Airport Bulletin Dec 2015

Page 1

MEMIJAK BUMI

MENATAP DUNIA

DESEMBER 2015

HOME OF THE

BRAVE THE UNITED STATES

MASA DEPAN SANG

HEGEMON

BET WEEN H EGEMONY AND

DUNIA YANG DIKUASAINYA

MULAI BERUBAH... APAKAH SANG PENGUASA

STABILITY

GUN RIGHTS

Harus Berubah Juga?

SOLUSI ATAU MASALAH?

HALAMAN 3

HALAMAN 5

WHITE HOUSE

CLINTON SANDERS RUBIO CRUZ

TRUMP BUSH CHRISTIE PAUL


DAFTAR ISI DESEMBER 201 5

MEMIKIRKAN KEMBALI

HEGEMONI AMERIKA

HALAMAN

3

Oleh Moch. Fajar Akbar & Kevin Abimanyu Jatmiko

Gun Control VS Gun Rights Group

HALAMAN

5

Peran Amerika Serikat sebagai polisi dunia tidak serta merta menjamin keamanan yang serupa di dalam negerinya sendiri. Oleh Judith Sasmithadewi & Fathurrahman Al Fikry

CHIT CHAT: NUR RACHMAT YULIANTORO

HALAMAN

7

Pada edisi kali ini, Airport bercengkrama dengan Mas Rachmat mengenai perkembangan pemilihan Presiden tahun 2016. Oleh Tiara Angelica

REFLEKSI

9

HALAMAN Menyambut kelengseran, Ketua KOMAHI tahun ini membicarakan visi, misi dan perubahan. Oleh Nabilla Khoiru Nisa

10

THE UNITED STATES PRESIDENTIAL ELECTION

HALAMAN Pemilu masih akan berlangsung 11 bulan lagi, namun persaingan antar kandidat sudah mulai memanas. Oleh Archita Nur Fitrian

HEGEMON YANG DIHARAPKAN DUNIA

11

HALAMAN Apakah benar jika Amerika Serikat mulai menurunkan kekuatan hegemoninya atau hegemoni tersebut hanya tertutup bayang-bayang kekuatan China yang sedang marak dibahas sekarang ini? Oleh Wening Setyanti

RESENSI BUKU

H ALAMAN 1 3 The Virginia Dynasty: The United States 1801-1829 Oleh Karina Larasati

RESENSI FILM

H ALAMAN 16 HI Visit, DCTM, Makrab dan Suksesi. Oleh Caecilia Galih, Johanes De Brito F.H., Mia Rizkiana, & Yusakti Rizki Bramantyo.

OPINI

H ALAMAN 1 4 Bridge of Spies Oleh Azza Bimantara

H ALAMAN 1 4 Pro-kontra gun ownership di Amerika Serikat.

AIRPORTPEDIA

JOGJAFLASH

H ALAMAN 1 5 Trump, binatang, dan rokok. Oleh Muh. Rasyid Ridho

1

HI EVENTS

AIRPORT

DESEMBER 2015

H ALAMAN 1 5 Jogjakarta telah berubah, dan bukan ke arah yang baik. Oleh Rizal Bintang Rahani


SEBUAH CATATAN DARI EDITOR KAMI

Amerika Serikat dalam Dunia Global Segala puji dan syukur patut disampaikan oleh seluruh redaksi, karena atas rahmat dan berkat-Nya kami dapat menerbitkan majalah Airport edisi Desember 2015. Tak lupa juga para redaksi ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada seluruh pihak-pihak non-redaksi seperti dosen-dosen pengajar dan teman-teman mahasiswa yang telah memberikan kontribusi tenaga dan pikirannya dalam rangka mensukseskan penerbitan Airport edisi ini. Airport kali ini akan membahas isu-isu yang memiliki keterkaitan dengan Amerika Serikat. Selain isu-isu terkini, tim redaksi juga ingin mempersembahkan kajian mengenai hegemoni Amerika Serikat dalam berbagai aspek global seperti politik, ekonomi, keamanan, dan sosial budaya yang akan dibahas dalam rubrik Fokus I.

Sementara itu, Fokus II akan membahas mengenai isu yang masih menjadi polemik domestik Amerika Serikat. Dalam hal ini Fokus II akan mengangkat isu mengenai fenomena pro dan kontra tentang senjata api di Amerika Serikat, dimana beberapa kasus seperti penembakan reporter dan juru kamera saat sedang on air di Virginia akhir Agustus 2015 kemarin sempat menarik perhatian dunia dan mendorong Presiden Obama untuk meloloskan undangundang di Kongres yang bertujuan untuk memperketat peredaran dan penggunaan senjata api di negaranya.

Tak ketinggalan juga rubrikrubrik menarik lainnya seperti laporan kegiatan DCTM, HI Visit, dan Makrab Nirvana, resensi film blockbuster terbaru seperti Bridge of Spies dan resensi buku The Virginia Dynasty, yang sangat direkomendasikan redaksi untuk lebih mengenal tentang Amerika Serikat, dan masih banyak rubrik lainnya yang tak kalah menarik. Sebagai penutup, kami tim redaksi ingin mengucapkan selamat membaca dan menikmati karya kami. Sebagai tambahan, tidak lupa juga kami ucapkan permintaan maaf yang sebesarbesarnya jikalau masih terdapat kekurangan dan kesalahan dalam majalah Airport edisi ini. Salam Jurnalistik!

BACHARUDDIN W.A.M. NOVRIMA RIZKI ARSYANI PIMPINAN REDAKSI

BACHARUDDIN W.A.M., NOVRIMA RIZKI ARSYANI, PIMPINAN REDAKSI; MOHAMMAD DIAZ PRADITYA, LAYOUTER; ARCHITA NUR FITRIAN, AZZA BIMANTARA, CAECILIA GALIH, FATHURRAHMAN AL F., FUCHIA MUTIARAMOTHY, JOHANES DE BRITO F. H., JUDITH SASMITHADEWI, KARINA LARASATI, KEVIN ABIMANYU JATMIKO, MIA RIZKIANA, MOCH. FAJAR AKBAR, MUHAMMAD RASYID RIDHO, NABILLA KHOIRU NISA, RIZAL BINTANG RAHANI, TIARA ANGELICA, WENING SETIYANTI, WIDYASHRI DIAN, YUSAKTI RIZKI B., TIM REDAKSI; ERIC HIARIEJ, M.PHIL., PH.D., PENANGGUNG JAWAB; NABEEL KHAWARIZMY MUNA, PEMIMPIN UMUM DITERBITKAN OLEH: DEPARTEMEN INTRAKURIKULER DAN AKADEMIK, KORPS MAHASISWA HUBUNGAN INTERNASIONAL, FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA JALAN SOSIO-YUSTISIA, BULAKSUMUR, DEPOK, SLEMAN, YOGYAKARTA 55281

0 inkaofficial@gmail.com t

@inkaofficial_

2


Apakah sebenarnya hegemoni itu?

Di saat berbicara mengenai hegemoni sering terpikir oleh kita sosok negara yang perkasa, tangguh atau doyan perang. Hegemoni jika dilihat melalui pendekatan ilmu politik maka akan erat kaitannya dengan kepemimpinan tunggal yang menjanjikan tatanan kekuasaan untuk mengatur hal-hal yang tak jauh dari stabilitas politik dan kelancaran aktivitas ekonomi di tingkat global. Model kekuasaan hegemoni yang seperti ini tampak kentara saat melihat kekuasaan hegemoni Inggris di masa setelah pengenalan model eknomi modern internasional dan Amerika di masa setelah Perang Dunia II. Setelah membaca ulasan singkat mengenai makna hegemoni dan melihat dua contoh nyata penerapan hegemoni, maka cukup menarik untuk mencari tahu asal hegemoni tersebut dengan memfokuskan narasi pada kemunculan hegemoni Amerika. Sebelum memulai narasi tentang kemunculan hegemoni Amerika, perlu diketahui bahwa di era kekinian kebanyakan dari narasi perihal hegemoni Amerika lebih fokus dalam membahas kemunduran hegemoni Amerika melalui fokus pembahasan seperti kemunduran ekonomi, kemunduran politik, dan tentunya kemunduran di bidang militer yang terlihat kontras apabila dibandingkan dengan kekuatan Amerika di era Perang Dingin yang seakan tidak ada habisnya. Kali ini pembahasan awal mula hegemoni Amerika akan dibahas melalui konsep Geopolitik yaitu

Memikirkan

Kembali

OLEH

M O C H . FA J A R A K B A R DAN

K E V I N A . J AT M I KO

konsep yang membahas efek kausalitas antara bentuk fisik negara seperti ukuran, letak dan lainnya dalam mempengaruhi kekuatan dan hubungan negara itu dengan negara lainnya. Letak geografi Amerika yang jauh dari kutub peradaban di Eropa dan Asia merupakan sebuah keuntungan yang besar bagi negara ini karena dengan berada jauh dari Eropa dan Asia, situasi ini memberikan kesempatan yang langka untuk mengumpulkan kekuatan. Efektivitas dari pengumpulan kekuatan ini pun berjalan lancer dikarenakan tidak adanya negara tetangga yang kuat, dekat, dan berpotensi untuk mengobrak-abrik pengumpulan kekuatan yang akan berlangsung setidaknya 150 tahun lamanya. Amerika rupanya bukan satu-satunya negara yang dianugerahi dukungan geografis, Swiss yang terletak di pegunungan yang sulit digapai juga membuatnya ideal dalam memilih postur yang netral dalam kebijakan luar negerinya dan ada juga Inggris yang bagian kepulauannya terisolir dari dataran Eropa sehingga menguntungkan kebijakan luar negerinya untuk menolak integrasi lebih lanjut dengan Uni Eropa agar tidak semakin tersangkut dalam perhelatan politik benua Eropa. Pada periode menjelang berakhirnya Perang Dunia II ketekunan Amerika dalam mengumpulkan kekutannya mulai berbuah manis. Mendapati dirinya sebagai produsen industri terbesar sejak tahun 1900 Amerika mulai membentuk konstruksi hegemoninya


yang disokong oleh melimpah ruahnya sumber daya baik sumber daya fisik maupun politik yang telah diperolehnya setelah memenangkan Perang Dunia II dan membantu secara finansial negara-negara di Eropa yang luluh lantak akibat perang. Kemerosotan kekuatan hegemoni Inggris pun juga memainkan perannya guna melesatkan konstruksi hegemoni Amerika yang tampaknya menjadi satu-satunya alternatif guna membendung badai merah yang ditiupkan oleh Uni Soviet sebagai penantang hegemoni Amerika yang paling potensial. Di era Perang Dingin inilah Amerika berada di posisi untuk tidak hanya mengkonstruksikan status hegemoninya secara sepihak, namun di beberapa kesempatan Amerika bahkan diundang dengan tangan terbuka oleh negara-negara yang mencari perlindungan dari badai merah seperti negara-negara di Eropa dalam NATO, negara-negara di Asia Tenggara dan Pasifik dalam SEATO, Australia dan Selandia Baru secara spesifik dalam ANZUS, Jepang secara bilateral di Asia Timur, dan lainnya. Sektor ekonomi pun juga memperlihatkan pola yang sama dengan diadopsinya system keuangan Bretton Woods dan didirikannya institusi keuangan global seperti GATT yang di kemudian hari akan dikenal sebagai WTO.

Sekarang mari kita lihat pengaruh Amerika, of course Amerika Serikat dalam kasus

Perang Irak. Di masa pemerintahan George W. Bush, Amerika Serikat menunjukkan dengan jelas tujuannya untuk menyebarkan hegemoni politik dan power yang dimilikinya. Jika dikaitkan dengan salah satu disiplin keilmuan dalam hubungan internasional yaitu Teori Kebijakan Luar Negeri, ketika itu kepala negara Amerika Serikatlah yang memegang kendali atas kebijakan luar negerinya atau disebut juga influence from the individual yang lebih menekankan kepada the policies always in president's pocket. Hal ini bermaksud bahwa

setiap kebijakan luar negeri yang dikeluarkan oleh suatu negara berasal dari pemikiran dan persepsi dari pemimpin suatu negara itu sendiri. Nah, sekarang mari kita bahas isu ini lebih mendalam dengan meninjau latar belakang renggangnya hubungan luar negeri antara Amerika Serikat dan Irak. Ketika itu sedang gencar tentang isu senjata pemusnah masal (weapons of mass destruction). Mengutip dari salah satu artikel kami yang berisi “actually United States of America had a 'hidden' purpose of doing such thing, because U.S is a super power or hegemonic state. Under President Bush, U.S. did not want every country in the world has such mass destruction, because they think only U.S who can handled or as the owner of such weapons. Also it can be seen that U.S did not want its security interrupted by others, so basically this invasion is also for increasing the security of U.S but this country interrupting another state's security by attacking them,� dapat di lihat bahwa memang benar adanya jika Amerika Serikat benarbenar menggunakan kekuatan super yang ia miliki untuk 'mengontrol' suatu negara, dan ia juga tidak menginginkan adanya power lain yang mampu menyaingi power dari Amerika Serikat itu sendiri.

Hal lain yang menarik untuk di bahas dalam kasus ini adalah kontestasi oil, dimana kita mengetahui bahwa sumber daya alam ini sangat krusial dan memiliki arti yang sangat penting untuk kepentingan Amerika Serikat. Negara-negara Timur Tengah seperti Irak merupakan ladang yang sangat melimpah dalam produksi oil sehingga Amerika Serikat menggunakan strategi geopolitik-nya untuk mendapatkan apa yang ia incar. Sedangkan apabila kita bandingkan dengan kekayaan alam Amerika Serikat hanya sedikit bagian Amerika Serikat yang mampu menghasilkan oil atau malah bukan kekayaan alam utama di negara tersebut. Seakan oil ini menjadi primadona bagi hampir semua negara hingga menyebabkan Amerika Serikat merasa tidak ingin tersaingi dalam pemenuhan kebutuhan oil nya. Pada akhirnya, kami dapat memprediksi bahwa di waktu yang akan datang, Amerika Serikat akan tetap menjadi Amerika Serikat yang akan menggunakan power dalam setiap kebijakan-kebijakan luar negerinya. Dalam kasus Perang Irak, secara nyata Amerika Serikat menunjukkan taringnya sebagai negara adikuasa penuh, yang mampu mengontrol dan memimpin dunia dengan power yang ia miliki. Kami yakin kedepannya, Amerika Serikat akan tetap menjalankan kebijakan hegemoni nya walaupun kita belum bisa memastikan akan ada yang menggantikan Amerika Serikat sebagai hegemoni baru yang benarbenar melebihi Amerika Serikat sebagai adikuasa penuh. Semua tergantung kembali pada isu domestiknya. 4


AC

GUN RIGHTS OLEH JUDITH SASMITHADEWI & FATHURRAHMAN AL FIKRY

Kontroversi yang cukup serius dapat kita temui dengan mudah apabila menilik lebih jauh lagi ke dalam kehidupan politik Amerika Serikat. Negara yang menyandang predikat sebagai polisi internasional ini, mungkin memang selalu terlihat gencar dalam menjaga dan mempromosikan keamanan dunia. Namun peran aktif tersebut tidak serta merta menjamin keamanan yang serupa di dalam negerinya sendiri. Siapa yang menyangka negara semaju Amerika Serikat rupanya menorehkan sedikit catatan buruk, karena dinobatkan sebagai sebuah negara maju dengan tingkat domestic violence yang lumayan tinggi di dunia. Sebagian besar dari kerusuhan tersebut didominasi oleh kekerasan dengan senjata api (gun violence), yang sudah sejak lama tumbuh menjadi satu salient issue menarik bagi kalangan masyarakat Amerika. Banyak kasus kekerasan senjata api yang menjatuhkan banyak korban luka ataupun meninggal dunia. Tidak hanya membahayakan keselamatan orang lain, nyawa sendiri pun seakan menjadi taruhan besar karena kejadiannya bisa berlangsung dimanapun dan kapanpun. Tanpa pandang bulu, 20 anak Sekolah Dasar yang tidak bersalah pun seolah tak luput dari sasaran keganasan senjata api–seperti apa yang terjadi pada tragedy Sandy Hook beberapa waktu yang lalu. Kita pun bisa berkaca pada beberapa peristiwa mengerikan lainnya seperti: Tragedi Bioskop Aurora dan Oak Creek, Penembakan di Sekolah Tinggi Columbine, termasuk pula kasus-kasus pembunuhan pada tokoh penting yang dialami oleh John F. Kennedy ataupun Martin Luther King Jr. Maka dari itulah isu gun violence menjadi krusial di Amerika Serikat, sebab memberikan ancaman yang potensial bagi aspek human security.

5

AIRPORT

DESEMBER 2015

+++ DUAL INTERPRETASI BILL OF RIGHTS Akar permasalahannya sederhana–yakni tiada lain mengarah ke persoalan bebasnya izin kepemilikan senjata api di Amerika Serikat. Namun kebebasan itu bukan muncul tanpa sebab dan alasan, melainkan tercantum secara tersurat dalam Konstitusi Amerika Serikat sendiri. Jika kita mencermati kembali Bill of Rights dengan teliti, terdapat pernyataan dalam Amandemen Kedua yang berbunyi : “A well regulated Militia, being necessary to the security of Free state, the right of the People to keep and bear Arms, shall not be infringed.” Kalimat inilah yang selanjutnya menghantarkan warga Amerika Serikat terbelah ke dalam dua kubu, karena adanya perbedaan paham dalam menerjemahkan maksud dari substansi pasal tersebut. Di satu sisi lahir kelompok Gun Control groups yang mengecam hak kepemilikan senjata secara tidak terkendali. Orang-orang ini mempercayai bahwa limitasi terhadap peredaran senjata perlu dilakukan demi mereduksi angka kriminalitas, serta mencegah jatuhnya kepemilikan senjata ke tangan yang salah. Menurut mereka, amandemen kedua seharusnya tidak diterjemahkan dalam konteks hak individu dan sebatas diperuntukkan bagi kaum “militia” serta orang-orang yang bertanggung jawab untuk menjaga keamanan kolektif. Sedangkan di pihak lain, terdapat pula Gun Rights groups yang memaknai isi Amandemen Kedua sebagai pesan kebebasan bagi warga negara Amerika Serikat untuk memiliki senjata api. Rasionalitas pandangan mereka kerap kali disuarakan dalam bentuk slogan “Guns are not trait, the People are. It is the People who kill People, guns don't kill”. Bagi pendukung kelompok ini, kontrol terhadap senjata api adalah sebuah bentuk pelanggaran hak sipil karena sejatinya hak tersebut telah dijamin langsung oleh konstitusi. Toh, bahaya tidaknya sebuah senjata api bergantung


pada siapa yang menggunakan dan tidak melulu difungsikan sebagai sarana kekerasan. Ada yang memanfaatkannya sebagai hobi, tujuan rekreasional, dan bahkan sebagai warisan budaya bagi beberapa orang konvensional. + + + KEBUNTUAN SOLUSI GUN OWNERSHIP Masalah kepemilikian senjata api seakan menemui jalan buntu. Kebuntuan tersebut adalah hasil akumulasi ketidakpastian kebijakan yang jelas terkait senjata api. Munculnya suatu kebijakan yang akan memperketat kepemilikan senjata api dapat menimbulkan kegamangan dalam masyarakat. Pasalnya, kebijakan yang diperketat berarti pembatasan kepemilikian senjata api. Hal ini kembali lagi kepada permasalahan utama yakni ketiadaan– atau terbatasnya kepemilikan senjata api seolah menghalangi pemenuhan jaminan keamanan. Kekhawatiran masyarakat kemudian muncul akan ketidakmampuan mereka melindungi diri dari ancaman apabila kebijakan tersebut diberlakukan. Melihat hal tersebut, muncul demotivasi masyarakat untuk mendukung kebijakan tersebut. Hal ini dipertegas saat polling yang dilakukan GALLUP menyatakan warga yang setuju diberlakukannya sebuah UU yang memperketat kontrol senjata turun dari angka 78% pada tahun 1990, menjadi 44% pada tahun 2010. Masih di sumber polling yang sama, sebanyak 73% warga negara AS pada tahun 2013 menyatakan tidak ingin adanya pelarangan terhadap kepemilikan senjata api. Tingginya presentase kesetujuan warga negara AS terhadap kepemilikan senjata api bukan tanpa sebab, dimana hal ini bisa saja disebabkan krisis kepercayaan mereka terhadap keefektifan undang – undang yang demikian. Brady Act tahun 1994 misalnya, setelah 20 tahun undang–undang preventif gun violence tersebut diberlakukan, kenyatannya kasus penembakan masih tinggi dan jumlah senjata api yang beredar juga berada pada angka yang tinggi. Sebanyak 47% warga AS bahkan mengaku memilki senjata api. Ketidakefektifan Brady Act ini akibat dari pergeseran nilai dan norma yang mengikuti perkembangan pola pikir warga AS. Kepemilikan senjata api di era sekarang dianggap sebagai hal yang lumrah. Bahkan isu adanya kebijakan baru mengenai pengetatan kepemilikan senjata api malah membuat warga AS menyetok senjata apinya sebelum kebijakan tersebut diberlakukan. Hal ini dapat dilihat dari naiknya penjualan senjata api di AS yang sebeumnya 7-8 senjata api menjadi 25 senjata api dalam seminggu. Dampak lanjutan apabila ada kebijakan pengetatan kepemilikan senjata adalah kemungkinan warga AS mendapatkan senjata tersebut secara ilegal. Kebuntuan solusi dari kepemilikan senjata api ini juga diduga akibat masuknya kepentingan sejumlah pihak atau kelompok tertentu misalnya proses lobby yang

dilakukan NRA (National Rifle Association). Lobby yang dilakukan kelompok kepentingan serupa malah akan semakin meningkatkan dukungan masyarakat terhadap kepemilikan senjata api. Apabila senjata api yang beredar semakin banyak, tentu akan sulit memberlakukan solusi. Lalu, apabila yang menjadi permasalahan utama adalah terkait kepemilikan senjata api tersebut, mungkin yang perlu dibenahi adalah proses regulasi bagaimana senjata tersebut bisa sampai ke tangan pembeli. Regulasi kepemilikan senjata api di AS saat ini tidak bersifat universal dimana negara bagian memiliki regulasi tersendiri. Keabsenan uniformitas regulasi ini membuat kemudian menyulut titik masalah terkait perbedaan regulasi tersebut. Terdapat beberapa negara bagian hanya melakukan background checks dasar tanpa adanya intervensi dari kepolisian lokal. Bahkan ada banyak negara bagian yang sama sekali tidak memberlakukan background checks saat senjata api tersebut diperjualbelikan pada private sellers. Padahal, background checks ini merupakan tahapan utama mengenai “kepantasan� pembeli senjata api tersebut. Background checks seharusnya tahapan yang lebih diperketat sehingga memungkinkan pengeleminasian pembeli apabila gagal melewati tahapan ini. Pengetatan tersebut bisa dilakukan dengan pengecekan catatan kriminal oleh state police hingga pengecekan mentalitas pembeli terkait ada atau tidaknya gangguan jiwa yang dialami pembeli tersebut. Pengetatan pembelian senjata api ini juga bisa dilakukan dari proses tahapan awal semisal surat izin membeli hingga latar belakang pembelian senjata tersebut. Tidak sampai disitu, setelah senjata api sampai di tangan pembeli pun seharusnya diberlakukan lagi tahapan seperti safe storage dimana senjata tersebut seharusnya terkunci aman dan atau dalam keadaan unloaded. Lebih lanjutnya seharusnya diberlakukan aturan-aturan preventif semisal regulasi terkait private sellers, industri senjata api hingga aturan perlindungan akses senjata api oleh anak-anak. Apabila kembali pada dasar pemenuhan hak sipil untuk memperoleh jaminan keamanan dengan proteksi diri, mungkin muncul pertanyaan mengapa tidak menggunakan senjata sejenis taser atau pepper spray?. Kedua senjata ini ternyata dianggap tidak seefisien senjata api dalam melumpuhkan musuh. Saat memiliki senjata api, yang membuat pemiliknya merasa aman adalah potensi senjata api tersebut untuk menghilangkan nyawa pelaku yang memberinya ancaman. Singkatnya, kepemilikan senjata api di AS bukan menghadapkan warga negaranya pada pilihan hidup atau mati, tetapi lebih kepada aman atau tidak aman. Jaminan keamanan inilah yang dianggap sebagai prioritas dalam kehidupan sehingga ada kecenderungan untuk memiliki senjata api demi alasan tersebut.

6


APA YANG BISA KITA PELAJARI DARI

MAS RACHMAT DIWAWANCARAI OLEH TIARA ANGELICA

Mas Rachmat, demikian ia akrab disapa, adalah salah satu dosen terkemuka HI UGM yang telah merelakan waktunya untuk diwawancarai dalam rubrik edisi ini. Dosen yang mengampu beberapa mata kuliah yang salah satunya adalah Politik dan Pemerintahan Amerika. Oleh sebab itu, redaksi Airport memutuskan untuk mengajak Mas Rachmat membicarakan suatu topik yang sangat penting dalam perkembangan politik Amerika Serikat dewasa ini, yang antara lain adalah Pemilihan Presidensial yang akan diselenggarakan tahun 2016 mendatang. AIRPORT : Menurut pendapat Mas Rachmat, bagaimanakah iklim/tren yang sedang terjadi menjelang pemilihan presidensial Amerika Serikat tahun 2016 mendatang? NUR RACHMAT YULIANTORO : Sekarang ini setiap partai politik terutama dua partai politik besar, Republikan dan Demokrat, sedang mengadakan debat antar calon kandidat presiden. Nah, dalam debat ini berbagai masalah muncul baik yang me-nyangkut isu domestik maupun kebijakan luar negeri. Dalam debat antar calon presiden ini, kita bisa melihat siapa yang

7

AIRPORT

mendapatkan lebih banyak dukungan suara ketimbang yang lain. Misalnya, di partai Republik polling menunjukkan Donald Trump yang terus mendapatkan dukungan yang besar, sementara dari partai Demokrat disini berimbang antara Bernie Sanders dan Hillary Clinton. Tapi, tampaknya Clinton sedikit lebih di atas angin. Yang menarik juga dalam konteks debat antar calon kandidat ini, persoalanpersoalan pribadi juga dimunculkan. Jadi, seolah-olah seorang calon kandidat menyerang calon kandidat yang lainnya

DESEMBER 2015

dengan menggunakan isu pribadi, dan dalam beberapa kasus itu berhasil. Nah, ini sekarang adalah sebuah tren yang menarik, dimana masyarakat Amerika Serikat sudah “jenuh� dengan kepemimpinan demokrat sehingga mereka mengharapkan adanya perubahan dalam kepemimpinan nasional. Sepertinya kandidat presiden dari partai Republik yang akan naik, tetapi saya tidak yakin bahwa Donald Trump adalah pilihan yang tepat. AP : Bagaimanakah komentar Mas Rachmat mengenai komposisi dan peluang dari kedua partai (Demokrat dan

Republikan) yang akan mencalonkan wakilnya? NRY : Ya, tadi saya sudah mengarah kesana. Kalau kita lihat dalam konteks sekarang ini, Amerika secara domestik itu masih menghadapi masalah perekonomian yang belum tumbuh dengan cukup baik setelah resesi dan krisis ekonomi global di tahun 2008 yang lalu. Di sisi lain, dalam konteks politik luar negeri, ada pihak yang mengatakan bahwa kekuatan Amerika terus menurun. Apalagi melihat Cina yang sedang naik sebagai kekuatan baru dalam politik dan ekonomi internasional. Jadi, seperti yang sudah saya katakana, sepertinya


AMERIKA BUTUH PEMIMPIN YANG KUAT, PUNYA VISI MISI YANG BAGUS, DUKUNGAN YANG KUAT DARI DALAM NEGERI BAIK DARI PENDUKUNG SENDIRI MAUPUN DARI OPOSISI; PEMIMPIN YANG BISA MEMBERIKAN STRATEGI EKONOMI YANG JUGA BAGUS; PEMIMPIN YANG BISA KEMBALI MENEMPATKAN KEKUATAN AMERIKA SERIKAT DALAM ARENA INTERNASIONAL SEHINGGA NEGARA INI TETAP DISEGANI. rakyat Amerika membutuhkan figur pemimpin yang baru tetapi kita belum bisa tahu sampai bagaimana setiap partai nanti menetapkan calon yang sudah pasti. Kita belum tahu sampai dengan itu siapa yang punya peluang lebih besar. Misalnya kalau nanti Demokrat meng-goal-kan Hillary Clinton dan Republikan mungkin Trump atau Jeb Bush, dalam konteks politik luar negeri mungkin Hillary yang punya peluang lebih besar. Tetapi dalam konteks ekonomi domestik, mungkin Trump atau Jeb Bush yang punya kesempatan lebih besar. AP : Siapakah kandidat yang menurut Mas Rachmat paling layak untuk terpilih secara pribadi? NRY : Jelas menurut saya Trump bukan pilihan....tapi disini saya tidak akan menyebut nama. Yang akan saya sebut adalah karakter. Jadi, Amerika Serikat membutuhkan seorang presiden yang; pertama, dia adalah presiden yang kuat. Dalam pengertian, dia punya visi dan misi ke depan yang sangat baik. Kemudian, dia mendapatkan dukungan yang luas. Juga yang tidak kalah pentingnya adalah dia bisa menjadi wakil dari keseluruhan bangsa–jadi presiden yang dianggap sebagai wakil dari seluruh bangsa Amerika Serikat. Tidak seperti sekarang, misalnya Obama tetap dianggap oleh partai Republik dan para pengikutnya sebagai seorang pemimpin yang tidak cakap. Nah, Amerika butuh pemimpin yang kuat, punya visi misi yang bagus, dukungan yang kuat dari dalam negeri baik dari pendukung sendiri maupun dari oposisi; pemimpin yang bisa memberikan strategi ekonomi yang juga bagus; pemimpin yang bisa kembali menempatkan kekuatan Amerika Serikat dalam arena internasional sehingga negara ini tetap disegani. Tetapi juga pemimpin yang tidak begitu saja memaksakan kehendaknya. Ini agak repot. Maksudnya, ketika Amerika kita kenal luas sebagai the champion of democracy, human rights, dan yang semacam itu, pemimpin Amerika selanjutnya janganlah yang selalu mengatakan bahwa hal-hal tersebut

harus ada di negara lain. AP : Sepertinya karateristik tersebut belum terlihat ya Mas di antara para kandidat? NRY : Ya, makanya nanti kita lihat. Kuncinya adalah ketika nanti setiap partai itu mengadakan konvensi dan dari konvensi itu munculah calon tetap nominasi kandidat presiden Amerika Serikat. Barulah kemudian kita bisa menjawab pertanyaan yang diajukan. AP : Betul-betul, Mas. Satu pertanyaan terakhir. Mengapa Donald Trump dengan kebijakan-nya yang selama ini sangat kontrovesial –dengan pernyata-annya mengenai Meksiko, populasi Islam di Amerika, dan sebagainya–bisa populer di politik dalam negeri? Siapa pendukungnya? Kira-kira saja menurut Mas Rachmat. NRY : Pertama jelas dia orang kaya. Dan kekayaan tersebut memungkinkan dia untuk bisa kampanye di segala tempat dan berbagai macam cara. Atau yang kedua juga, mungkin Amerika Serikat warganya sekarang lagi butuh hiburan tampaknya. Atau mereka ingin pemimpin yang tidak berpura-pura. Misalnya seperti Hillary Clinton. Ketika dia menjadi menlu, dia ada skandal dimana dia menggunakan email pribadinya untuk melakukan korespondensi yang seharusnya dilakukan di email kerjanya. Sehingga korespondensi tersebut tidak transparan dan tidak dapat dilacak oleh pihak yang berwenang. Itu dalam sistem politik Amerika bukanlah suatu hal yang dapat diterima. Tetapi kalau Trump ini kan terus terang. Dia tidak suka kepada Mexico bilang “Kita bikin pagar!” Dia tidak suka dengan orang Islam dia bikin ide dengan database nasional – Muslim harus ikut dalam database itu. Nah, mungkin itu yang diinginkan oleh sebagian rakyat Amerika sekarang ini. Tetapi kalau Trump yang nanti dimunculkan oleh partai Republik, saya akan melihat bahwa Demokrat akan unggul.

8


Refleksi

Solid, Benefit, Efficient! Kesan dan pesan Daniel Dompeipen, Ketua KOMAHI 2015, terhadap kepengurusan tahun ini Diwawancarai oleh NABILLA KHOIRU NISA > Satu kata yang menggambarkan KOMAHI di masa Kak Daniel? Kreatif! Kepengurusan di masa Kak Lodang telah memberikan pondasi yang baik, sehingga KOMAHI di masa Kak Daniel lebih kepada mengembangkan apa yang telah ada. Terhadap program kerja yang kurang berhasil, bukan dihapus, namun diperbaiki dengan dicari apa yang kurang. Misalnya dari HI Visit, negara tujuan dipilih yang lebih jauh dari Singapura, yakni Thailand, dan dibuat agar pesertanya lebih bisa mendapat esesensi ke-HI-an dari kunjungannya. Selain itu, Seminar Nasional yang dulunya bekerja sama dengan HMJ lain, kemudian menggaet pihakpihak baru seperti Pusat Studi Maritim dan Kemenko Maritim. Relasi KOMAHI dengan dunia luar pun menjadi lebih banyak, misalnya dengan Kemenlu, Kemenko dan Pusat Studi Maritim, juga mulai menanamkan relasi dengan Uni Eropa dan ASEAN network dari HI Visit, yakni dengan UNDP dan Amnesty International. Untuk itu, bisa dikatakan di periode Kak Daniel corak kepengurusannya adalah berpikir out of the box sehingga KOMAHI dapat berkembang. > Apakah visi misi Kak Daniel sudah tercapai? “Solid, benefit, dan efisien“, itulah visi misi KOMAHI selama dipimpin oleh Kak Daniel. Dalam hal solid, Kak Daniel merasa bahwa kekeluargaan semakin kuat antar pengurus KOMAHI, namun belum untuk seluruh anggota KOMAHI. Egosentrisme setiap

9

AIRPORT

DESEMBER 2015

departemen sudah menghilang dan tumbuh perasaan bahwa mereka berada dalam KOMAHI yang satu. Blending di internal KOMAHI ini terjadi karena interdependensi antar departemen ditumbuhkan dan bagaimana agar departemen-departemen tersebut dapat belajar dari satu sama lain. Untuk poin benefit, manfaat dari terlibat dalam KOMAHI adalah bagi mereka yang mau mencarinya. KOMAHI di sini sebagai penyedia pintu yang terbuka lebar, sehingga disertahkan kepada anggota bagaimana mereka memanfaatkan apa yang ada di departemennya dan di KOMAHI itu sendiri. Sedangkan untuk efisien, kembali kepada interdependensi, KOMAHI menjadi suatu organisasi sekaligus forum kekeluargaan yang makin solid, punya target yang jelas sehingga dapat berkembang. Secara pribadi, Kak Daniel merasa bahwa visi misi KOMAHI telah tercapai. > Harapan untuk kepengurusan yang baru nantinya? Untuk periode KOMAHI selanjutnya, Kak Daniel berpesan bahwa akan cukup sulit, mengingat generasi anak HI telah berubah. Untuk itu, Kak Daniel berharap agar kepengurusan yang baru untuk lebih peka terhadap lingkungan. Jadikan apa yang dihadapi KOMAHI di masa sebelumnya dan insight dari siapapun sebagai bahan pertimbangan untuk mengambil langkah. Bangunlah relasi yang lebih kuat dengan lingkungan FISIPOL, dosen, dan terutama masyarakat umum. Ingatlah esensi “HI UGM” yang berada di kampus kerakyatan sehingga usahakan agar KOMAHI bermanfaat bagi mereka, misalnya melalui Social Work dan DCTM. KOMAHI diharap lebih adaptif untuk menyikapi isu nasional, dimana ada kalanya KOMAHI turun tangan dan ada kalanya untuk menarik diri. Pun ketika turun tangan, gunakanlah cara HI yang elegan, misalnya dengan karya tulis dan seminar. Kak Daniel juga berharap agar dapat mempertahankan KOMAHI yang “bebas nilai.” > Kesan dan pesan untuk KOMAHI? “KOMAHI adalah tempat dimana aku bisa melihat teman-teman di HI berkembang bahkan melebihi ekspektasiku,“ ucap Kak Daniel. Ia kemudian menambahkan pesan bahwa KOMAHI dapat menjadi bermanfaat untuk kita ketika kita mencari cara agar kita bisa berkembang melalui keterlibatan kita. KOMAHI memberi kita berbagai “masalah“. Kalau kita bisa menyelesaikan masalah itu, berarti kita telah survive dan bahkan berkembang. Dari situ lah kita bisa mendapat manfaat dari KOMAHI. KOMAHI memang harus bersikap rasional dalam bertindak, namun tidak cukup hanya dengan berpikir pragmatis. KOMAHI harus tetap mampu memaknai bahwa organisasi ini tidak akan berkembang selama hanya ingin bermain di zona nyaman dan tidak berani mengambil resiko akan inovasi.


Newsflash

The United States Presidential Election PERSAINGAN POLITIK ANTAR KANDIDAT PRESIDEN AS Oleh ARCHITA NUR FITRIAN Kendati pemilu presiden Amerika Serikat masih akan berlangsung 11 bulan lagi, akan tetapi persaingan politik antar kandidat presiden perlahan menjadi “panas�. Bersama dengan pernyataan-pernyataan resmi untuk mencalonkan diri sebagai presiden, para kandidat juga sedang berusaha mendahului kandidat lain untuk merebut kartu suara mewakili partainya guna mengikuti kampanye pilpres Amerika Serikat tahun 2016. Pencarian kandidat yang elektible dan potensial sudah mulai dilakukan oleh Partai Demokrat dan Partai Republik, khususnya melalui jajak pendapat dan debat pemilu yang telah diselenggarakan oleh kedua partai yang mendominasi di AS ini. Mantan Menteri Luar Negeri AS sekaligus istri dari mantan Presiden AS Bill Clinton, yakni Hillary Clinton merupakan kandidat yang diunggulkan oleh Partai Demokrat. Sebagai bakal calon presiden ia mengusung rencana kebijakan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan keadilan, dengan memusatkan usaha untuk menaikkan penghasilan bagi warga Amerika kelas menengah. Adapun berdasarkan jajak pendapat yang dirilis oleh Quinnipiac University mendapati Senator Republik Marco Rubio sebagai kandidat yang diunggulkan sebagai calon presiden Partai Republik. Rubio memusatkan rencana kebijakannya terhadap reformasi imigrasi dan meningkatkan keamanan perbatasan. Namun demikian, perkembangan calon presiden AS ini memang sulit untuk diprediksi. Terlepas dari

kedua kandidat partai yang cenderung diunggulkan tersebut, terdapat kandidat lain yang memiliki potensi yang tidak kalah unggul beserta pengalaman dan rencana kebijakan yang menjanjikan untuk menjadi pemilik ke-45 Gedung Putih. Seperti halnya, Ted Cruz (kandidat dari Partai Republik) yang merupakan seorang pengacara, kemudian ia terpilih menjadi Senator AS pada tahun 2012. Pada tahun 2000, dia juga pernah menjadi penasehat kebijakan dalam negeri dalam kampanye pilpres zaman mantan Presiden George Walker Bush. Selain itu, Jeb Bush (kandidat Partai Republik) seorang mantan Gubernur Florida. Dalam rencana kebijakannya, ia berjanji untuk memperbaiki Washington, dalam upayanya untuk keluar dari bayang-bayang ayah dan kakaknya yang sudah lebih dulu menjadi penghuni Gedung Putih. Ia juga menyebutkan akan mengambil (alih) Washington—ibu kota statis dari negara yang dinamis ini—keluar dari bisnis yang menyebabkan masalah, serta berjanji akan meloloskan reformasi imigrasi yang berarti bagi AS. Partai Demokrat sendiri memiliki Bernie Sanders, yang dalam beberapa jajak pendapat Sanders berhasil mengalahkan popularitas Hillary Clinton. Mengamati persaingan politik antar kandidat diatas, masih sulit rasanya untuk menentukan kandidat yang dipastikan maju dalam pilpres AS 2016 mendatang. Pasalnya, kandidat memiliki potensi masing-masing yang menjanjikan untuk memimpin negara adidaya tersebut. Terlebih lagi, pada kenyataannya hampir semua pilpres AS selalu menimbulkan hasil yang tidak terduga sebelumnya.

10


Inside

Hegemon Yang Diharapkan Dunia Apakah kebangkitan Cina membahayakan hegemoni Amerika? Oleh WENING SETYANTI Pertumbuhan ekonomi Cina yang mencengangkan sejak awal abad ke-20 rupanya 'terlihat' sejalan dengan pertumbuhan kekuatan yang ia miliki. Sejak fenomena itu, Cina digadanggadang sebagai great power yang siap menggantikan Amerika Serikat sebagai superpower saat ini. Segala bentuk upaya Cina dan gerakgeriknya terus diamati dunia sehingga akhirakhir ini kekuatan Amerika Serikat tidak begitu terasa signifikansinya. Apakah benar jika Amerika Serikat mulai menurunkan kekuatan hegemoninya atau hegemoni tersebut hanya tertutup bayang-

11

AIRPORT

bayang kekuatan Cina yang sedang marak dibahas sekarang ini? Daripada kita mengorek dan mencari-cari bukti mengenai penurunan hegemoni Amerika Serikat akhir-akhir ini, lebih efisien jika kita berfokus mencari seperti apa keadaan hegemoni Amerika Serikat di balik derasnya isu menyangkut kekuatan Cina.

Hegemoni Yang Terus Berkembang Hegemoni Amerika Serikat sekarang ini sebenarnya tidak bisa sepenuhnya dikatakan mengalami penurunan tetapi juga bukan berarti terdapat peningkatan yang signifikan. Yang pasti di sini adalah

DESEMBER 2015

bahwa hegemoni Amerika Serikat itu tetap berkembang. Hal ini bisa dilihat dari strategi dan tindakan yang dilakukan oleh Amerika Serikat yang masih mendominasi berbagai wilayah seperti Pasifik. Dalam rangka menangkis pengaruh kekuatan negara lain yang dianggap sebagai lawan termasuk Rusia dan Cina serta menciptakan keamanan global, Amerika Serikat dengan strategi militer nasionalnya yang dirilis tahun ini menggeser fokus militernya ke Asia dan Pasifik. Ditetapkannya strategi militer tahun 2015 tersebut memicu Amerika Serikat untuk terus

meningkatkan anggaran belanja pertahanan negara, mendorong kerja sama militer dengan kawasan lain, dan menegaskan posisinya sebagai negara adikuasa nomor satu – tidak hanya di bidang ekonomi melainkan juga di bidang militer khususnya potensi pertahanan. Salah satu upaya dari strategi tersebut adalah menempatkan enam puluh persen armada lautnya di Samudera Pasifik pada 2020 mendatang. Amerika Serikat juga telah mendominasi berdirinya Trans-Pacific Partnership (TPP) untuk melenyapkan dominasi Cina di Pasifik. Dua belas negara dalam lingkar Pasifik


telah menyepakati TPP yang sebenarnya ditujukan untuk meningkatkan perekonomian Amerika Serikat itu sendiri sekaligus melakukan konsolidasi kekuasaan di Pasifik dan sekitar-nya. Kedua contoh kasus ini cukup membuktikan bahwa Amerika Serikat masih agresif dalam menancapkan akar hegemoninya.

Hegemon Itu Amerika, Bukan Cina Mengapa? Karena Cina masih cukup jauh untuk disandingkan dengan Amerika Serikat apalagi menggantikan posisinya sebagai hegemon baru. Hanya dengan pertumbuhan ekonomi tinggi dan sikap agresifnya terutama di sengketa Laut Cina Selatan tidak menjamin Cina dengan mudahnya menumbangkan hegemoni Amerika Serikat. Pertumbuhan ekonomi Cina yang menanjak sejatinya berbanding lurus dengan ketimpangan ekonomi, sosial, dan kerusakan lingkungan yang makin parah di dalamnya. Cina butuh memperbaiki diri sebelum menjadi hegemoni. Berbeda dengan Amerika Serikat yang sebelumnya telah memiliki akumulasi kekuatan selama ratusan tahun untuk menggantikan hegemoni Inggris. Keadaan yang 'sudah mapan' inilah yang meyakinkan berbagai negara di dunia untuk terus mendukung Amerika Serikat melanggengkan hegemoninya. Salah satunya dari sikap Asia Tenggara. Dalam rangka mewujudkan stabilitas regional melalui “omnienmeshment� of major power dan regional complex balancing, Asia Tenggara memilih untuk menangkal masuknya kekuatan Cina – yang secara agresif disinyalir akan menyerang kawasannya – dengan 'meminjam kekuatan' Amerika Serikat. Asia Tenggara lebih mempercayakan stabilitas keamanan regionalnya pada Amerika Serikat karena komitmennya yang bisa dipertanggung jawabkan sehingga diharapkan akan terus menjadi hegemon dunia.

12


pembentukan konstitusi dan institusi politik di Amerika adalah apa yang membuat Amerika dapat mengembang-kan sayap hegemoninya di dunia modern. Kebijakan ekonomi menyangkut perpajakan dan beberapa embargo yang diimplementasikan pada masa-masa Virginia Dyansty adalah titik balik dari kekuatan Amerika di mata dunia internasional, dan Resensi kebijakan tersebut diputuskan oleh presiden-presiden dan pejabat negara yang mayoritas berasal dari Virginia. The United States 1801-1829 The Virginia Dynasty merupakan buku yang menarik Dibahas oleh KARINA LARASATI untuk dibaca untuk direlevansikan Virginia Dynasty adalah politik oposisi yang menentang dengan keadaan internasional saat sebutan yang dipakai untuk administrasi pemerintahan yang ini. Buku ini mengupas secara mendes-kripsikan keadaan bahwa sebelumnya. Krisis yang kedua dalam keadaan pemerintahan dari empat dari lima presiden pertama berakar dari meningkatnya tiap era kepresidenan. Mulai dari Amerika berasal dari negara bagian populasi penduduk Amerika dan keadaan Amerika secara general, bernama Virginia. Sebutan ini berkembangnya pemukiman atau keadaan negara-negara bagiannya, seringkali tidak mengikutsertakan domain perbatasan dari bentuk tendensi politik tiap pemerintahan, administrasi George Washington awal federasi Amerika yang hanya m a s a l a h - m a s a l a h e k s t e r n a l d a n d i a n g g a p d i m u l a i d a r i berisikan 13 negara bagian. Krisis maupun internal, juga keputusanpemerintahan Wakil Presiden di era yang ketiga menyangkut fakta keputusan penting yang diambil Washington, John Adams. Ketika bahwa Amerika pada masa itu pada masa itu. Cerita yang disajikan juga Adam dikalahkan oleh Thomas adalah bangsa yang masih Jefferson pada tahun 1800 yang tergolong lemah dalam dunia yang ditulis secara berurutan sehingga sebelumnya menjabat sebagai didominasi oleh kekuatan Eropa mudah dipahami. Yang menarik dari buku ini adalah Menteri Luar Negeri, pada masa d i m a n a a n t a r substansinya yang itulah dianggap sebagai awal dari negara adidaya itu menggambar-kan dinasti Virginia di Amerika. Selama sendiri terdapat kondisi Amerika t i g a d e k a d e k e p e m i m p i n a n kecurigaan satu pada masa sebelum presiden-presiden berdomisili sama lain. Terjebak mereka memperoleh Virginia, beberapa keputusan dalam persaingan kekuatan hegemoni penting diambil dalam rangka di antara negaradi dunia. Buku ini menstabilkan kondisi Amerika, negara tersebut, menjelaskan saatmengingat posisi Amerika yang Amerika Serikat saat kebangkitan belum terlalu kuat―bahkan seringkali dihadapAmerika sebagai cenderung lemah―dibandingkan kan pada situasi negara yang kekuatan yang dipegang oleh dimana mereka memegang peran negara-negara adidaya pada masa terpaksa terlibat kunci di dunia itu yang hampir semuanya berada d a l a m s e b u a h internasional hingga konflik yang tidak di kontinen Eropa. JUDUL BUKU saat ini, sehingga hal Krisis-krisis yang dialami seharusnya melibThe Virginia Dynasty: Amerika pada masa Virginia atkan mereka. The United States 1801-1829 i n i m e m b e r i k a n perspektif baru Dalam arti Dynasty sangat beragam, namun PENGARANG terhadap dinamika dapat dika-tegorikan menjadi tiga l a i n , s e j a r a h Raymond Walters, Jr. internasional dari krisis besar, mengacu pada buku Amerika banyak PENERBIT sisi perjuangan yang ditulis oleh Raymond Walters, dipengaruhi dari Van Nostrand sebuah negara untuk Jr. Krisis yang pertama muncul keberadaanVirgiTAHUN TERBIT memperoleh kekuatseiring dengan perpindahan nia Dynasty di 1965 an dalam politik kekuasaan dari pemerintahan dalamnya. Tiga TEBAL BUKU internasional. 190 halaman federal ke tangan kelompok partai dekade pertama

The Virginia Dynasty

13

AIRPORT

DESEMBER 2015


Review TAHUN 2015 GENRE Drama Sejarah DURASI 141 menit SUTRADARA Steven Spielberg PEMAIN Tom Hanks, Mark Rylance, Amy Ryan, dan Alan Alda

Di lain tempat, Soviet meminta negosiasi dilakukan di Berlin Timur yang merupakan ibukota Jerman Timur yang tidak diakui secara internasional oleh Amerika Serikat. Oleh karena itu, tugas Donovan semakin sulit karena tidak hanya harus mengeluarkan sang mataTom Hanks membawakan dinamika Perang mata dari ancaman hukuman mati dan Dingin dalam drama sejarah garapan Spielberg. harus menegosiasikan pertukaran tahan dengan Uni Soviet secara langsung di Dibahas oleh AZZA BIMANTARA wilayah yang “tidak bersahabat” tetapi juga tertekan oleh dorongan moral untuk Setelah terakhir kali menyut- menyelamatkan salah satu warga negara AS yang radarai film Lincoln pada 2012, Steven “berada pada waktu dan tempat yang salah.” Spielberg kini kembali menyutradarai Film ini tidak hanya menyajikan kepiawaian sebuah film drama sejarah berjudul Bridge Spielberg dalam mengolah kisah nyata yang of Spies. Film ini kembali mempertemukan menegangkan secara akurat tetapi juga menampilkan Spielberg dengan Tom Hanks yang sudah suasana Perang Dingin dengan cara yang dramatis sering berkolaborasi lewat beberapa film walaupun terkesan mainstream. Acting yang sebelumnya yang bergenre sejenis. Film ini baru diperlihatkan Hanks dalam film ini juga memukau dirilis pada 4 Oktober lalu dalam perhelatan Festival dalam perannya sebagai seorang pengacara yang Film New York 2015 dan dirilis secara global pada berpendirian teguh dan konsisten dengan pegangan pertengahan Oktober 2015. moral yang dimiliknya. Berpusat pada awal era Perang Dingin, Bridge of Penyuntingan film dan sinematografi yang baik Spies dibuat berdasarkan kejadian nyata. Ceritanya juga membuat film ini mampu menggambarkan berpusat pada seorang pengacara asuransi Amerika suasana AS dan pusat Eropa pada 1950-an dengan Serikat bernama James B. Donovan (Hanks) yang sangat baik. Film ini layak untuk ditonton, terutama diminta untuk membela seorang mata-mata Uni Soviet bagi pemirsa yang tertarik dengan sejarah—khususnya yang ditangkap FBI akibat dugaan tindakan espionase sejarah Perang Dingin—dari sudut pandang politik luar terhadap AS. Ia pun berusaha untuk membelanya atas negeri dan kepentingan nasional AS serta tertarik nama Konstitusi AS untuk memberikan peradilan yang dengan proses diplomasi (non-resmi) dan proses seadil-adilnya meskipun mendapat penolakan keras negosiasi dalam tensi politik yang menegangkan di dan teror dari publik AS. balik situasi strategis tersebut. Namun, salah satu pilot AS yang ditugaskan untuk Film ini juga memperlihatkan kepada kita bias memata-matai Uni Soviet lewat udara di saat yang moral dari opini publik terhadap kejadian yang sama tertembak jatuh oleh rudal Soviet dan tertangkap. menjadi pusat cerita dalam film ini yang bisa dijadikan Hal ini membuat pemerintah AS menginisasi sebagai model analisa terhadap fenomena yang sama di pertukaran tahanan antar kedua negara. Situasi era kontemporer. Meskipun respons khalayak film kemudian semakin sulit ketika salah satu mahasiswa tidak semeriah sambutan terhadap film-film AS yang berada di Berlin Timur tertangkap oleh agen blockbuster, film yang promosi dan responsnya di Stasi (Jerman Timur) ketika sedang melewati Tembok Indonesia tergolong masih underrated ini layak Berlin dan dianggap sebagai mata-mata AS. ditambahkan ke dalam daftar tonton para pemirsa.

Bridge of Spies

14


Airportpedia

TRUMP, OH TRUMP...

JFK, Rokok Kuba, dan Embargo Dagang Kuba Oleh MUH. RASYID RIDHO Hubungan Kuba-Amerika Serikat pada tahun 1960-an memasuki titik terendah. Amerika Serikat yang dipimpin oleh John F. Kennedy mengambil sikap agresif dan bermusuhan terhadap Kuba yang dibawah pemerintahan Fidel Castro. Amerika Serikat tidak menginginkan rezim Castro yang mengusung otoritarianisme untuk berdiri. Cara yang ditempuh oleh Amerika Serikat, setelah kegagalan invasi yang digagas oleh CIA –yang menyebabkan insiden Teluk Babi– adalah dengan melakukan sanksi dagang berupa embargo dagang yang berlaku pada 1962. Lalu, korelasinya dengan rokok? John F Kennedy menyuruh orang kepercayaannya, Pierre Salinger untuk “mengamankan” persediaan Petit Upmann, yakni salah satu produk rokok Kuba yang terkenal dengan kualitas untuk ekspor. Hasilnya, Salinger berhasil “mengamankan” rokok Kuba sejumlah 1200 buah sebelum penandatanganan dan pengumuman ketetapan embargo esok paginya. Tindakan Presiden Kennedy ini terkubur selama 40 tahun dan baru diungkapkan oleh Salinger pada tahun 1992.

GAJAH DAN KELEDAI Memangnya ada apa dengan dua hewan ini di Amerika Serikat? Mereka berdua jelas bukan hewan nasional dari negara ini. Ya, keduanya adalah bentuk simbolisme dari dua kutub kekuatan politik yang

15

AIRPORT

mendominasi Amerika Serikat, yakni Republikan dan Demokrat. Kedua hewan ini muncul sebagai ikon karena dinamika perpolitikan di abad ke19. Dulu, pada 1828, Andrew Jackson menjadi calon presiden dan ia

DESEMBER 2015

Tahukah kalian, bahwa Donald Trump, nama yang akhir-akhir ini sering kita dengar, selain menjadi kandidat presiden dari kalangan republikan, juga adalah seorang pebisnis dalam bidang usaha properti. Trump melanjutkan usaha keluarga dalam bidang ini dan menamai ulang “Elizabeth Trump & Son” menjadi “Trump Organization”. Trump juga pernah memasuki dunia pertele-visian, menjadi salah satu pemain dalam acara reality show berseri, yakni The Apprentice. Setelah mencalonkan diri sebagai calon presiden, ia malahan semakin terkenal dengan berbagai kontroversi dari aksi maupun pernyataannya. Diantaranya, ia menyindir John McCain, salah satu calon republikan bahwa ia bukanlah pahlawan perang karena tertangkap dalam Perang Vietnam. Ketidaksukaan pada imigran Meksiko ditunjukkan dari komentarnya, “Meksiko adalah penyelundup obat-obatan, pembawa kriminalitas, dan pelaku perkosaan ke Amerika Serika.” Lebih lanjut lagi ia berseloroh ketika ia menjabat sebagai presiden akan membangun dinding besar untuk menahan imigran dan menyalahkan Meksiko yang mengirim sekumpulan orang yang tidak benar. Entah, sampai kapan ia akan menebar kontroversi.

mendapatkan hinaan sebagai keledai oleh lawan politiknya. Bukannya menolak hinaan itu, ia malahan menggunakannya sebagai branding image dalam kampanyenya. Era setelahnya, pada masa kepresidenan Ulysses Grant muncul kritik terhadap dirinya yang diisukan ingin mencalonkan diri untuk jabatan presiden ketiga kalinya. Kritik tersebut dimuat dalam bentuk kartun pada surat kabar New

York Herald, yang memperlihatkan berbagai kelompok kepentingan yang digambarkan ke dalam berbagai binatang, dan gajah merupakan perwujudan dari “dukungan suara kaum Republikan”. Dibalik kepopuleran “gajah” dan “keledai”, ternyata kartunis Thomas Nast adalah yang mempopulerkan keduanya ke dalam kartun-kartun politik di surat kabar masa itu.


HI Events satu negara ASEAN yakni Negeri Gajah Putih; Thailand! Dengan tema “Forging Ahead for a Better ASEAN�, Oleh MIA RIZKIANA HIVisit tahun ini Pada tanggal 16diharapkan mampu memberikan manfaat 19 September lalu, dan pengalaman bersebanyak 25 mahaharga yang sekiranya siswa/i HI UGM yang dapat menjadi value terdiri dari angkatan added bagi setiap 2013 dan 2014 mengikuti pesertanya. Selama di annual visit yang telah Thailand, para peserta digagas sejak tahun 2013 mengunjungi beberapa silam. Tahun ini institusi 'bergengsi' serta tepatnya 2015, kunjungterlibat langsung dalam an ditujukan ke salah

HI Visit

Malam Keakraban Oleh YUSAKTI RIZKI BRAMANTYO Malam Keakraban (Makrab) merupakan salah satu acara tahunan bagi mahasiswa baru jurusan Ilmu Hubungan Internasional Universitas Gadjah Mada, yang mana tahun ini mengusung tema NIRVANA. Tahun ini, panitia Makrab merancang kegiatan ini ke dalam dua tahapan, yaitu tahap praMakrab dan Makrab itu sendiri. Tahap praMakrab diupayakan

mendorong keakraban mahasiswa baru HI UGM 2015 dengan internalnya maupun dengan kakakkakak tingkat melalui beberapa penugasan seperti pembuatan nama, logo, lagu, dan buku angkatan serta melakukan foto dan wawancara dengan kakak tingkat. Setelah itu, Makrab baru dilaksanakan pada tanggal 30 Oktober-1 November 2015 di Desa

diskusi yang cukup relevan dengan studi Ilmu Hubungan Internasional, di antaranya Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Bangkok, United Nations Development Programme (UNDP), Amnesty International, dan Chulalongkorn University. Selain kunjungan resmi ke beberapa institusi, para peserta juga berkesempatan untuk menikmati sisi lain kota Bangkok yang semakin modern namun masih memertahankan kearifan lokal budayanya. Wat Pho, Wat Arun,

se rt a G ran d P al ace menjadi 'destinasi wajib' bagi ajang pengenalan dan promosi kultur, dan tak lupa, pengalaman berbelanja dan serunya jalan-jalan juga disuguhkan dengan mendatangi Siam Paragon, Gems Jewelry, Platinum Fashion Mall, Asiatique River Cruise, Honey Bee Farm, serta Chatuchak Weekend Market. Lelah tak jadi masalah, selama kita dapat mengambil hikmah dari setiap pengalaman yang kita dapatkan. Akhir kata, there's a whole world out there, that nothing can substitute experience.

Wisata Pulesari, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, DIY. Peserta diberangkatkan dari Kampus Fisipol UGM pada 30 Oktober pukul 20.30 WIB dan sampai di tujuan pada pukul 22.00 WIB. Setelah itu peserta Makrab diarahkan menuju ke homestay-nya masing-masing, yang mana mengharus-kan mereka juga bersosialisasi dengan warga setempat/pemilik homestay tersebut. Kegiatan makrab kemudian berlanjut dengan tracking malam, jelajah sungai di keesokan harinya, tracking pos angkatan, pentas seni dan api unggun, yang ke semuanya bekerjasama dengan warga sekitar untuk menjamin keselamatan peserta maupun panitia. Pada hari itu juga terpilihlah Oswindra Hermanu

(Odi) sebagai ketua angkatan 2015. Di hari terakhir, dilakukan sesi sharing dan evaluasi yang dilanjutkan dengan penyematan korsa HI UGM. Peserta kemudian kembali menuju Kampus Fisipol UGM pada pukul 12.00 WIB dan sampai dengan selamat pada pukul 14.00 WIB. Dengan terselenggaranya Makrab selama tiga hari ini, kerekatan hubungan internal angkatan HI UGM 2015 maupun dengan kakak tingkat, diharapkan dapat lebih terjalin untuk mewujudkan tumbuhnya rasa bersama memiliki HI UGM. Sehingga regenerasi kepengurusan Komahi UGM pada waktu mendatang dapat terlaksana dengan baik dan mengukuhkan Komahi UGM sebagai wadah pengembangan diri mahasiswa HI UGM.

16

S E P

O K T

N O V


HI Events Hubungan Internasional kepada masyarakat luas. Berdasarkan misi tersebut, kegiatan DCTM tidak terbatas bagi mahasiswa jurusan ilmu Oleh CAECILIA GALIH Hubungan Internasional, Pada tanggal 1-3 tetapi terbuka untuk Oktober 2015 telah masyarakat umum. diselenggarakan DiploTahun ini, DCTM matic Course and Table mengangkat tema Manner (DCTM) yang “Strategic Partnership merupakan salah satu Between Indonesia and kegiatan dari rangkaian the European Union”. acara HIPhoria dan Terdapat tiga kegiatan bertempat di Andrawina yang dilaksanakan Ballroom, Jogjakarta dalam DCTM, yaitu Plaza Hotel. Seminar on IndonesiaDCTM merupakan UE Relations Update, kegiatan tahunan dari Model European Union KOMAHI UGM yang (MEU), dan Table Manmengajarkan dan memner. praktikkan langsung Seminar tersebut cara berdiplomasi serta berisi update hubungan etika perjamuan. Kegkerjasama bilateral iatan ini mengandung antara Indonesia-Uni misi dari HIphoria untuk Eropa, terutama terkait menyebarkan ilmu potensi kedua pihak berdip-lomasi dan ilmu menjalin kerjasama

DCTM

N O V

Suksesi Oleh JOHANES DE BRITO F. H. Pesta demokrasi untuk memilih ketua KOMAHI UGM masa jabatan tahun 2016 yang diadakan oleh Majelis Permusyawaratan Mahasiswa HI (MPMHI) UGM bekerja sama dengan KOMAHI UGM

17

AIRPORT

dimulai pada tanggal 23 September dan berakhir pada 23 Oktober. Rangkaian kegiatan Suksesi KOMAHI berlangsung dengan lancar dan kondusif. Dimulai dari tanggal 23 September 2015 hingga 2

DESEMBER 2015

perdagangan dan ekonomi. Seminar ini menghadirkan perwakilan dari Kementerian Luar Negeri, Rio Budi Rahmanto, selaku Deputy Director for Indonesia–European Union Cooperation, dan Julio Arias selaku Delegasi Uni Eropa untuk Indonesia dan Brunei Darussalam. Pada DCTM tahun ini, dilaksanakan Model European Union (MEU) yang pertama di Indonesia. Panitia DCTM bekerja sama dengan Kajian Eropa Institute of International Studies (IIS) untuk menghadirkan simulasi sidang yang berbeda dari yang pernah ada. Berbeda dari simulasi sidang yang menggunakan Model United Nation, MEU menggunakan model sidang European Council dan European Parliament. Menurut Nurul Salamah, Project Officer dari DCTM, konsep Eropa

dari segi seminar dan simulasi sidang dipilih agar DCTM dapat memberikan insight dan pandangan baru mengenai ke-Eropaan. Pada malam di hari ketiga, peserta DCTM diajak menerapkan tata cara dan etika dalam perjamuan formal melalui kegiatan Table Manner. Para peserta dari DCTM mengaku puas dengan kegiatan ini dan berhasil mendapatkan insight mengenai Eropa. “Seru, sesuai ekspektasi juga. Ekspektasinya kita kayak MUN tapi lebih seru soalnya pake parlemen,” ujar Ayu Rizky Amalia, peserta DCTM. Kegiatan DCTM berjalan sukses dan lancar. Peserta memberi tanggapan positif mengenai DCTM dan antusias selama kegiatan. Melihat kesukesan dari tahun ini, DCTM di tahun depan diharapkan dapat semakin sukses dan mampu memberi insight bagi pesertanya.

Oktober 2015 adalah saat dimana pendaftaran calon ketua dibuka dan dari proses tersebut MPMHI UGM menerima dua orang yang menyalonkan diri yaitu Kristian Oka dan Asa Lucky. Masing-masing calon memiliki tim sukses mereka masingmasing dan mulai tanggal 5 Oktober 2015 calon dan tim sukses masing-masing telah diperbolehkan untuk berkampanye. Pada tanggal 15 Oktober 2015 MPM HI UGM menyelenggarakan Debat antar

calon sebagai salah satu cara agar masyarakat HI dapat mengetahui kapabilitas tiap calon secara lebih kompre-hensif. Pemungutan suara melalui bilik yang telah disediakan diadakan tanggal 19 Oktober hingga 23 Oktober 2015. Perhitungan suara dilakukan pukul 15.00 WIB tanggal 23 Oktober 2015 yang ramai disaksikan oleh masyarakat HI. Hasil dari pemungutan suara akhirnya adalah Oka terpilih menjadi ketua KOMAHI UGM.


Opini UNTUK MENUTUP EDISI BULAN INI, KAMI MEWAWANCARAI BEBERAPA MAHASISWA HI DENGAN SATU PERTANYAAN: BAGAIMANA PANDANGAN KALIAN TERHADAP ISU GUN OWNERSHIP DI AS? Diwawancarai oleh Widyashri Dian Mahanani

WILLIBRORDUS BINTANG HI UGM 2015

TEGAR PRAKARSA HI UGM 2015

HILDA ANINDITA HI UGM 2014

Penggunaan senjata api merupakan bentuk perlindungan diri ataupun keluarga. Namun kita harus memposisikan diri saat memegang senjata. Jika ada orang yang menggunakan senjata api secara serampangan, itu merupakan bentuk ketidakdewasaan diri dan indikasi kemungkinan mengidap masalah kejiwaan.

Gun ownership di Amerika mendukung amandemen kebebasan, hak melindungi diri sendiri, dan bentuk nyata kedewasaan masyarakat. Pemerintah mencoba melakukan langkah preventif kejahatan bersenjata dengan menekankan persyaratan yang ketat untuk memiliki senjata api, menetapkan hukuman setimpal dengan kejahatan menggunakan senjata api.

Selama dua bulan terakhir telah terjadi paling tidak lima kejadian penembakan yang berhasil di-cover oleh media, dua diantaranya dilakukan oleh anak d i b a w a h u m u r. Pe m b e l i a n senjata dapat dilakukan dengan mudah sehingga membuat gun laws dipertanyakan. Pemerintah ragu untuk ban on firearms k a re n a t u j u a n u t a m a g u n ownership adalah self-defense. Diperlukan adanya penegak hukum yang berperan efektif, namun mungkin saja ada oknum yang mengakali kebijakan ini. Isu kepemilikan senjata memang dilematis dan kembali lagi pada efektivitas penegak hukum.

18


AJENG CHANDRA HI UGM 2012

CATUR DEWI HI UGM 2013

AUDY AKBAR HASIBUAN HI UGM 2014

Aturan mengenai gun ownership perlu diperketat oleh pemerintah. Dari kasus yang telah terjadi, pelaku penembakan ada yang mengalami gangguan mental atau sedang dalam tekanan signifikan. Seharusnya kepemilikannya perlu diseleksi. Lebih baik jika pemerintah bisa meng-eluarkan kebijakan membatasi siapa saja yang dapat memiliki senjata berdasarkan kriteria-kriteria tertentu, misalnya sehat secara mental. Gun ownership memang tidak bisa di-banned total karena dalam Bill of Rights dijelaskan bahwa setiap warga negara AS punya hak untuk melindungi diri dari ancaman, salah satunya dengan memiliki senjata. Pemerintah dituntut untuk menerap-kan kebijakan strategis seperti yang saya jelaskan di atas. Selain itu pendidikan menyang-kut aspek kultural dan struktural, seperti anti rasisme juga diperlukan agar dapat membentuk karakter seseorang. Tau kan kasus di Ferguson? Polisi nembak Michael Brown karena salah satu alasannya adalah karena Brown adalah kulit hitam dan dianggap ghetto. Jika orangorang yang punya senjata masih rasis, akan membahayakan orang lain karena rasisme jadi alasan buat nembak orang lain.

Kebijakan gun ownership di AS sangat kontroversial, alih-alih sebagai upaya untuk melindungi diri sendiri, kebijakan ini justru menjadi bumerang bagi masyarakat AS yang mengancam keamanan dan kestabilan domestik. Dewasa ini, banyak sekali kita dengar peristiwa mengenai penembakan, yang bahkan pelakunya adalah anak di bawah u m u r. Fe n o m e n a t e r s e b u t merupakan salah satu dampak dari adanya hak dan kebebasan memiliki senjata api di AS. Pada 23 Oktober lalu misalnya, penembakan kembali terjadi di Nashville. Sekalipun telah ada prosedur background check yang diupayakan sebagai langkah memperketat dan menyeleksi siapa saja yang berhak memiliki senjata, namun banyaknya aksi penembakan membuktikan bahwa hal tesebut masih kurang efektif. Seharusnya pemerintah federal bisa menjadikan peristiwa tersebut sebagai input dalam merevisi kebijakan gun ownership. Tidak perlu lah mementingkan kelangsungan industri senjata di AS sampai mengorbankan nyawa banyak orang.

Terdapat pro dan kontra mengenai gun ownership. Tanggapan pro dikarenakan senjata api digunakan untuk perlindungan diri. Hal ini berkaitan dengan Declaration of Independence, yaitu Life, Liberty dan Pursuit of Happiness, dimana masyarakat AS diberikan hak individu secara bebas, termasuk dalam hal memiliki senjata atau tidak. AS adalah negara yang menjamin kebebasan individu, termasuk memiliki senjata api atau tidak. Sementara pihak kontra memandang senjata api membahayakan dan membawa petaka bagi orang lain ataupun diri pemegang senjata, terlebih jika orang yang menggunakan senjata tersebut tidak bijak.

19

AIRPORT

DESEMBER 2015


JOGJAFLASH Oleh RIZAL BINTANG RAHANI

Bersahabat dengan Aspal JOGJAFLASH KALI INI AKAN MEMBAHAS TENTANG HURU HARA MACETNYA JOGJA. Ya, mungkin bagi sebagian dari kalian merasa bahwa macetnya Jogja tidak separah Jakarta atau kota besar lain di Indonesia. Atau sebagian juga masih menganggap bahwa macetnya Jogja masih dalam batas toleransi, mengingat anggapan macet antar pengguna jalan berbeda-beda. Ada yang menganggap bahwa selama masih bisa jalan meskipun tersendat-sendat belum masuk kategori macet, sebagian lain menganggap bahwa hal tersebut adalah macet. Lalu bagaimana sebenarnya perkembangan jalanan Jogja yang dianggap tak lagi bersahabat? Salah seorang warga Jogja, Luqman Fauzan menuturkan pada Airport bahwa keadaan jalanan Jogja tak sebaik sepuluh atau lima belas tahun lalu, diindikasikan dengan banyaknya kendaraan di jalan raya dan lamanya waktu tempuh. Keadaan ini pun diperparah dengan transportasi

KO T A T O N G K R O N G A N Jogja telah banyak mengalami perubahan dan perkembangan dalam berbagai aspek. Sebagai salah satu kota tujuan para pelajar, Jogja dituntut untuk menciptakan situasi yang nyaman. Salah satu indikatornya adalah tempat yang nyaman dan

menyenangkan untuk nongkrong sambil belajar. Fenomena ini kemudian dijawab oleh para pengusaha kafe dengan meneydiakan tempat yang ciamik bagi para para konsumen untuk berlajar atau sekedar nongkrong. Banyaknya kafe yang terus

umum yang tidak memadai. Beberapa tahun lalu dicetuskan Trans Jogja dengan berbagai jalur operasi. Meskipun mampu memberikan opsi baru dalam penggunaan transportasi umum, adanya Trans Jogja dianggap kurang memadai akibat keadaan kendaraan terkadang tidak terawat dan tidak merambah wilayahwilayah terpencil, sementara angkutan lainnya semakin jarang ditemui. Akibatnya masyarakat semakin enggan menggunakan transportasi umum dan lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi karena dianggap lebih nyaman, aman, efisien waktu, dan efisien dari segi biaya. Faktor Jogja sebagai kota pelajar dan wisata pun turut menyumbang kamcetan yang ada, dimana para pendatang juga turut meggunakan kendaraan pribadi. Sementara opsi pelebaran jalan sudah sangat sulit untuk direalisasikan, sehingga opsi paling realistis adalah memperbaiki transportasi umum, bagaimana menurutmu? bermunculan di Jogja merupakan sebuah fenomena unik bagi kota ini. Terlebih selama ini Jogja selama ini dikenal dengan tujuan wisata tradisionalnya. Kehadiran kafe-kafe modern inilah yang kemudian menjadi sebuah ikon baru baik bagi waga Jogja maupun pendatang. Selain menyediakan berbagai menu baru, kafe di Jogja juga menyediakan tempat yang berdesain modern dan unik. Hal ini sangat sesuai dengan tren yang saat ini berkembang di dalam komunitas pemuda yakni nongkrong, foto, dan upload. Budaya nongkrong

sebenarnya bukanlah budaya baru bagi warga Jogja. Budaya tersebut telah ada sejak jaman dahulu, hanya saja budaya tersebut dilakukan di tempat yang lebih tradisional seperti angkringan dan lesehan yang sangat mudah ditemui di Jogja. Kafe merupakan sebuah alternatif baru bagi warga yang ingin merasakan sensasi nongkrong dengan konsep yang lebih modern. Hal inipun sekaligus menjadi fenomena bergesernya konsep nongkrong tradisional menuju modernisasi.

20


S E L A M AT JA L A N

S

atu hal lagi sebelum kami menutup edisi bulan ini. Ketika kami sedang menyelesaikan edisi ini, kami menyadari bahwa masih ada uang yang tersisa dalam budget kami, dan kami berpikir, kenapa tidak memberikannya ke pembaca setia kami? Buktikan bahwa kalian telah mendalami dunia HI melalui mengisi teka-teki silang di bawah dan raih kesempatan untuk memenangkan pulsa seharga Rp 25,000 untuk pemenang pertama dan Rp 10,000 untuk dua pemenang lainnya. (Sekali lagi, pulsa. Bukan uang. Kami tidak menginginkan terjadinya miskomunikasi.) Jawaban dikirim ke email INKA: inkaofficial@gmail.com

CATATAN: PEMENANG DITENTUKAN OLEH KETEPATAN JAWABAN DAN LAMANYA WAKTU PENGIRIMAN

21

AIRPORT

DESEMBER 2015




Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.