Pengaruh Keterbalikan Ordo Dalam Kehidupan Keluarga Terhadap Keharmonisan Keluarga

Page 1

PENGARUH KETERBALIKAN ORDO DALAM KEHIDUPAN KELUARGA TERHADAP KEHARMONISAN KELUARGA SISWA KELAS II SMAK5 PENABUR JAKARTA UTARA

OLEH : Nadya Permata Kristi Alvin Felicia Gotania Feliciana Florencia Gabriella Natalie Lukas Kahn Boone

1

(II - 3 / 34, Ketua) (II - 3 / 4, Anggota) (II - 3 / 16, Anggota) (II - 3 / 17, Anggota) (II - 3 / 18, Anggota) (II - 3 / 29, Anggota)


LEMBAR PENGESAHAN

Karya ilmiah ini telah disetujui dan disahkan pada ...........................

Pembimbing Teknis,

Pembimbing Materi,

Mariana Yunita Malau, S.S.

Ernilawati Panjaitan, S.Sos. Mengetahui,

Dra. Duma M.S. Hutahaean, M.M.

2


ABSTRAK

Penelitian tentang “Pengaruh Keterbalikan Ordo di dalam Keluarga terhadap Keharmonisan Keluarga� bertujuan untuk memberi manfaat kepada masyarakat dalam bidang ilmu sosiologi dalam menambah wawasan sekaligus dapat menjadi suatu hal yang diwaspadai. Masalah keterbalikan ordo ini dapat terjadi karena beberapa hal. Salah satunya, posisi karier ibu yang lebih tinggi dibandingkan ayah dan sifat ayah yang cuek. Penelitian ini dilakukan dengan cara studi pustaka dan mengadakan wawancara kepada 5 orang siswa yang memiliki keluarga dengan ordo yang terbalik. Berdasarkan kajian teori yang diambil mengenai keharmonisan, hasil penelitian menunjukkan bahwa keluarga dengan ordo yang terbalik hubungannya kurang atau bahkan tidak harmonis. Hal ini berdampak cukup buruk bagi anak karena ternyata anak-anak dengan kondisi keluarga seperti ini memiliki perasaan tidak nyaman. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka lembaga-lembaga yang bergerak di bidang sosial dan psikologi bermanfaat untuk mengatasi masalah keterbalikan ordo.

Kata kunci: keterbalikan ordo, keharmonisan keluarga

3


4


KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas terselesaikannya penulisan karya ilmiah ini. Sebuah karya ilmiah yang berisi rangkuman dari penelitian yang telah penulis lakukan untuk menyelesaikan tugas karya ilmiah ini. Karya ilmiah ini penulis buat bukan semata-mata hanya untuk menyelesaikan tugas, tapi dari penulis sendiri yang ingin meneliti tema ini lebih dalam. Karya ilimiah ini berjudul “Pengaruh Keterbalikan Ordo Dalam Kehidupan Keluarga Terhadap Keharmonisan Keluarga�. Karya ilmiah ini merupakan karya ilmiah pertama yang penulis selesaikan, karya ilmiah ini bergerak di bidang sosiologi. Karya ilmiah ini sudah penulis kemas sedemikian rupa, agar karya imiah ini menjadi karya ilmiah yang rapih dengan tata bahasa yang baik dan tidak membosankan. Penulis mengucapkan terima kasih kepada guru pembimbing materi, Ernilawati Panjaitan, S.Sos. dan pembimbing teknis, Mariana Yunita Malau, S.S. yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman sekelompok yang juga sudah saling membantu dalam menyelesaikan karya ilmiah ini. Penulis berterimakasih kepada responden dari wawancara yang telah dilakukan. Akhir kata, seperti pepatah yang mengatakan tiada gading yang tak retak, karya ilmiah ini pun masih banyak kekurangannya. Semoga para pembaca dapat menikmati hasil kerja keras penulis dan berguna untuk kehidupan masa depan pembaca. Saran dan kritik yang bersifat membangun penulis terima dengan senang hati. Maaf bila ada kata yang tidak berkenan. Sekian, Selamat membaca!

Jakarta, 25 Februari 2014

Penulis

5


DAFTAR TABEL

4.1.1 Hasil Wawancara.....…………………………………………………….14

6


DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL.……………………………………………………………. i LEMBAR PENGESAHAN.………………………………………………….. ii ABSTRAK..………………………………………………………………….. iii KATA PENGANTAR....…………………………………………………….. iv DAFTAR TABEL....…………………………………………………………..v DAFTAR ISI.………………………………………………………………...vi

BAB I. PENDAHULUAN...…………………………………………………....1 1.1 Latar Belakang Masalah...…………………………………………..2 1.2 Identifikasi Masalah...………………………………………………3 1.3 Perumusan Masalah..………………………………………………..3 1.4 Tujuan Penelitian.…………………………………………………...3 1.5 Manfaat Penelitian.………………………………………………….3 BAB II.KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS...………….....…...5 2.1 Kajian Teori...…………………………………………………….....5 2.2 Kerangka Berpikir...………………………………………………...9 BAB III. METODE PENELITIAN.…………………………………………...10 3.1 Metode Penelitian..………………………………………………...10 3.2 Tempat/Waktu Penelitian....……………………………………….11 3.3 Populasi dan Sampel Penelitian...………………………………....11 7


3.4 Instrumen Penelitian...……………………………………………..11 3.5 Teknik Pengambilan Data Penelitian.……………………………..13 BAB IV. HASIL PENELITIAN...………………………………………….....14 4.1 Pemaparan Data.....………………………………………………..14 4.2 Pembahasan.………………………………………………………17 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN...…………………………………....24 5.1 Kesimpulan………………………………………………………..24 5.2 Saran..……………………………………………………………..25 DAFTAR PUSTAKA

8


9

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah Mengapa bisa terjadi keterbalikan ordo? Mungkin pertanyaan itu memang sering muncul dan menjadi perdebatan di antara kaum pria dan kaum wanita. Perdebatan dan masalah ini diperkirakan mulai terjadi sejak R.A. Kartini memperjuangkan emansipasi wanita. Dahulu, wanita dilarang untuk bersekolah, bekerja, apalagi memimpin. Hak-hak itu hanya dimiliki oleh kaum pria. Lalu, muncullah seorang tokoh yang bernama R.A. Kartini. Beliau memperjuangkan hak-hak tersebut agar bisa dimiliki juga oleh kaum wanita. Mimpi beliau pun akhirnya tercapai. Seperti yang kita tahu sekarang bahwa derajat wanita dan pria adalah sama. Hak-hak yang dimiliki oleh pria, juga dimiliki oleh wanita termasuk hak untuk memimpin. Memang, hak ini berdampak baik pada awalnya. Tetapi, seiring berkembangnya zaman, hak memimpin tersebut mulai disalahgunakan. Pandangan hidup liberal pun semakin populer di ‘kalangan masyarakat dan memicu terjadinya masalah yang kita sebut dengan keterbalikan ordo. Kaum wanita mulai mengambil peran memimpin yang seharusnya adalah milik kaum pria dan kaum pria pun akhirnya menjadi lebih pasif dan cuek dengan masalah ini. Sebagai contoh, di dunia perkantoran, bos bukan lagi pria melainkan wanita. Lebih buruknya, ternyata masalah ini bukan hanya dalam lingkungan pekerjaan, tetapi juga di dalam kehidupan keluarga.


10

1.2 Identifikasi Masalah Pada dasarnya, sebuah keluarga seharusnya dipimpin oleh seorang ayah. Akan tetapi saat ini, banyak ibu yang mengambil alih peran ayah tersebut. Hal itu dipengaruhi oleh beberapa hal seperti sifat ayah yang cuek, tidak peduli akan kondisi dan masalah yang ada di dalam keluarga, sifat ayah yang pasif dan ibu dominan, ibu yang memperoleh kedudukan lebih tinggi dalam dunia karier dan memperoleh gaji yang lebih besar membuat ibu merasa lebih cocok untuk memimpin keluarga. Padahal, banyak hal yang dapat dipengaruhi oleh keterbalikan ordo. Salah satunya adalah kondisi psikis anak, mayoritas anak yang berada di keluarga seperti itu memiliki sifat yang kurang disukai oleh masyarakat sekitar, kemudian anak itu juga meniru sifat orang tua. Kejiwaan anak tersebut juga terganggu karena tidak ada keharmonisan dalam keluarganya. Dia tidak bisa merasakan kewibawaan seorang ayah dan kasih seorang ibu. Selain itu, komunikasi antar orang tua dan anak tidak terjalin dengan baik yang dapat mempengaruhi masa depan anak, dan juga keharmonisan dalam keluarga mereka di masa depan. Seorang anak perempuan yang melihat ibunya memimpin dalam suatu keluarga, ada kemungkinan akan meniru dan menerapkannya dalam keluarganya nanti. Sementara anak laki-laki akan cenderung menyerahkan semua tugas dan kewajibannya kepada perempuan sehingga pada keluarganya di masa yang akan datang juga tidak akan menjadi keluarga yang harmonis.


11

1.3 Pembatasan Masalah Di antara beberapa pengaruh yang dapat ditimbulkan oleh keterbalikan ordo, penulis hanya meneliti hubungan antara keterbalikan ordo dalam kehidupan keluarga terhadap keharmonisan keluarga.

1.4 Perumusan Masalah 1.4.1 Mengapa bisa terjadi keterbalikan ordo dalam kehidupan keluarga? 1.4.2 Bagaimana pengaruh keterbalikan ordo terhadap keharmonisan keluarga?

1.5 Tujuan penelitian 1.5.1 Meneliti penyebab keterbalikan ordo di dalam keluarga. 1.5.2 Meneliti pengaruh keterbalikan ordo terhadap keharmonisan keluarga.

1.6 Manfaat penelitian 1. Penelitian ini bergerak di bidang sosiologi. Penelitian ini diharapkan

dapat menjadi sarana pengembangan topik keterbalikan ordo di dalam bidang ilmu sosiologi. Penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan sebagai media informasi bagi pembaca agar dapat membuka cakrawala mengenai pentingnya ordo/peranan yang benar dalam keluarga.


12

2. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sesuatu hal yang perlu dipelajari

oleh siswa-siswi, khususnya siswa-siswi Penabur. Sebagai sarana pembelajaran mengenai hubungan antara pentingnya ordo yang tepat dalam keluarga terhadap keharmonisan keluarga untuk kehidupan pelajar di masa depan. 3.

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi para pembaca sehingga pembaca dapat mengetahui hubungan antara keterbalikan ordo dalam kehidupan keluarga terhadap keharmonisan keluarga. Peneliti berharap penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai tambahan pengetahuan baru sehingga dapat menjadi inspirasi bagi penelitian berikutnya.


13

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

2.1 Kajian teori

2.1.1 Keluarga Setiap orang di dunia ini pasti memiliki keluarga. Keluarga merupakan

media sosialisasi pertama dari kehidupan seorang manusia.

“Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga” (Friedmann, 1998:1). “Keluarga adalah suatu ikatan/persekutuan hidup atas dasar perkawinan antar orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama atau seorang laki-laki atau seorang perempuan yang sudah sendirian dengan atau tanpa anak, baik anaknya sendiri atau adopsi, dan tinggal dalam sebuah rumah tangga” (Sayekti, 1994:1). Adapun klasifikasi keluarga dibagi menjadi dua, yakni keluarga inti (nuclear family) dan keluarga batih (extended family). Keluarga inti (nuclear family) adalah keluarga yang di dalamnya memiliki anggota keluarga yang terdiri dari anggota keluarga inti yaitu ayah, ibu, dan atau tanpa anak, sedangkan keluarga batih (extended family)/keluarga


14

besar/kekerabatan adalah keluarga yang di dalamnya memiliki anggota keluarga selain inti. Suatu keluarga dapat terbentuk karena adanya beberapa faktor yaitu: 1. Rasa ketertarikan dengan orang lain unuk menumpahkan rasa kasih

sayang 2. Dorongan seks, muncul dari kesepakatan tiap-tiap individu untuk

hidup bersama dalam memenuhi kebutuhan biologis. 3. Dorongan memperoleh keturunan dan melanjutkan hubungan

darah. 4. Alasan ekonomi, keluarga sebagai media untuk memperoleh

penghasilan dan memenuhi kebutuhan hidup atar suami dan istri. 5. Alasan politis, orang yang memiliki partner (pasangan) lebih yakin

dalam mengambil keputusan dan mencari solusi permasalahan karena dukungan moral dari pasangan. 6. Budaya, ada kebiasaan negatif yang diberikan masyarat kepada

seseorang jika telah mengalami masa terlambat maupun terlalu cepat perkawinan (kawin muda). Pertalian keluarga atau keturunan dapat diatur secara: parental atau bilateral, artinya menurut orang tua (bapak, ibu); matrilineal artinya menurut garis keturunan ibu, dan patrilineal artinya menurut garis keturunan ayah.


15

2.1.2 Ordo Dalam keluarga lengkap, pemimpin tertinggi adalah suami (istilah manajemen dinamakan top manager). Kemudian pemimpin kedua adalah istri yang dapat disebut middle manager atau sekaligus lower manager. Dan umumnya aplikasinya cukuplah dengan pembagian tugas. Suami sebagai kepala keluarga (yang memimpin istrinya) dan istri sebagai ibu rumah tangga. Suami sebagai pengatur keluarga, pengambil keputusan dalam keluarga. Tingkatan antar suami-istri dan anak-anaknya serta anggota keluarga yang lainnya inilah yang disebut ordo. Ordo merupakan tingkatan dari atas ke bawah.

Peranan kepemimpinan dalam membina rumah tangga menduduki tempat yang strategis dan menentukan dapat tidaknya keluarga itu mencapai kesejahteraannya. Karenanya, di sini diperlukan perilaku keteladanan dari orang tua. Artinya, sikap dan tindakan seorang kepala keluarga atau ibu rumah tangga akan memberikan pengaruh besar terhadap anggota keluarganya (Dinata, 2012:15).

Konsep dasar keluarga berdasarkan kodrat manusia menempatkan laki-laki sebagai pemimpin dan penanggung nafkah keluarga. Sementara perempuan sebagai ibu dan pendidik generasi. Peran yang berbeda pada


16

laki-laki dan perempuan dalam keluarga akan membuat fungsi keluarga dapat terwujud. Di dalam karya ilmiah ini, penulis mengkaji keterbalikan ordo dalam keluarga sebagai pokok permasalahan. Keterbalikan ordo berarti tingkatan dari atas ke bawah yang sudah kacau atau tidak teratur lagi dan tidak semestinya, atau bukan keadaan (tingkatan) yang sebenarnya. Keterbalikan ordo dalam keluarga berarti peran antara ayah dan ibu sudah tertukar, di mana sang ibu menjadi pemimpin dalam keluarga dan pengambil keputusan dari setiap permasalahan keluarga. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya, sifat sang ayah yang terlalu cuek, sifat ibu yang terlalu dominan, karier ibu lebih tinggi dari ayah, dan beberapa faktor pribadi lainnya.

2.1.3 Keharmonisan keluarga Harmonis ialah keselarasan atau keserasian. “Keharmonisan keluarga adalah adanya komunikasi aktif di antara anggotanya, terdiri dari suamiistri dan atau anak atau siapapun yang tinggal bersama mereka� (Subhan, 2004:41). “Komunikasi aktif adalah suatu proses komunikasi yang berlangsung dengan aktif antara komunikator dengan komunikan, di mana antara keduanya sama-sama aktif berkomunikasi, sehingga terjadi timbal balik di antara keduanya� (Kartono, 2008:9).


17

2.2 Kerangka berpikir Peranan (ordo) dalam keluarga sangat menentukan bagaimana keharmonisan suatu keluarga. Dibutuhkan sosok ayah untuk memimpin dan mengatur semua urusan keluarga. Karena pada kodratnya, ayahlah yang ditugaskan menjadi kepala keluarga, bukan ibu. Keterbalikan ordo ini juga memengaruhi kehidupan anak, kesejahteraan, dan keharmonisan suatu keluarga, kedua orang tua haruslah menjalin hubungan yang baik sehingga dapat menjalani fungsi masing-masing dan menciptakan keluarga yang harmonis.


18

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian Penulis melakukan penelitian dengan metode-metode sebagai berikut: 3.1.1

Penelitian Ekspos Facto: Penulis mendasarkan pada data yang sudah ada kemudian diolah kembali sesuai dengan objek kajian penulis yaitu keluarga.

3.1.2

Penelitian Deskriptif: a) Studi Kasus: Data yang diambil dari suatu keadaan tertentu yang tidak lazim terjadi. Pada karya ilmiah ini, kasus yang tidak lazim adalah keterbalikan ordo dalam keluarga. b)

Korelasi:

Metode

yang

menghubungkan

antar-variabel.

Biasanya metode ini menghubungkan antara variabel yang dipengaruhi (independent) dengan variabel pengaruh (dependent). Dalam hal ini variabel yang dipengaruhi adalah keharmonisan keluarga, sedangkan variabel pengaruhnya adalah keterbalikan ordo.


19

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di dalam ruangan di sekitar lingkungan BPK PENABUR Kelapa Gading dan di rumah responden masing-masing di Kelapa Gading dan sekitarnya. Waktu penelitian dimulai dari bulan Desember 2013 sampai Februari 2014.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian Populasi adalah siswa-siswi BPK PENABUR Jakarta dan masyarakat di Kelapa Gading dan sekitarnya. Sampelnya adalah remaja seumuran 15-18 tahun bisa lebih bisa kurang, yang masih hidup dalam keluarga lengkap di Jakarta dan sekitarnya.

3.4 Instrumen Penelitian Peneliti mewawancarai narasumber dengan pertanyaan yang dibuat sendiri sesuai dengan topik, sebagai berikut: 1.

Siapa yang memimpin dalam keluarga anda?

2.

Siapa yang mengatur keuangan dalam keluarga anda? Siapa yang lebih sering mengambil keputusan?

3.

Apakah menurut anda keluarga anda harmonis?

4.

Siapa yang lebih mendominasi dalam kehidupan anak?


20

5.

Siapa yang lebih sering berada di rumah?

6.

Siapa yang lebih sering anda ajak bicara? Mengapa?

7.

Bagaimana keadaan keluarga anda? Apakah sering terjadi keributan?

8.

Siapakah yang lebih emosional?

9.

Apa perasaan anda dengan kondisi keluarga anda seperti saat ini?

10. Bagaimana komunikasi antar anggota keluarga yang satu dengan

yang lain? 11. Apakah ada harapan anda terhadap keluarga anda untuk ke depannya?

Peneliti juga menggunakan tabel untuk menempatkan jawabanjawaban hasil wawancara. Tabel berjudul “Hasil Wawancara�.

Pertanyaa

Jawaban 1

Jawaban 2

Jawaban 3

Jawaban 4

Jawaban 5

n

Dicatat langsung menggunakan kertas dan alat tulis secara manual. Lalu penulis memindahkan data ke dalam bentuk digital menggunakan Ipad dan Laptop dengan software Google Docs.


21

3.5 Teknik Pengambilan Data Penelitian Wawancara dilakukan penulis secara langsung bersama narasumber untuk mendapatkan hasil yang tulus dari hati ke hati tanpa membocorkan ke pihak ketiga sehubungan dengan subjek kajian yang sensitif dan bersifat pribadi. Setelah itu, hasil wawancara diulas dan dicocokkan dengan teori-teori yang ada sehingga dihasilkan kesimpulan.


22

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1 Pemaparan Data Berikut ini adalah hasil dari wawancara penulis ke beberapa orang yang sudah dipilih.

Tabel 4.1.1 Hasil Wawancara Pertanyaan

Jawaban 1

Jawaban 2

Jawaban 3

Jawaban 4

Jawaban 5

Siapa yang memimpin dalam keluarga anda? Siapa yang mengatur keuangan dalam keluarga anda? Siapa yang lebih sering mengambil keputusan? Apakah menurut anda keluarga

Ibu

Ibu

Ibu

Ibu

Ibu

Ibu

Ibu

Ibu

Ibu

Ibu

Tidak harmonis

Kurang harmonis

Sangat tidak harmonis

Sangat tidak harmonis

Tidak harmonis


23

anda harmonis? Siapa yang lebih mendominas i dalam kehidupan anak?

Ayah

Ayah

Siapa yang lebih sering berada di rumah?

Ayah

Ayah

Siapa yang lebih sering anda ajak bicara? Mengapa?

Ayah, karena ibu jarang ada di rumah

Ayah, karena ibu selalu sibuk dengan urusan pribadi

Bagaimana keadaan keluarga anda? Apakah sering terjadi keributan? Siapakah yang lebih emosional?

Cukup sering

Sangat sering

Ibu

Ibu

Ibu. Walaupun ibu sibuk tetapi ibu tetap lebih perhatian ke anak dibandingkan ayah karena ayah cuek Ayah

Ibu

Ayah

Ayah

Ayah

Tergantung. Kadang ayah, kadang ibu. Ayah kalau ibu sedang sibuk dengan urusan lain. Ibu kalau ayah sedang tidak mau diajak bicara karena ayah lebih sering menyendiri Sangat sering

Ibu, karena ayah orangnya cuek dan kalau minta izin ke ayah, ibu akan marah

Ayah, karena ibu jarang ada di rumah dan setiap kali ingin berbicara dengan ibu, ia selalu sibuk

Sangat sering

Sering terjadi keributan

Ibu

Ibu

Ibu


24

Apa perasaan anda dengan kondisi keluarga seperti saat ini?

Sangat sedih dan kecewa

Sangat sedih, takut

Tidak nyaman, merasan tertekan

Bagaimana komunikasi antar anggota keluarga yang satu dengan yang lain?

Jarang terjadi komunikasi kecuali kalau ada hal yang perlu dibicarakan

Jarang sekali berkomunik asi kecuali penting

Jarang terjadi komunikasi secara khusus. Hanya komunikasi sehari-hari seperti menyuruh anak makan, dll.

Apakah ada harapan anda terhadap keluarga anda untuk ke depannya?

Agar ibu lebih sering meluangka n waktu untuk keluarga dan agar ayah dan ibu kembali

Agar ibu tidak hanya mengurusi urusan pekerjaanny a tetapi juga megurus keluarga. Saya ingin

Agar ayah dan ibu kembali pada tugasnya masingmasing dan agar ibu lebih mengurus anak-anak di

Sedih, bingung, dan kecewa. Karena saya anak sulung dan harus menenangka n adik saya saat ayah dan ibu bertengkar. Mau nangis, tapi harus tetap kuat dalam menghadapi semua masalah Komunikasi sangat jarang terjadi terutama antara ayah dan ibu. Mereka selalu memanfaatk an saya maupun adik saya sebagai perantara untuk menyampaik an pesan dari ayah ke ibu atau sebaliknya Saya ingin sekali mempunyai keluarga yang dipimpin oleh seorang ayah, dan memiliki

Tidak nyaman

Komunikasi terjadi sangat jarang. Mungkin kalau ada waktu luang baru bisa berkomunika si

Agar ibu lebih bisa meluangkan waktu untuk keluarga, terutama adik-adik. Sejujurnya, saya ingin


25

pada perannya masingmasing

ayah yang memimpin keluarga saya

rumah. Saya juga berharap agar ayah bisa lebih perhatian ke anak, tidak menyendiri terus

hubungan yang harmonis antar anggota keluarga karena sekarang, saya merasa sangat tertekan

memiliki keluarga seperti normalnya yang bisa dipimpin oleh seorang ayah

4.2 Pembahasan Penulis melakukan wawancara kepada 5 orang responden khusus yang sudah penulis pilih, semua responden yang penulis wawancarai merupakan siswa/siswi yang memiliki kasus keterbalikan ordo di dalam keluarga mereka. Penulis menyediakan 11 buah pertanyaan untuk dijawab oleh responden. Hal ini penulis lakukan agar dapat meneliti lebih dalam tentang pengaruh keterbalikan ordo tersebut di dalam keluarga yang mengalaminya. Hasil wawancara yang penulis lakukan dapat dilihat pada tabel 4.1.1 di atas. Penulis hanya melakukan wawancara kepada 5 orang tertentu karena topik ini merupakan topik yang cukup serius dan menyangkut masalah pribadi seseorang dan penulis menghindari terjadinya ketidaknyamanan siswa/siswi yang diwawancarai. Responden yang sudah dipilih oleh penulis adalah orang-orang yang penulis kenal cukup dekat. Pertanyaan pertama dan kedua ditanyakan untuk mendapatkan jawaban yang lebih jelas mengenai siapa yang memimpin di dalam keluarganya, apakah ordonya


26

terbalik atau tidak. Dan semua responden menjawab dengan jawaban yang sama yaitu ibu. Hal ini jelas membuktikan bahwa ordo di dalam keluarga mereka terbalik. Padahal tugas untuk memimpin sebuah keluarga normal dan berkondisi utuh seharusnya dilimpahkan sepenuhnya kepada ayah, begitu juga dengan urusan keuangan dalam keadaan normal, seharusnya ayah yang bekerja mencari nafkah, ayah juga yang mengatur segala urusan keuangan, bagaimana pengeluaran keluar dan masuk, tetapi hasil jawaban dari 5 responden menyatakan ibu merekalah yang mengatur keuangan. Memang tidak menutup kemungkinan jika seorang ibu dalam suatu keluarga yang normal mengatur keuangan keluarga, tetapi jika ibu sudah mengambil alih segala urusan keuangan, maka sudah terjadi keterbalikan peran (ordo) antara ayah dan ibu. Begitu juga dengan masalah pengambilan keputusan yang seharusnya diambil oleh ayah, tetapi kelima responden menjawab bahwa yang lebih sering mengambil keputusan adalah ibu mereka. Dilanjutkan dengan pertanyaan ketiga yang membahas tentang pengaruh kepemimpinan yang berada dalam keluarga tersebut terhadap keharmonisan keluarga. Dan semua responden menjawab kurang harmonis atau tidak harmonis. Hal ini disebabkan karena seorang laki-laki pada normalnya mempunyai pride dan ketika ibu mulai mengambil peran ayah dalam keluarga, maka tentu ayah akan merasa seperti tidak dihargai keberadaannya dan perannya yang pada dasarnya adalah memimpin sebuah keluarga. Hal ini memicu terjadinya perselisihan antara ayah dan ibu yang membuat komunikasi satu sama lain menjadi pudar dan mempengaruhi keharmonisan keluarga, bukan hanya hubungan antara suami-istri, melainkan juga hubungan orang tua dengan anak.


27

Pertanyaan keempat, kelima, dan keenam menanyakan tentang siapa yang lebih sering berada di rumah, mengurus anak, dan yang lebih sering berinteraksi dengan anak. Sesungguhnya banyak faktor yang menyebabkan seorang ayah bisa lebih sering berada di rumah dibanding ibu, faktor terutama adalah faktor pekerjaan, sang ibu bekerja di luar dan ayah tidak bekerja sehingga menganggur di rumah atau kedua nya bekerja tetapi sang ibu bekerja di luar dan sang ayah bekerja di rumah, memantau saham misalnya, kemungkinan yang lain adalah jam kerja ibu sampai larut malam, ibu yang hard-working selalu bekerja sampai lembur. Sebenarnya hal pekerjaan tidak terlalu menjadi masalah, di era yang modern ini tidak hanya ayah yang boleh bekerja, ibu juga boleh bekerja. Tetapi yang menjadi masalah bagi sebagian orang adalah dimana ibu merasa lebih mendominasi pekerjaan ayah sehingga ibu merasa independen dan bisa menghidupi keluarganya sendiri, akibatnya ibu selalu bekerja dan tidak di rumah, sang ayah pun cuek dan lebih memilih untuk berada di rumah saja. Seharusnya kedua orang tua mendominasi kehidupan anak karena anak membutuhkan kasih sayang dan didikan dari keduanya. Harus terjadi kesepakatan dari ayah dan ibu tentang bagaimana mendidik anak mereka. Sang ayah mencari nafkah, ibu yang mengurus anak, itulah keadaan pada normalnya. Tetapi dapat dilihat jawaban dari kelima responden bahwa yang lebih sering berada di rumah adalah ayah. Seharusnya yang lebih sibuk tentang urusan pekerjaan adalah ayah. Seharusnya yang lebih sering lembur adalah ayah. Tidak menutup kemungkinan seorang ibu juga sering lembur di kantor tetapi seorang ibu seharusnya tetap menyadari akan kewajibannya sebagai seorang ibu bagi anak-anaknya dan mengurus pekerjaan


28

rumah. Seorang ibu harus bisa membagi waktu untuk karier dan urusan rumah tangga. Tidak seharusnya ibu meninggalkan kewajibannya di rumah demi urusan kantor. Uniknya, dalam pertanyaan “siapa yang lebih mendominasi dalam kehidupan anak?� dan “siapa yang lebih sering anda ajak bicara?� Tidak semua responden menjawab ayah. Ada 2 responden yang menjawab ibu. Ternyata hal ini juga dipengaruhi oleh sifat ayah. Kedua responden yang menjawab ibu tersebut memiliki ayah yang sifatnya cenderung cuek dan sering menyendiri. Dengan keadaan ayah yang lebih sering berada di rumah seharusnya ayah lebih sering berinteraksi dengan anak. Tetapi nyatanya tidak. Responden mengatakan bahwa ayah lebih sering menyendiri di kamar, menonton televisi, dan bermain komputer. Faktor lain yang juga menyebabkan anak lebih sering berinteraksi dengan ibu adalah karena ibu cenderung akan marah jika anak terlalu sering berinteraksi dengan ayah, terkhusus dalam hal minta izin. Jika anak minta izin ke ayah, ibu akan marah. Jelas, keadaan ordo dalam keluarga ini sudah terbalik karena seharusnya seorang anak meminta izin kepada ayah apalagi untuk suatu perkara yang cukup besar. Memang dibutuhkan juga kesepakatan antara kedua orang tua dalam pemberian izin tetapi tetap saja yang seharusnya keputusan di tangan ayah. Yang menarik adalah saat seorang responden mengatakan bahwa ibu cenderung akan marah jika anak terlalu sering berinteraksi dengan ayah. Ini menjadi suatu pertanyaan besar. Mengapa ibu harus marah? Apa salahnya seorang anak memiliki waktu berbincang dengan ayahnya? Kemungkinan karena anak hanya mau terbuka dengan ayah dan anak jarang mau berbicara dengan ibu. Hal itu mungkin membuat ibu merasa kehilangan waktu dengan anaknya. Atau bisa juga, karena


29

ibu berselisih dengan ayah, maka ibu tidak mau anaknya berinteraksi dengan ayah. Ibu tidak mau kehilangan anaknya atau dengan kata lain “diambil ayahnya�. Hal ini dapat terjadi kalau masalah dalam keluarga tersebut sudah cukup serius dan mengarah ke arah perceraian karena mereka akan memperebutkan hak asuh anak pada nantinya. Atau mungkin ada faktor lain juga tetapi responden juga tidak tahu alasan jelasnya mengapa. Berbeda dengan jawaban dari 3 responden lainnya yang menjawab bahwa ayah yang lebih mendominasi kehidupan anak dan lebih sering berinteraksi dengan anak. Hal ini dapat terjadi karena ibu terlalu sibuk akan urusan pekerjaan sehingga melalaikan tanggung jawabnya sebagai ibu dalam kehidupan rumah tangga. Pertanyaan ketujuh dan kedelapan saling berhubungan. Penulis bertanya kepada responden apakah sering terjadi keributan, dan semua menjawab sering. Keributan dapat terjadi karena seorang ayah yang merasa perannya diambil dan seorang ibu yang merasa bahwa ia lebih bisa atau lebih cocok memimpin dibandingkan sang ayah, didukung juga dengan faktor kedudukan dalam dunia karier, tentu dapat menyebabkan keributan. Ayah menuntut tugas ibu sebagaimanaharusnya dalam urusan rumah tangga dan mengurus anak sedangkan ibu sebenarnya juga menuntut ayah untuk menjalankan tugasnya mencari nafkah dan memimpin keluarga tetapi karena sifat ayah yang cuek, ibu merasa ia lebih bisa dan lebih cocok memimpin keluarga. Tentu ini membuat akar permasalahan dan keributan di dalam keluarga. Ditambah lagi, kelima responden menjawab bahwa yang lebih emosional adalah ibu. Dengan kata lain, sifat ibu cenderung


30

lebih dominan dari ayah dan seringkali ayah seperti “mengalah� karena malas bertengkar. Hal ini membuat padamnya komunikasi dalam keluarga. Pertanyaan kesembilan menanyakan tentang perasaan anak dengan kondisi keluarga yang seperti ini. Dan responden menjawab tidak nyaman, sedih, takut, bingung, kecewa, tertekan. Hal ini dapat membahayakan kondisi psikis anak dan juga menjadi contoh yang sangat buruk dalam menjalani kehidupan keluarga mereka nantinya. Respon anak menghadapi masalah tentu berbeda-beda. Keributan dalam keluarga membuat anak tidak dapat merasakan kasih sayang dari dalam keluarga, maka ia akan mencarinya di luar keluarga. Dan jika anak lari ke suatu hal yang salah seperti pergaulan yang buruk atau mungkin mencari kasih sayang dari pacar, ini bukan suatu saran yang baik karena pacaran yang tidak sehat juga dapat membawa malapetaka bagi anak tersebut. Pertanyaan kesepuluh menanyakan tentang komunikasi yang terjadi di dalam keluarga. Semua responden menjawab jarang terjadi komunikasi. Komunikasi adalah suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan dan jika komunikasi antara orang-orang terdekat (keluarga) jarang terjadi, ini akan berdampak buruk terhadap hubungan anggota keluarga satu sama lain. Bahkan ada responden yang mengatakan bahwa ia dan adiknya sering dijadikan perantara ayah dan ibunya jika mereka ingin berbicara. Secara tidak langsung, cara ini mengajarkan hal yang buruk bagi anak. Anak bisa jadi meniru apa yang dilakukan orang tuanya sehingga dalam kehidupannya kelak, mereka bisa menjadi tidak berani berbicara langsung kepada seseorang, apalagi menyelesaikan masalah. Anak bisa jadi selalu mencari orang ketiga.


31

“Apa harapan anda terhadap keluarga anda untuk ke depannya?� merupakan pertanyaan terakhir yang ditanyakan kepada kelima responden. Ada yang berharap agar ibunya lebih meluangkan waktu untuk anak-anaknya, ada yang berharap agar ayahnya bisa lebih perhatian dan tidak selalu menyendiri, ada juga yang berharap agar keluarganya bisa harmonis seperti layaknya sebuah keluarga. Tetapi ada hal yang sama dan menarik yang diharapkan oleh kelima responden. Mereka ingin agar keluarganya bisa dipimpin oleh seorang ayah dan mereka berharap agar ayah dan ibunya bisa kembali menjalankan perannya masing-masing di dalam keluarga.


32

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan 5.1.1

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa keterbalikan ordo terjadi karena peran ayah dan ibu yang tidak tepat seperti seharusnya. Keluarga seharusnya dipimpin oleh seorang ayah dalam rumah tangga, tetapi bila seorang ayah tersebut bersifat cuek dan pasif, melainkan seorang istri yang mempunyai sifat aktif dan lebih dominan di dalam rumah tangga maka kemungkinan terjadinya keterbalikan ordo dalam satu rumah tangga dapat terjadi. Ditambah lagi jika kedudukan istri dalam dunia karier lebih tinggi dibandingkan suaminya.

5.1.2

Penulis telah melakukan wawancara tentang pengaruh keterbalikan ordo terhadap keharmonisan keluarga. Hasil dari wawancara yang dilakukan kepada 5 orang tersebut menyatakan bahwa pengaruh keterbalikan ordo di dalam sebuah keluarga menyebabkan keluarga tersebut tidak atau kurang harmonis. Hal ini dapat terjadi karena peran seorang suami yang seharusnya


33

sebagai pemimpin keluarga diambil alih oleh istri. Suami merasa tersinggung dan tidak dihargai karena perannya diambil. Ibu lebih mendominasi kehidupan keluarga dan merasa independen juga merasa dirinya lebih tinggi dari ayah. Hal ini dapat menimbulkan perselisihan. Keluarga menjadi tidak damai dan sering terjadi keributan, anak menjadi tertekan dan sedih, kondisi keluarga tidak berjalan sesuai dengan keadaan normal,. Perselisihan secara otomatis mengganggu komunikasi yang ada di dalam keluarga. Sehingga dapat disimpulkan bahwa keluarga yang mengalami keterbalikan ordo kurang atau tidak harmonis.

5.2 Saran Figur seorang ayah dalam sebuah keluarga mempunyai peranan yang sangat penting. Dengan ordo yang sesuai dengan seharusnya, maka fungsi masingmasing annggota keluarga akan berjalan dengan baik. Penulis menyarankan penelitian selanjutnya dapat meneliti tentang pengaruh keterbalikan ordo terhadap psikis anak. Karena ternyata hal ini cukup berpengaruh besar terhadap perasaan anak.


PENGARUH KETERBALIKAN ORDO DALAM KEHIDUPAN KELUARGA TERHADAP KEHARMONISAN KELUARGA SISWA KELAS II SMAK 5 PENABUR JAKARTA UTARA

BIDANG ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

OLEH : Nadya Permata Kristi Alvin Felicia Gotania Feliciana Florencia Gabriella Natalie Lukas Kahn Boone

(II - 3 / 34, Ketua) (II - 3 / 4, Anggota) (II - 3 / 16, Anggota) (II - 3 / 17, Anggota) (II - 3 / 18, Anggota) (II - 3 / 29, Anggota)

SMAK 5 PENABUR JALAN KELAPA HIBRIDA RAYA QA 3, JAKARTA UTARA 2014



DAFTAR PUSTAKA

Subhan, zaitunah. 2004. Membina keluarga sakinah. Yogyakarta: Pustaka Pesantren. Suprajitno. 2001. Asuhan keperawatan keluarga. Jakarta: EGC. www.google.com (diakses 20 Januari 2014) www.syahmuhammadnoor.blogspot.com (diakses 20 Januari 2014) www.wikipedia.com (diakses 20 Januari 2014)


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.