POTENSI PENERIMAAN NEGARA DARI SEKTOR PERTANIAN DI DAERAH DAN PERMASALAHANNYA Ringkasan
SEKTOR PERTANIAN DI INDONESIA
FAKTA SINGKAT 37,77 - 38,29 juta jiwa tenaga kerja bekerja di sektor pertanian tahun 2015 56,1-56,9 juta jiwa bergantung pada sektor pertanian
Sektor pertanian merupakan tempat jutaan orang menggantungkan diri dan penghidupannya. Dalam pengusahaannya, secara kasat mata, terlihat diusahakan oleh perorangan, skala kecil, dan informal. Data statistik menunjukan bahwa petani di Indonesia sebagian besar hanya menggarap kurang dari 0,5 hektar saja.
Rata rata pendapatan rumah tangga pertanian 2013: Rp.26.561.000per tahun (Rp.12.414.000 dari usaha di sektor pertanian) Rata-rata Luas Lahan yang Dikuasai per Rumah Tangga Usaha Pertanian Tahun 2013: 8926m2 Pengguna lahan: 25.751.267 petani Gurem: 14.248.864 petani Kontribusi Sektor pertanian (dan perkebunan): 7,5% dari total 1550Trilyun Penerimaan Negara pada tahun 2014 Hanya ada 4,209 pelaku usaha berbadan hukum di tahun 2013
Sektor ini diatur pemerintah melalui beberapa peraturan yang pada prinsipnya, semua usaha budidaya tanaman harus mendapatkan izin dari pemerintah. Namun hal ini hanya dibatasi untuk usaha yang mempekerjakan lebih dari 10 orang pekerja atau yang luasan area usahanya lebih dari 25 hektar (pasal 7 UU 18/2010) dan kurang dari 10.000 hektar (pasal 8 ayat (2) UU 18/2010)i. Sementara berdasarkan Permentan Nomor: 39/Permentan/OT.140/6/2010, untuk skala usaha yang kurang dari yang ditetapkan diatas, cukup mendaptar pada pemerintah daerah setempat. Selain itu, semua pelaku usaha budidaya tanaman yang menggunakan fasilitas, memanfaatkan jasa dan/atau sarana yang disediakan oleh pemerintah, wajib membayar Penerimaan Negara Bukan Pajak (Pasal 10 ayat (2) UU 18/2010).
“Contohnya, ada seorang petani besar yang pendapatan bersihnya mencapai 1.2 milyar per tahun. Namun karena dia tidak memiliki NPWP dia praktis "tidak terlihat" oleh negara, dan dia tidak membayar sesen pun pajak.�