia), Muhammad Taher, nelayan Muara Angke mengalami kerugian akibat reklamasi. Hasil tangkapan nelayan menurun tajam. Penghasilan bersih yang awalnya 200 ribu, kini menjadi 15-20 ribu dan paling tinggi 50 ribu.
Nelayan Muara Angke | FotoŠKompas
71 | SEPUTAR REKLAMASI DARATAN
14 E D I S I
Semoga pemerintah Jakarta telah mempunyai solusi jangka panjang untuk mengatasi imbas buruk dari reklamasi. Semoga lagi, jika memang urbanisasi telah menjadi beban Jakarta, kebijakan terkait hal tersebut segera dibenahi. Semoga juga arsitek dan planner masa depan mampu menghasilkan solusi desain yang tidak terkesan 'meloncat' bilamana menemukan persoalan yang sama dengan Jakarta, demi kelangsungan hidup yang lebih baik dengan sesedikit mungkin mengorbankan kesejahteraan makhluk hidup yang ada.
Monas | FotoŠUnsplash.com
14 E D I S I
SEPUTAR REKLAMASI DARATAN | 72
Lingkungan sekitar mempengaruhi kesehatan manusia dan juga mempengaruhi efektivitas bekerja dalam kantor. Dengan menciptakan kualitas tempat kerja yang baik, pengguna ruangan/gedung menjadi lebih sehat, lebih produktif, dan kemungkinan untuk mencapai ‘keberlanjutan’ lebih tinggi. Lingkungan sekitar dapat mempengaruhi mood, konsentrasi, dan motivasi bekerja. Sebaliknya juga, lingkungan bekerja yang tidak baik dapat menghilangkan konsentrasi dan menghilangkan mood untuk bekerja, keuntungan bagi perusahaan menjadi berkurang, bahkan dapat meng-hilangkan waktu bekerja karena sakit, yang dikenal dengan istilah ‘sick building syndrome’. Secara umum, desain lingkungan bekerja yang baik akan meningkatkan kenyamanan dalam bekerja. Kenyamanan ini akan mengurangi tingkat stress para pekerja, sehingga akan meningkatkan produktivitas dalam bekerja. Pemenuhan kenya-manan dan peningkatan produktivitas pekerja juga sangat penting bagi para pengusaha, untuk meningkatkan keuntungan dalam persaingan bisnis baik secara emosional dan finansial.
73 | PRODUCTIVITY AND ARCHITECTURE
PRODUCTIVITY AND 14 ARCHITECTURE Office Interior Design | Foto©Pinterest
Penulis: Valeryn Horlanso
Kriteria Terdapat beberapa pemeran inti dalam produktivitas sebuah sistem, yaitu kenyamanan, tingkat responsive terhadap kebutuhan yang bersifat subjektif, tipe ventilasi yang bergantung pada kedalaman ruangan, workgroup & layout (efektivitas dalam pengelompokan orang-orang), dan tujuan desain itu sendiri. Merujuk pada buku Creating the Productive Workplace (2006), dapat disimpulkan bahwa untuk meningkatkan produktivitas dalam bekerja di perkantoran, terdapat 5 hal yang dapat dilakukan secara desain arsitektural.
14 E D I S I
1) Thermal Environment
4) Colour
16-24°C adalah standar temperatur ruangan untuk kenyamanan yang ditetapkan dari WHO. Performa pekerja pada suhu dibawah normal berdasarkan riset mengurangi sensitivitas dan kinerja pekerja, paling jelas terlihat dari kecepatan jari dan keseluruhan pekerjaan. Sedangkan pada suhu diatas normal, pekerja lebih cenderung tidak produktif akibat emosional dan stres. Oleh karena itu, temperatur menjadi salah satu faktor penting dalam menjaga produktivitas dalam ruangan kerja.
Psikologi warna memiliki peran dalam produktivitas pekerjaan dan desiain. Sebaiknya lingkungan perkantoran memiliki warna yang dapat meningkatkan motivasi, produktivitas dan inspirasi. Berikut adalah kombinasi warna beserta efek yang ditimbulkan kepada pengguna ruang secara psikologi/mental yang berhubungan dengan hal ruangan perkantoran. motivation: biru, hijau dan putih productivity: biru, hijau dan putih inspiring workers: kuning, hijau dan putih happiness in the workplace: hijau, biru, cokelat dan putih creativity: kuning, hijau dan putih Office Interior Design. sumber: Pinterest enthusiasm: hijau, biru dan putih stress: abu-abu.
2) Indoor Air Quality
Kualitas udara sangat mempengaruhi produktivitas pekerjaan. Tempat kerja seharusnya terhindar dari polutan udara dari luar, maupun dari dalam, seperti asap rokok, aktivitas manusia, material atau finishing bangunan, dan sistem HVAC. Untuk menjamin kualitas udara yang baik di dalam ruangan, dibutuhkan ventilasi yang baik bagi udara untuk bergerak masuk dan keluar, baik secara pasif maupun aktif. Sebaiknya dipasang pula jendela yang dapat dibuka, sehingga dapat mengatur udara yang masuk, sekaligus memasukkan pencahayaan alami.
3) Lighting and View
Sinar matahari sangat berperan besar dalam menciptakan mood ruangan. Campuran antara kontrol manual dan kontrol otomatis atas pencahayaan ruangan telah terbukti menciptakan kesehatan dan kenyamanan, yang akan meningkatkan produktivitasCahaya yang tersedia harus dapat cukup terang untuk melakukan aktivitas di ruangan, dan tidak terlalu terang untuk dapat menghambat kinerja aktivitas. Berdasarkan riset, manusia lebih menginginkan cahaya matahari (daylight) dibandingkan pencahayaan dari listrik karena dianggap lebih efektif dalam menerangi dan meningkatkan mood beraktivitas.
14 E D I S I
5) Effective Working Spatial Layout
Di kantor, produktivitas cenderung meningkat dengan kelompok kerja yang lebih kecil dan menyatu. Berikut adalah tabel hasil penelitian pada pekerja kantor tentang hubungan produktivitas pekerja dan besar kelompok pekerjaan. Namun, besarnya kelompok kerja juga berbanding lurus dengan efisiensi ruang sekaligus berbanding terbalik dengan produktivitas. Misalnya, dengan membuat kelompok kerja yang lebih besar, dapat menghemat ruang yang ada, namun produktivitas menjadi konsekuensinya. Pekerjaan arsitek adalah mencari titik tengah antara efisiensi ruang (ekonomis, profitability) dan produktivitas tersebut.
Hubungan Besar Kelompok Kerja dengan Produktivitas | FotoŠCreating a Productive Workplace (2006)
PRODUCTIVITY AND ARCHITECTURE | 74
Diagram Sirkulasi Udara Guangzhou Vanke Cloud. | FotoŠQingshan Wu
Konsep Perancangan Desain yang baik dalam hal thermal environment dan air quality mengambil contoh dari Gedung Guangzhou Vanke Cloud yang didesain oleh HCD iDEA. Bangunan perkantoran ini mengganti tipikal ‘core’ yang solid di tengah menjadi beberapa bagian core kecil, dan digantikan dengan innercourt pada bagian tengah bangunan untuk mendukung penghawaan alami, sirkulasi udara dalam bangunan dan sekaligus mendukung stack effect. Untuk mendukung penghawaan alami secara horizontal (sirkulasi udara), beberapa lantai pada bagian pinggir bangunan dibuat menjadi teras komunal, sehingga membiarkan udara bersirkulasi pada bangunan, seperti yang terlihat pada diagram potongan perspektif di atas. Selain mendukung penghawaan alami yang cukup dan memadai demi mening-katkan produktivitas, pencahayaan alami juga dapat sekaligus terpenuhi. 75 | PRODUCTIVITY AND ARCHITECTURE
14 E D I S I
Konfigurasi jendela dan lampu di Costumer Service Call Building di SMUD Campus termasuk salah satu perkantoran yang memanfaatkan pencahayaan alami dengan baik, dan mengkombinasikannya dengan lam-pu yang menggunakan listrik. Bukaan (jendela) dimaksimalkan di arah utara dan selatan, dan setiap jendela dipasangi perforated blind untuk mencegah glare dari matahari, atau panas berlebih tanpa menghalangi view sepenuhnya. Selain itu, karena jarak antar jendela (utara dan selatan) lumayan jauh, bagian tengah ruangan biasanya kurang mendapat pencahayaan alami. Hal ini diatasi dengan baik karena dipasang light shelf pada jendela bagian selatan. Light shelf ini ditujukan untuk merefleksikan cahaya matahari agar dapat mencapai ke jarak yang lebih jauh kedalam.
Konfigurasi jendela dan lampu di Costumer Service Call Building di SMUD Campus termasuk salah satu perkantoran yang memanfaatkan pencahayaan alami dengan baik, dan mengkombinasikannya dengan lam-pu yang menggunakan listrik. Bukaan (jendela) dimaksimalkan di arah utara dan selatan, dan setiap jendela dipasangi perforated blind untuk mencegah glare dari matahari, atau panas berlebih tanpa menghalangi view JendelaSelain Arah Selatan dengan Perforated Blind dan Light Shelf. sepenuhnya. itu, karena jarak antar Foto©California EnergyCommission) jendela (utara dan selatan) lumayan jauh, bagian tengah ruangan biasanya kurang mendapat pen-cahayaan alami. Hal ini diatasi dengan baik karena dipasang light shelf pada jendela bagian selatan. Light shelf ini ditujukan untuk merefleksikan cahaya matahari agar dapat mencapai ke jarak yang lebih jauh kedalam.
Untuk lantai paling atas, skylight dimanfaatkan dengan baik untuk memaksimalkan cahaya alami pada pagisiang hari. Material skylight dipasang dengan 3 lapisan transparan, dibawah satu lapis kaca yang memiliki warna ‘milky white’ di paling atas. Skylight juga dipasang jalusi atau penghalang yang dapat di buka tutup dari dalam sesuai kebutuhan pekerja. Hal ini dapat menghalangi panas matahari langsung dan glare dari matahari, namun tetap menerangi lantai paling atas.
Untuk lantai paling atas, skylight dimanfaatkan dengan baik untuk memaksimalkan cahaya alami pada pagisiang hari. Material skylight dipasang dengan 3 lapisan transparan, dibawah satu lapis kaca yang memiliki warna ‘milky white’ di paling atas. Skylight juga dipasang jalusi atau penghalang yang dapat di buka tutup dari dalam sesuai kebutuhan pekerja. Hal ini dapat menghalangi panas matahari langsung dan glare dari matahari, namun tetap menerangi lantai paling atas.
Dengan desain arsitektur pada bangunan ini, nilai ekonomi, kenya-manan, dan arsitekturalnya terpenuhi dengan baik. Warna yang digunakan untuk ruangan kerja ini adalah warna putih, sesuai dengan keterangan yang ada pada bagian kriteria, warna putih menjadi warna yang mendatangkan banyak kelebihan dan keuntungan yang berhubungan dengan produktivitas bekerja. Warna putih dari dinding dan ceiling menjadikan tone ruangan menjadi cerah dan mendukung produktivitas. Selaras dengan penca-hayaan alami yang masuk kedalam ruangan, menambah tone ‘hangat’ pada keseluruhan ruangan.
Dengan desain arsitektur pada bangunan ini, nilai ekonomi, kenya-manan, dan arsitekturalnya terpenuhi dengan baik. Warna yang digunakan untuk ruangan kerja ini adalah warnayangputih, Susunan Lampu (downlights) Tegak Lurus sesuai dengan Jendela. dengan keterangan yangFoto©California ada padaEnergyCommission) bagian kriteria, warna putih menjadi warna yang Skylight pada Lantai Paling Atas. | Foto©California EnergyCommission mendatangkan banyak kelebihan dan keuntungan yang berhubungan dengan produktivitas bekerja. Warna putih dari dinding dan ceiling menjadikan tone ruangan menjadi cerah dan mendukung produktivitas. Selaras dengan pencahayaan alami yang masuk kedalam ruangan, menambah tone ‘hangat’ pada keseluruhan ruangan.
14 E D I S I
PRODUCTIVITY AND ARCHITECTURE | 76
Denah Lantai 3 Sayap Utara SMUD Campus. FotoŠ California Energy Commission
Denah Lantai 3 Sayap Selatan SMUD Campus. FotoŠ California Energy Commission
77 | PRODUCTIVITY AND ARCHITECTURE
FotoŠ Creating the Productive Workplace (2006)
Seperti yang telah dijelaskan pada bagian kriteria, produktivitas paling efektif jika kelompok bekerja semakin kecil, dan maksimum 8 orang. Pada bangunan SMUD Campus, Bangunan Headquarters telah menjadi contoh yang baik untuk spatial layout. Setiap lantainya merupakan kantor dengan layout cubicle kantor yang hampir sama. Setiap kelompok kerja terdiri dari maksimum 8 meja atau pekerja. Dengan tetap menyediakan ruang untuk pekerja bergerak sebagai bentuk relaksasi dari pekerjaan, layout dari gedung ini juga berhasil untuk menjaga fokus dan privasi dari setiap pekerja.
Penilaian (1-5) terhadap View dan Jendela pada Ruang Kerja.
View dalam lingkungan atau ruangan kerja biasanya didapat dari peman-dangan yang ada di jendela. Oleh karena itu, pekerja yang memiliki view jendela yang baik biasanya kebih produktif. Bukan sembarang view, view yang memiliki aspek vegetasi dan penghijauan didalamnya lebih efektif untuk mengurangi stres daripada pemandangan jendela tanpa vegetasi.
14 E D I S I
Layout Ruangan SWA Vietnam Office. Foto© Archdaily; TOMQAST
Interior SWA Vietnam Office. Foto©Archdaily; TOMQAST
Layout cubicle perkantoran ini merupakan contoh yang baik untuk menunjukkan keseimbangan antara efisiensi dan efektivitas ruang, serta produktivitas pekerja tetap terjaga. Ruang kerja juga dirancang jauh dari kemungkinan adanya distraksi suara, dipisahkan dengan daerah servis dan staff room.
Selain pada bangunan SMUD Campus, contoh layout yang baik juga dapat dilihat pada bangunan SWA Vietnam Office. Layout ini mengelompokkan pekerja per 6 atau 4 pekerja, sehingga produktivitas tetap terjaga dan berbeda dengan SMUD Campus, sirkulasinya terbatas di tengah ruangan, sehingga mengurangi tingkat distraksi para pekerja. Staff room dan ruangan lain yang berpotensi memicu distraksi juga terletak terpisah dari ruang bekerja dan diberi partisi.
©Archdaily; TOMQAST
14 E D I S I
PRODUCTIVITY AND ARCHITECTURE | 78
Museum Wayang | FotoŠ George Michael
MUSEUM WAYANG 15 Penulis: George Michael
Museum Wayang dibangun di atas lahan pembongkaran gerejagereja Belanda sebelumnya, tepatnya di Jalan Pintu Besar Utara No. 27-29, Jakarta Barat. Museum ini menampilkan beragam koleksi wayang dari seluruh Indonesia, mulai dari wayang rumput, wayang kayu, wayang bambu, hingga wayang kulit. Tidak hanya itu, Museum Wayang juga menampilan wayang dari luar negeri, seperti Tiongkok dan Kamboja. Ada pula koleksi boneka dari negara-negara di Asia (seperti India, Thailand, Tiongkok, Vietnam, Kolombia dan Suriname) dan Eropa. Hingga kini, koleksi Museum Wayang sudah melebih 4.000 buah wayang.
79 | MUSEUM WAYANG
14 E D I S I
Selain wayang, museum ini juga menampilkan koleksi batu nisan para petinggi VOC beserta keluarganya. Beberapa di antaranya ialah Gubernur Jenderal Willem van Oudhoorn (1704), Gubernur Jenderal Abraham Patras (1737), dan Gubernur Jenderal Gustaff Willem Baron van Imhoff (1750). Taman kecil pada museum dikhususkan sebagai tempat replika makam Gubernur Jenderal Jan Pieterszoon Coen, yang disebut-sebut sebagai pendiri Kota Batavia. Di dekat batu nisan yang ada, terdapat tulisan “…1808 en overgebracht naar Tanah Abang,” yang berarti “dipindahkan ke Tanah Abang pada tahun 1808”. Hal ini merujuk pada peristiwa penjualan lahan Nieuwe Hollandsche Kerk oleh Daendels.
Replika Makam Jan Pieterszoon Coen | Foto© George Michael
14 E D I S I
MUSEUM WAYANG | 80
Museum Wayang kini memiliki dua fasad yang disejajarkan. Fasad sebelah kiri memiliki geometri dasar yang serupa dengan tampak depan Kruiskerk, sedangkan fasad sebelah kanan lebih cenderung memiliki kemiripan dengan tampak depan Noorderkerk. Perbedaan ukuran yang tidak terlalu signifikan pada kedua fasad membuat keduanya terlihat kurang proporsional. Sebagai contoh, selisih ketinggian pertemuan kedua fasad sangat kecil sehingga akan lebih baik jika dihilangkan (menyamakan ketinggian pada pertemuan kedua fasad).
Sketsa Fasad Museum Wayang | FotoŠ George Michael
Irama pada fasad sebelah kiri cukup baik. Pengulangan bentuk dan ukuran jendela pada elemen horizontal di setiap baris dapat dirasakan. Terlihat upaya pembentukan simetri pada fasad, yang tampak pada penggunaan ornamen dan peletakan jendela di baris kedua. Namun, simetri tersebut dipatahkan dengan penempatan pintu masuk di sebelah kiri. Irama dan simetri pada fasad sebelah kanan terasa sangat kuat. Jendela dengan ukuran dan bentuk yang sama diulang di seluruh tampak depan bangunan. Pintu yang diletakkan pada bagian tengah fasad pun diulang sebanyak tiga kali ke arah vertikal. Sedikit variasi pada pintu memberikan perbedaan hierarki antar pintu di setiap level ketinggian bangunan.
81 | MUSEUM WAYANG
14 E D I S I
Bangunan ini memiliki denah berbentuk persegi panjang yang disubstraksi. Hal ini sangat jauh berbeda dari denah gereja-gereja sebelumnya, baik Kruiskerk maupun Niewe Hollandsche Kerk. Perbedaan tersebut timbul bukan hanya akibat bentuk denah, melainkan juga dari keteraturan yang ada pada kedua gereja tersebut. Substraksi pada denah memiliki kesan berantakan dan tidak rapi, sehingga sangat kontras jika dibandingkan dengan bentuk salib ataupun oktagon. Selain itu, ukuran Museum Wayang juga jauh berbeda dari kedua bangunan terdahulu. Pintu yang digunakan pada fasad sebelah kiri ialah pintu persegi panjang berukuran standar yang terbuat dari kayu. Tulisan “Museum Wayang� tertera tepat di atas pintu masuk. Terdapat pediment yang menghiasi bagian atas pintu masuk. Berbeda dengan broken pediment pada Kruiskerk, pediment pada pintu masuk Museum Wayang utuh sehingga dikategorikan sebagai pointed pediment. Dua kolom doric sederhana di bagian kiri dan kanan berfungsi untuk menopang pediment tersebut. Terdapat perbedaan ketinggian antara tanah dan lantai pada bangunan, sehingga pengunjung harus menaiki dua buah anak tangga atau melewati ramp. Pintu Keluar Museum Wayang | FotoŠ George Michael
Jendela Museum Wayang | FotoŠ George Michael
14 E D I S I
Jendela persegi panjang pada fasad bangunan sebelah kiri memiliki ukuran yang berbeda-beda. Semakin ke atas, ukuran jendela semakin mengecil. Ornamen di sekeliling jendela juga berbeda pada tiap jendela. Bagian atas jendela di lantai dasar memiliki ornamen berbentuk tiga buah garis, sedangkan jendela di lantai dua memiliki ceruk berbentuk setengah lingkaran. Ceruk tersebut memberikan efek visual yang serupa dengan arched windows, yang terdapat pada Nieuwe Hollandsche Kerk. Meskipun memiliki ukuran dan jenis ornamen yang berbeda, seluruh jendela tetap terbuat dari kayu pada bagian bawah dan kaca patri pada bagian atas. Selain itu, terlihat ornamen pada bagian puncak fasad sebelah kiri yang mirip dengan ornamen Kruiskerk.
MUSEUM WAYANG | 82
Pintu yang digunakan pada fasad sebelah kanan ialah pintu persegi panjang berukuran standar yang terbuat dari kayu. Terdapat kanopi yang menghiasi bagian atas pintu keluar.
Pintu Masuk Museum Wayang | FotoŠ George Michael
Jendela Museum Wayang | FotoŠ George Michael
Terdapat perbedaan ketinggian antara tanah dan lantai pada bangunan, sehingga pengunjung harus menuruni dua buah anak tangga. Berbeda dengan pintu masuk, tidak disediakan ramp pada pintu keluar.
Delapan buah jendela persegi panjang pada fasad sebelah kanan memiliki ukuran yang sama. Seluruh jendela dilapisi dengan batang besi, yang diduga ditambahkan pada jendela untuk alasan keamanan. Berbeda dari bangunan-bangunan sebelumnya, fasad sebelah kanan Museum Wayang memiliki sebuah balkon pada lantai dua dan tiga. Meski berukuran kecil, balkon ini mampu memberikan field of view dari interior ke eksterior yang lebih luas bagi para pengunjung. Kedua balkon tersebut masing-masing hanya memiliki satu akses, yaitu pintu keluar di setiap lantainya. Uniknya, balkon lantai pada lantai dua lah yang memiliki kanopi, sedangkan balkon pada lantai tiga tidak. Kanopi tersebut berfungsi untuk menghalangi cahaya matahari dan air hujan agar tidak diterima secara langsung di area balkon.
Balkon Museum Wayang | FotoŠ George Michael
83 | MUSEUM WAYANG
14 E D I S I
Interior bangunan didominasi oleh penggunaan material kayu. Material kayu ditranslasikan ke dalam berbagai elemen bangunan, mulai dari pintu, tangga, railing, dan bahkan struktur lantai. Hal ini serupa dengan penggunaan kayu sebagai material utama perabotan pada Nieuwe Hollandsche Kerk. Selain kayu, terdapat pula penggunaan material kaca dan akrilik pada area eksibisi. Batu bata juga dipilih sebagai material bangunan. Batu bata dibiarkan terekspos pada beberapa bagian dinding, terutama di sekitar taman replika makam Gubernur Jenderal Jan Pieterszoon Coen yang tidak tertutup atap. Kombinasi warna putih dari dinding, cokelat dari kayu, dan merah kecokelatan dari batu bata memberikan kesan harmonis dan hangat pada interior bangunan.
FotoŠ George Michael
14 E D I S I
FotoŠ George Michael
MUSEUM WAYANG | 84
FotoŠSalma T. Asrorie
Foto©Salma T. Asrorie
SATU DEKADE
KILAS BALIK BANDUNG GAUNG BANDUNG 16 BERGAUNG: Penulis: Menik N. Maidy
Sembilan tahun sudah Gaung Bandung diselenggarakan. Acara ini merupakan acara tahunan yang paling ditunggu-tunggu anggota IMA-Gunadharma. Sejak tahun 2011, Gaung Bandung merupakan acara yang diselenggarakan IMA-Gunadharma dalam rangka merayakan ulang tahunnya. Gaung Bandung mengangkat isu berbeda terkait konteksnya dan tujuannya yaitu mengajak elemen masyarakat kota untuk menyuarakan dan bergerak membentuk Kota Bandung yang lebih nyaman.
20 11
Terdapat tiga bagian acara yaitu Refleksi Kota dengan kegiatan Rujakota dan Fun Bike, "Bandung Tanda Tanya" dengan kegiatan pameran “Bandung Dulu, Kini, dan Selamanya”, dan yang terakhir adalah Teriakkan Aksimu dengan kegiatan puncaknya yaitu Gaung Ganeca. THE SOUND FOR LIVABLE CITY
Dalam rangka menyambut ulang tahun IMAGunadharma ke-60, Gaung Bandung diselenggarakan untuk pertama kalinya mengangkat isu Bandung yang masih jauh dari kriteria livable city. Sesuai dengan isu yang diangkat, tujuannya adalah membangitkan semangat masyarakat untuk mewujudkan Bandung sebagai kota ramah huni.
87 | BANDUNG BERGAUNG : KILAS BALIK GAUNG BANDUNG
Pameran “Bandung Dulu, Kini, dan Selamanya” | Foto©Blogspot Gaung Bandung 2011
14 E D I S I
Gaung Bandung 2012 dimulai dengan tahap Pengenalan dengan kegiatan Jelajah Heritage. Tahap selanjutnya adalah Pelaksanaan dengan kegiatan Lokakarya Pengukuran serta Lokakarya dan Sayembara Redesain Gedung Gas Negara kemudian diakhiri dengan kegiatan Pameran Bandung Ngab(a)raga dan G-Nite sebagai tahap akhir yaitu Selebrasi.
20 12
THE IMPORTANCE OF HERITAGE FOR HUMANITY
Melanjutkan benang merah livable city dari tahun sebelumnya, Gaung Bandung 2012 mengangkat isu berkurangnya bangunan bersejarah pembentuk identitas Kota Bandung. Untuk merespon isu ini, dilakukan konservasi berupa restorasi, revitalisasi, preservasi, dan renovasi.
20 13
Kegiatan ini diawali dengan pendokumentasian bangunan untuk mengkomunikasikan informasi dari masalah pada suatu bangunan.
KAMPUNG WAJAH KOTA
Pengukuran Gedung Gas Negara | FotoŠBoulevard ITB
14 E D I S I
Kali ini Gaung Bandung 2013 mengangkat isu keberadaan perkampungan di tengah pesatnya kemajuan kota. Kampung memiliki peran penting dalam menciptakan kondisi kota yang ramah huni karena menjadi tumpuan perumahan bagi penduduk kota. Sama seperti tahun sebelumnya, Gaung Bandung mengajak masyarakat untuk lebih mengenali peran kampung dalam berkembangnya suatu kota melalui tiga bagian acara yaitu pengenalan, pelaksanaan, dan selebrasi. Pengenalan dilakukan dengan kegiatan Lokakarya (Bingkai Kampung) dan Kukurilingan.
BANDUNG BERGAUNG : KILAS BALIK GAUNG BANDUNG | 88
Pelaksanaan dilakukan dengan proses pemetaan kreatif kampung dan diskusi panel. Selebrasi dilakukan dengan kegiatan “Ngangkot, yuk!” dan Pameran “Everyday Urbanism”.
Salah satunya adalah Sungai Cikapundung yang menjadi visi Gaung Bandung 2014 yaitu “Peningkatan Citra Sungai Cikapundung sebagai Ruang Publik untuk Mendukung Terbentuknya Kota Kreatif”.
Pameran “Kampung Wajah Kota” di Gedung Gas | Foto© Twitter Gaung Bandung)
Visi tersebut didukung dengan tiga bagian acara yaitu Pengenalan Cikapundung 101 “Arung Cikapundung” dengan kegiatan talkshow, Kukuyaan, dan piknik.
20 14
Pameran “Citra, Cinta, dan Cita Cikapundung” | Foto©Twitter Gaung Bandung
SUNGAI RUANG KOTA KITA
Bila 2013 mengangkat isu kampung, di tahun 2014 Gaung Bandung mengangkat isu sungai. Sungai memiliki potensi tersembunyi di aspek pariwisata. 89 | BANDUNG BERGAUNG : KILAS BALIK GAUNG BANDUNG
Lalu ada juga acara pencerdasan dengan kegiatan Design Charrette dan Riung Cikapundung kemudian diakhiri dengan dokumentasi berupa Pameran “Citra, Cinta, dan Cita Cikapundung” dan buku “Sungai, Ruang Kota Kita”.
14 E D I S I
20 15
Pameran Sayembara | Foto© IMAGE 07 Heritage Architecture)
HIRUK PIKUK KOTA LAMA
Berdasarkan ASEAN Tourism Strategic Plan, peningkatan ekonomi suatu wilayah dilakukan melalui sektor pariwisata. Oleh karena itu, Gaung Bandung 2015 berfokus pada pengembangan kawasan pariwisata berjalan kaki di Kota Lama Bandung.
20 16
Sketchwalk “Celingak-celinguk Kota Lama | Foto© Twitter Gaung Bandung
HIJAU KINI HIJAU NANTI
Beralih dari pariwisata, kali ini Gaung Bandung mengangkat isu penggunaan energi berlebih pada bangunan hunian. Energi yang digunakan untuk operasional bangunan mengambil 40% dari semua penggunaan energi di dunia sehingga banyak teknologi hadir untuk menghemat energi tersebut.
Acara ini didukung dengan sejumlah kegiatan seperti Sayembara “Utak-atik Kota Lama”, talkshow “Kasak-kusuk Kota Lama”, sketchwalk “Celingak-celinguk Kota Lama”, Festival “Seluk-beluk Kota Lama”, dan pembukuannya serta G-Nite.
14 E D I S I
Dalam usaha menyosialisasikan keberadaan teknologi tersebut, Gaung Bandung 2016 mengadakan kegiatan berupa Kampanye Kreatif, Lokakarya, Expo, G-Nite, dan Pembukuan.
BANDUNG BERGAUNG : KILAS BALIK GAUNG BANDUNG | 90
Workshop | Foto©Twitter Gaung Bandung)
20 17
Revitalisasi desa wisata dilakukan untuk menghidupkan kembali tempat yang berpotensial membentuk denyut kehidupan bagi masyarakatnya. Upaya revitalisasi dari Gaung Bandung 2017 dilakukan melalui Sayembara “Warna-warni Desa”, Kampanye Kreatif, dan G-Nite.
20 18
WARNA WARNI DESA
Fokus Gaung Bandung 2017 adalah revitalisasi desa wisata. Desa wisata dapat memicu kegiatan ekowisata yang membuka kesempatan bagi semua orang untuk melihat, mengetahui, dan menikmati pengalaman alam, intelektual, serta budaya lokal.
Kegiatan Gaung Bandung 2017 | Foto©Tim Dokumentasi Gaung Bandung 2017)
91 | BANDUNG BERGAUNG : KILAS BALIK GAUNG BANDUNG
MENGHEMPAS BATAS RUANG KITA
Isu inklusivitas dalam lingkup akses diangkat pada tahun 2018. Lingkup akses yang dicakup adalah ketersediaan, aksesibilitas, akomodasi, keterjangkauan, dan penerimaan. Dalam rangka merespon isu ini, Gaung Bandung 2018 bertujuan menampung kebutuhan dan menyadarkan masyarakat mengenai eksklusivitas serta mengajak masyarakat arsitektur untuk berpikir kreatif untuk memecahkan masalah inklusivitas. Kegiatan yang dilaksanakan adalah Sayembara Tanpa Batas, Bandung Inclusive Trip, Pameran Tanpa Batas, Festival Tanpa Batas, dan G-Nite.
14 E D I S I
Ruang yang dapat menimbulkan perasaan simpati terhadap suatu isu dapat menggerakkan orang untuk melakukan sesuatu sehingga suatu ruang perlu dirancang untuk menimbulkan emosi, kesan, serta sense of place supaya muncul rasa kepemilikan terhadap komunitasnya. Kegiatan yang dilakukan Gaung Bandung 2019 guna mewujudkan ruang dan emosi adalah Telisik Ruang, Pameran, serta G-Nite.
Pameran Tanpa Batas | FotoŠ Tim Dokumentasi Gaung Bandung 2018)
20 19
Pameran Ruang dan Emosi | FotoŠ Panitia Dokumentasi Gaung Bandung 2019)
RUANG DAN EMOSI
Gaung Bandung 2019 mengaplikasikan pendekatan arsitektur dalam terbentuknya masyarakat Kota Bandung yang bersimpati dan berempati terhadap permasalahan sosial.
Setiap tahunnya Gaung Bandung telah mengangkat berbagai isu mengenai konteks, ruang, dan manusia di Kota Bandung. Isu yang dibahas saling berkaitan dengan tujuan menciptakan Bandung sebagai kota yang nyaman.
Pameran Ruang dan Emosi (sumber : Panitia Dokumentasi Gaung Bandung 2019)
14 E D I S I
BANDUNG BERGAUNG : KILAS BALIK GAUNG BANDUNG | 92
Salah satu rangkaian acara Titik Lahir : Telaah Bandung | FotoŠ Dokumentasi GB
GAUNG BANDUNG 17 :PLACEMAKING Penulis: Adrian Sindharta S.
Gaung Bandung adalah acara tahunan yang diselenggarakan oleh IMA-Gunadharma yang telah diselenggarakan sejak tahun 2011. Gaung Bandung memiliki sejarah yang menarik, sebagai ajang untuk mempererat hubungan antar Angkatan di dalam himpunan. Sejak saat itu, kegiatan Dies Natalis IMA-G memakai nama Gaung Bandung, dengan tujuan utama tetap sebagai ajang perayaan ulang tahun IMA-Gunadharma, sembari meningkatkan kesadaran dan edukasi masyarakat terhadap dunia arsitektur, terutama dalam isu Livable City. Setiap tahunnya Gaung Bandung memiliki tema yang berbeda, namun tidak melenceng jauh dari isu Livable City. Untuk tahun ini, Gaung Bandung membawakan isu Placemaking. Namun untuk tahun ini, terjadi hal yang tidak dapat diduga oleh banyak orang. Pandemi SARSCoV-2 ini telah mendorong kita untuk beradaptasi dengan cara hidup yang baru, terpisahkan oleh jarak. Gaung Bandung harus beradaptasi untuk menghadapi tantangan baru ini, Dengan tagline “Beyond Space, Beyond Place�, Gaung Bandung tahun 2020 tetap berjalan dengan membawa isu placemaking, tetapi dengan banyak tantangan baru. Dari adaptasi rangkaian acara melalui media video conference, Augmented dan Virtual Reality, serta target dan parameter baru, Gaung Bandung harus tetap bertahan dalam masa yang tidak tentu sekarang.
93 | GAUNG BANDUNG: PLACEMAKING
14 E D I S I
Rangkaian Acara Rangkaian acara disusun sebagai alur cerita yang terdiri dari 4 tahap, dengan acara Titik Lahir : Telaah Bandung sebagai tahap ‘terbit’. Tahap terbit merupakan tahapan belajar, layaknya lahirnya manusia ke bumi yang mengemban ilmu untuk bekal hidupnya. Tahap kedua, yakni ‘terjun’, ada sebagai tahap manusia melanjutkan tugas belajarnya untuk menerapkan ilmu yang telah didapatkan. ‘Terjun’ direalisasikan pada rangkaian acara kedua, yaitu Titik Gerak : Inovasi Karya. Tahap ketiga adalah terpancar, diwakilkan oleh rangkaian acara Titik Tumbuh : Catatan Perjalanan. Pada tahap ini, manusia telah terjun dan menciptakan hal-hal baru yang bermanfaat bagi masyarakat sekitarnya. Tahap terakhir, ‘terima kasih’, merupakan tahap wujud syukur, terutama atas ulang tahun IMA-G. Tahap ini dirayakan pada rangkaian acara terakhir, yakni Titik Ulang : G nite.
Salah satu rangkaian acara Titik Lahir : Telaah Bandung | Foto© Dokumentasi GB
Sebuah Jalan Cerita Gaung Bandung dibuka dengan Titik Lahir : Telaah Bandung. Rangkaian acara pertama ini bertujuan untuk memperkenalkan Gaung Bandung, serta mendorong masyarakat untuk mengetahui pentingnya suatu ruang publik terhadap sebuah kota. Rangkaian acara ini terdiri dari dua webinar, yakni Jelajah Virtual dan Bincang Bandung. Jelajah Virtual telah diadakan pada 12 September 2020, yang menghadirkan SHAU sebagai narasumber. Jelajah Virtual mengajak pengunjung ke tempat yang telah dirancang oleh SHAU, dan mengetahui bagaimana placemaking pada tempat tersebut ada.
Sementara itu, Bincang Bandung, yang menghadirkan LABO sebagai narasumber, mengajak pengunjung berjalan-jalan menelusuri Bandung. Peserta diajak untuk mengetahu bagaimana placemaking terbentuk di tiap tempat yang didatangi. Bincang Bandung telah diadakan pada tanggal 26 September 2020.
Salah satu rangkaian acara Bincang Bandung, | Foto© Dokumentasi GB
14 E D I S I
GAUNG BANDUNG: PLACEMAKING | 94
Titik Gerak: Inovasi Karya, terdiri dari 2 acara, yaitu Sayembara Arsitektur : Reka Ruang dan lomba Fotografi : Makna Ruang. Sayembara Arsitektur : Reka Ruang membawakan tema placemaking, dan bagaimana sebuah ruang negatif di Bandung dapat diubah menjadi “place� dengan fokus terhadap penggunanya. Rangkaian sayembara ini dibuka pendaftarannya pada 10 Agustus sampai 9 Oktober 2020, dan diakhiri pada 8 November 2020 dengan penjurian terbuka oleh Dr. Ir. Woerjantari Kartidjo, MT. , Ir. Budi Faisal MAUD, MLA, Ph.D. , serta Jacob Gatot Surarjo. Lomba Fotografi : Makna Ruang dibuka pendaftaraannya pada 1 September sampai 9 Oktober 2020, dan diakhiri dengan penjurian pada 19 Oktober 2020. Tahap puncak, yakni rangkaian acara Titik Tumbuh : Catatan Perjalanan, terdiri dari Bincang Kolaborasi, Jelajah Karya, dan Augmented Reality. Bincang Kolaborasi telah diadakan pada tanggal 31 Oktober 2020 dalam bentuk webinar, berupa perbincangan antara komunitas kreatif serta ahli profesi dalam ranah placemaking di Bandung. Lalu, terdapat Jelajah Karya, yang dibuka pada 6 November, sebagai pameran online berisi pemenang sayembara dan lomba, karya-karya Massa-G, serta karya eksternal/biro arsitektural. Titik Tumbuh diakhiri dengan adanya platform Augmented Reality, sebagai hasil dari survei yang dilakukan sebelumnya tentang Taman Lansia. Hasil berubah sebuah public space yang menunjukkan placemaking yang baik.
Penjurian Terbuka Sayembara Reka Ruang | FotoŠ Dokumentasi GB
95 | GAUNG BANDUNG: PLACEMAKING
14 E D I S I
Tahap akhir, yakni Titik Ulang: G-nite, akan diadakan pada 9-15 November 2020, serta pada 21 November 2020. Pada 9-15 November 2020, akan diadakan Jelajah Bareng-G, sebagai pensuanaan yang berakhir pada tanggal ulang tahun IMA-G ke-69. Acara terakhir adalah Pesta Baren-G, sebagai perayaan ulang tahun IMA-G bersama-sama massa internal yang diadakan pada 21 November 2020.
Augmented Reality. | Foto©vectary.com
Pandemi: Kerugian atau Keuntungan “Ruginya dari semua hal gitu...,” ucap Zufar Azka, selaku ketua Gaung Bandung 2020. Banyak hal yang telah direncanakan, sebagai Gaung Bandung yang diadakan sebelum Lustrum ke-70. “Tadinya kalau 2020 maunya acara macam-macam di Bandung, sama Pasar Seni contohnya.” Dengan adanya pandemi ini, fokus dari panitia GB berubah, menjadikan value dari narasi, materi, dan penyampaiannya sebagai fokus utama sebab tidak adanya sarana langsung.
Namun, beberapa keuntungan muncul dari pengadaan Gaung Bandung melalui platform virtual. Salah satunya adalah pencarian narasumber serta pembicara yang lebih mudah, ujar Zufar Azka. Format workshop serta seminar online juga memudahkan orang untuk berpartisipasi. “Kayak dari 2 tahun lalu ngundang pembicara buat workshop, tapi ga banyak yang dateng. Tapi sekarang bisa sebanyak itu,” ucap Zufar. Partisipasi yang melampaui ekspetasi ini juga dapat dilihat dari jumlah peserta dalam sayembara serta lomba fotografi. Sumber daya yang diperlukan juga menjadi sangat sedikit, sebab berkurangnya hal-hal yang dibutuhkan melalui platform virtual.
“…tapi berkahnya juga ga terlalu banyak gitu.” Zufar juga berkata bahwa banyak esensi yang akhirnya hilang dari pelaksanaan Gaung Bandung tahun ini. “Menjalankannya jadi meh gitu, kayak kelar, gaada feeling-nya gitu padahal persiapan banyak. Jalannya (acara) sama kesuksesannya mah nanti aja,” ucap Zufar. Akhirnya Zufar juga mengatakan bahwa keberjalanan Gaung Bandung harusnya bisa berkesan, tapi tidak ada esensi yang lebih, berupa bonding bersama Massa-G, terutama sebagai perayaan Dies Natalis IMA-Gunadharma. “Jadi lebih berat ke kerugian sih.”
14 E D I S I
GAUNG BANDUNG: PLACEMAKING | 96
Arabica Kyoto | FotoŠFacebook
18
RUANG DALAM PENYESUAIAN
Penulis : Yorangga Citra Placemaking adalah pendekatan yang berpusat pada masyarakat, perencanaan, desain, dan pengelolaan publik, proses pembuatan suatu ruang yang melibatkan banyak orang. Pada dasarnya, semua orang adalah place-maker.
14 E D I S I
RUANG DALAM PENYESUAIAN | 98
Power of 10 merupakan tolak ukur sederhana, namun mendalam untuk tempat, lingkungan, ataupun kota. Bila dihubungkan dengan place theory, place adalah kumpulan dari nodes. Dalam nodes tersebut paling tidak terdapat 10 hal yang dapat dilakukan atau 10 alasan untuk berada di sana. Jalan dan tempat transit orang selalu memiliki potensi untuk menjadi tempat untuk melakukan 10 hal yang berbeda.
Foto© Project for Public Spaces
Types of Placemaking Standard Placemaking berfokus pada pemeliharaan fisik dan lingkungan. Pengembangan sense of place dan variasi kegiatan melalui proyek Urban Desain.
Tactical Placemaking berfokus pada pendekatan “bottom-up” yang dipimpin oleh kelompok masyarakat yang ingin mengubah dan meningkatkan aspek lokal suatu tempat.
Strategic Placemaking berfokus pada penciptaan pengembangan baru dalam skala lingkungan. Pendekatan yang dilakukan biasanya adalah “top-down” dari pemerintah maupun swasta.
Creative Placemaking berfokus pada penciptaan dengan pemanfaatan seni untuk membuat tempat menjadu menarik.
Digital Placemaking berfokus pada peningkatan standar ruang disik dengan layanan, Produk, atau pengalaman digital spesifik untuk menciptakan tempat yang lebih menarik.
99 | RUANG DALAM PENYESUAIAN
Regenerative Placemaking berfokus pada perspektif menyatukan ekosistem terhadap suatu tempat sehingga mendukung hubungan sosio-ekologi dan mengaplikasikan intervensi temporer untuk lingkungan yang lebih baik.
14 E D I S I
Fenomena placemaking coffee culture observasi @kotalogue di Jepang
Arabica Kyoto | FotoŠFacebook
Pada kasus Arabica Arashiyama di Kyoto, kedai kopi ini menciptakan sense of place ke dalam tempat. Keberadaan coffee shop tersebut dalam tempat membuat jalan di depannya penuh dengan antrian, sehingga membuat orang penasaran. Solusi yang ditawarkan untuk masalah tempat yang minimal adalah borrowing scenery, yaitu saling meminjam ruang antara ruang ketiga dengan alam yang ada di sekitarnya.
Fenomena placemaking coffee culture observasi @kotalogue di Indonesia Masalah yang ada di Indonesia: Highly dependent on private car Congestion and traffic High use of online-delivery -> coffee shop is no longer a meeting place fot people, esensi kafe menjadi tempat ketiga untuk orang berkumpul dan bersosialisasi menjadi berkurang.
14 E D I S I
Placemaking 101: Coffee Shop Recipe Setting the tone: represent warmth, sharing scenery with neighborhood Define user and their activity Flexibility of Place (Lesson learned from Jakarta) Bring people back to street: create good user experience.
RUANG DALAM PENYESUAIAN | 100
About Life Coffee di Tokyo, coffee shop dijadikan ruang yang menjadi galeri. About Life Coffee Tokyo | Foto©Pinterest
One Fifteenth Coffee | Foto©Manual.co.id
101 | RUANG DALAM PENYESUAIAN
14 E D I S I
New Zealand sekarang sudah mulai flatten the curve, dari level 4 (total lockdown), sekarang sudah berada di level 3, Beberapa perusahaan makanan sudah boleh dibuka kembali, termasuk McDonalds. Pemerintah NZ sudah menyiapkan protokol dan marking dalam upaya untuk tetap menjaga social distancing. Namun kenyataannya, banyak kejadian dalam masalah sesepele mengantri, masyarakat NZ belum menerapkan social distancing yang baik. Perdana Menteri Jacinda Ardern menyampaikan bahwa terdapat 742 komplain dari bisnis makanan, terutama karena social distancing. Untuk menyiasati social distancing pun, banyak perusahaan makanan di NZ seperti food truck yang akhirnya dapat memesan via online.
Bagaimana dengan adanya isu pandemic ini, perubahan bukan dalam bentuk fisik ruang kotanya, namun ruang-ruang sosial kita yang beradaptasi seiring perubahan interaksi sosial.
14 E D I S I
RUANG DALAM PENYESUAIAN | 102
FA CA DE 20 20 CO VID TEC TU RE
19 HOW
ARCHITECTURE STUDENTS SEE PANDEMIC
Penulis: Claresta Dhyhan E.
About Facade 2020 “Façade” merupakan agenda tahunan mahasiswa arsitektur ITB. Kegiatan Façade pada tahun ini jatuh pada awal bulan Juli. Adapun peserta Façade adalah mahasiswa arsitektur ITB tahun ke dua (tingkat II – semester 3/4). Façade diselenggarakan agar mahasiswa Arsitektur ITB memiliki pengetahuan terkait perbendaharaan kata arsitektural dan sebagai penggenap materi yang tidak dapat terpenuhi dengan hanya belajar di kelas. Maraknya pandemi COVID19 ada bulan Maret menimbulkan tantangan besar pada susunan kegiatan Façade. Rencana kegiatan tahunan yang berupa kuliah lapangan ke Bali dibatalkan secara resmi oleh kepala program studi atas dasar mematuhi protokol kesehatan.
Namun the show must go on. Acara Façade pada hakikatnya merupakan upaya memperkenalkan dan menambah kosa kata baru dalam arsitektur. Hal tersebut tentu juga bisa didapatkan dengan metode selain berkunjung langsung ke lapangan, meskipun tentunya pengalaman yang didapatkan akan berbeda. Substansi dari pengayaan kemampuan berpikir kreatif mahasiswa arsitektur pun tentu bisa didapatkan dengan metode lain. Façade tahun ini pun diputuskan diisi dengan acara utama sayembara internal desain arsitektur. Sebagai respon terhadap isu COVID19, tema dari sayembara Façade 2020 pun terkait bagaimana arsitektur menjawab tantangan krisis pandemi, terutama dalam ranah domestik, publik, maupun desain bangunan darurat. Kegiatan ini berupaya memantik gagasan serta merayakan arsitektur sebagai bentuk ilmu pengetahuan yang selalu menarik untuk terus dieksplorasi bersama.
103 | FACADE 2020: COVIDTECTURE
14 E D I S I
Webinar Facade 2020: Broaden up the perspective Webinar diadakan pada minggu awal masa sayembara Façade, diadakan dengan fokus utama untuk menambah wawasan dan membantu peserta sayembara mempersiapkan karyanya serta meningkatkan kesadaran publik akan pentingnya arsitektur serta hubungannya dalam pencegahan penularan COVID19. Webinar diadakan 2 tahap. Tahap pertama dilaksanakan pada tanggal 17 Juni 2020 dengan pembicara Dr. dr. Budiman Bela, Sp. MK.. Beliau merupakan seorang dokter spesialis Mikrobiologi Klinik di Rumah Sakit Universitas Indonesia, poliklinik mikrobiologi, dengan pengukuhan kolegium mikrobiologi klinik. Beliau juga salah satu tokoh yang ikut serta dalam perancangan Rumah Sakit Universitas Indonesia, sehingga erat kaitannya dengan tema sayembara.
Webinar tahap 2 dilaksanakan pada tanggal 18 Juni 2020 dengan pembicara Dani Hermawan. Ia merupakan kepala Formologix Lab yang aktif berperan dalam teknologi komputasi desain dan fabrikasi arsitektur, serta desain produk. Dengan tema materi COVIDTECTURE: Architecture’s Perspective, beliau memaparkan strategi, teknik, serta inovasi desain arsitektur terutama dalam hal pencegahan wabah penyakit. Beliau juga memaparkan sejarah bagaimana arsitektur merubah pola hidup manusia dari mata sejarah, serta kemungkinan perubahan langgam arsitektur yang akan datang dengan perubahan pola hidup sejak pandemi diumumkan kepada dunia oleh World Health Organization bulan Maret 2020 silam.
(Webinar 1 FACADE 2020, COVIDTECTURE: Medical’s Perspective. | Foto© Dokumentasi Panitia Facade 2020
14 E D I S I
(Webinar 2 FACADE 2020, COVIDTECTURE: Architecture’s Perspective. | Foto© Dokumentasi Panitia Facade 2020
FACADE 2020: COVIDTECTURE | 104
Juri FACADE 2020. | Foto© Dokumentasi Panitia Facade 2020
Sayembara Facade 2020: Where the real “fun”begins Setelah mendapatkan insights dari webinar, peserta sayembara internal pun mulai memproduksi ide, konsep, serta inovasi untuk karya yang akan disubmisikan pada tanggal 19 September 2020. Sayembara Façade 2020 mengangkat isu utama hubungan antar manusia masa pandemi yang mengharuskan keberadaan jarak diantara insan. Terdapat tiga kategori yang dapat diikuti oleh seluruh peserta dalam sayembara ini, yaitu Emergency Design yang berfokus pada ranah kesehatan darurat, Public Design yang berfokus pada ranah fasilitas umum, serta Domestic Design yang berfokus pada ranah domestik maupun privat.
Juri yang dipilih pun bukan main-main. Yang pertama ada Ir. Achmad Deni Tardiyana, MUD yang sudah akrab tentu bagi kita mahasiswa arsitektur ITB. Selain sebagai dosen, beliau juga merupakan seorang principal architect, director, senior architect, serta senior urban designer. Juri yang lainnya yaitu Ir. Isandra Matin Ahmad, atau yang biasa dikenal dengan nama Andra Matin. Ia mendirikan Andra Matin Architects pada tahun 1988 serta memiliki banyak penghargaan, salah satunya mendapat 2006 Wallpaper Architecture Directory yang menobatkan Andra Matin sebagai salah satu arsitek dari 101 arsitek dunia yang paling berkiprah pada tahun 2007. Kemudian juri yang tidak kalah keren, yaitu Yu Sing Lim, S.T. Pendiri studio AKANOMA ini menempuh pendidikan sarjana arsitektur di S1 Teknik Arsitektur ITB (1994-1999). Ia berupaya menjadikan profesi arsitek sebagai profesi non-elitis yang bisa dirasakan semua kalangan. Penjurian sayembara dilakukan dalam dua tahap. Tahap yang pertama merupakan tahap penjurian tertutup untuk menentukan 3 finalis dari masing-masing kategori desain. Tahap kedua merupakan tahap yang paling ditunggu, puncak acara dari Façade 2020, yaitu penjurian terbuka yang diadakan pada tanggal 28 Agustus 2020. Penjurian terbuka yang dapat dilihat umum ini dilaksanakan menggunakan platform video conference.
105 | FACADE 2020: COVIDTECTURE
14 E D I S I
Penjurian terbuka dilakukan dengan pemaparan 27 karya, kemudian ditimpali dengan tanya jawab bersama para juri. Seluruh finalis menyajikan presentasi yang menarik. Juri memberikan feedback terkait karya yang membuka insight baru tidak hanya kepada finalis tetapi juga seluruh peserta penjurian terbuka. Setelah seluruh karya dipaparkan, juri berdiskusi untuk menentukan best design tiap kategori. Kelompok 211 beranggotakan Kenny Sunjaya, George Michael, dan Jesslyn Halim meraih Best Design untuk kategori Domestic Design dengan karyanya yang berjudul dakocan. Selanjutnya ada kelompok 312 beranggotakan Dawam Prabowo Restuaji, Muhammad Nadhif Adristia, dan Osama Jarnauzy meraih Best Design untuk kategori Public Design dengan karyanya yang berjudul di an ta ra. Yang terakhir, ada kelompok Kelompok 107 beranggotakan Valary Budianto, Paulina, dan Lisadonia Crisdra meraih Best Design untuk kategori Emergency Design dengan karyanya yang berjudul Goodsgoods. Acara penjurian terbuka ditutup dengan sesi dokumentasi dan ucapan terima kasih dari panitia, juri, serta dosen pembimbing dari program studi arsitektur ITB. Suasana bahagia memenuhi ruang virtual, membayar segala jerih payah semua orang yang ikut serta di dalamnya. Seluruh karya peserta sayembara Façade 2020 pun nantinya akan dipublikasikan di pameran virtual facade.com dan buku Façade 2020.
Penjurian terbuka FACADE 2020 | FotoŠ Dokumentasi Panitia Facade 2020
14 E D I S I
FACADE 2020: COVIDTECTURE | 106
FA CA DE 20 20 CO VID TEC TU RE PEMENANG SAYEMBARA
Pemenang Kategori Emergency Design
107 - Good Goods
Lisadonia Crisdra - Paulina - Valary Budianto
14 E D I S I
FACADE 2020: COVIDTECTURE | 108
Pemenang Kategori Domestic Design
211 - daKocan
Kenny Sunjaya - George Michael - Jesslyn Halim 109 | FACADE 2020: COVIDTECTURE
14 E D I S I
Pemenang Kategori Public Design
312 - di an ta ra
M. Nadhif Adristia - Dawam Prabowo R. - Osama Jarnauzy
14 E D I S I
FACADE 2020: COVIDTECTURE | 110
Meet The Neighbors is a fanart merchandise shop. The concept of the store is inspired by our previous life in the apartment; “Every floor has its story�. With our mascots, The Grandpa and The Grandma, we want to introduce the neighbors around the world!Currently, our products are sticker packs, postcards, embroidery patches, and enamel pins with the theme of the audience's favorite tv shows. There are Friends, La Casa de Papel, Umbrella Academy, Reply 1988, Stranger Things, and many more!Stay tuned because we always have new neighbor every month!
MEET THE NEIGHBOURS
Contact our landlords Instagram: @meet.the.neighbors Direct order: 081212217410 Collaboration: 085715678768
R E D A K S I
G-AMI
REDA KON
M SIILTUNEP
MIT
GNITUOYAL
&
AKSI NTRIBUTOR
M SIILTUNEP
G-13
TIM
MIT
GNITUOYAL
14 E D I S I
?
Demikian setelah menelaah begitu luasnya cara yang dapat manusia lakukan untuk memaknai ruang, bagaimanakah kemungkinan wujud arsitektur yang menjadi tempat bagi masa depan kelak?
Ikatan Mahasiswa Arsitektur Gunadharma Institut Teknologi Bandung Gedung Labtek IXB Arsitektur Jalan Ganesha No. 10, Bandung imag_itb@km.itb.ac.id