POTENSI PENYIMPANGAN SUBSTANSI DALAM PROSES LEGISLASI PERATURAN DAERAH Tulisan ini disusun untuk diajukan sebagai makalah pada Seminar dan Lokakarya Nasional: Peraturan Daerah dalam Pencapaian Tujuan Otonomi Daerah: Meningkatkan Akses dan Partisipasi Publik dalam Menelaah Perda untuk Menjamin Transparansi & Akuntabilitas dalam Pengimplementasian Perda Ari Nurman1 , Diding Sakri 2 , Saeful Muluk3 Perkumpulan INISIATIF Institute for Innovation, Participatory Development and Governance Jl. Guntursari IV No.16, Bandung 40264, INDONESIA Juli 2006 ABSTRAK Dalam proses penyusunan peraturan perundangan (peraturan daerah/perda) secara partisipatif, masyarakat dapat terlibat dari mulai penelitian dan penyusunan naskah akademik, sampai dalam proses legislasi di parlemen (DPR-D). Lebih dari itu, tidak memungkinkan lagi bagi masyarakat untuk terlibat. Tahapan terakhir proses legislasi tersebut adalah sebuah black box, yaitu proses pengajuan draft raperda untuk dibahas dalam sidang paripurna sampai penulisannya dalam lembaran daerah. Pada tahapan ini, proses bersifat politis dan sangat menentukan nasib dari peraturan yang diajukan tersebut. Pada setiap tahapan legislasi sangat berpotensi untuk terjadinya penyimpangan substansi perda. Penyimpangan substansi ini terkait dengan kepentingan stakeholder yang berbeda terhadap peraturan yang sedang disusun, baik yang pro maupun yang kontra. Namun dengan ketelitian, argumen dan pendekatan yang baik dan rasional pada saat pembahasan, biasanya penyimpangan tersebut dapat dihalangi dan dikembalikan pada substansi yang benar. Tapi kemudian penyimpangan yang paling sulit untuk dihalangi adalah setelah draft raperda disepakati dalam pembahasan untuk diajukan pada sidang paripurna sampai perda tersebut ditempatkan dalam lembaran daerah. Pada tahapan tersebut, masyarakat tidak lagi dapat berperan. Pengawalan terhadap substansi perda hanya akan dapat dilakukan oleh mereka yang memungkinkan terlibat didalam sidang paripurna dan penempatan perda dalam lembaran daerah. Seperti diantaranya anggota DPRD dan pihak eksekutif (misalnya staf sekretariat dewan, staf sekretariat daerah, bupati). Untuk melihat ada atau tidaknya perubahan, kita melakukan analisis dengan membandingkan isi (content analysis) draft raperda sebelum dan sesudah blackbox, yaitu diantaranya setelah draft raperda disepakati dalam pembahasan untuk diajukan dalam sidang paripurna sampai perda tersebut selesai ditempatkan dalam lembaran daerah. Logikanya, bila ada penyimpangan maka akan terlihat dari adanya perubahan dalam Ari Nurman, ST. (ITB), M.Sc. (TU Delft), adalah manajer program merangkap staf peneliti di Perkumpulan INISIATIF. (arinurman@yahoo.com) 2 Diding Sakri, ST. (ITB), adalah Direktur Perkumpulan INISIATIF.(diding@bdg.centrin.net.id) 3 Saeful Muluk, S.Sos. (UNPAD), adalah staf peneliti di Perkumpulan INISIATIF. (ipung_0404@yahoo.com) 1
1