Booklet URE 4 : Kawal Gambut Kapuas Hulu

Page 1

UGM RESEARCH EXPEDITION IV

Kawal Gambut Kapuas Hulu Cerita Cerita pengembaraan pengembaraan di di Jantung Jantung Borneo Borneo


Bismillahirrahmanirrahim, Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Salam Damai Sejahtera untuk kita semua, Om Swastastu, Namo Buddhaya, Salam Kebajiikan

Kami segenap tim kegiatan UGM Research Expedition IV merasa sangat bahagia dan penuh syukur. Karena dengan diselesaikannya buku ini, maka purna sudah salah satu tanggung jawab kami untuk memproduksi kumpulan narasi yang dirangkum sepaket dalam booklet yang akan segera Anda baca. Tentu adalah hal yang sangat egois jika kami beranggapan selesainya buku ini murni dari kemampuan kami saja. Dalam proses ketika kami sedang melakukan ekspedisi, ada tangan-tangan tak terlihat yang senantiasa membantu kami. Di lapangan, kami berdelapan dapat dianggap sukses menyelenggarakan ekspedisi ini hingga akhir. Namun tentunya tanpa bantuan dorongan dari sahabat dan pihak-pihak lain, pasti kami berdelapan hanya bisa bermimpi saja untuk bisa berekspedisi di TN Betung Kerihun dan Danau Sentarum, Kalimantan Barat. Rasa syukur tertinggi kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan buku ini. Kemudian ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Taman Nasional Betung Kerihun dan Danau Sentarum yang berkat dukungan mereka, kami dapat menyukseskan ekspedisi ini. Tak lupa kami sampaikan terima kasih dan hormat kami kepada warga di daerah Resor Tekenang yang telah memfasilitasi kami selama berkegiatan di sana. Selanjutkan kami ucapkan terima kasih kepada Mapala Untan yang telah membantu kami dalam mengumpulkan informasi sekunder yang mendukung kegiatan kami. Serta yang terakhir dan yang terutama adalah keluarga besar Mapagama yang telah mempercayakan kepada kami amanat untuk melaksanakan ekspedisi ini hingga akhir. Tentu saja, masih banyak berbagai pihak yang tidak cukup untuk kami sampaikan terima kasih satu per satu dalam beberapa paragraf kami. Namun dalam hati, kami senantiasa mendoakan dan mengaturkan rasa terima kasih sebesar-besarnya atas bantuan yang telah diberikan. Sekali lagi, kami ucapkan terima kasih. Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Om Shanti Shanti Shanti Om, Namo Buddhaya


DAFTAR ISI PHOTO BY FARIZ ARDIANTO

A Bit About Us

01

Sebelum Boot Menginjak Kerinung

02

"Si Kecil Berkuncung"

06

#folklore

Mengembara Bersama Kemarau dan Kabut Asap

09

Keelokan Kepingan Surga Dalam Jantung Borneo

10

Bank Karbon yang Mulai Hilang

13

Bukit Te(r)kenang

14

PHOTOS BY DEMETRIA ALIKA

Warna-Warni Tekenang

17

A Little Taste of Kerinung's Homegrown

18

Kabut yang Tidak Pernah Hilang

19

Sebelas Kangkareng Dalam Satu Ara

20

Yang Tidak Terlihat Antara Kami dan Burung Gereja

21

Mess TNBKDS

22

Settling On A Stream

24

"Si Cantik Nepenthes" & "Si Kuat Semut Hitam"

25

Sikatan Melayu : Si Cantik Terancam yang Bercorak Biru

26

Geomorphology of Lake Sentarum

27

Di Balik Perjalanan yang Rumit, Tidak Ada yang Menyerah Untuk Pamit

28

Facing The Drought

29

Caught In The Midst of Mist

30

Vast Desert of Sentarum

32

Bertahan Berkat Biawan

33

Roda Sawit yang Berputar di Kapuas Hulu

35

Kawat Pandan Berduri Penghadang Tim

37

Raja Lanting

39

Danau Sentarum dan Pendidikan

41

Penelitian yang Kami Lakukan

43

Pelatuk Sayap Merah

45

Peralatan Penelitian URE IV

46

Kadalan Selaya

48

A Bug's Life

49

Sang Pemangku Kebijakan Tana Bentarum

51

MAPPING

52

Nusantara; Pertiwiku yang Merintih

54

PHOTOS BY DEMETRIA ALIKA


PHOTO BY DEMETRIA ALIKA

Sekapur Sirih Tiga minggu lebih hidup di bawah langit Kalimantan ternyata sangat membekas di kepala ekspeditor. Selama 25 hari, kami semua berkegiatan di tengah panasnya garis khatuliswa dan bercengkrama dengan flora dan fauna di salah satu pulau terbesar di dunia. Dengan kosmik dan budaya yang jauh berbeda dari tempat asal ekspeditor, setelah pulang ternyata keseluruh anggota ekspeditor jatuh cinta dan merindukan tempat ekspedisi kali ini yaitu di Danau Sentarum. Tim ekspeditor serasa menderita Sindrom Stockhlom: jatuh cinta pada sesuatu yang awalnya mereka tidak merasa nyaman. Walaupun begitu, Danau Sentarum memang semenakjubkan itu. Dengan fauna beragam, kondisi geografis yang mencampurkan dua entitas air tawar dan air rawa gambut serta kekayaan geologi berupa gambut tertua di dunia, untuk itulah ikhtiar menerbitkan buku ini digulirkan. Satu-persatu di buku ini kami kupas apa yang kami temui juga kisah yang belum pernah didengar oleh orang-orang sebelumnya. Buku ini menjadi penting karena beberapa alasan. Dengan kekayaan alam yang sangat luar biasa dan akses menuju Danau Sentarum yang ekstra mahal menjadikan masyarakat sulit untuk mengakses ke dalamnya. Ditambah dengan ditetapkannya Danau Sentarum sebagai Taman Nasional, turut menjadikan semakin sedikit peluang orang untuk bisa melihat langsung isi di dalamnya. Dengan itu semua, praktis kekayaan alam berupa gambut yang sebelumnya terkubur di dalam tanah kini makin gelap. Upaya “mengangkat” gambut ke permukaan seperti yang buku ini lakukan perlu diupayakan agar masyarakat bisa tahu apa yang sebelumnya tidak diketahui. Tanpa adanya upaya seperti demikian, bukan tidak mungkin kita semua akan terkutuk untuk mengulangi sejarah buruk yang diwariskan peradaban. Kresna Muharram


01 | URE I V

A BIT ABOUT US

Sedangkan URE IV sendiri mengusung tema PHOTO BY FARIZ ARDIANTO tentang “Pengelolaan Ekosistem Gambut Secara Berkelanjutan”, dengan bertujuan turut serta dalam menyukseskan program restorasi gambut di Indonesia.

OLEH : KRESNA MUHARRAM

Kami berangkat dengan komposisi tim dari latar belakang ilmu yang berbeda. Kresna Muharram

UGM Research Expedition (URE) merupakan

yang menjabat sebagai koordinator tim dan P3K

kegiatan ekspedisi riset yang dilakukan oleh

menempuh pendidikan di Fakultas MIPA. Faizal

Mapagama di pulau-pulau unik yang ada di

Mustofa yang menjabat sebagai koordinator

Nusantara. Pelaksanaan kegiatan URE IV ini tidak luput dari keberhasilan kegiatan URE sebelumnya, yang diawali pada tahun 2017 yaitu URE I “Merapi Dulu dan Kini” di TN Gunung Merapi,

Jawa

Tengah.

Kemudian

URE

II,

“Binaiya dalam Tradisi dan Modernisasi” di TN Manusela,

Maluku

Tengah

tahun

2018.

Selanjutnya URE III yang telah dilaksanakan di pertengahan tahun 2019 dan mengusung tema tentang “Harimau Sumatera” di TN Kerinci Seblat, Sumatera Barat.

lapangan menempuh pendidikan di Fakultas Geografi. Lalu, untuk komunikasi dan logistik berturut-turut dijabat oleh Muhammad Kholid dan Ismail Hamsyah yang sama-sama kuliah di kluster soshum. Sisanya masih ada Demetria Alika Putri dan Fariz Ardianto yang sama-sama kuliah di Fakultas Kehutanan. Dan yang terakhir, ada Fahrudin Firda yang berkuliah di teknik mesin. Oh ya, masih ada lagi Gracia Melsiana dari Fakultas Pertanian.


PHOTOS BY DEMETRIA ALIKA

SEBELUM BOOT MENGINJAK KERINUNG Bukan harga yang murah untuk menebus kelebihan bagasi untuk perjalanan dari Yogyakarta ke Putussibau, apalagi jika itu beratnya 24 kg. Karena pesawat kami transit dahulu ke Pontianak untuk bisa menuju Putussibau, maka kami harus menanggung dua biaya overload bagasi. Kelebihan satu kilogram untuk perjalanan ke Pontianak saja, wajib menggantinya dengan 120.000 rupiah, ditambah dengan perjalanan ke Putussibau maka ongkos untuk overload bagasi menjadi 209.000 per kilogramnya. Tidak perlu memahami ilmu roket untuk membuat kesimpulan bahwa biaya overload ini akan sangat menyiksa. Total, kami harus membayar hampir lima juta rupiah demi mengantarkan barang-barang kami.

02| URE IV

Beruntung, uang benar-benar menyelesaikan permasalahan kami saat itu, walaupun kami menyadari juga, uang bisa saja akan menjadi permasalahan kami jika kami tidak menjaganya kedepannya.

Sekitar jam Sembilan, kami sudah tiba di Bandara Pangsuma Putussibau. Kondisi suhu yang panas dan matahari yang terik adalah yang pertama kali menyambut kedatangan kami. Pada siang hari sekitar jam dua, kami telah tiba di Taman Nasional Betung Kerihun dan Danau Sentarum. Kami tiba memakai pakaian PDL berwarna abu-abu dan telah siap untuk melakukan presentasi keberangkatan disana. Kami sangat terpukau dengan foto mamalia dan hewan yang ada di dalam gedung tersebut. Kami sangat tertarik karena yakin tidak beberapa lama lagi kami akan melihat hewan tersebut dengan mata kepala kami langsung. Sebelum melakukan penelitian di Danau Sentarum apalagi di dekat zona inti seperti Hutan Kerinung, diperlukan presentasi dan pengiriman proposal ke BBTNBKDS terlebih dahulu. Hal ini patut diperhatikan agar tidak ditolak untuk masuk ke kawasan konservasi ini.


Kami

melakukan

presentasi

dari

Pada lusanya, kami berangkat

jajaran petinggi TNBKDS. Ada dari bidang teknis,

sekitar jam sebelas di siang

humas

hari. Kami berangkat dengan

bahkan

dari

dengan

komandan

audiens polhut

juga

menyaksikan presentasi kami. Hasil dari presentasi

strada

itu memutuskan bahwa kami akan berangkat pada

berwarna

hari esok lusa atau tanggal empat November 2019.

tulisan besar Manggala Agni di

Kami direncanakan akan berangkat pukul sepuluh dan rute yang akan kami lewati adalah perjalanan darat menuju ke Semitau. Pada tanggal itu, kami dijemput mengantar

Bang

Rudi

kami

ke

di

mess

kantor

TN

TN

dan

untuk

pelepasan disana..

langsung dilakukan

hitam

satu

cabin

merah

samping

dengan

kiri-kanan

mobil.Â

Mobil ini persis seperti mobil pickup

patrol

hanya

saja

kepolisian,

untuk

kursinya

dipasang

berhadap-hadapan

dan

tidak

memunggungi. hanya

saling Disebabkan

kendaraan

yang

akan

tersebut

mengantarkan

kami, otomatis tubuh kamilah yang

harus

menyesuikan

dengan kondisi kendaraan. Tas yang

besar-besar

kami

masukkan terlebih dahulu dan kami paksa hingga mampat agar untuk

ada

ruang

kami.

yang

Sisanya,

lebih walau

tidak seberapa longgar kami PHOTOS BY DEMETRIA ALIKA

gunakan untuk duduk apapun kondisinya.

Dengan

ruang

yang

seberapa

besar,

tidak

sudah jelas ada sebagian dari kami yang duduk dengan kaki mengangkat, ada yang duduk dengan mengganjal tas agar tidak rubuh, bahkan ada juga yang tidak mendapat tempat duduk hingga harus berdiri di pintu belakang pickup yang terbuka.

03 | URE IV


PHOTOS BY DEMETRIA ALIKA

Perjalanan Putussibau menuju ke

daerah Kapuas Hulu dan memiliki

Semitau memakan waktu sekitar

ibu kota kecamatan yang letaknya

enam jam. Dengan jarak dan waktu

bersebelahan

tempuh yang dibutuhkan, rasanya

Kapuas. Akses perjalanan disini

perjalanan

dibangun diatas aspal yang masih

ini

seperti

telah

dan

dengan

tidak

ada

sungai

melewati berbagai kabupaten saja.

bagus

Padahal, Semitau dan Putussibau

berlubang.

masih berada di satu kabupaten

saling

yang sama yaitu Kabupaten Kapuas

mengikuti arah sungai Kapuas.

Hulu. Perjalanan ini bisa menjadi

Rumah demi rumah kami lewati

panjang dan terasa lama karena

hingga kemudian kami berhenti di

kondisi lalu lintas yang kami lewati

depan SPTN VI (Seksi Pegelolaan

sangat bervariasi. Kami mendaki

Taman Nasional VI). Disana kami

dan menuruni bukit berkali-kali,

dipersilahkan

untuk

berbelok ke kanan dan ke kiri serta

sejenak

disarankan

melewati puluhan jembatan.

melakukan

Pemukiman

berhadap-hadapan

dan

yang disini linier

beristirahat

presentasi

untuk juga.

Setelah presentasi di SPTN VI Sekitar pukul empat sore akhirnya

inilah, baru cerita kami semua

kami tiba di Semitau. Semitau

dimulai‌

adalah salah satu kecamatan di

OLEH : KRESNA MUHARRAM

04| URE IV


?

DID YOU KNOW?

Tanaman Kantong Semar (Nepenthes) dapat ditemukan di ekosistem gambut dan merupakan salah satu indikator keberadaan gambut.

PHOTO BYDEMETRIA ALIKA


#FOLKLORE

Photo by Fariz Ardianto

"Si Kecil Berkuncung" OLEH : M. ISMAIL HAMSYAH

Tak ada yang tak tahu tentang keindahan Danau Sentarum, Kalimantan Barat. Genangan air yang sangat luas ini merupakan surganya ikan air tawar, primata, biawak, buaya, hingga beragam ular viper. Ketika air pasang atau pada saat musim hujan, di mana air danau volumenya naik. Tempat ini menjadi objek wisata alam yang tak pernah sepi oleh pengunjung, baik dari mancanegara maupun wisatawan lokal. Salah satu objek wisata yang sering dikunjungi adalah Bukit Tekenang. Menurut Balai Besar TNBKDS (Taman Nasional Betung Kerihun dan Danau Sentarum), secara administratif bukit tersebut masuk ke dalam wilayah Dusun Parit, Desa Dalam, Kecamatan Selimbau, Kabupaten Kapuas Hulu, Provinsi Kalimantan Barat. Di bawah bukit, terdapat fasilitas Resort dan Guest House yang diperuntukkan bagi wisatawan maupun peneliti yang sedang meneliti kawasan Danau Sentarum.

06 | URE IV

Mata pencaharian masyarakat di sekitar Bukit Tekenang adalah nelayan. Sebenarnya mereka semua bukan penduduk asli Dusun Parit, Desa Dalam (Kawasan Bukit Tekenang). Mereka tinggal di rumah lanting (rumah terapung) untuk memudahkan mobilitas dalam mencari ikan. Warga yang tinggal di lanting kawasan Bukit Tekenang sebenarnya mempunyai rumah tetap di luar wilayah tersebut. Ketika mereka telah selesai dalam pekerjaannya maka mereka akan kembali ke rumah (pulang kampung). Letak rumah asli mereka ada yang di kecamatan lain, bahkan ada juga yang berada di kabupaten lain. Setiap hari mereka mencari ikan air tawar di sepanjang Sungai Tawang dengan cara memasang jermal maupun bubu. Menurut Ujang Sabli, salah satu pemilik lanting di kawasan Bukit Tekenang mengatakan bahwa jermal adalah jala khusus untuk mencari ikan ketika air pasang, berbeda dengan bubu yang digunakan untuk menangkap ikan pada saat air surut (kering).


Berbicara mengenai kehidupan nelayan maka tak lepas dari adanya mitos turun temurun yang dipercaya oleh masyarakat sekitar. Apalagi kawasan Bukit Tekenang memiliki dua lingkungan fisik berbeda yang saling berdampingan, yaitu kawasan sungai dan kawasan hutan. Masyarakat sekitar meyakini adanya mitos tentang makhluk-makhluk legenda (cryptid) yang mendiami kawasan. Adanya makhluk mitologi tersebut berhubungan dengan kehidupan mata pencaharian warga. Salah satu mitos tentang makhluk-makhluk legenda ini adalah Hantu Jebubu. Kisah ini menurut beberapa warga bukan sekedar isapan jempol belaka, karena banyak orang yang pernah menjumpai hingga mengejar makhluk tersebut. Hantu Jebubu menurut pemaparan Ab Aswan, salah seorang penjaga Resort Tekenang adalah makhluk yang suka mencuri ikan di pukat-pukat warga yang dipasang di pinggiran sungai.

Makhluk ini memiliki kuku panjang, bertubuh kecil menyerupai anak kecil dan dapat berlari kencang. Nama unik dari makhluk tersebut menurut Hekal, seorang laki-laki yang tinggal di Dusun Pengembung, berasal dari kata Jebubu yang artinya rambut yang mengerucut ke atas (orang Jawa sering menyebutnya kuncung). Makhluk tersebut memiliki tinggi sekitar setara dengan anak usia 11 tahun. Menurut Hekal, dulu pernah ada orang yang menjumpai Hantu Jebubu dan mengejarnya, namun tidak berhasil menangkapnya karena selain larinya kencang dia juga bisa loncat cukup jauh. Karena memiliki tubuh kecil dan berbeda dengan konotasi hantu pada umumnya yang terkesan menyeramkan, Hantu Jebubu ini tidak ditakuti. Uniknya lagi makhluk ini muncul pada siang hari. Menurut pemaparan beberapa warga sekitar, ia sering kepergok warga ketika mencuri ikan di daerah hulu sungai.

PHOTOS BY DEMETRIA ALIKA

07| URE IV


Sebenarnya bahasan mengenai mitos Hantu Jebubu di daerah kawasan Danau Sentarum sangat menarik. Sangat disayangkan bahwa informasiinformasi seperti ini sangat susah ditemukan. Masih banyak mitos-mitos lain yang tak kalah populer dari Hantu Jebubu, misalnya: sapi hutan, mata jin, dan lapuak (orang kerdil). Sepanjang hayat, tidak ada dokumentasi sama sekali tentang kisah ini, dan informasi hanya bergulir dari mulut-ke mulut yang mana bisa saja cerita ini dapat hilang ditelan zaman. Bahkan Pak Lulu Sutrisno selaku kepala seksi pengelolaan taman nasional wilayah VI Semitau tidak mengelak bahwa di Kawasan Danau Sentarum ini belum pernah ada penelitian mengenai folklore maupun bidang sosio kultural lainnya. Kebanyakan peneliti yang mengambil tempat Danau Sentarum selalu mengambil tema tentang alam. Kalaupun ada yang mencari data tentang sosio kultur hanya sebatas sebagai data tambahan saja. Oleh karena itu ini merupakan peluang besar bagi para akademisi untuk membuka jendela baru memandang Danau Sentarum sebagai kawasan objek penelitian yang tidak melulu tentang alam. Dapat diamati juga kehidupan masyarakat di dalamnya yang tidak lain merupakan kunci utama dalam manajemen lingkungan dan sumber daya yang ada.

PHOTOS BY DEMETRIA ALIKA

08 | URE IV


09 | URE I V

MENGEMBARA BERSAMA KEMARAU DAN KABUT ASAP OLEH : FARIZ ARDIANTO Sel ama berpetual ang kami tel ah berkenal an bai k dengan dua penduduk asl i Danau Sentarum. Hampi r seti ap pagi , saat barang-barang tel ah kami kemas, mereka berdua datang untuk sekedar menyapa. Saat kami pul ang dari hutan di seti ap sorenya, Â mereka pun kembal i datang untuk menyambut. Pada mal am hari saat kami terti dur merekapun di am tenang untuk menj aga. Mereka adal ah kemarau dan kabut asap. Begi tul ah hari -hari kami berl al u di bawah naungan kemarau. Suhu terti nggi yang pernah kami catat mencapai angka 42 deraj at cel ci us! Pada awal nya mungki n susah bagi kami untuk beradaptasi , tetapi l ama kel amaan kami pun mul ai terbi asa mandi dengan ai r sungai yang di penuhi bangkai i kan, udara yang bercampur kabut asap dan sengatan matahari yang datang menembus kedal am hutan.

Di bal i k i tu semua, sensasi kemarau di tengah danau memang bukan mai n. Hamparan l uas dasar danau bi sa dengan bebas kami j ej aki . Namun, ada beberapa area yang berl umpur dan cukup dal am. Sudah beberapa kal i anggota ti m terti pu ol eh bi as keri ngnya permukaan tanah. Saat kaki di j ej akkan ti ba-ti ba saj a l umpur sudah di atas l utut, aj ai b memang. Sungai pun demi ki an, satusatunya sungai yang masi h beri si ai r adal ah al i ran anak Sungai Danau Pemerak. Musi m kemarau panj ang memang membuat i kan-i kan mati . Namun, hal i ni j uga menj adi berkah karena i kan-i kan berkumpul di sungai sempi t yang mana bi sa kami j ari ng dengan mudahnya untuk kemudi an di bawa ke mej a santapan. Secara kesel uruhan, petual angan i ni menyenangkan. 8 orang mahasi swa yang hanya pernah berkutat di Tanah Jawa ti ba-ti ba saj a pi ndah j auh ke negeri seberang di bekas Keraj aan Tanj ungpura. Sungguh sebuah pengal aman yang pasti akan kami kenang wal au peri h j uga j i ka harus di paksa menj al ani nya l agi .

PHOTO BY FARIZ ARDIANTO


VI ERU | 01 PHOTO BY DEMETRIA ALIKA

KEELOKAN KEPINGAN SURGA DALAM JANTUNG BORNEO OLEH : FAHRUDIN RAHARJA Menikmati keindahan danau sentarum dalam sisi yang berbeda, sungguh hal yang tidak biasa. kebanyakan wisatawan berkunjung ke danau sentarum pada saat kondisi masih penuh dengan air, tapi tidak dengan kawan kawan URE 4. Kami mengunjungi danau pada saat kondisi kering dan hanya tersisa satu sungai besar, yaitu Sungai Tawang bersama aliran airan sungai kecilnya. “memang tidak biasa mas, kenapa datang saat danau kering, biasanya orang orang datang saat danau penuh?�, ujar salah satu warga Dusun Tekenang. Sangat jauh memang perbedaan danau pada saat kondisi tergenang dengan kondisi kering. Walaupun berbeda tetap saja semua mempunyai kelebihannya masing masing. Keindahan Sentarum tidak akan luntur meskipun terjadi perubahan yang sangat signifikan.

Kurang lebih 4 jam perjalanan air dengan mengendarai long boat menuju Resor Tekenang, kelokan disepanjang perjalanan membuat waktu 4 jam tak begitu terasa. Di sepanjang sungai terlihat senyuman wajah nelayan yang sedang mengantung hidup di Sungai Tawang, kondisi danau memang kering saat itu tetapi tidak dengan Sungai Tawang. Di sini, Sungai Tawang merupakan harapan terakhir disaat semua air danau hilang, hingga danau terisi kembali. Rasa kagum tak akan pernah hilang atas keberkahan dan ketakjuban akan danau yang berbeda ini. Setelah beberapa lamanya perjalanan terlihat bukit yang cukup tinggi di tengah daratan danau yang kering. Berakhirlah sudah perjalanan kami, karena kami telah sampai di bukit yang dinamai Tekenang ini. Secara administratif bukit ini masuk dalam Kecamatan Selimbau, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat. Puncak bukit ini merupakan salah satu spot terbaik untuk menikmati keindahan Danau Sentarum dari ketinggian. Sesampainya di Resort Tekenang kami beristirahat sejenak, hingga akhirnya harus banyak mempersiapkan logistik untuk hari berikutnya. Setelah semua selesai kami berencana untuk beristirahat sejenak dengan melihat pemandangan Danau Sentarum dari Puncak Bukit Tekenang. Untuk jalur sendiri, terdapat jalan setapak di belakang guest house untuk menuju puncak bukit ini. Elevasi bukit ini juga tak seberapa tinggi. Namun, meski ketinggian hanya 130 meter dari dasar, jalan untuk menuju kesana cukup terjal dan curam.


PHOTO BY FARIZ ARDIANTO

OLEH : GRACIA MELSIANA Capung dikenal sebagai hewan perairan, sehingga tempat terbaik untuk menemukan mereka tentunya di wilayah perairan. Segala tipe lahan basah dapat menjadi tempat perkembangbiakan yang baik bagi capung, hanya saja beberapa jenis capung mungkin dapat berkembang lebih baik pada kondisi badan air tertentu. Pada umumnya, jenis-jenis capung lebih banyak dijumpai pada danau dan perairan yang bersuhu hangat dengan tutupan vegetasi yang relatif baik, namun ada juga capung yang memiliki sifat “pemilih� (habitat specialist).


“Perubahan keanekaragaman dan kemelimpahan capung di suatu lokasi merupakan sinyal terbaik untuk mengetahui adanya perubahan kondisi lingkungan� Selama berkegiatan di Taman Nasional Danau Sentarum, khususnya di Hutan Kerinung, kami menemui capung yang beberapa diantaranya berasal dari famili Libellulidae, Gompidae, Aeshnidae dan Coenagrionidae. Salah satu capung cantik yang kami temui ini berasal dari famili Libellulidae. Warnanya yang cantik membuat kami penasaran karena jarang kami temui di Jawa. Namun, terbangnya yang sangat gesit, mengurungkan niat kami untuk melihat dari jarak yang dekat.

OLEH : GRACIA MELSIANA

PHOTO BY FARIZ ARDIANTO


“Sungguh besar simpanan cadangan karbon yang kita miliki, andaikan semua hilang apa yang akan terjadi pada negeri ini.. ?”, dalam sebuah diskusi terlintas perbincangan, sesuatu yang telah lama terabaikan dalam kehidupan masyarakat tetapi memiliki peranan yang dapat merubah iklim dunia, yaitu gambut. Benda ini dapat menjadi asing bagi sebagian orang, tapi bagi sebagian orang yang lain ini dapat menjadi perbincangan tahunan, terlebih bagi orang yang merasakan efek langsung akibat hilangnya gambut karena kebakaran. Sebelumnya, gambut sendiri merupakan jenis tanah organik yang terbentuk dari bagian vegetasi yang telah terurai dan terendam air selama ratusan tahun. Atas dasar kepedulian ini, Mapagama tergerak untuk melakukan penelitian tentang gambut. Dengan membawa judul Pemetaan Distribusi Spasial Stok Karbon Lahan Gambut Tropis Menggunakan Machine Learning” kami berangkat melakukan penelitian,

PHOTOS BY DEMETRIA ALIKA

BANK KARBON YANG MULAI HILANG OLEH : FAHRUDIN RAHARJA

Kondisi sangat terik siang kala itu ketika kami berangkat menuju Hutan Kerinung. Di dalam hutan yang masuk dalam kawasan Taman Nasional Danau Sentarum itu kami mengambil sebanyak 32 titik area dalam kurun waktu kurang lebih 2 minggu. Kami mengambil data seperti : titik koordinat, kedalaman tanah gambut, tingkat kematangan gambut, serta mengambil beberapa sampel tanah gambut untuk keperluan perhitungan bulk density. Dengan data ini akan didapat estimasi stok karbon yang terdapat pada Hutan Kerinung. Tingkat emisi dari CO2 yang terkandung dalam lahan gambut dapat dijadikan indikator kerusakan lingkungan, Dikarenakan, apabila kebakaran terjadi maka kita dapat mengestimasi berapa jumlah CO2 yang akan lepas ke atmosfer. Karena gas ini lah yang mendorong terjadinya emisi gas rumah kaca. Dengan hasil penelitian ini kami berharap dapat digunakan sebagai saran dalam pengambilan keputusan terkait mana titik lahan gambut yang perlu diawasi terkait jumlah karbon yang akan dilepaskan apabila sampai titik itu dapat terbakar.

13| URE IV


14 | URE IV

BUKIT TE(R)KENANG OLEH : M. KHOLID Kalimantan Barat adalah salah satu provinsi yang memiliki keanekaragaman hayati yang sangat beragam, salah satu di dalamnya adalah Kawasan Kapuas Hulu. Kapuas Hulu sendiri memiliki dua taman nasional yaitu Taman Nasional Betung Kerihun dan Danau Sentarum. Pada kegiatan URE 4 ini kami berada dikawasan Taman Nasional Danau sentarum, lebih tepatnya di daerah Bukit Tekenang. Menurut Peraturan Presiden No. 3 Tahun 2012 Bukit Tekenang merupakan salah satu Kawasan pengembangan ekowisata dimana memiliki peran dalam menjaga keseimbangan ekosistem dan sumber daya alam yang ada disana. Diharapkan pengelolaan ekowisata tidak hanya mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat setempat tapi juga dapat membantu memelihara kelestarian sumber daya alam. Foto dibawah adalah ketika kapal kami akan tiba di Bukit Tekenang, salah satu obyek wisata andalan di Taman Nasional Danau Sentarum. Bukit Tekenang merupakan salah satu bukit yang terletak di tengah Danau Sentarum,

Bukit Tekenang mempunyai ketinggian 130 mdpl. Tidak begitu tinggi namun cukup menarik untuk didaki, dengan vegetasinya yang cukup rapat dibutuhkan waktu 10-20 menit untuk bisa mencapai puncak bukit. Di atas bukit terdapat gardu pandang yang dari atas sana kita bisa melihat hamparan luas Danau Sentarum. Sepanjang jalur pendakian sendiri kita dapat menjumpai berbagai macam fauna seperti monyet dan berbagai macam burung, tidak ayal bahwa Kawasan ini juga menjadi tempat yang ideal untuk mengamati burung (bird watching). Dari hasil pengamatan Faris teman ekspedisi saya kali ini, disini terdapat berbagai jenis burung, diantaranya adalah kadalan selaya, kangkareng perut-putih, sikatan melatu, merbah corok-corok, elang bondol, pelatuk kijang, ciung air loreng dan masih banyak lagi.

PHOTO BY DEMETRIA ALIKA


PHOTO BY DEMETRIA ALIKA

Aksesibilitas adalah faktor utama dalam sebuah wisata, untuk bisa mencapai Bukit Tekenang wisatawan bisa menempuh perjalanan dari Kota Pontianak menuju Putussibau dengan menggunakan pesawat (1jam) dan mobil atau kendaraan umum (12 jam), setelah itu bisa memilih lewat jalur darat via Lanjak (3 jam) atau lewat Semitau (5 jam), baru setelah itu menaiki speed boat menuju Bukit Tekenang. Akses terakhir menuju Bukit Tekenang hanya bisa menggunakan speed boat karena letaknya ditengah Danau Sentarum. Pada Ekspedisi URE 4 kemarin, kami pergi ke Semitau dahulu untuk melakukan presentasi rencana ekpedisi di SPTN Semitau baru setelah itu menuju Bukit Tekenang. Masyarakat di Resor Tekenang mempunyai peran yang cukup penting dalam pengelolaan ekowisata. Beberapa masyarakat menjadikan rumahnya sebagai homestay, ada yang membantu menjadi porter, menyewakan longboat mereka untuk menikmati keindahan Danau Sentarum, menjual cinderamata khas Bukit Tekenang, dan tentunya turut merawat alam sekitar mereka. Data dari TNBKDS mengatakan bahwa terjadi peningkatan kunjungan ke Kawasan Bukit Tekenang, tahun 2016 terdapat 1890 pengunjung dan sampai akhir tahun 2018 kemarin jumlah pengunjung mencapai 5701 pengunjung baik wisatawan lokal maupun mancanegara.

15| URE IV

PHOTO BY FARIZ ARDIANTO


16 | URE IV

PHOTO BY FARIZ ARDIANTO

"Man has been endowed with reason, with the power to creator, so that he can add to what he’s been given. But up to now he hasn’t been a creator, only a destroyer. Forests keep disappearing, rivers dry up, wild life’s become extinct, the climate’s ruined and the land grows poorer and uglier every day" -Anton Chekhov, Uncle Vanya, 1897


W A R N A W A R N I T E K E N A N G PHOTOS BY DEMETRIA ALIKA

OLEH : M. KHOLID Masyarakat di Desa Tekenang mayoritas bukanlah penduduk tetap disini, mereka tinggal di Dusun Tekenang karena pekerjaan mereka sebagai nelayan yang membuat mereka harus menetap disini. Masyarakat Tekenang umumnya memiliki satu rumah lagi di daerah perkotaan seperti di Semitau, Sintang, dan daerah lainya yang merupakan rumah asli mereka. Mereka akan kembali kerumah asli mereka satu atau dua kali dalam sebulan.  Mural-mural dirumah penduduk Tekenang atau biasa disebut “Lanting� adalah hasil lukisan pelukis terkenal di Putussibau. Lukisan-lukisan ini dibuat selain untuk memperindah lanting penduduk juga untuk menarik perhatian para pengunjung yang datang. Jumlah penduduk di Desa Tekenang sendiri hanya berjumlah 50 orang. jumlah penduduk yang terlalu sedikit dan kurang dari minimal jumlah penduduk untuk memasang tower internet menyebabkan desa ini tidak memiliki jaringan sinyal internet. Ketika ingin mendapatkan jaringan internet, perlu cukup usaha untuk naik keatas bukit dan berada di menara pengawas demi bisa mendapatkan sinyal internet.

17 | URE IV


A LITTLE TASTE OF KERINUNG'S HOMEGROWN

PHOTOS BY DEMETRIA ALIKA

OLEH : DEMETRIA ALIKA PUTRI

"biawan, patiN, toman, and all other fishes as a DAY-TO-DAY protein" Sudah

tidak

asing

lagi

bagi

kita

untuk

mengkonsumsi ikan sebagai makanan sehari-harinya. Namun, ikan yang biasanya kita konsumsi tidak di dapat langsung dari sungai ataupun habitat tempat tinggalnya,

melainkan

kita

membelinya

di

pasar

maupun supermarket. Berbeda dengan perkotaan, Danau Sentarum menawarkan berbagai macam jenis ikan air tawar maupun ikan air rawa gambut dengan jumlah

yang

Walaupun

berlimpah

kondisi

dan

Sungai

akses

yang

Tawang

di

mudah. bulan

Keistimewaan

dari

ikan

biawan

adalah kemampuannya untuk hidup di air tawar dan di air rawa gambut. Spesies ini kami temukan dimana saja, bahkan sampai di anakan sungai di Hutan Kerinung itu sendiri. Hal yang cukup mengasyikkan adalah kita dapat langsung membakar ikan dan

menyantapnya

di

tempat

menangkap ikan tersebut. Namun, harus diperhatikan juga lingkungan sekitar,

membuat

api

di

lahan

gambut harus sangat berhati-hati.

September ini sedang surut akibat musim kemarau,

Beberapa

ikan-ikan masih dapat ditangkap walaupun tidak

gambut disebabkan oleh api untuk

semudah saat air sedang pasang. Jenis ikan yang

membakar ikan yang belum padam

dapat ditemukan disini antara lain ikan patin, toman,

sepenuhnya

betok, biawan, gabus, lele, lais dan jenis-jenis lainya.

sehingga api merambat ke sekitar.

18 | URE IV

kasus

kebakaran

dan

lahan

ditinggalkan


KABUT YANG TIDAK PERNAH HILANG OLEH : M. KHOLID

PHOTOS BY DEMETRIA ALIKA

Kalimantan Barat tidak lepas dari kasus kebakaran hutan tahun ini, begitu juga di Daerah Kapuas Hulu. Beberapa bekas lahan terbakar kerap kami temui di sepanjang perjalanan menuju tempat pengambilan data. Melalui pandangan mata pun kami bisa melihat hutan sebelah tempat kami menginap sedang terbakar. Menurut penuturan masyarakat dan Manggala Agni (tim pemadam kebakaran), ada beberapa penyebab mengapa kebakaran hutan terjadi disini. Salah satu penyebabnya adalah faktor yang dianggap remeh tapi kerap jadi pemicu pembakaran lahan yaitu sakit hati. Lahan yang masih kosong dan lapang di Kalimantan Barat menyebabkan kerap terjadi sengketa lahan antar beberapa belah pihak. Sengketa ini tidak jarang diselesaikan hingga ke meja hijau, yang menyebabkan adanya pihak legal yang

kalah dan yang menang. Bagi satu pihak yang kalah maka hal yang kerap terjadi adalah menolak keputusan dan tidak terima dengan kemudian membakar lahan yang disengketakan tadi. Kemudian, kebakaran hutan kerap dijadikan pengalihan isu bagi para pelaku illegal logging. Para pelaku illegal logging akan membakar hutan didaerah yang berlawanan dengan lokasi penebangan mereka agar para petugas patrol Polisi Hutan & Manggala Agni berfokus untuk memadamkan api sehingga mereka bisa menebang pohon dengan leluasa tanpa khawatir ada patroli dari polisi hutan. Faktor penyebab yang sering terjadi adalah pembukaan lahan perkebunan kelapa sawit, hutan tanaman industri, dan pertanian dengan cara dibakar.

19 | URE IV


20| URE IV

PHOTOS BY FARIZ ARDIANTO

Sebelas Kangkareng Dalam Satu Ara Oleh : Fariz Ardianto Ada suatu pagi di Bukit Tekenang dimana kami melihat sekelompok burung rangkong terbang menyeberangi Sungai Tawang dengan senyapnya. Terhitung belasan individu seakan memanfaatkan kicauan burung hutan untuk menyembunyikan kepak nyaringnya. Burung-burung rangkong itu memang istimewa. Masyarakat Dayak menjadikan rangkong sebagai simbol akan hal yang berhubungan dengan Dewa. Selain itu rangkong adalah simbol keberanian dan dianggap sebagai panglima para burung. Terlepas dari hal yang berkaitan dengan kepercayaan, burung rangkong sejatinya adalah penjaga hutan. Kegemarannya untuk memakan buah berperan besar dalam proses penyebaran biji pada lantai hutan. Namun sayang, saat ini tren populasinya semakin menurun karena maraknya perburuan dan kerusakan pada habitatnya.

Keinginan untuk menyaksikan parade rangkong untuk kesekian kalinya membuat kami pagi itu bergegas mengambil kamera dan mulai berjalan mengikuti arah terbangnya. Kami berjalan melalui walkboard yang terpasang pada bagian Utara dan Selatan bukit secara perlahan dengan harap-harap cemas akan bertemu. Sekitar 15 menit kami berjalan, benar saja sekitar 40 meter di depan kami tepatnya di tajuk pohon Ara (Ficus sp.), belasan rangkong itu beraktivitas. Ada yang bertengger, menelisik buah-buah ara, terbang pendek dan saling berteriak untuk menunjukkan persaingan. Dari pengamatan ini barulah kami bisa mengidentifikasi jenis rangkong yang kami temui sebagai Kangkareng perut-putih (Anthracoceros albirostris). Ini adalah salah satu pengalaman luar biasa dalam rangkuman petualangan kami di Kapuas Hulu. Menyaksikan sekelompok rangkong dalam satu pohon yang utuh. Sebagai wilayah yang ditetapkan dalam areal "Heart of Borneo", Taman Nasional Danau Sentarum memang menyimpan banyak sekali kekayaan alam yang terpendam dan sudah menjadi tugas kita untuk menggalinya.


YANG TIDAK TERLIHAT ANTARA KAMI DAN BURUNG GEREJA

PHOTO BY FARIS ARDIANTO

Oleh : Fariz ArdiantoÂ

Kota Putussibau adalah salah satu tempat kami singgah. Setelah perjalanan selama 4 jam sejak bertolak dari Jogja, kami tiba di Bandar Udara Pangsuma Putussibau. Di kota inilah kami menghabiskan sebagian waktu ekspedisi untuk mengurusi perijinan masuk kawasan dan membeli stok logistik selama berada di danau. Hal tersebut mengharuskan kami untuk menginap selama beberapa hari. Beruntungnya, kebutuhan untuk akomodasi ini difasilitasi oleh pihak Taman Nasional Betung Kerihun dan Danau Sentarum (Tana Bentarum). Lokasi menginap berjarak sekitar 15-20 menit dari kantor tergantung kondisi jalanan. Orang-orang biasa menyebut lokasi ini sebagai mess. Pada sejarahnya, mess ini adalah bekas kantor dari Taman Nasional Betung Kerihun sebelum digabung menjadi Tana Bentarum. Letaknya yang terpisah dari pemukiman warga dan dipagari oleh pohon-pohon besar yang rindang seakan menambah kesan ‘Kalimantan banget!’ menurut kami, pada awalnya. Pertama kali masuk mess kami cukup penasaran Issue 27 | 234 dan mengecek seluruh ruangan termasuk kamar mandi.

21| URE IV


AKILA AIRTEMED YB OTOHP

MESS TNBKDS Mess ini memang sepi dan jarang ditinggali oleh orang kantor, penjaganya pun hanya seorang dan saat kami datang beliau sedang pulang kampung jadi tidak sempat berkenalan dan saling sapa. Setelah cukup lama berkeliling kami memutuskan untuk tidur bersama di ruang tengah karena lampu kamar yang mati. Malam pertama kami habiskan dengan cukup nyenyak, tentram, aman dan damai. Pagi pertama kami di mess cukup menarik. Aku sendiri terbangun pukul 5 pagi waktu Putussibau dan bergegas untuk sholat subuh. Tujuanku bangun pagi memang untuk sekedar birding di bagian belakang rumah yang terlihat masih hijau. Pada waktu itu, seluruh anggota tim sedang tidur dengan pulasnya di ruang tengah. Waktu menunjukkan pukul 05.45 dan aku sudah berada di halaman belakang untuk sekadar mengatur kamera agar sesuai dengan cahaya yang cukup redup. Entah bagaimana kemudian 20 meter disebelah Timur mess, salah seorang anggota tim yaitu Mbak Grace terlihat berjalan masuk pekarangan belakang. Waktu itu belum ada pikiran aneh, mungkin dia lagi cari serangga pikirku. Hingga satu jam kemudian, aku selesai dengan hal birding dan lainnya, teman-teman ekspedisiku juga banyak yang sudah terbangun.

22 | URE IV


AKILA AIRTEMED YB SOTOHP

Spontan aku tanya kepada mbak Grace apakah tadi dia keluar sekitar jam 5 lebih, dan jawabannya adalah dia baru bangun. Ehehehehehehe, Entah siapa itu tadi tapi aku cukup yakin itu Mbak Grace. Baju, celana, dan rambutnya terlihat sama persis seperti yang sedang digunakan Mbak Grace sekarang. Tapi entahlah, dan hari itu petualangan kami berlanjut! Setelah pulang dan sekitar jam 5 sore beberapa kawan ada yang mandi, ada yang sekedar merokok dan melakukan test penerbangan drone. Jam 8 evaluasi rutin dimulai, Cukup lama kami berdiskusi, tiba-tiba aku dan Mbak Grace spontan menoleh kearah lorong yang ada di Timur ruang tengah karena ada yang mengetuk cukup kencang. Bukan kami saja yang kena, kemarin pun Ijal dan kawan lainnya bercerita kejadian yang sama. Ahaha, kami tidak pikir panjang dan meneruskan diskusi hingga larut malam. Begitulah kemudian malam-malam berikutnya berlangsung di mess, sungguh sebuah sambutan yang mantap bagi kami orang-orang Jawa yang pertama kali menginjak Tanah Kalimantan. Entah itu semua hanya halusinasi atau memang ada yang tidak terlihat diantara kami dan burung-burung gereja yang tiap pagi datang untuk sekedar mengucapkan selamat pagi. OLEH : FARIZ ARDIANTO

23 | URE IV


SETTLING ON A STREAM OLEH : KRESNA MUHARRAM

PHOTO BY DEMETRIA ALIKA

Jika Danau Sentarum diibaratkan sebagai tubuh manusia, maka Sungai Tawang adalah nadinya. Sebagai sungai, arah aliran Sungai Tawang ini tidak selalu memanjang lurus. Sungai Tawang ini memiliki kondisi yang elevasinya tidak terlalu tinggi dan banyak sekali kelokan. Dengan kondisi demikian, selalu banyak kejutan yang bisa kami temui di tiap kelokannya. Di belokan tertentu kadang kami menemukan pohon kayu tinggi besar yang kami belum tau namanya. Kadang juga, kami menemukan mamalia lucu seperti macaca atau burung yang jarang kami lihat seperti bangau. Kadang juga kami menemukan pemukiman penduduk. Sebenarnya kami tidak terlalu kaget dengan adanya pemukiman rumah. Di daerah asal kami di Yogyakarta, sudah tentu ada puluhan ribu pemukiman penduduk. Hal yang berbeda dan membuat unik adalah, pemukiman penduduk disini terdiri dari rumah-rumah yang pondasinya bukan tanah melainkan air.

Bagi rumah yang mengapung di atas air ini, penduduk sekitar menyebutnya sebagai lanting. Rumah-rumah ini semua juga sama-sama dikonstruksi dari kayu-kayu hutan yang sangat mudah untuk diambil. Oh ya, disini juga masih ada rumah yang menapak tanah. Namun, alih-alih kakikakinya berpondasikan tanah langsung, rumah disini ditopang oleh tiang tinggitinggi sebagai pondasinya. Sehingga terlihat sangat mencolok dari permukaan sungai. Menembus danau lebih dalam lagi, ternyata rumah yang dihuni oleh masyarakat bukan lagi hanya ditopang kayu besar tetapi justru malah memiliki lambung dibawahnya. Jika lanting adalah rumah yang dapat berfungsi seperti kapal, ada juga yang ternyata menjadikan kapal tersebutlah rumahnya. Gambar ini diambil di Rumah Bang Aswan. Di kapal (atau rumah) ini terdiri dari dua keluarga yang tinggal dengan sangat nyaman dibawah naungan anjungan “rumah�.

24 | URE IV


25 | URE I V

"SI CANTIK NEPENTHES" & "SI KUAT SEMUT HUTAN" “Puluhan hingga ratusan populasi nepenthes (Kantung Semar) yang berada di Hutan Kerinung sebagai indikator adanya lahan gambut� OLEH : FAIZAL MUSTHOFA

Perjalanan yang ditempuh tim sejauh 40 km di lapangan bukan menjadi perkara yang mudah. Banyaknya halangan dan rintangan dari kawat pandan berduri hingga puluhan semut yang memasuki tubuh anggota tim menjadi cerita yang menarik. Semua perjuangan tim selama perjalanan terbayar dengan melihat cantiknya bebagai jenis nepenthes yang menyelimuti sepanjang tim melakukan observasi lapangan. Nepenthes atau tanaman kantung semar yang sering kami temukan itu ternyata juga bisa menjadi indikator bahwa disekitar lokasi itu terdapat lahan gambut, hal itu dikarenakan lahan gambut merupakan salah satu ekosistem sehat bagi tanaman cantik tersebut.

PHOTOS BY DEMETRIA ALIKA

Puluhan sarang semut juga ditemukan selama kami melakukan kegiatan observasi lapangan. Uniknya, sarang semut tersebut terlihat sangat kuat dan kokoh menempel di batang pohon. Sarang semut tersebut berasal dari material-material tanah yang dibawa oleh semut hutan dari dasar pohon. Jumlah dari sarang semut yang ditemukan selama tim melakukan observasi berjumlah ratusan.


Perjumpaan kami hampir selalu terjadi setiap pagi di bagian belakang Resort Tekenang, Seringkali kami melihat burung ini terbang berpasangan diantara dahan-dahan pohon Kerangas. Sikatan Melayu memang penghuni wilayah dataran rendah hingga pada ketinggian 800 mdpl. Burung ini menyukai habitat hutan dataran rendah dan rawa yang dekat dengan aliran air atau sungai. Karena Bukit Tekenang menyediakan itu semua, hal ini menyebabkan perjumpaan dengan burung ini hampir selalu terjadi.

KIAN TERANCAM PHOTO BY FARIZ ARDIANTO

SIKATAN MELAYU: SI CANTIK TERANCAM YANG BERCORAK BIRU OLEH : FARIZ ARDIANTO

Sikatan Melayu adalah sebuah burung cantik yang juga turut menemani kami selama ekspedisi. Berukuran kecil, berwarna biru tua dengan dada berwarna merah bata-jingga.

26 | URE IV

Status konservasi burung Sikatan Melayu berdasarkan data IUCN Redlist of Threatened Species tahun 2017 adalah Near Threatened yang berarti terancam. Hal tersebut dikarenakan tren populasinya yang terus menurun seiring dengan hilangnya habitat hutan dataran rendah secara masif pada wilayah Asia Tenggara.


GEOMORPH -OLOGY OF LAKE SENTARUM OLEH : FAIZAL MUSTHOFA

Secara geomorfologi Hasil Klasifikasi Verstappen (1975) Kawasan TNDS umumnya termasuk dalam bentuk lahan hasil proses Fluvial dengan nama satuannya berupa paparan banjir/flood plain. Hal tersebut dapat dianalisis berdasarkan material penyusunnya /litologi, relief/topografi, dan struktur/proses geomorfologinya. Menurut Peta Geologi Lembar Sintang Skala 1:250.000, Hampir seluruh Kawasan TNDS termasuk dalam kondisi geologi endapan alluvium dan danau (Qal), endapan alluvium (Qa), dan endapan alluvium tertoreh (Qat) yang berisi material lumpur, kerakal, pasir, dan bahan tumbuhan. Material tersebut ada sejak zaman kuarter dengan gugusan geologi yang relatif sederhana. Hasil analisis spasial menunjukan bahwa relief/topografi TNDS secara umum berupa dataran berbentuk datar dengan kemiringan lereng 0-8%. Namun, terdapat pula variasi morfologi dari berombak, bergelombang, hingga berbukit dengan kemiringan lereng 045%. Proses geomorfologi yang berkembang di Kawasan TNDS berupa erosi, transportasi, dan sedimentasi. Hal tersebut diketahui dari proses kejadian pertahunnya dimana tinggi air pada Kawasan TNDS yang memiliki rata-rata fluktuasi sangat tinggi kurang lebih 12 meter. “Kawasan TNDS memiliki keunikan sebagai daerah paparan banjir yang mampu menampung 25% luapan air Sungai Kapuas dan sekitarnya pada saat musim hujan sehingga mengurangi resiko banjir di hilir Sungai Kapuas”. Hanya saja, pada saat musim kemarau, 50% air dalam danau mengalir ke Sungai Kapuas sehingga kondisinya sangat kering. Kondisi geomorfologi tersebut mendukung dari kenampakan bentuk lahan yang ada saat kini. Kondisi iklim yang basah dan lembab, dengan material pendukung berupa keanekaragaman hayati di dalamnya, serta proses geomorfologi berupa erosi, transportasi, dan sedimentasi dari sungai disekitarnya mendukung adanya pembentukan gambut. Kondisi yang selalu basah tersebut ditunjukkan dengan terjadinya pembentukan gambut pada zaman es terakhir (Anshari et.al, 2004). Gambut yang berada di Kawasan TNDS merupakan gambut tropis tertua di dunia berumur >2000 tahun. Gambut tersebut terbentuk akibat mencairnya es di Kutub Utara sehingga terdapat areal yang selalu tergenang dengan material organic berasal dari sisa-sisa pohon, rerumputan, lumut, dan jasad hewan yang proses akumulasinya lebih tinggi dibandingkan dekomposisinya,

PHOTO BY DEMETRIA ALIKA


DI BALIK PERJALANAN YANG RUMIT, TIDAK ADA YANG MENYERAH UNTUK PAMIT Aku ingin menantang kemampuanmu untuk berhitung, coba cari jawabannya! jika perjalanan dari Kota Yogyakarta menuju Gunungkidul diperlukan waktu sekitar dua jam maka hitung waktu yang diperlukan dari Putussibau menuju ke Lanjak (letak kecamatan Danau Sentarum) yang masih berada di satu kabupaten! Sudah ketemu jawabannya? Yak benar Jawabannya adalah 4 hari!

PHOTOS BY DEMETRIA ALIKA

Jadi begini, perlu enam jam berpusing-pusing di dalam pick up sebelum kami beramai-ramai ditampar oleh violet matahari dari atas sepit (kapal) untuk menuju ke Resor Tekenang serta tempat penelitian kami. Dengan panas seperti ini, rasanya matahari tepat berada sejengkal di atas kepala. Apalagi dengan kondisi sepit yang terbuka, teriknya sinar matahari selain dari atas malah juga kami rasakan dari bawah! Gelombang air serta permukaan sungai yang luas ini saling memantulkan sinar kembali ke atas termasuk juga ke arah kami. Tidak ada yang bisa kami lakukan untuk menghalau panas itu dari atas sepit. Satusatunya pilihan yang bisa kami ambil adalah menunggu hingga sepit ini tiba di tujuan. Untuk mencapai Resor Tekenang di kondisi kemarau, kami perlu waktu sekitar enam jam perjalanan dari dermaga terakhir. Menurut penuturan penuturan dari pendamping kami yaitu Mas Yoffan selaku anggota Resor Tengkidap,

28 | URE IV

"apabila musim hujan maka perjalanan bisa berlangsung lebih cepat, hal ini disebabkan karena muka air danau yang meningkat". , di saat musim sedang panas-panasnya seperti Bulan September kemarin, kondisi air benar-benar hanya terkonsentrasi di kawasan Sungai Tawang. Bahkan karena hal tersebut, kami sempat mempertanyakan apakah kita sudah berada di kawasan Danau Sentarum atau belum. Karena memang, kondisi benar-benar kering dan hanya menyisakan sungai dan padang kering. Pada saat kaki kami menapak di sepit itulah, saat terakhir dimana kami melihat kendaraan motor dan jalanan aspal. Tidak ada raungan klakson motor, semua menyepi digantikan oleh raungan sepit serta aliran Sungai Tawang. Di tengah semua kesulitan ini, tidak ada yang memutuskan pergi, tidak ada yang kembali.

PHOTO BY DEMETRIA ALIKA

PHOTO BY FARIZ ARDIANTO

OLEH : KRESNA MUHARRAM


PHOTOS BY DEMETRIA ALIKA

FACING THE DROUGHT Kami bergerak sangat lambat. Kondisi danau yang kering membuat kami harus mengeluarkan energi ekstra untuk menempuh perjalanan melintasi keringnya Danau Sentarum. Kondisi cuaca yang terik bersama surutnya sungai membuat kami harus berjalan kaki. Tempat dimana kami melakukan penelitian kali ini adalah di Danau Pemerak, yang mana itu adalah sebuah gugus danau dari satu kesatuan Danau Sentarum. Sebelum kami melakukan perjalanan kesana, terlebih dahulu kami meminta izin kepada kepala nelayan setempat. Kami kesana bukan karena hal klenik atau semacamnya, melainkan itu dikarenakan banyaknya pukat yang dipasang melintang di sepanjang sungai menuju ke tengah danau, yang ditakutkan dapat menganggu aktifitas nelayan disana. Jelas saja, kondisi danau sangat surut, ditambah pula banyak sekali pukat.. Dengan tantangan seperti itu, minggu pertama sangatlah berat bagi kami. Memasuki minggu kedua air sungai menjadi semakin surut. Sebelumnya, perahu bisa masuk hingga ketengah danau. Kini perahu hanya bisa sampai ke mulut sungai atau pertemuan antara Sungai Tawang dengan Sungai Pemerak, Hal tersebut menjadikan perjalanan menuju basecamp menjadi semakin jauh. Kami mulai jalan dari start di pertemuan sungai pada pukul 09.00 WIB hingga tiba disana lengkap dengan logistik kami tepat pukul 16.00 WIB, Sungguh berat sekali jika harus mengingat perjalanan itu kembali.

OLEH : FAHRUDI N RAHARJA

29 | URE IV


CAUGHT IN THE MIDST OF MIST

Dari yang awalnya cukup terkejut dengan keberadaan kabut asap ini, lama-kelamaan kami mulai terbiasa dengan jarak pandang yang cukup terbatas dan suasana yang cukup buram.

OLEH : DEMETRIA ALIKA PUTRI

Satu-satunya saat dimana kabut asap ini tidak terlihat adalah disaat matahari berada di titik tertinggi di langit. Hal ini juga berarti disaat suhu lapangan mencapai titik tertingginya. Suhu yang tinggi dilengkapi kabut asap memang kombinasi yang tidak ada duanya.

Selain dihadapi dengan suhu yang tinggi dan jauhnya rute penelitian, asap kiriman tak main-main menemani perjalanan kami. Melihat begitu banyaknya kabut asap tanpa mengetahui sumber atau penyebabnya, membuat kami sering khawatir, apakah api berada di dekat lokasi atau tidak?

Walaupun intensitas asap kiriman yang kami terima cukup besar, bau asap sendiri tidak cukup tercium oleh kami. Lebatnya vegetasi di Hutan Kerinung itu sendiri mungkin berpengaruh dalam menyaring kabut asap. Selain itu, tentu saja bau ikan dan keringat akibat tidak mandi selama di lapangan jauh lebih mendominasi.

30 | URE IV PHOTOS BY FARIZ ARDIANTO


llibdaorB der-dna-kcalB iagnus najuh-rupmeS

Cymbirhynchus macrorhynchos

MENGGEMPUR SEMPUR-HUJAN SUNGAI MUDA

PHOTOS BY FARIZ ARDIANTO

Burung ini tidak sengaja kami temukan saat sedang berjalan pagi di sekitar areal camp pada pinggiran Hutan Nung. Terdapat 2 ekor individu yang terhitung pada saat itu. Dari pengamatan kami, burung-burung ini sedang mencari makan berupa serangga (semut) yang ada pada batang pohon pesisir seperti Kawi (Shorea belangaran) dan Kamsia serta Melanjau. Selama kurang lebih 30 menit kami diam dan mengamati perilaku burung ini sembari bersiap untuk merekam suaranya apabila sewaktu-waktu berbunyi, Suara burung sempur ini cukup unik, suaranya berupa nada-nada konstan naik turun yang cukup unik. Selama 30 menit itu pula lensa kamera kami selalu terangkat untuk menggempur si Sempur melalui lensa kamera yang kami bawa.


VAST DESERT OF SENTARUM OLEH : FAHRUDIN RAHARJA

“Apa apaan nih, danau kering gini gak ada airnya, padang savana ini...”, kelakar Faizal salah seorang ketua peneliti URE 4. Kondisi danau sangat kering membuat perjalanan menuju tempat penelitian menjadi sangat berat. Pada kondisi air pasang, akomodasi untuk bepergian bisa menggunakan perahu. Namun, karena saat ini adalah saat kemarau, kini kami harus berjalan ditengah panasnya padang savana Danau Sentarum yang temperaturnya mencapai 42 derajat Celsius, tentu saja ini diperparah dengan kabut asap yang menyelimutinya.

Danau Sentarum Merupakan Danau Musiman yang terdapat di kawasan Taman Nasional Betung Kerihun dan Danau Sentarum. Di saat musim musim hujan, aliran air di Sungai Kapuas mengisi cekungan cekungan yang terdapat di daerah sekitar Sentarum yang membuatnya terisi dengan air. Karena wilayah yang cukup luas, maka daerah ini berubah menjadi danau. Apabila saat musim kemarau tiba, danau ini mengalami surut menyesuaikan dengan kondisi sungai Kapuas. Sehingga danau hanya menyisakan aliran-aliran sungai kecil dan mengubah kondisi danau yang sebelumya terisi penuh oleh air menjadi surut. Bahkan tak jarang juga sangat kering dan tak menyisakan air sedikitpun. Atas dasar inilah yang membuat Danau Sentarum menjadi danau pasang surut terbesat di Asia Tenggara “Sekarang masyarakat bisa mengendarai sepeda motor untuk transportasi ke daerah yang tidak dapat dijangkau dengan perahu seperti halnya masyarakat di pulau sepandan dan pulau majang.”, ujar Kepala Resort Pulau Majang. Di balik keringnya danau, terdapat hikmah di sana. Karena air surut merupakan musim panen ikan bagi masyarakat disekitar Danau Sentarum. Ikan yang sebelumnya bisa berenang bebas, kini berada aliran aliran kecil yang tersisa di tengah keringnya danau. Akhirnya, dengan mudahnya nelayan disana menangkap ikan yang hanya tinggal membentangkan pukat melintasi sungai.

PHOTOS BY DEMETRIA ALIKA

32 | URE IV

Sekitar 2 – 3 bulan dalam setahun, kondisi kawasan Danau Sentarum yang sebelumnya terisi dengan air akan menghilang dan menyisakan dataran rendah berupa cekungan cekungan. Keunikan lain dari danau ini adalah, airnya yang berwarna coklat kehitaman yang sangat tinggi akan asam humus. Ini terjadi karena tanah gambut yang sangat luas dikawasan danau. Selain ikan, pada musim kemarau banyak burung burung migran yang datang ke danau Sentarum untuk mencari makanan, seperti Dara laut Jambul ,Bangau Tong – Tong, Pecuk Ular Asia, selain itu juga ada Pekaka Emas, Elang, dan masih banyak lagi.


BERTAHAN BERKAT BIAWAN OLEH : FARIZ ARDIANTO

Musim kemarau memang menyimpan sisi baiknya dalam-dalam. Salah satunya adalah Ikan Biawan. Ikan Biawan banyak ditemukan pada perairan Danau Pemerak karena situasi kemarau memaksa koloni Biawan untuk berenang menuju sungai-sungai kecil yang tersisa. Bayangkan saja ikan dari danau seluas itu di pepatkan dalam satu aliran sungai kecil berukuran 3m dengan kedalaman kurang dari 1 meter. Bahkan terkadang secara tidak sengaja ikan-ikan Biawan itu terinjak saat kami menjejakkan kaki di dasar Aliran Sungai Danau Pemerak. Menangkap ikan disini sangat mudah. Salah satu guide kami, Pak Sam bahkan mampu menangkap puluhan Biawan hanya dengan menggunakan tangan, tanpa pukat. Tangan-tangan lincah Pak Sam memang sangat handal akan halhal seperti ini, Kami sendiri jujur saja cukup cupu dalam hal ini, menggunakan pukat pun rasanya lama sekali untuk mendapatkan 20 ekor ikan.

33 | URE IV

Setiap sore saat cuaca tidak terlalu panas biasanya kami mulai pergi ke aliran sungai untuk mengecek pukat yang sudah kami tanam hari sebelumnya, tugas terberat dari hal ini adalah melepaskan ikan dari jeratan pukat. Selain itu, proses yang diperlukan untuk membersihkan ikan Biawan pun cukup melelahkan, karena durinya yang cukup tajam. Namun dibalik itu semua, rasa ikan biawan amat yahuuud dan mantap. Tidak terlalu amis untuk kami yang tidak terbiasa makan ikan air tawar.

PHOTOS BY DEMETRIA ALIKA


"Burung Kicau Penduduk Asli Bukit Tekenang"

MERBAH

COROK-COROK

PHOTO BY

FARIZ ARDIANTO


PHOTOS BY DEMETRIA ALIKA

RODA SAWIT YANG BERPUTAR DI KAPUAS HULU OLEH : M. KHOLID Kami kerap menemui beberapa truk pembawa kelapa sawit ketika berada di lapangan, gambar diatas adalah salah satu yang kami temui di daerah Semitau. Indonesia merupakan negara penghasil minyak sawit terbesar di dunia, dari 64 juta ton produksi sawit dunia, Indonesia menyumbang 35 juta ton. Provinsi Kalimantan Barat masuk kedalam urutan keempat sebagai provinsi produsen kelapa sawit terbesar di Indonesia. Tidak mengherankan jika jumlah perusahaan sawit di Kalimantan Barat sangat banyak, ada sebanyak 64 buah sementara 3 dari perusahaan pengolahan kelapa sawit ada di Kabupaten Kapuas Hulu (Gapki, 2016). Minyak Sawit merupakan salah satu industri strategis di Indonesia sebagai penghasil devisa terbesar yaitu Rp239 triliun. Selain itu, Industri minyak kelapa sawit merupakan industri padat karya, oleh karena itu bertambahnya produksi minyak sawit akan menambah kebutuhan tenaga kerja. Jumlah tenaga kerja dari tahun 2001 sebesar 2,1 juta orang kini ditahun 2018 sudah meningkat menjadi 16,2 juta orang yang terdiri dari 4,2 juta tenaga kerja langsung dan 12 juta tenaga kerja tidak langsung (Kementerian Pertanian, 2018). Pertumbuhan industri sawit dari tahun 2000 mampu menurunkan kemiskinan di pedesaan sekitar 1,3 juta penduduk, disusul juga dengan 10 juta penduduk yang berhasil keluar dari kemiskinan dikarenakan melonjaknya industri kelapa sawit (TNP2K, 2018). Hubungan industri kelapa sawit dan penurunan kemiskinan sangat erat karena industri

"MENJADI PRODUSEN KELAPA SAWIT TERBESAR DI DUNIA ARTINYA KITA HARUS MENJADI YANG TERDEPAN PULA DALAM PENGELOLAAN" - PRESIDEN JOKO WIDODO kelapa sawit berada di pedesaan pada kabupaten di Indonesia (Sawitindo, 2018).

190

Namun, di luar itu semua ada beberapa hal yang menjadi masalah dari adanya industri kelapa sawit. Pertama adalah masalah pembukaan lahan yang menggunakan cara dibakar. Menurut penuturan beberapa masyarakat di Kapuas Hulu, salah satu penyebab kebakaran selama ini adalah pembukaan lahan kelapa sawit. Belum lama ini diberitakan bahwa dari tanggal 1 september – 23 September 2019 di Kalimantan Barat terdapat 1.576 titik api. Kapolri Jenderal Tito Karnavian Bersama kepala BNPB dan Panglima TNI juga melakukan pengecekan menggunakan helkopter dan didapatkan bahwa lahan yang terbakar ada disamping-samping lahan sawit. Beliau mengatakan bahwa ini adalah praktek “land clearing”. Selain itu penanaman sawit yang monokultur juga memberikan dampak negatif bagi tanah yang kesuburanya menjadi berkurang dan mengganggu ekosistem yang ada disana sebelumnya.

35 | URE IV


PHOTOS BY DEMETRIA ALIKA Sekitar belasan truk yang berisi penuh dengan hasil panen berupa sawit dibawa menyeberangi Sungai Kapuas dengan kapal pengangkut.

36 | URE IV


KAWAT PANDAN BERDURI PENGHADANG TIM OLEH : FAIZAL MUSTHOFA Kegiatan pengambilan data lapangan selama penjelajahan tim URE IV sempat mengalami kendala. Salah satunya akses untuk menuju titik sampel satu dengan sampel lainnya dihadang oleh kawat pandan berduri yang tingginya hingga 3 meter menjulang ke atas. Pandan yang memiliki nama spesies Pandanus tectorius merupakan salah satu jenis pandan yang memiliki duri dan tinggal di ekosistem lahan basah seperti gambut dan di pesisir pantai. Pandan sebagai salah satu indikator bahwa disekitar lokasi berupa lahan gambut. Â Pengambilan sampel tetap dilakukan meskipun lokasi plot kajian berada di sekitar tanaman pandan. Bahkan pada saat pengambilan plot sampel kedalaman gambut di sekitar pandan memiliki kedalaman hingga 9 meter. Hal tersebut menunjukan bahwa lokasi pandan berada disekitar kubah gambut. Sedangkan jenis serangga yang dapat teridentifikasi disekitar tanaman pandan juga memiliki keanekaragaman yang cukup tinggi. 37 | URE IV PHOTOS BY DEMETRIA ALIKA


IF A TINY CREATURE SUCH AS CATERPILLAR, CAN ENDURE ALL THE COMPLEXITY AND INTRICACY OF ITS TRANSFORMATION TO BECOME A BUTTERFLY; THERE IS NO REASON FOR US HUMANS NOT TO DO THE SAME THING - JEFFREY KLUGER OLEH : GARCIA MELSIANA Indonesia, Hutan di Kalimantan khususnya, dikenal sebagai megabiodiversitas atau keanekaragamannya sangat tinggi. Tidak hanya flora yang unik dan indah tetapi juga faunanya. Kami menemui banyak sekali kupu-kupu yang berasal dari famili Papilionidae , Nympalidae , Danaidae , Pieridae dan masih banyak lagi.

PHOTOS BY FARIZ ARDIANTO

38 | URE IV

Dalam perjalanan melakukan penelitian di Hutan Kerinung, beberapa diantara kami menggunakan baju dengan warna yang beranekaragam. Bagi Fariz, warna baju kombinasi cokelat hijau dan hitam sering dipakainya untuk mempermudah dalam melakukan pengamatan burung. Saya dan beberapa teman lain, sering menggunakan warna cerah. Hal ini akan sangat menguntungkan bagi kami yang akan mengamati kupu-kupu. Beberapa jenis dari famili Pieridae memiliki preferensi warna kuning atau warna cerah lainnya. Oleh karena itu, ketika kami sampai di suatu titik pengamatan, kami yang berbaju cerah akan didekati serangga bahkan sampai mengikuti perjalanan kami.


RAJA LANTING PHOTOS BY DEMETRIA ALIKA

OLEH : M. ISMAIL HAMSYAH

Masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan Resort Tekenang bermata pencaharian nelayan. Sebagai nelayan, mereka bergantung pada ketersediaan ikan di Sungai Tawang. Para nelayan di sekitar kawasan Resort Tekenang tidak mengenal waktu kapan ia harus bekerja. Di pagi hari, siang hari, bahkan malam hari ada saja orang yang sedang memasang bubu di sungai. Hal ini juga dapat dibuktikan ketika saya bertemu dengan Hekal. Pada suatu pagi menjelang siang, saya bertemu dengannya di depan Guest House Resort Tekenang. Ia sedang memperbaiki bubu miliknya seorang diri, yang berarti pada pagi itu ia tidak pergi mencari ikan. Pada siang hari, ketika kami perjalanan pulang selepas mengambil data menuju basecamp di Hutan Nung, kami selalu bertemu dengan beberapa orang nelayan yang sedang menangkap ikan. Pada malam hari, saat kami di Resort Tekenang, kami melihat beberapa orang mengarungi sungai menggunakan senter yang sangat panjang jarak tembaknya untuk mencari ikan juga. Hal ini diperkuat dari ucapan Ujang Sabli yang mengatakan bahwa pada malam hari pun beberapa warga tetap pergi mencari ikan.

39| URE IV


PHOTOS BY DEMETRIA ALIKA

Bulan September itu, sungai berada pada kondisi sedang kering-keringnya. Jumlah ikan juga tidak sebanyak bulan-bulan sebelumnya. Terlihat pada jumlah ikan tangkapan yang menurun. Pak Sam, salah seorang penjaga Resort Tekenang dan juga sebagai seorang nelayan membenarkan hal tersebut. Ia berpendapat bahwa menurunnya ikan pada bulan September tersebut terjadi karena pada bulan-bulan sebelumnya ketika masih musim hujan orang-orang terlalu banyak menangkap ikan. Jadi, ikan dewasa yang siap panen tinggal sedikit. Permasalahan ke dua menurut Pak Sam yang menjadikan jumlah ikan menurun yaitu kondisi kemarau yang cukup ekstrem menjadikan anakan sungai di sekitar mengering dan membuat ikan sulit untuk berkembang biak. Hal tersebut terjadi karena beberapa jenis ikan memang bertelur di daerah anakan sungai yang mengering itu.

40 | URE IV

Memancing ikan sebenarnya adalah kegiatan mudah yang dapat dilakukan di kawasan Sungai Tawang, namun tidak untuk bulan September itu. Pagi hari kami bersama Pak Ibung pergi mencari bambu di Bukit Tekenang. Tempatnya tidak jauh dari Resort Tekenang. Waktu itu saya, Kresna, dan Kholid membantu Pak Ibung membawakan bambu yang telah dipotong membentuk pancing. Bambu yang kami ambil berukuran kecil berwarna hijau. Masyarakat sekitar menyebutnya bambu kecil. Selain dapat digunakan untuk memancing, tanaman bambu yang ditanam di kawasan Bukit Tekenang ini juga digunakan sebagai penanda batas wilayah kepemilikan tanah.


41 | URE I V

DANAU SENTARUM DAN PENDIDIKAN OLEH : M. ISMAIL HAMSYAH

PHOTO BY FARIZ ARDIANTO

PHOTO BY DEMETRIA ALIKA

Negara Indonesia mengajak warga masyarakatnya untuk mengikuti program wajib belajar 12 tahun sejak 2015 silam. Artinya, setiap orang wajib mengikuti program pendidikan pada jenjang SD, SMP, SMA. Namun hal tersebut masih menjadi perbincangan hangat hingga saat ini. Tidak tersedianya biaya dan kesulitan akses tetap menjadi alasan utama orangorang untuk tidak mengikuti kewajiban tersebut. Tentu hal ini menjadi pro dan kontra antar kelompok sosial. Pemerintah sudah berupaya dengan mengeluarkan bantuan dana seperti beasiswa, Kartu Indonesia Pintar, dan sebagainya agar rakyatnya dapat menerima pendidikan secara merata. Namun di lapangan, beberapa orang merasa tidak mendapatkan fasilitas tersebut. Orang banyak melihat Danau Sentarum hanya dari sudut pandang keindahan alam dan kekayaan flora dan faunanya saja. Sisi lain dari Danau Sentarum yang jarang sekali orang perhatikan adalah sosial budayanya, terutama pendidikan yang diperoleh oleh penduduknya. Hal ini diperjelas oleh paparan dari Hekal, salah satu warga Dusun Pengembung.

PHOTO BY FARIZ ARDIANTO


Ia mengatakan di Dusun Pengembung yang merupakan salah satu dusun yang memiliki jumlah penduduk terbanyak hanya memiliki satu sekolah dasar saja. Muridnya pun tidak banyak, terdiri dari beberapa puluh anak dari Dusun Pengembung dan dusun-dusun lain di sekitarnya yang jaraknya cukup jauh. Akses satu-satunya menuju Dusun Pengembung adalah dengan menggunakan transportasi air, yaitu speed boat . Di Kawasan Danau Sentarum ini speed boat sudah layaknya sepeda motor atau bahkan mobil. Setiap keluarga mempunyai speed boat masing-masing Perihal yang akan saya ceritakan di sini bukan mengenai akses yang susah atau minimnya biaya untuk sekolah, Namun, faktor lain yang juga memengaruhi seseorang tidak sekolah. Kisah ini menyangkut salah seorang anak yang dapat saya katakan mewakili beberapa anak di Danau Sentarum yang tidak mau sekolah, sebut saja namanya R. Ia merupakan anak berusia belasan tahun yang tidak melanjutkan sekolah di SD Pengembung, waktu itu dia keluar di kelas 2, tidak melanjutkan lagi setelah itu. Kata ibunya dan bahkan wargawarga sekitar, ia sudah sering dibujuk untuk sekolah tetapi tetap tidak mau. Kami juga membujuknya agar mau sekolah dengan mengiming-imingi bisa jalan-jalan keliling Indonesia naik pesawat dan lain sebagainya.

Hekal, sebagai warga Dusun Pengembung berpendapat bahwa mereka terlalu dimanjakan oleh kondisi lingkungan. Anak kecil yang tidak sekolah pun dapat menjadi jutawan hanya dengan menemukan ikan hias di Sungai Tawang yang apabila dijual harganya jutaan rupiah per ekornya. Mungkin itu pula yang menjadikan R tidak mau sekolah. Ia melihat kakakkakaknya, tetangga-tetangganya yang juga sudah tidak sekolah tetap mendapatkan banyak uang dan bisa beli jajan. Apalagi anak yang belum berpikiran dewasa cenderung meniru apa yang dilakukan oleh orang-orang di lingkungannya. Jadi, yang saya tegaskan adalah sebenarnya bukan hanya masalah akses dan minimnya biaya yang menjadikan seseorang tidak mau menempuh pendidikan, namun juga faktor lingkungan yang mempengaruhinya untuk tidak sekolah. Faktor-faktor tersebut misalnya kondisi alam yang nyaman dan pengaruh sosial budaya dari lingkungan sekitar yang tidak memungkinkan anak menempuh pendidikan hingga ke jenjang SMA. Memang benar, orang tua mereka menyuruh mereka sekolah, namun lingkungan mereka mengatakan hal yang berbeda yang tidak selaras dengan apa yang dikatakan orang tuanya.

42| URE IV

PHOTO BY FAHRUDIN RAHARJA


43 | URE I V

PHOTOS BY DEMETRIA ALIKA

PENELITIAN YANG KAMI LAKUKAN Ada satu kegiatan inti yang kami lakukan disana yaitu meneliti. Disana kami meneliti dua aspek yaitu abiotik dan biotik. Judul penelitian dari tim Abiotik adalah Memetakan Distribusi Spasial Stok Karbon Lahan Gambut Tropis Menggunakan Machine Learning Berbasis Data Pengindraan Jauh Resolusi Menengah. Dalam penelitian ini, kami memiliki fokus tujuan untuk mengkaji akurasi metode machine learning berbasis data penginderaan jauh dan data lapangan dalam memetakan distribusi spasial stok karbon lahan gambut tropis. Kami juga memetakan distribusi spasial stok karbon di lahan gambut tropis menggunakan data-data yang kami sebutkan di awal. Sementara itu, di lain sisi untuk penelitian biotik, kami meneliti dengan judul "Keanekaragaman Serangga Pada Tingkat Kematangan Gambut Berbeda". Dalam penelitian ini, memiliki fokus tujuan untuk mengetahui sebaran tingkat kematangan gambut dan mengetahui keanekaragaman serangga pada tingkat kematangan gambut berbeda.

OLEH : KRESNA MUHARRAM


UGM RESEARCH EXPEDITION IV

GAMBUT & SERANGGA

PHOTOS BY DEMETRIA ALIKA

44 | URE IV


Pelatuk sayap-merah Crimson-winged Woodpecker Picus puniceus Deskripsi Berukuran sedang, berwarna hijau dan merah. Menyukai habitat hutan dataran rendah dan umum dijumpai hingga ketinggian 900m dpl, tinggal pada tajuk hutan primer dan hutan sekunder. Suka memakan semut dan rayap pada batang-batang kayu. Masa breeding di Kalimantan tercatat pada bulan Juni. Suara sedikit berbeda dengan pelatuk lain yang berupa ratapan tiuik ataupun seri suara yang terdiri atas lima hingga tujuh nada kwii yang menurun.

PHOTO BY FARIZ ARDIANTO


46 | URE I V

PERALATAN PENELITIAN URE IV Pit Fall Trap

Pada prinsipnya pit fall merupakan salah satu metode yang digunakan untuk menangkap serangga yang berjalan diatas tanah, dan kemudian akan terjebak pada lubang yang telah dibuat secara representative dengan lubang tertentu. Biasanya pit fall menggunakan gelas atau wadah lainnya dengan menambahkan alkohol didalamnya. Hal tersebut bertujuan supaya serangga yang terjebak tidak dapat keluar lagi. IMAGE SOURCE : WWW.GOOGLE.COM

Sweep Net

Pada prinsipnya sweep net merupakan metode dalam penangkapan serangga yang terbang atau beraktivitas baik di udara atau di pohon kemudian ditangkap menggunakan jaring dengan panjang transek dan lebar transek tertentu. Contoknya penangkapan kupu kupu dan capung .

PHOTO BY DEMETRIA ALIKA

Thermohygro Meter

PHOTO BY DEMETRIA ALIKA

Termohygro meter merupakan alat yang mempunyai dua indikator pengukuran yaitu thermometer dan Hygrometer. Thermometer berfungsi untuk mengukur suhu pada suatu area / ruangan tertentu, sedangkan hygrometer berfungsi untuk mengukur kelembaban udara pada suatu area / ruangan. Jadi, termohygro meter digunakan untuk mengukur suhu dan kelembaban udara di suatu area baik indoor maupun outdor.


47 | URE I V

PHOTO BY DEMETRIA ALIKA

Kompas & GPS

Alat ini digunakan untuk menentukan letak posisi kami di permukaan bumi dengan bantuan penyelarasan (synchronization) menggunakan 24 satelit, yang mengirimkan sinyal gelombang mikro ke bumi. Alat ini digunakan untuk mementukan titik koordinat kami pada saat melakukan pengulangan pengeboran di setiap titik. Kompas digunakan untuk menentukan arah mata angin Bor Gambut

Bor Kedalaman Gambut ini berfungsi untuk mengukur tingkat kedalaman dari gambut, yang nantinya digunakan sebagai acuan untuk menghitung kandungan karbon tang terdapat pada lahan gambut.

PHOTO BY DEMETRIA ALIKA

Kertas Papilot

IMAGE SOURCE : WWW.GOOGLE.COM

Pita Meter

Alat ukur panjang yang bisa digulung dengan panjang 150 cm. di sini kami gunakan untuk mengukur diameter dari pohon dan tinggi semai pohon untuk keperluan analisis tutupan lahan serta ketinggian gambut pada bor kedalaman.

Kertas ini berfungsi sebagai tempat penyimpan kupu – kupu agar sayapnya tidak rusak. Kertas ini bisa terbuat dari kertas minyak, kertas kalkir ataupun kertas biasa dengan ukuran tertentu.

IMAGE SOURCE : WWW.GOOGLE.COM


PHOTO BY FARIZ ARDIANTO

Kadalan Selaya Raffles’s Malkoha Rhinortha chlorophaeus

48 | URE IV

Deskripsi Kepala dan dada burung jantan berwarna merah-karat dengan tunggir abu-abu, sedangkan burung betina kepala dan dadanya berwarna abu-abu. Burung ini memiliki ekor panjang bertingkat yang berwarna coklat dan berujung putih. Burung ini mudah dijumpai pada habitat hutan primer, hutan sekunder maupun hutan kerangas hingga ketinggian 900m dpl


PHOTO BY DEMETRIA ALIKA

A BUG'S LIFE OLEH : GARCIA MELSIANA

PHOTO BY FARIZ ARDIANTO

Yaaa, seperti tujuan kami di awal, di Taman Nasional Danau Sentarum ini, khususnya di Hutan Kerinung, kami melakukan penelitian salah satunya mengenai keanekaragaman serangga pada tingkat kematangan gambut berbeda. Beruntungnya, bedasarkan survei, kami menemukan tiga tingkat kematangan gambut yang berbeda yaitu fibrik, hemik dan saprik. Pengamatan serangga dalam tim kami dilakukan oleh Ilham dan saya sendiri. Sementara itu, Fariz dan Kresna melakukan analisis vegetasi serta pengamatan burung sebagai data tambahan. Tentu saja banyak serangga, burung dan tumbuhan yang jarang kami lihat di Jawa dapat kami temui di sini. Namun, persamaannya adalah, Hutan Kerinung persis seperti ekosistem hutan pada umumnya, keterkaitan antara faktor biotik dan abiotik sangat erat dan kompleks.

BANYAK PENGALAMAN DAN HAL BARU YANG KAMI DAPATKAN SELAMA MELAKUKAN PENELITIAN INI. Dari mulai tidak tahu menjadi tahu, dari mulai belum pernah menjadi pernah, dan mulai dari belum suka menjadi suka, atau justru sebaliknya, hehehe. Medan yang sulit, khas Hutan Kalimantan, menjadikan kami memiliki rasa memiliki, terutama data. Kami menjadi mengerti bahwa data itu “mahal�. Bukan hanya mahal secara materi tapi juga dari proses mendapatkannya.

49 | URE IV


50 | URE I V

PHOTO BY FARIZ ARDIANTO


PHOTO BY DEMETRIA LIKA

PHOTO BY FARIZ ARDIANTO

SANG PEMANGKU KEBIJAKAN TANA BENTARUM OLEH : KRESNA MUHARRAM

Sebelum berangkat dan setelah pulang dari samudera pepohonan Hutan Kerinung, adalah kewajiban yang paling pertama dan paling terutama untuk sowan ke Kantor Balai TNBKDS. Selalu terlihat optimisme dari segenap keluarga besar TNBKDS apabila ada kabar jika tempat tersebut akan dijadikan objek penelitian. Begitu juga saat tim URE IV pertama kali menginjakkan kaki. Ada harap-harap besar kepada kami sebelum kami berangkat menuju objek penelitian. Maklum, relasi TN dengan objek yang menjadi tanggung jawabnya masih belum bisa maksimal, disebabkan keterbatasan sumber daya dan lokasi pengamatan yang luas. Kepada kami semua, pengharapan serta rasa khawatir disampaikan secara lantang di presentasi keberangkatan. Disampaikanlah tentang adanya gambut tropis tertua dan masukan kepada kami untuk memetakan itu semua.

PHOTO BY DEMETRIA LIKA

Serta tidak luput juga ada masukan tentang inventarisasi serangga yang dimiliki oleh kawasan. Kami sadar, pundak kami masih belum seberapa kuat untuk mengangkat beban tanggung jawab yang dibebankan kepada kami. Yang membuat kami tetap bersemangat adalah, kami mengerti, beban berat ini hanya tentang benang kusut yang masih ruwet untuk dirapikan. Kehadiran kami adalah untuk menemukan dimana awal letak benang ini kusut, dan setelah itu akan mudah sekali untuk merapikannya.

51 | URE IV


Mapping

Perbandingan Kondisi Pasang Surut Danau Sentarum Menggunakan Citra Sentinel 2

Musim Kemarau

Musim Hujan


OLEH : FAIZAL MUSTHOFA

CARBON STOCK & PEAT THICKNESS MAP In

Kerinung

Forest

U

Skala 1 : 15.000

U

(cm)

Skala 1 : 20.000

53| URE IV

53| URE IV


NUSANTARA; PERTIWIKU YANG MERINTIH OLEH : HANIF NUR HASSAN AL FARUQI

Untuk apa pembelajaran di ruang-ruang perkuliahan Jika pada akhirnya hutan dibakar, dieksploitasi demi kepentingan pribadi. Untuk apa bertualang Jikalau mengabaikan nilai-nilai keseimbangan Alam Raya. Lantas, kita akan menyadari bahwa kepunahan dan kehancuran, senantiasa terjadi. Setiap dari insan, seharusnya memiliki peran, dan peran yang baik adalah peran untuk kebermanfaatan. Untuk kehidupan yang berkelanjutan bukan? Sejenak, mari menyadari bawa Ibu Pertiwi sedang tidak baik-baik saja. Ragam flora terancam kelestariannya, Margasatwa tergganggu kehidupannya, Sedang kita terus saja membungkus pengetahuan hanya dalam teori dan teori tanpa aksi. Kita butuh lebih dari sekedar tafsiran Kita perlu masuk ke dalam, ambil peran dan menjadi satu generasi baru yang memegang arah haluan. Singgasana Tanah Borneo, ekosistem rawa, sungai dan hutannya menyatu dalam kepingan pulau bernama Kalimantan. Lahan-lahan itu musti kita jaga, meski kecil dampaknya, bila kita memiliki niat baik, kelak, Sang Maha Kuasa tentunya akan berikan jalan. Jalan-jalan kehidupan, ekosistem yang baik, yang didalamnya tumbuh segala macam kebermanfaatan. Mari, jaga dan rawat bersama!

54 | URE IV PHOTO BY DEMETRIA ALIKA



Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.