MEMIJAK BUMI
•
MENATAP DUNIA
NOVEMBER 2017
ASEAN: Half A Century Later
50 TAHUN ASEAN: TIGA PILAR DAN ARAH TUJUAN KEDEPAN (HAL. 4) | ASEAN WAY DAN KRISIS KEMANUSIAAN ROHINGYA (HAL. 6) | ASEAN DAN DEMOKRASI (HAL. 8) | APA KABAR MARAWI? (HAL. 11) | APA MAKNA KEAMANAN BAGI ASEAN? (HAL. 12)
On Cover: A Rohingya girl overlaying the last ASEAN Meetings photograph.
D A F T A R
4-5 FOKUS
6-7 FOKUS
I S I
8-9
CHITCHAT
LIMA PULUH TAHUN ASEAN: TIGA PILAR DAN ARAH TUJUAN KEDEPAN
ASEAN WAY DAN KRISIS KEMANUSIAAN ROHINGYA
YUNIZAR ADIPUTRA
OLEH: M. ADRIAN G. & AYYASY F.
OLEH: ARUMDRIYA M. & CHITITO A.
OLEH: DIVYA KARYZA PUTRI
10
REFLEKSI
11
NEWSFLASH
12-13
JANITRA HARYANTO & KEPENGURUSAN KOMAHI
ADA APA DENGAN MARAWI?
APA ARTI KEAMANAN BAGI ASEAN?
OLEH: TANTRI F. GINTING
OLEH: ELLYATI P. & M. RAFFY S.
OLEH: LUCKE H. & PURWADITYA Y.
14
15
16
SENI TULIS
ASEAN DAN DEMOKRASI NARASUMBER:
INSIDE
POJOK SEKRE
REVIEW BUKU
KOMAHI EVENTS & KOMAHI BEST STAFF PERIODE II
DAVE EGGERS
OLEH: DASS KOMAHI
OLEH: ABID D. SETIAWAN
OLEH: DILLA MAHARTINA
17
18-19
20
A BRIEF INTRO ABOUT ASEAN
SENSE OF BELONGING: BAGAIMANA KAMU MEMAKNAI KEHADIRAN ASEAN? APAKAH IDENTITAS SEBAGAI WARGA ASEAN DIPERLUKAN?
REVIEW FILM “NO ESCAPE”
AIRPORTPEDIA & STATCORNER
“THE CIRCLE” PENULIS:
OPINI
OLEH: SARASTI C. RENATYA
21
AIRPORTCOMIC 2 AIRPORT • NOVEMBER 2017
22 TTS
editorial editorial uji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas karunia-Nya, redaksi kembali menerbitkan majalah Airport Edisi November 2017. Redaksi juga berterima kasih kepada seluruh pihak yang telah bekerjasama dan berkontribusi dalam proses penyelesaian Airport edisi ini. Setengah abad berlalu sejak Deklarasi Bangkok, tak dapat dipungkiri bahwa ASEAN telah, masih, dan akan tetap memiliki pengaruh terhadap negara-negara anggotanya, bahkan ekonomi dan politik dunia. Hal tersebut dapat terlihat dari peningkatan peran ASEAN sebagai organisasi regional - dari narasi “One Vision, One Community, One Identity” yang dengan resmi menjadi angan bersama ASEAN sejak KTT ASEAN kesebelas pada 2005 lalu, kooperasi-kooperasi dengan negara non-anggota, sampai dimulainya ASEAN Economic Community pada tahun 2015. Meski demikian, ASEAN dalam perjalanannya limapuluh tahun terakhir bukanlah tanpa problema dan tantangan. Hal-hal tersebut kemudian melatarbelakangi pemilihan tema Airport edisi November 2017 ini. Dengan judul “ASEAN: Half a Century Later”, Airport edisi November 2017 berusaha membedah signifikansi ASEAN beserta prospek dan problema-nya selama 50 tahun terakhir. Pada rubrik Fokus I, penulis mengulas tiga pilar yang menjadi dasar berdirinya ASEAN. Kemudian, Fokus II membahas salah satu karakteristik utama ASEAN, ASEAN Way, yang juga merupakan judul anthem organisasi regional tersebut. Selain itu, rubrik lainnya juga membahas topik-topik yang berkaitan dengan tema besar, seperti ‘Inside’ yang membahas kerja sama keamanan negara-negara ASEAN, dan News Flash dengan isu di Marawi yang belum juga tuntas. Pada edisi ini, kami juga memperkenalkan rubrik ‘Pojok Sekre’, yang diharapkan dapat mengajak pembaca mengenal lebih jauh KOMAHI, baik acara-acara besarnya maupun kedelapan departemennya. Sebagai penutup, redaksi berharap Airport kali ini dapat menambah wawasan baru bagi pembaca, sekaligus memantik diskusi lebih lanjut mengenai topik-topik yang dihadirkan. Salam jurnalistik!
RIDHO BIMA PAMUNGKAS, PEMIMPIN UMUM; FIRSTYA DIZKA A., ANDETA KARAMINA, HEIDIRA WITRI H., PIMPINAN REDAKSI; MELINDA GULARSO, LAYOUTER; MUHAMMAD ADRIAN GIFARIADI, AYYASY FATIHULHAQ, CHITITO AUDITHIO, ARUMDRIYA MURWANI, TATA FRICILLA G., DIVYA KARYZA PUTRI, SARASTI CIPTANING RENANTYA, DILLA MAHARTINA P., PURWADITYA YUWANA, LUCKE HARYO, ELLYATY PRIYANKA, MICHAEL RAFFY S., ABID DARMA S., THEODORE GREAT S. A, LUCKE HARYO S. P. , PURWADITYA YUWANA, NURUL VIEDA S., SENTUL DASS HI UGM, TIM REDAKSI; DR. DIAH KUSUMANINGRUM, PENANGGUNG JAWAB DITERBITKAN OLEH: DEPARTEMEN INTRAKURIKULER DAN AKADEMIK (INKA), KORPS MAHASISWA HUBUNGAN INTERNASIONAL, FAKULTAS ILMU SOSISAL DAN ILMU POLITIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA, JALAN SOSIO YUSTISIA, BULAKSUMUR, DEPOK, SLEMAN, YOGYAKARTA 55281
AIRPORT • NOVEMBER 2017 3
FOKUS
lima puluh tahun
ASEAN : Tiga Pilar dan Arah Tujuan Kedepan
Oleh: Muhammad Adrian Gifariadi & Ayyasy Fatihulhaq Mengulas perjalanan ASEAN memang tak bisa lepas dari arahnya menuju integrasi, mengingat integrasi-lah yang seringkali dijadikan indikator keberhasilan suatu organisasi regional. Lalu, sampai mana-kah ASEAN dan proyek integrasinya di 50 tahun pendiriannya? Untuk menjawabnya, ASEAN Economic Community (AEC) yang merupakan megaproyek perdagangan bebas dan serikat pabean antar negara-negara anggota ASEAN mungkin dapat menjadi pertimbangan awal. Memasuki tahun kedua, pencapaian AEC barulah penghapusan 99% tarif antar negara anggota, pencapaian yang belum dapat dibandingkan dengan proyek integrasi pasar di kawasan-kawasan lain seperti MercoSUR, Andean Pact, NAFTA, Eurozone, bahkan EAC Market milik East Africa Community yang baru seumur jagung.1 Namun, apakah integrasi kawasan harus bergantung pada single market semata ketika ASEAN sendiri berdiri dari tiga pilar - ASEAN Political-Security Community (APSC), ASEAN Economic Community (AEC), dan ASEAN Socio-Cultural Community (ASCC)? “ASEAN Economic Community” dan berbagai tantangan AEC yang diresmikan tahun 2015 seharusnya menjadi langkah konkrit ASEAN dalam mencapai integrasi ekonomi
yang ditargetkan tercapai tahun 2025 - hanya sepuluh tahun sejak program tersebut dicanangkan untuk merealisasikan tujuannya membentuk single market. Permasalahan AEC saat ini adalah arus transaksi barang antar negara anggota yang terhambat akibat penerapan non-tariff measure (NTM) tiap negara seperti kuota impor, regulasi kemanan dan kesehatan, dan custom delays. NTM pada umumnya muncul dari perbedaan standar antar negara yang kemudian dimanfaatkan sebagai alat kebijakan proteksionis negara. Beberapa NTM seperti standar kebersihan dan kesehatan memang diperlukan dan dapat dibenarkan, namun tanpa inisiatif di bidang penyamaan standar, integrasi ekonomi akan terus menghadapi kendala. Pemerintah-pemerintah di kawasan dapat memanipulasi rangkaian NTM untuk memuaskan pengusaha domestik. Selain NTM, formulasi kebijakan negara-negara Asia Tenggara memang menunjukkan ketidaksiapan menghadapi persaingan pasar bebas. Utamanya, proses konsultasi dan formulasi kebijakan ekonomi di ASEAN sendiri memang tidak melibatkan stakeholder utama, yaitu rangkaian usaha
Masahiro Kawai and Kanda Naknoi, ‘ASEAN Economic Integration through Trade and Foreign Direct Investment: Long-Term Challenges,’ ADBI Working Paper, 2015. 1
4 AIRPORT • NOVEMBER 2017
FOKUS kecil dan menengah. Organisasi yang seharusnya memiliki fungsi representasi di ASEAN seperti ASEAN Chambers of Commerce and Industry dan ASEAN Business Community justru berfungsi sebagai corong kebijakan pemerintah masing-masing karena hanya melibatkan segelintir pengusaha besar yang dipilih pemerintah. Oleh karena itu, kebijakan ekonomi ASEAN yang implementasinya sedang diusahakan menghadapi perlawanan yang cukup signifikan, setidaknya diantara pengusaha kecil-menengah. Tampaknya, dalam bidang ekonomi, kerja sama regional yang komprehensif antar anggota ASEAN masih harus menunggu. ASEAN Political-Security Community Jika integrasi ekonomi stagnan, lalu apa yang mendasari integrasi regional ASEAN? Integrasi regional, dari sudut pandang konstruktivis, merupakan proses dari terbentuknya security community dalam suatu kawasan. Deutsch mendefinisikan security community sebagai “sekelompok orang yang terintegrasi dan dicapai melalui sense of community, institusi dan praktik”, sedangkan pembentukannya terjadi ketika interaksi antar-negara mengikuti norma yang mengatur dan membatasi perilaku mereka sehingga tercipta elemen kepastian dalam tindakan masing-masing negara.2,3 Hal ini dapat membuat negara-negara melampaui kepentingan jangka pendek dan memfokuskan kepentingan jangka panjang. Melihat stagnansi AEC, security community adalah langkah yang lebih berkesempatan untuk mewujudkan integrasi ASEAN. Kemampuan negara untuk lebih fokus pada keuntungan jangka panjang akan mendorong kerja sama di berbagai aspek non-keamanan, termasuk ekonomi dan urusan investasi yang membutuhkan kepastian dan kemampuan untuk memprediksi masa depan. Peningkatan kerja sama di bidang keamanan akan menjaga dan memfasilitasi keberlangsungan kegiatan ekonomi, seperti menjaga keamanan lalu lintas barang. Terlebih, Asia Tenggara kerap di-cap sebagai “surganya bajak laut”, dimana praktik pembajakan kapal dan kidnap for ransom marak terjadi, terutama di Laut Sulawesi dan Sulu. Sejak 1995 hingga 2013, 41% kejadian pembajakan laut terjadi di kawasan tersebut.4 Dalam hal ini, penekanan pada aspek kemanan dapat dimaknai sebagai spill-over dari upaya integrasi ekonomi yang dalam mencapai tujuannya dibutuhkan keseragaman cara pandang dan pendekatan dalam menyikapi urusan keamanan.5 Untuknya, dibutuhkan penekanan pada pilar ketiga yaitu ASCC, karena konstruksi identitas bersama merupakan fondasi security community. Tanpa adanya kepercayaan dan sense of belonging, komunitas tidak akan terbentuk.
“kita” atau identitas bersama. Komunitas, dalam konstruktivisme, merupakan produk konstruksi sosial melalui pengetahuan, norma, budaya dan kerja sama yang menciptakan identitas kolektif.6 Rekognisi bersama tentang identitas ke-ASEAN-an kemudian menjadi dasar integrasi regional. Namun, dalam ASEAN, norma non-interferensi paling dominan. Nilai “ASEAN Way”, yaitu kepercayaan bahwa diplomasi antar-negara di Asia Tenggara harus mengutamakan konsensus dan persetujuan bersama, memang berhasil menjaga ASEAN sebagai organisasi yang stabil dan koheren. Norma ini bisa dibilang menciptakan situasi indiferrence antar negara sekaligus kondisi yang kurang mengakomodasi proses integrasi, terutama politik dan keamanan. Dalam rekam jejak-nya, ASEAN Way seringkali menghalangi terbentuknya komunitas yang lebih asertif dan berani dalam menerapkan kebijakan. Di bidang Hak Asasi Manusia, misalnya, dapat dilihat bagaimana kasus besar seperti Krisis Rohingya mengalami kebuntuan karena terbentur norma non-interferensi ini. Alih-alih melihat permasalahan ini sebagai persoalan keamanan regional, negara-negara ASEAN cenderung berdiam diri dan melihatnya sebagai permasalahan domestik Myanmar, walaupun Indonesia dan Malaysia sudah mengambil langkah proaktif dalam upaya menyelesaikan masalah ini. Arah Tujuan ke Depan
“Implementasi ketiga pilar ASEAN perlu diperbaiki. Pendekatan terhadap ketiganya harus lebih sinkronis.”
Di tahun ke-50 nya, arah tujuan ASEAN sebenarnya sudah jelas tergambar dalam ketiga pilar ASEAN, yaitu AEC, APSC, dan ASCC. Namun, implementasi ketiga pilar tersebut perlu diperbaiki. Alih-alih menganggap ketiganya mutually exclusive, pendekatan terhadap ketiganya harus sinkronis. Pilar ekonomi ASEAN membutuhkan penekanan pada pilar keamanan untuk menjaga keberlangsungan aktivitas ekonomi, lalu pilar keamanan juga butuh pilar sosial budaya, karena didalamnya lah rasa ke-ASEAN-an yang menjadi dasar terbentuknya security community--dibangun. •
ASEAN Socio-Cultural Community Dalam menciptakan sense of community, ASEAN membawakan diskursus ”One Vision, One Identity, One Community” untuk menciptakan transisi cara berpikir dari “aku” ke Deutsch, et al., Political Community, p. 5. Collins, Security Community, p. 206 4 Asia Tenggara Surga Bajak Laut, Tirto.id, https://tirto.id/asia-tenggara-surga-bajak-laut-cvXA, diakses pada 2 Oktober 2017. 5 Konsep spill-over diperkenalkan oleh Ernst Haas, yang didefinisikan sebagai suatu aksi yang memiliki hubungan dengan suatu tujuan, menciptakan situasi dimana tujuan awal hanya dapat dicapai dengan terus mengambil aksi lanjutan dan menciptakan kondisi yang membutuhkan tindak lanjut. (EEC sebagai spill-over dari ECSC) 6 Adler, Conditions of Peace, p. 171. 2
3
AIRPORT • NOVEMBER 2017 5
FOKUS
ASEAN
&
WAY Krisis Kemanusiaan Rohingya
Oleh: Arumdriya Murwani & Chitito Audithio Sebagai negara yang beragam, Myanmar memiliki 135 kelompok etnis yang diakui oleh negara1, dimana etnis Rohingya bukan merupakan salah satunya. Rohingya adalah kelompok minoritas yang mendiami negara bagian Rakhine, yang berbatasan langsung dengan Bangladesh. Kelompok ini datang ke Myanmar pada masa Kerajaan Arakhan di abad ke-15. Ketika Rakhine masih berada di bawah kekuasaan India pada masa penjajahan Inggris, terjadi migrasi etnis Rohingya dalam jumlah besar dari Bangladesh ke wilayah tersebut. Setelah kemerdekaan, migrasi yang dilakukan dianggap ilegal oleh Pemerintah Myanmar. Hal inilah yang kemudian menjadi alasan tidak diakuinya etnis Rohingya sebagai warga negara Myanmar.2 Diskriminasi sistematis dan terinstitusionalisasi telah mengundang reaksi yang tak kalah keras dari masyarakat Rohingya sendiri. Arakan Rohingya Salvation Army (ARSA) merupakan kelompok militan yang secara aktif melakukan perlawanan bersenjata terhadap Pemerintah Myanmar.3 Konflik antara Pemerintah Myanmar - Rohingya terjadi begitu hebat, hingga mencuri perhatian dunia dan mengundang
protes masyarakat global, dan tak terkecuali di Indonesia. Poster ajakan untuk berdemo di Candi Borobudur tersebar luas di berbagai linimasa populer. Pemerintah Indonesia terus didesak baik secara langsung maupun di dunia maya, untuk memutus hubungan diplomatik dengan Pemerintah Myanmar. Para petinggi DPR mengirimkan pesan bernada sindiran untuk Pemerintah Indonesia yang dinilai tidak cukup tanggap dalam permasalahan Rohingya. Tindakan represif terhadap pengungsi etnis Rohingya mengundang protes internasional terhadap Aung San Suu Kyi, pemimpin de facto Myanmar saat ini. Sikap Pemerintah Indonesia yang dianggap kurang tegas dalam merespon permasalahan ini, dilihat sebagai respon tipikal negara-negara Asia Tenggara dalam mengatasi kontestasi perselisihan. Kesepuluh negara anggota ASEAN memang terkenal dengan sikapnya yang menjunjung tinggi prinsip ASE-
Shakeeb Asrar, “How Myanmar Expelled The Majority Of Its Rohingya”, Al Jazeera, last modified 2017, accessed October 17, 2017, http://www.aljazeera.com/indepth/interactive/2017/09/myanmar-expelled-majority-rohingya-170926114753901.html. 2 Eleanor Albert, “What Forces Are Fueling Myanmar’S Rohingya Crisis?”, Council On Foreign Relations, last modified 2017, accessed October 17, 2017, https://www.cfr.org/backgrounder/rohingya-crisis. 3 Adam Taylor, “Analysis: How Burma’S Rohingya Crisis Went From Bad To Worse”, Washington Post, last modified 2017, accessed October 17, 2017, https://www.washingtonpost.com/news/worldviews/wp/2017/09/06/how-burmas-rohingya-crisis-went-frombad-to-worse/?utm_term=.57450de20c24. 1
6 AIRPORT • NOVEMBER 2017
SEAN WAY
FOKUS
AN Way. Artikel ini akan berfokus kepada prinsip non-intervention (non-intervensi) dan consensus-base decision making (musyawarah mufakat), sebagai salah satu dari beberapa pilar dalam ASEAN Way.
ASEAN Way Berdirinya ASEAN sebagai asosiasi negara-negara Asia Tenggara pada tahun 1967 membawa semangat regionalisme baru di kawasan tersebut. Semangat regionalisme yang menggebu-gebu ini tumbuh di masa ketika keteguhan pendirian masih menjadi persoalan. Pada masa itu, terdapat dua kutub adidaya dunia yang mencoba untuk mempengaruhi negara lain dengan tujuan menggalang dukungan dan melanggengkan kekuasaannya. Ketika keberpihakan berarti bahaya, lima negara pendiri ASEAN; Filipina, Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Thailand, sepakat untuk mendirikan organisasi regional dengan semangat “ASEAN Way” yang mendukung cita-cita kedaulatan, non-intervensi, dan harmonisasi regional. Seiring berjalannya waktu, persoalan yang dihadapi oleh anggota ASEAN tidak hanya bersifat intra-regional, namun telah mencapai skala internasional. Krisis humaniter Muslim Rohingya di Myanmar, konflik Laut Cina Selatan, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), penyanderaan oleh kelompok teroris Abu Sayyaf, dan sebagainya adalah beberapa tantangan yang harus dihadapi ASEAN dewasa ini. ASEAN Way telah menjadi basis penyelesaian masalah dan resolusi konflik bagi negara-negara anggotanya. Namun, setelah 40 tahun ASEAN dibentuk, apakah ASEAN Way masih relevan? Secara garis besar, inti dari ASEAN Way adalah prinsip laissez-faire (non-intervensi) dalam berbagai aspek, dan musyawarah mufakat dalam pengambilan keputusan. Beberapa pihak menilai prinsip laissez-faire dalam ASEAN Way tidak efektif, karena tidak memiliki kekuatan mengikat. Kritik kedua jatuh pada prinsip musyawarah-mufakat atau consensus-based decision making, bahwa pengambilan keputusan di tingkat ASEAN harus melalui persetujuan semua pihak (konsensus). Hal ini membuat proses pengambilan keputusan berjalan sangat lamban dalam isu-isu regional sensitif bagi sebagian negara anggota--seperti dalam contoh kasus Rohingya. Perbedaan pendapat yang biasa terjadi dalam forum regional pun menjadi hambatan utama ASEAN dalam mengambil keputusan. Penilaian kinerja ASEAN sebagai organisasi regional yang bertumpu pada ASEAN Way harus dipahami dari tiap-tiap kasus. Dalam situasi seperti MEA, prinsip ASEAN Way dapat dinilai baik karena integrasi ekonomi harus diiringi dengan kesepakatan semua pihak. Namun hal tersebut tidak dapat disamakan dalam kasus sensitif yang berkaitan dengan isu politik negara. Keengganan Myanmar untuk bersikap kooperatif dapat memperlambat proses penyelesaian konflik di tingkat regional secara signifikan.
“Effective, but not fast enough” Dalam penyelesaian kasus Rohingya di tingkat regional, penulis beranggapan bahwa ASEAN Way dapat memperlancar sekaligus menghambat proses penyelesaian masalah
di Myanmar. Prinsip non-intervensi dari ASEAN menjadi sebuah jaminan bagi Pemerintah Myanmar, bahwa ASEAN tidak akan ikut campur dalam urusan negaranya. Hal ini dapat menjadi dasar dibangunnya rasa percaya bagi Pemerintah Myanmar dengan negara-negara anggota ASEAN, yang menjadi faktor pendorong Pemerintah Myanmar untuk meminta bantuan dari negara-negara anggota lainnya. Pada saat itulah, seharusnya negara anggota dapat mengulurkan tangan untuk
menghentikan diskriminasi sistematis dan terinstitusional “ASEAN Way dapat terhadap masyarakat Rohingmemperlancar ya. sekaligus Namun, kepercayaan menghambat bukanlah hal yang begitu proses penyelesaian saja muncul masalah. .. Namun, karena dibutuhkan proses menyalahkan ASEAN untuk menumkarena prinsip yang buhkannya di masing-masing dianutnya ini negara. Prosbukanlah hal yang es inilah yang dinilai sebagai bijak.” ketidaktanggapan ASEAN dalam menjawab tantangan krisis kemanusiaan di Myanmar. Prinsip musyawarah mufakat yang dijunjung tinggi berperan pula dalam proses pengambilan keputusan yang terkesan dipersulit. Beberapa hal yang tidak berkaitan dengan high politics biasanya dapat diselesaikan tanpa konflik, namun ketika kasus tersebut berkaitan biasanya penyelesaian tidak menghasilkan keputusan kolektif. Situasi tersebut semakin diperkeruh dengan prinsip non-intervention, sehingga keputusan tidak dapat diaplikasikan langsung ke negara bersangkutan. Hal ini kemudian dapat kita refleksikan melalui kasus etnis Rohingya. Menyalahkan ASEAN akibat prinsip yang dianutnya memang merupakan hal yang tidak bijak, dan perlu diketahui bahwa hasil kerja ASEAN harus dianalisa melalui case by case basis. Akan tetapi, patut diingat bahwa cara bekerja yang demikian adalah karakter dari ASEAN yang menjadi fondasi dari pembentukan organisasi hingga saat ini.
AIRPORT • NOVEMBER 2017 7
ASEAN DEMOKRASI DA N
Narasumber: Yunizar Adiputera, MA Diwawancarai Oleh: Divya Karyza Putri
8 AIRPORT • NOVEMBER 2017
Secara umum, bagaimana keadaan demokrasi di negara-negara anggota ASEAN? Kondisinya cukup mengkhawatirkan. Bisa dikatakan, di ASEAN, yang demokratis hanya Indonesia dan Filipina. To a certain extent, Myanmar. Tapi sekarang Myanmar juga sudah mulai banyak dikritik karena perlakuannya terhadap minoritas yang sangat mengundang kecaman dari banyak negara di dunia. Karena demokrasi ‘kan juga sangat terkait dengan human rights dan rule of law. Indonesia dan Filipina pun sebenarnya sekarang bisa dikatakan ada periode dekonsolidasi. Filipina di bawah Presiden Duterte sebenarnya menunjukkan adanya dekonsolidasi demokrasi yang disebabkan war on drugs yang mengabaikan rule of law dan hak asasi. Menurut saya, keadaan di Indonesia tidak separah Filipina. Prospeknya masih bagus karena civil society-nya masih sangat vibrant. Tapi potensi dekonslidasi itu juga ada karena banyak sekali kekuatan politik lama yang mulai mencoba untuk menggerogoti proses demokrasi yang ada di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari pembatasan hak-hak minoritas maupun kebebasan berekspresi, terutama kalau kita melihat peristiwa belakangan yang terjadi dengan pilkada DKI, penyerangan terhadap LBH, dan lain sebagainya. Secara keseluruhan, Indonesia masih yang paling mending situasi demokrasinya di antara negara-negara ASEAN. Kemudian, ada negara seperti Singapura dan Malaysia yang meski memiliki situasi ekonomi yang baik, masih relatif otoriter dimana oposisi masih diopresi dan ROLE banyak kebebasan individu yang dibatasi. Ada Brunei yang jelas monarki, bukan demokrasi. Kemudian Vietnam dan Laos dengan sistem satu partai dan ideologi komunis jelas tidak berpikir banyak tentang demokrasi. Kamboja yang sebelumnya pernah ada harapan, belakangan juga menunjukkan opresi terhadap oposisi.
sehingga bisa memberikan check and balance terhadap pemerintahan. Sama halnya dengan dulu ketika Indonesia melakukan reformasi, semua elemen masyarakat memiliki tujuan yang sama untuk menumbangkan rezim otoriter. Hal itulah yang menurut saya belum terlihat di negara-negara anggota ASEAN. Kemudian, secara exogenous, prinsip non-interference ASEAN yang menyebabkan tidak adanya mekanisme teguran terhadap negara anggota secara tegas turut memperlambat terwujudnya demokrasi. Apakah hubungan patron-client dengan negara lain merupakan sebuah hambatan bagi keberlangsungan ASEAN sebagai sebuah organisasi? Ada pengaruh negara-negara luar ASEAN terhadap perkembangan ASEAN sebagai sebuah organisasi. Misalnya, Kamboja yang merasa mendapat keuntungan besar ketika bekerjasama dengan Cina sehingga merasakan bentuk kedekatan dengan Cina. Hal ini membuat ASEAN tidak bisa mengambil posisi yang solid untuk merespon krisis Laut Cina Selatan. Suara bulat yang dibutuhkan oleh ASEAN tidak tercapai akibat hubungan Kamboja dan Cina tersebut, dimana Cina memiliki pengaruh yang cukup kuat terhadap perilaku pemerintah Kamboja. Hal tersebut juga terjadi di negara anggota ASEAN lainnya, seperti Singapura yang memiliki aliansi militer yang dekat dengan Amerika Serikat. Mungkin pada akhirnya kita harus pertanyakan bagaimahubungan Singapura dengan Amerika MODEL na Serikat dapat mempengaruhi komitmennya terhadap ASEAN, terutama menyangkut taraf ketergantungan Singapura terhadap Amerika Serikat ketika terjadi krisis. Hal ini dapat menjadi hambatan dalam membangun komunitas, dalam artian bahwa negara-negara ASEAN tidak melihat diri mereka sebagai sebuah komunitas yang satu dan perlu memiliki satu suara dalam respon krisis-krisis regional. Ini bisa memecah-belah ASEAN, termasuk soal demokrasi. Ketika misalnya Indonesia atau negara anggota lain mulai agresif menyuarakan demokratisasi di negara-negara ASEAN lainnya, adanya kecondongan ini bisa mendorong banyak negara yang tadinya merasa nyaman di ASEAN karena adanya embrace akan perbedaan menjadi tidak nyaman dan mendekat ke--misalnya--Cina, yang lebih akomodatif terhadap sistem pemerintahan authoritarian.
situasi demokrasi di ASEAN itu tidak ideal. Tapi kalau boleh memilih, tentu saja Indonesia masih menjadi yang paling bagus
Apakah hambatan terbesar perwujudan demokrasi di negara-negara anggota ASEAN? Sulit untuk menunjuk hanya satu atau dua faktor yang menyebabkan terhambatnya demokratisasi di negara-negara ASEAN, karena setiap kasus memiliki dinamikanya sendiri-sendiri. Tapi kalau saya boleh berspekulasi, ini spekulasi saya: Demokrasi bisa tumbuh karena faktor endogenous dan exogenous. Dari faktor endogenous-nya, pertama, memang tidak ada tradisi dan kesamaan identitas soal demokrasi di ASEAN. Mungkin, hingga taraf tertentu, Indonesia dan Filipina merasakan identitas tersebut, tapi negara-negara seperti Brunei, Singapura, Malaysia, Vietnam, Laos tidak menanamkan nilai-nilai demokrasi itu sebagai identitas nasional mereka. Jadi, sejak awal tidak ada kesamaan pandangan yang mengarah pada demokrasi sebagai faktor pemersatu atau cara menjalankan pemerintahan. Ini juga diperparah dengan lemahnya perkembangan masyarakat sipil dan kegiatan aktivisme yang menuntut kebebasan di negara-negara tersebut. Ada banyak sekali civil society organizations di negara-negara Asia Tenggara, tetapi pergerakan mereka belum membentuk kondisi yang cukup kuat untuk menentang rezim yang berkuasa. Bagi saya, penting bagi civil society ini untuk menemukan koalisi yang kuat dengan kelompok oposisi pemerintah,
Negara anggota manakah yang dapat dijadikan role model dalam mengembangkan demokrasi di ASEAN? Seperti yang sudah saya katakan sebelumnya, situasi demokrasi di ASEAN itu tidak ideal. Tapi kalau boleh memilih, tentu saja Indonesia masih menjadi role model yang paling bagus. Kekuatan besar Indonesia adalah civil society-nya yang sangat vibrant dan powerful untuk bisa memberikan check and balance kepada pemerintah, walaupun ada banyak resistensi dari pemerintah dan established powers terhadap kebebasan civil society tersebut. Kemudian, kita akan lihat seperti apa pertarungan antara civil society di Indonesia yang berjuang untuk mempertahankan nilai demokrasi di Indonesia dengan orang-orang yang ingin mengkonsolidasi kekuasaannya dan mengabaikan nilai-nilai demokrasi.
AIRPORT • NOVEMBER 2017 9
REFLEKSI
Diwawancarai Oleh: Tantri Fricilia Ginting
J A N I T R A
Kolom refleksi kali ini akan memutar kembali memori tentang kinerja KOMAHI periode 2016-2017 lewat kacamata sang ketua, yaitu Janitra HaryantoHI 2015 yang akrab disapa Je.
H A R Y A N T O
sebuah refleksi
Perjalanan badan pengurus harian Korps Mahasiswa Hubungan Internasional (KOMAHI) periode 2016-2017 sudah hampir sampai pada ujungnya. Beragam jenis program sudah rampung dilaksanakan, beberapa masih dalam proses penyusunan, ada pula yang terpaksa dibatalkan.
distribusi agenda program yang seharusnya diusahakan menyebar agar tidak menumpuk di satu waktu. Misalnya, program HI-Visit dan studi banding Departemen INKOM yang jatuh pada waktu berdekatan dapat diberi jarak untuk mengantisipasi inefisiensi.
Refleksi yang lebih personal datang dari Je ketika ia Setiap kepengurusan suatu organisasi pastinya memimerasa kedekatan dengan ketua departemen dan pengurus liki kelebihan dan kekurangan. Menurut Je, program-proKOMAHI yang masih kurang. Je menilai cara kerjanya tergram yang dijalankan KOMAHI sudah cukup baik dan lalu mekanis, dalam artian ia menitikberatkan fokus pada memberi hasil yang bermanfaat. Misalnya, diskusi rutin profesionalitas, efektivitas, dan efisiensi. “Kamu bisa lihat International Relations Community for Critical Thinkers dari kampanyeku, bahasaku sangat mekanis, (IRCCT) yang berada di bawah Departemen bahasannya kerja, kerja, dan kerja,” ujar Je. INKA selalu mampu memberikan insight Nilai Sehingga, menjadi sulit baginya untuk memtentang isu-isu terkini yang informatif bagi bangun kedekatan pribadi dengan anggota kekeluargaan partisipannya. Selain itu, program-program badan pengurus harian KOMAHI untuk DPSDM seperti HI-Birth dan HI-Appreciation harus dijaga mengetahui lebih dalam dinamika dalam dipandang positif sebagai bentuk simpati dalam masing-masing departemen. “I’m not really yang dapat merekatkan anggota KOMAHI. Kelebihan lain dalam KOMAHI periode kepengurusan engaged personally dengan orang-orang departemen,” sesal Je pula. Ia mengaku baru ini, mengutip Je, adalah “partisipasi aktif KOMAHI, menyadari pentingnya nilai kekeluargaan angkatan 2016 yang dapat dijadikan modal dalam KOMAHI setelah terpilih menjadi untuk untuk mengembangkan program KOMAHI ketua. ke depannya.” Baginya, angkatan 2016 lebih a
fleksibel dalam memilih pekerjaan dibanding angkatan 2015 yang cenderung selektif.
menciptakan suasana kerja yang nyaman.
Berbicara tentang kekurangan, salah satu momen yang cukup melekat di ingatan masyarakat HI adalah dibatalkannya acara tahunan HIPFEST karena kurangnya antusiasme masyarakat HI. Je berpendapat bahwa keputusan tersebut sudah demokratis karena ditetapkan berdasarkan jumlah suara paling banyak, walaupun ia mengakui bahwa musyawarah besar yang diadakan beberapa kali oleh MPM untuk jajak pendapat tentang keberlangsungan HIPFEST cukup melelahkan banyak pihak. Je, bagaimanapun juga, tetap optimis akan kemungkinan berjalannya acara ini untuk dijalankan di periode berikutnya mengingat semangat yang besar dari angkatan 2016. Kritik lain yang disampaikan Je adalah
10 AIRPORT • NOVEMBER 2017
Berkaca dari pengalaman kepengurusan di periode ini Je memberikan pesan-pesan bagi calon pengurus selanjutnya. “Keep improving what we have. DIHI (Departemen Ilmu Hubungan Internasional) menunjukkan komitmen untuk membantu kita (red: KOMAHI) secara finansial, maka kita harus memanfaatkan hal tersebut untuk melaksanakan program-program yang bermanfaat,” ucapnya. Je yakin, sudah seharusnya KOMAHI sebagai organisasi berkembang ke atas dalam segi kualitas. Pesan lain yang tak kalah penting adalah tentang nilai kekeluargaan yang harus dijaga dalam kepengurusan KOMAHI. Je melihat hal ini penting untuk menciptakan suasana kerja yang nyaman sehingga pengurus tidak melihat pekerjaan sebagai beban namun kegiatan yang mereka senangi.
?
NEWSFLASH
A P A KABAR
M A R A W I
Oleh: Ellyati Priyanka & Michael Raffy Sujono Latar Belakang Krisis Marawi: Perebutan Sumber Daya atau Jihad? Kehilangan banyak basis di Irak dan Suriah, milisi ISIS mulai merambah kawasan lain. ISIS kini memasuki daerah Mindanao, Filipina dan menyatakan kesetiaannya ke pergerakan anti-pemerintahan Abu Sayef. Krisis mengalami eskalasi pasca kegagalan pemimpin kelompok pemberontakan Maute bernegosiasi dengan pemerintah. Konflik ini melibatkan pemerintahan Filiphina, gerakan pemberontak Muslim Maute, dan ISIS. Milisi Maute juga diperkuat jihadis Saudi Arabia, Suriah, hingga Indonesia. Abdullah dan Omar Maute, merupakan kakak-beradik pimpinan anasir milisi Maute. Keduanya diduga memiliki hubungan erat dengan eksponen Pejuang Kemerdekaan Islam Bangsamoro (BIFF).1 Hingga saat ini, kondisi di Marawi masih mencekam. Semenjak pertempuran berlangsung, telah jatuh 749 korban jiwa dari milisi pemberontak dan 155 korban jiwa dari tentara pemerintah.2 Ada beberapa penjelasan mengenai penyebab konflik di Marawi. Salah satu naratif paling populer adalah konflik Marawi merupakan bentuk jihad yang didasari oleh ideologi ekstremisme pemberontak, ditunjukkan dari branding pemberontak ke publik. Lain lagi narasi pemerintah Filiphina. Selain mengatributkan penyebab konflik ke ISIS, Presiden Duterte juga mengklaim pendanaan Maute berasal dari bandar narkoba--pembingkaian yang dianggap oleh beberapa pihak merupakan strategi sekuritisasi Duterte untuk memperkuat agenda war on drugs yang sedang ia gencarkan.3 Padahal, basis alasan bergabung kelompok bersenjata bermacam-macam--mulai dari agama, martabat, kekuasaan, bahkan kekayaan. Salah satu di antaranya, ada yang menyatakan konflik di Mindanao merupakan konflik yang dimotivasi oleh perebutan sumber daya alam yang telah terjadi
sejak kolonisasi Spanyol 300 tahun lalu. Kawasan tersebut memiliki tanah yang subur, menarik banyak turisme, dan penyedia makanan untuk Filipina. Selain itu, tanah Mindanao menyimpan emas, batubara, nikel, perak, dan bahan tambang lainnya. Bahkan tak jarang terjadi sengketa antar industri ekstraksi tambang di kawasan tersebut. Kendati pun demikian, Mindanao sangatlah miskin, berdasarkan data yang menunjukkan 11 dari 20 daerah termiskin di Filiphina berada di Mindanao. Ada yang berargumen jika saja sumber daya alam tersebut dapat dimanajemen dengan baik, sumber daya tersebut bisa memberi pendapatan dan pekerjaan yang mapan ke penduduknya. Lebih lanjut, prospek tersebut bisa dijadikan daya tarik kuat agar pihak yang berkonflik bersedia melakukan perjanjian perdamaian.4 Implikasi Lebih Lanjut Krisis Marawi Walaupun perkembangan konflik paling terakhir menunjukkan pemberontak kini semakin tersudut dan diestimasi akan kalah--ditandai oleh berhasil didudukinya Raya Madaya, rute strategis para milisi melarikan diri, oleh pemerintah dan jumlah korban yang jauh lebih banyak dari pihak milisi dibanding pemerintah--hal ini bukan berarti akan menuntaskan persoalan ekstrimisme di Asia Tenggara. Milisi yang pernah bertempur di Marawi dapat berpencar ke wilayah lain serta turut menyebarkan agenda jihad dan pengalaman perang yang dimilikinya. Ini berarti eks-kombatan dari Marawi dapat membentuk sel dan jaringan kerja baru di wilayah seperti Indonesia dan Malaysia. Hadirnya para eks-kombatan berarti berpotensi membuka kemungkinan merebaknya kekerasan berbasis agama yang lebih besar di wilayah Asia Tenggara. Bagi Indonesia sendiri, hal ini bisa menjadi alasan untuk pemerintah bergiat menjalankan program deradikalisasi andalannya.
A. F. Hanifan, “Grup Maute Dalam Perang Marawi: ‘Anak Muda Tak Tahu Diri’”, Tirto.Id, 2017, https://tirto.id/grup-maute-dalamperang-marawi-039anak-muda-tak-tahu-diri039-cuer. 2 L. A. Lagrimas, “September 30 Target To Free Marawi May Not Happen —AFP Official”, GMA News Online, 2017, http://www.gmanetwork.com/news/news/nation/627771/sept-30-target-to-free-marawi-may-still-be-10-to-15-days-away/story/. 3 C. Fonbuena, “Terror In Mindanao: The Mautes Of Marawi”, Rappler, 2017, https://www.rappler.com/newsbreak/in-depth/173697terrorism-mindanao-maute-family-marawi-city. 4 “Inventory Of Conflict And Environment (ICE), Marawi, Philippines And The Rise Of ISIS”, Mandalaprojects.Com, 2017, http://mandalaprojects.com/ice/ice-cases/marawi.htm. 1
AIRPORT • NOVEMBER 2017 11
INSIDE
Pola Kerja Sama Keamanan di ASEAN Pada 2015, Singapura dan Australia menyepakati Comprehensive Strategic Partnership (CSP) dengan keamanan sebagai salah satu aspek utama. Dalam CSP, Australia bersedia untuk menyediakan area latihan militer bagi Singapore Armed Force (SAF) di Shoalwater Bay Training Area dan Townsville Field Training Area. Tidak hanya itu, kerja sama keamanan tersebut juga memuat kerja sama peningkatan ilmu dan teknologi militer. Di tahun sebelumnya, Filipina menandatangani Enhanced Defense Cooperation Agreement (EDCA) dengan Amerika Serikat. Perjanjian ini disebut-sebut sebagai perjanjian kerja sama keamanan yang paling komprehensif antara Filipina-AS dalam beberapa dekade terakhir. Perjanjian ini antara lain mengatur akses militer AS terhadap pangkalan-pangkalan di Filipina serta akses militer Filipina terhadap peralatan militer AS seperti pesawat dan kapal tempur. Dua perjanjian tersebut merupakan sedikit dari sekian banyak contoh kerja sama keamanan yang dilakukan oleh negara anggota ASEAN dengan negara non-ASEAN. Hal ini bertolak belakang dengan kondisi kerja sama keamanan antarnegara ASEAN itu sendiri yang cukup jarang terjadi, dan pola tersebut dapat disimpulkan sebagai kecenderungan negara anggota ASEAN untuk lebih memprioritaskan kerja sama dengan negara non-ASEAN daripada sesama negara anggota. Lebih lanjut, sulit untuk menemukan sebuah instrumen for-
12 AIRPORT • NOVEMBER 2017
mal ASEAN maupun antar negara anggotanya yang mengatur mengenai kerja sama keamanan yang komprehensif. Fenomena ini menjadi suatu pertanyaan yang menarik untuk ditelusuri. Konteks Kerja Sama di ASEAN Sebagai titik awal, kerja sama dapat dimaknai dengan positif, dimana negara anggota ASEAN berusaha untuk meluaskan konteks keamanan, terutama di era kontemporer yang ditandai dengan munculnya ancaman-ancaman non-tradisional seperti terorisme hingga perompakan. Meski demikian, masih perlu dipahami bahwa paradigma keamanan era Perang Dingin masih bertahan. Dalam kawasan ASEAN terdapat dua konteks kondisi keamanan kawasan yang perlu dipahami: Pertama, kapabilitas militer suatu negara masih dipandang sebagai sumber ancaman terbesar bagi keamanan negara lain, bahkan bagi sesama negara anggota sekalipun. Kedua, konsep ancaman keamanan kolektif eksternal tidak dapat ditemukan dalam ASEAN karena tidak adanya kesamaan definisi mengenai ancaman yang dapat disetujui oleh negara-negara anggotanya. Kedua konteks di atas cukup untuk menjelaskan perbedaan bentuk kerja sama keamanan dalam ASEAN dengan kerja sama keamanan regional lain, terutama NATO. Dibandingkan dengan ASEAN, negara-negara Amerika Utara dan Eropa Barat sebagai kawasan pembentuk NATO secara umum memiliki ikatan yang erat dalam berbagai aspek, baik secara high politics seperti politik dan keamanan, maupun low politics seperti ekonomi dan budaya. Ikatan ini turut menghilangkan persepsi akan ancaman antarnegara dalam kawasan tersebut. Kemudian, adanya persepsi ancaman mi-
INSIDE
APA MAKNA KEAMANAN BAGI ASEAN? Beberapa Studi Kasus
Oleh: Lucke Haryo & Purwaditya Yuwana
liter bersama yang berasal dari Uni Soviet dan sekutunya juga menjadi raison d’etre dari NATO. Dihadapkan dengan konteks tersebut, bagaimana kita dapat memahami prospek kerja sama keamanan dalam ASEAN? Hal tersebut bukan berarti bahwa kerja sama keamanan antarnegara anggota ASEAN tidak ada sama sekali. Sebaliknya, kerja sama keamanan negara anggota ASEAN telah terkonseptualisasi dalam dokumen-dokumen penting ASEAN seperti Bangkok Declaration 1967, ASEAN Charter 2008, Treaty of Amity and Cooperation 1976, dan ASEAN Political-Security Blueprint 2009. Meski demikian, inti dari instrumen-instrumen tersebut bukanlah pembentukan aliansi militer atau kerangka kerja sama keamanan formal lainnya, melainkan membangun kepercayaan (trust building) antarnegara anggota ASEAN. Di sinilah kita baru bisa menemukan kaitannya dengan pola kerja sama keamanan yang diadopsi oleh negara anggota ASEAN.
Disinilah elemen trust building berperan penting. Yang pertama, secara psikologis, trust building dapat mengurangi persepsi ancaman yang berasal dari antarnegara anggota ASEAN. Yang kedua, trust building dapat mengarahkan negara-negara anggota ASEAN untuk melakukan penyelesaian konflik secara damai. Dan yang ketiga, trust building mampu meredam isuisu sensitif agar tidak terekskalasi menjadi konflik yang lebih besar dan kompleks. Bagaimana pun, trust building menjadi komponen penting untuk menciptakan, mendukung, dan memelihara stabilitas kawasan. Sebab bagi ASEAN, prioritas utama dari makna keamanan bukanlah tentang ketiadaan ancaman dari luar kawasan, tetapi justru ketiadaan ancaman dari dalam kawasan. Inilah kekhasan kerja sama keamanan ASEAN yang tidak dapat disamakan dengan kerja sama keamanan di kawasan lain.
Seperti yang telah disebutkan di atas, negara anggota ASEAN belum memiliki definisi yang sama mengenai sumber ancaman dari luar. Justru, negara anggota ASEAN memaknai ancaman sebagai sesuatu yang bisa datang dari dalam negeri serta dari negara tetangga, bahkan negara anggota ASEAN sekali pun. Ini menandakan bahwa ASEAN belum selesai dengan isu keamanan antarnegara anggota. Ditambah lagi dengan adanya beberapa isu perbatasan antarnegara anggota ASEAN yang masih dikontestasikan dan beberapa lainnya yang berada dalam tahap penyelesaian, misalnya antara batas laut Indonesia-Malaysia dan batas darat Thailand-Kamboja.
Dengan demikan, dapat diambil kesimpulan bahwa pola kerja sama keamanan ASEAN memiliki dua sifat, yaitu lebih formal dan substantif dengan negara non-ASEAN, dan bersifat cenderung informal dengan negara ASEAN lain yang ditujukan untuk mencegah konflik dengan negara ASEAN itu sendiri. Kerja sama keamanan ASEAN tidak dapat disimpulkan sebagai abnormalitas dalam praktik hubungan internasional, melainkan sebagai pendekatan kontekstual negara-negara anggota ASEAN dalam menyikapi isu-isu keamanan nasional maupun kawasan. Terlebih lagi, jalan alternatif yang diambil ASEAN ini bisa dikatakan sukses dalam menciptakan kawasan yang relatif stabil dan damai.
Kerja Sama Keamanan ASEAN: Trust Building
AIRPORT • NOVEMBER 2017 13
SENI TULIS
A
R
U
M
D
R
I
Y
A
I am not allowed to fret, Even when I’m out of breath, When all the light had fade. I’m supposed to feel glad,
“Seekor burung yang besar di dalam sangkar akan selamanya menganggap kebebasan sebagai dosa.”
MEMOIR OF AN ESCAPIST;
the night feels like a black light dream, of star-crossed lovers dancing through loops of missed chances and featherlight goodbye kisses. . she tells him she didn’t have time for a prince charming, and she still doesn’t, yet—out here in the open where secrets are pretty little things traded like jewels, she doesn’t really know what is true or even if truth exists at all. . he tells her he’s no prince, just a slightly broken pawn like her and they’re a pair. so she regales him with a smile, because she has promised to never make promises. in the morning she will whisk herself away with the wind and the whirl of life, but right now, the universe is aligned and they have all the time in the world.
- hdr
14 AIRPORT • NOVEMBER 2017
I could never fly that high, Alas, I still bid goodbye, On the land i heard a sigh Until everyone is too tired of asking why, Everyone is too blind to realize, That my heart had turned to ice, I couldn’t stand all the white lies, Now I shall vanish into the skies,
S.C. RENATYA M
R
Manusia dalam pelariannya, Membawa kabur sejuta rasa, yang terpendam di lubuk jiwa,
Sendu memikat daku, bawalah jauh dari lengkung gravitasimu Suatu saat bilamana kita siap Kan ku rengkuh dirimu dan diriku
k
- MRk
POJOK SEKRE
POJOK SEKRE
Oleh: Abid Darma Setiawan
KOMAHI events
GAMADC 2017 Gadjah Mada Diplomatic Course (GAMA DC) 2017 yang bertemakan “The Presence of Democracy and the Peace in the Society: Challenges and Prospects” berhasil diselenggarakan pada 25-27 Agustus 2017 di Hotel Santika Premier Yogyakarta. GAMA DC terdiri dari tiga rangkaian acara, yakni Diplomatic Course, Model Bali Democratic Forum, dan Table Manner. Diplomatic course mengundang tiga pembicara dari Kementerian Luar Negeri RI, yakni Aziz Nurwahyudi, Dicky Komar, dan Fikri Cassidy yang memfokuskan pembahasan mengenai diplomasi digital. Pada hari kedua, para peserta antusias dalam mengikuti penyelenggaraan Model BDF pertama di Indonesia, dengan Adrian Gifariadi sebagai chair. Di penghujung acara, peserta akan mendapatkan short course untuk mempelajari Table Manner dasar dan mempraktikannya, dimana terdapat penghargaan untuk para peserta, yakni Best Manner, Best Congeniality dan Best Costume.
KOMAHI best staff
TDKV
Aida Holandari “Yang bisa diandalkan setiap acara dan kegiatan, aktif, selalu ada, dan reliable.” ( Febri Ridho Baharianto )
•
depor
Antakarana tanugraha “Yang gercep, proaktif, kreatif, berkomitmen dan disiplin.” ( Lentera Bintang R. )
•
inkom
tania amarthani “Mereka yang kreatif dan aktif.” ( Salma Zakiyah )
•
bebihi
m. rizky kimy “Berdedikasi, disiplin, dan sigap.” ( Amelia D.A. )
•
sosmas
shinas faiza “Staff yang mengerjakan proker-nya dengan baik, memiliki inisiatif, dan aktif berkontribusi.” ( Sandra Sinaga )
•
IREC 2017 International Relation English Competition (IREC) tahun ini mengangkat tema “Enhancing Human Rights Protection Through International Cooperation.” Pemilihan tema tersebut tentu didasari oleh situasi dunia yang seringkali diwarnai tindakan tak manusiawi. IREC sendiri merupakan acara tahunan yang diadakan oleh DIHI UGM untuk memberi ruang bagi siswa-siswi SMA di Indonesia, untuk meningkatkan kemampuannya berpikir kritis. Seperti IREC pada tahun-tahun sebelumnya, acara ini terdiri dari tiga kompetisi: debate, speech, dan storytelling. Dengan total peserta sebanyak 88 orang, IREC tetap menjadi salah satu event bergengsi di Indonesia untuk tingkat siswa-siswi SMA.
dass
gianina amira zahra “Tentunya, anggota yang aktif dan selalu gercep.” ( Dilla Mahartina )
•
dpsdm
anindita amalia “Solutif, gercep, sigap, tegas, namun bersedia mendengarkan pendapat teman-temannya.” ( N. Marisa Birawan )
•
INKA
FIRST YA DIZK A A.R. “Berkontribusi secara aktif dan kreatif, serta terlibat dalam kegiatan harian di luar proker-nya.” ( Ridho Bima P. )
•
HI CINE
fadila rahma “Bisa diandalkan, responsif dan proaktif.” ( Grace Lolona )
AIRPORT • NOVEMBER 2017 15
REVIEW Transparansi merupakan hal yang sering kali dituntut oleh warga negara dalam sebuah demonstrasi yang bertujuan untuk menagih pertanggungjawaban. Tidak dapat dipungkiri, kecenderungan untuk menutup-nutupi informasi sudah ada sejak lama di dalam tubuh pemerintahan dengan berbagai macam alasan. Salah satu kendala yang sering dijadikan alat justifikasi adalah keterbatasan teknologi yang ditujukan untuk mendukung terwujudnya transparansi. Kencangnya arus globalisasi pada beberapa dekade terakhir, berperan penting dalam perkembangan teknologi masa kini. Sejauh ini, teknologi terbukti membantu manusia dalam melakukan pekerjaannya, khususnya mempermudah arus komunikasi antar benua. Satu hal yang dapat disimpulkan dari fenomena di atas adalah keterbatasan teknologi bukan lagi menjadi sebuah hambatan untuk mewujudkan transparansi.
REVIEW BUKU
THE CIRCLE Oleh: Dilla Mahartina
Dave Eggers, penulis asal Amerika, Judul menuangkan situasi tersebut ke dalam The Circle novel epik bergenre science-fiction yang bertemakan dunia utopia. Dalam cerita Penulis ini, teknologi yang diharapkan dapat menyempurnakan kehidupan manusia, Dave Eggers justru dapat menjadi bumerang. Konspirasi yang berusaha untuk dienyahkan, Jumlah Hal. pada realitanya berkembang di dalam 594 badan yang bertujuan untuk meniadakannya. Novel dengan rating 3,5 oleh Tahun Terbit goodreads.com ini, menceritakan kisah 2013 Mae Holland, sang tokoh utama, diterima bekerja di salah satu perusahaan internet dan teknologi terbesar di dunia, The CirJenis cle. Salah satu ambisi terbesar mereka Novel Fiksi adalah menyempurnakan kehidupan manusia dengan menciptakan transparGenre ansi. Bagi The Circle, privasi, rahasia, Science-Fiction dan identitas anonim merupakan sebuah kejahatan. Mae yang terpesona dengan pengaruh The Circle di dunia, tanpa sadar mengikuti ambisi tersebut. Hingga pada suatu hari, keteledoran Mae terekam oleh salah satu kamera milik korporasi yang tersebar di penjuru negara. Kejadian ini membuatnya mendapat perhatian khusus dari para pendiri The Circle yang kemudian menobatkan Mae sebagai duta perusahaan. Pemberian status bertujuan untuk menjadikannya sebagai manusia yang transparan, dengan mengizinkan nya demi posisi nyaman yang kini telah alat ciptaan mereka untuk menyiarkan kehidupan Mae ia miliki? 24 jam per hari secara live di internet. Orang-orang Hal yang menarik dari novel karya disekitar Mae mencoba memperingatkannya tentang Goodreads.com Dave Eggers ini adalah bagaimana tema ambisi The Circle yang dinilai akan menjadi bumerang yang dipilih oleh penulis berkaitan dengan bagi umat manusia, salah satunya adalah Mercer, mansituasi kontemporer, dimana sebagian masyartan kekasih Mae. akat menuntut transparasi demi aliran informasi. Konspirasi dimulai saat salah seorang dari tiga Sedangkan, sebagiannya menolak untuk mengorbankan pendiri perusahaan merasa bahwa The Circle harus diprivasi mereka demi transparansi. Konspirasi yang terjadi di hentikan, karena menilai ambisi untuk masuk ke segala tubuh The Circle, bukanlah hal yang aneh mengingat persainaspek kehidupan masunia telah melenceng dari tujuan gan akan selalu terjadi akibat sifat dasar manusia yang tidak awalnya. Hal ini menimbulkan dilema dalam diri Mae, pernah puas. Novel ini mengingatkan kita untuk selalu bijak apakah ia perlu mendukung sang pendiri untuk menghdalam memanfaatkan teknologi. Jika tidak, teknologi dapat entikan The Circle dan mengorbankan ribuan karyawan menjadi pisau bermata dua bagi manusia. serta dirinya sendiri? Atau mengikuti dua pendiri lain-
3.5/5
16 AIRPORT • NOVEMBER 2017
REVIEW
REVIEW FILM
NO ESCAPE Oleh:
Sarasti C. Renatya
terbalik di beberapa adegan film walaupun bahasa yang digunakan oleh masyarakat setempat adalah bahasa Thailand. Dampaknya, film ini mendapatkan larangan tayang dari Kementrian Budaya Kamboja karena dianggap menyiratkan unsur xenophobic. Hal ini dapat dimaklumi mengingat tokoh kelompok pemberontak yang merupakan masyarakat setempat dalam film ini digambarkan sebagai kelompok yang kejam, bengis, dan tidak bermoral sementara para warga negara asing merupakan kelompok yang harus bertahan hidup dari kebengisan kelompok pemberontak ini. Selain itu, pemerintah Kamboja juga khawatir bahwa film ini akan melahirkan stereotype yang berdampak negatif terhadap citra masyarakat dan industri pariwisata Kamboja.
Owen Wilson memerankan Jack Dwyer, pengusaha Amerika Serikat yang membawa istrinya, Annie (Lake Bell), beserta dua anak perempuannya, Lucy (Sterling Jerins) dan Beeze (Claire Geare), ke Asia Tenggara untuk memulai hidup baru. Jack disewa oleh sebuah perusahaan AmerJudul ika untuk membantu proses instalasi sistem No Escape suplai air yang ternyata merupakan siasat licik perusahaan Amerika untuk melakukan Sutradara privatisasi air demi profit perusahaan. DaJohn Erick lam perjalanan ke Asia Tenggara, Jack dan Dowdle keluarganya bertemu dengan Hammond (Pierce Brosnan), warga kebangsaan Inggris yang mengaku sedang dalam perjalanan liPemain buran ke Asia. Owen Wilson, John Erick Dowdle cukup berhasil menyajikan kesan suspense dalam film ini, khususnya dalam adegan dimana Jack dan keluarganya mencoba menghindari pemberontak yang memburu warga asing di negara Tahun Tayang tersebut sebagai bentuk antithesis para pem2015 berontak terhadap dominasi dunia barat. Adegan-adegan menegangkan dalam film ini terkesan realistis sehingga penonton dapat Genre merasakan suasana mencekam yang dialami Action-Thriller oleh keluarga Jack. Terkait hal tersebut, performa Owen Wilson juga patut diapresiasi. Keberadaan Pierce Brosnan yang merupakan aktor Hollywood kawakan menjadi nilai tambah film ini, meski pada kenyataannya tokoh Hammond yang ia perankan tidak signifikan dalam perkembangan plot. Jangan mengharapkan aksi laga yang memuaskan dari Pierce Brosnan, karena karakter Hammond sendiri lebih mirip Ini bukanlah kali pertama kita men“pahlawan kesiangan” daripada sebagai James Bond. yaksikan film Hollywood yang menSecara keseluruhan, menegangkan dan menghibur coba menggambarkan “kekacauan” adalah dua kata yang dapat digunakan untuk menggamnegara dunia ketiga melalui perspek- Airport barkan film ini. Penonton akan diajak untuk mengikuti tif dunia pertama. No Escape adalah kisah perjuangan keluarga Jack Dwyer dalam bertahan film action-thriller yang menceritakan hidup dan bersembunyi dari kelompok pemberontak, kisah terjebaknya keluarga berkebangsaan menjadikan film ini patut ditonton oleh mereka yang inAmerika Serikat dalam kekacauan kudeta untuk menggin merasakan sensasi suspense dengan alur cerita yang gulingkan pemerintah yang berujung pada aksi kekerasan tidak biasa. Sayangnya, film ini hanya terfokus dari persdan kerusuhan. Walaupun syuting dilakukan di Thailand, pektif keluarga Jack Dwyer saja tanpa ada pengembangan nama negara yang sesungguhnya tidak pernah disebutalur dari perspektif masyarakat setempat. Isu-isu politik kan secara jelas sehingga hal ini menimbulkan ambiguitas yang ditawarkan dalam film ini juga hanya merupakan mengenai keakuratan film dalam menggambarkan dina“aksesoris” sehingga tidak mendapatkan kesempatan unmika sosial-politik masyarakat. Ambiguitas ini semakin tuk dikembangkan lebih jauh. jelas dengan terlihatnya huruf Khmer yang ditulis secara
Pierce Brosnan, Lake Bell
“MENEGANGKAN DAN MENGHIBUR.”
AIRPORT • NOVEMBER 2017 17
A BRIEF INTRO
AIRPORTPEDIA
INTRO
about
(aseanstats.org)
SEJARAH SEJARAH KEANGGOTAAN KEANGGOTAAN ASEAN ASEAN (aseanstats.org)
ASEAN Way
Salah satu prinsip sekaligus karakteristik ASEAN yang tercantum di Treaty of Amity and Cooperation in Southeast Asia (TAC) tahun 1976. Prinsip tersebut ber-
1967
1984
ASEAN terbentuk dengan lima anggota: Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina
Brunei Darussalam bergabung menjadi anggota ASEAN.
Jumlah Anggota = 5
Jumlah Anggota = 6
2015
287,279,272,490.81
2014
330,209,445,755.24
2013
338,613,344,843.76
2012
321,851,167,105.98
Vietnam bergabung jadi anggota ASE
Jumlah Anggota
JUMLAH PENDUDUK ASEAN (APABILA DIGABUNGKAN)
HAL INI MENJADIKAN ASEAN s ebagai
WORLD’S T H I R D L A R G E S T MARKET
(aseuanup.com)
276,218,711,506.76
1995
638.624.000.000
ASEAN ASEAN TRIVIA TRIVIA 2016
bunyi “Penghormatan pada kedau negara, non-interferensi, penyeles konflik dengan perdamaian, penol akan penggunaan cara-cara koers kerjasama yang efektif.”
239,794,176,232.46
FACTS AND
TRADE IN goods
239,393,872,192.91
277,904,327,777.94
TRADE IN SERVICE
EXPORT
18 AIRPORT • NOVEMBER 2017
51,601.21
55,619.83
55,068.54
2012
52,328.69
IMPORT
56,680.53
EXPORT
55,280.09
51,256.57
277,616,677146.96
58,526.66
(aseanstats.org)
IMPORT
279,138,257,716.6
55,005.70
ASEAN INTRA-TRADE
6 51,460.14
ISTILAH ISTILAH DALAM DALAM ASEAN ASEAN
2013
2014
2015
2016
S TAT C O R N E R
ODUCTION ASEAN adalah organisasi antar-pemerintah regional yang terletak di Asia Tenggara. Di umur-nya yang telah mencapai setengah abad, ASEAN masih dalam proses mengakomodasi berbagai perbedaan yang ada antar negara anggotanya. Selama keberadaanya, ASEAN-pun terus berkembang dari masa ke masa dari jumlah anggota sampai ke program.
ASEAN 2020
ulatan saian lakan sif,
TIGA PILAR ASEAN
Visi yang ingin dicapai ASEAN sebagai kawasan damai, bebas, dan netral pada tahun 2020.
1997
DES 1997
menEAN.
Laos dan Myanmar bergabung menjadi anggota ASEAN.
a=7
Jumlah Anggota = 9
6
Sebagai organisasi, ASEAN memiliki tiga pilar, yaitu AEC (ASEAN Economic Community), APSC (ASEAN Political-Security Community), dan ASCC (ASEAN Social-Cultural Community).
1998
Tercipta kajian sistem ASEAN Plus Three (APT) dengan negara-negara macan Asia yaitu China, Jepang dan Korea. Kerangka kerjasama APT mencakup bidang politik, keamanan, ekonomi, lingkungan, pembangunan, dan sosial-budaya.
NEGARA
Kamboja bergabung menjadi anggota ASEAN. Jumlah Anggota = 10
ASEAN
FIGURES
YANG
S I S T E M P E M E R I N T A H A N D I A S E A N S A N G AT B E R A G A M
TERBESAR
6
DI DUNIA.
COUNTRY FACTS
NEGARA REPUBLIK
3,563.8
NEGARA MONARKI KONSTITUSIONAL
1
NEGARA FEDERASI
A B S O L U T
M O N A R K I KO N S T IT U S I O N A L
Thailand
GDP 2012-2015
3,357.1
5,853.2
5,736.9
GDP 2012-2015
L I F E EXPECTANCY
ADULT LITERACY RATE
POPULATION DENS IT Y
L I F E EXPECTANCY
ADULT LITERACY RATE
72.3
77.4
97.2%
134.4
74.1
94.2
years old
people/km 2
Brunei Darussalam
Cambodia
1
NEGARA MONARKI
POPULATION D EN SIT Y people/km 2
years old
Malaysia
1,198.5
54,452
42,445
GDP 2012-2015 POPULATION D EN S IT Y
L I F E EXPECTANCY
ADULT LITERACY RATE
7,697
82.7
96.8%
GDP 2012-2015
GDP 2012-2015
951.5
38,577.30
years old
2
Indonesia
(asean.org)
people/km 2
MENGANUT
PRINSIP DEMOKRASI SECARA PENUH
EKONOMI
Singapore
Kerangka informal ASEAN Plus Six (ASEAN +6) tercipta dengan negara-negara ASEAN +3 dan tiga negara baru, yaitu Australia, New Zealand, dan India. Namun, ASEAN+6 hanya berfokus pada bidang ekonomi saja.
TIDAK ADA NEGARA ANGGOTA ASEAN
MEMILIKI
D I K AW A S A N
2007
POPULATION D EN SIT Y
L I F E EXPECTANCY
ADULT LITERACY RATE
85.1
66.6
80.7%
people/km 2
Vietnam
years old
L I F E EXPECTANCY
ADULT LITERACY RATE
72.3
77.4
97.2%
people/km 2
years old
GDP 2012-2015
10,670
30,942
POPULATION D EN SIT Y
L I F E EXPECTANCY
ADULT LITERACY RATE
92.3
74.9
94.2%
people/km 2
years old
Myanmar
Lao PDR
Philippines
9,656
POPULATION DENS IT Y
2,850 54,452
GDP 2012-2015
GDP 2012-2015
1,754
1.831.2 1,442.7
POPULATION D EN S IT Y
L I F E EXPECTANCY
ADULT LITERACY RATE
277.1
73.2
94.8%
people/km 2
years old
2,596
POPULATION D EN SIT Y
L I F E EXPECTANCY
ADULT LITERACY RATE
338.5
70.4
95.4%
people/km 2
years old
GDP 2012-2015 L I F E EXPECTANCY
ADULT LITERACY RATE
29.1
65.4
79%
people/km 2
years old
GDP 2012-2015
1,189.8
POPULATION D EN SIT Y
1,246.1
POPULATION DENS IT Y
L I F E EXPECTANCY
ADULT LITERACY RATE
77,6
65.6
89.5%
people/km 2
years old
AIRPORT • NOVEMBER 2017 19
OPINI
Opini 2
1
M. Irsyad Abrar HI
4
Audy Akbar H. HI
2014
2016
1
3
Grace Lolona H. HI
M. IRSYAD ABRAR
Sebagai individu saya menganggap ASEAN hanya sebagai organisasi yang memfasilitasi negara di kawasan untuk bekerja sama dan tidak lebih. Sebuah identitas kawasan menurut saya perlu ditumbuhkan, hal yang sulit menurut saya, jika ASEAN ingin mengambil jalur integrasi kawasan yang lebih. Identitas tidak perlu ditumbuhkan jika negara anggota ingin politik luar negeri ditentukan di ibukota dibanding Jakarta (ASEAN Headquarter-red). •
AUDY AKBAR
2
Saya masih belum merasakan kehadiran ASEAN di benak saya, karena meskipun 3 pilar komunitas ASEAN; AEC, APSC, dan ASCC telah diresmikan sejak akhir 2015, tetapi belum ada bentuk konkret dalam realisasinya, setidaknya pada level masyarakat umum. Perlu atau tidaknya identitas sebagai warga ASEAN tergantung pada tujuan dan urgensi yang ada. Jika dengan memiliki identitas bersama akan dapat meningkatkan kohesivitas antar warga ASEAN, maka dapat dikatakan perlu. Namun, tentunya bukan hal mudah untuk mewujudkannya, bahkan ketika pilar ASCC sudah diresmikan sejak akhir 2015 lalu, belum ada pertanda yang menunjukkan adanya upaya konstruksi identitas bersama ASEAN. Kemudian diperlukan kesiapan warga negara anggota untuk berpikiran terbuka akan konstruksi identitas bersama tersebut; menurunkan sikap egoistik terhadap budaya sendiri dan mental sebagai korban dari pencaplokan budaya. •
3
GRACE LOLONA
Aku sempat optimis dan mendapatkan lebih banyak informasi ketika pembahasan soal MEA banyak diangkat sebagai topik diskusi di berbagai outlet media massa di penghujung tahun 2015. Namun saat ini aku jarang sekali mendengar atau mengetahui kabar mengenai ASEAN, sehingga aku tidak terlalu merasakan relevansi dari keberadaannya. Menurut pandanganku sendiri, identitas sebagai warga ASEAN diperlukan karena aku percaya dengan semangat kosmopolitan dalam mempromosikan pembentukan identitas masyarakat internasional. Adanya identitas regionalisme ini aku rasa dapat menjadi solusi untuk mencegah konflikyang disebabkan oleh rasa nasionalisme berlebih dari beberapa
20 AIRPORT • NOVEMBER 2017
SENSE OF BELONGING: Bagaimana kamu memaknai kehadiran ASEAN? Apakah identitas sebagai warga ASEAN diperlukan?
Kumala Kartika H. HI
2016
M. Fikry Ghibran HI
2017
2015
3
4
individu, sehingga hal tersebut secara langsung mendukung terciptanya perdamaian global. •
KUM AL A KARTIKA
Aku tidak merasakan adanya identitasku sebagai warga ASEAN, aku ya Indonesia. Menurutku ASEAN hanya organisasi antar negara, sehingga sense of belonging masyarakat cukup lemah dan nasionalisme terhadap negara masih tinggi. Mungkin ini juga karena ASEAN sangat menjunjung tinggi non intervensi dan kedaulatan negara. Kalau menurutku identitas menjadi ASEAN itu penting. Asia Tenggara secara historis terikat kuat, begitu juga secara budaya dan sosial yang hampir serupa, namun secara fisik suku dan bangsanya sangat beragam. Sehingga jika ingin meningkatkan hubungan kerjasama yang tidak terbatas secara ekonomi namun juga multidimensional, identitas menjadi penting untuk menjembatani konflik dan perbedaan yang ada. Sense of belonging akan memberikan efek psikologis berupa rasa kepemilikan terhadap ASEAN, yang akan memunculkan semangat mengembangkan menjadi sebuah regionalitas yang kuat dan maju. •
5
M. FIKRY G.
Aku melihat keberadaan ASEAN memiliki peran penting untuk menciptakan identitas regional. ASEAN sendiri dapat dikatakan mempunyai karakteristik ‘unik’ dan berbeda jika dibanding dengan organisasi-organisasi regional lainnya. The ASEAN Way mengadopsi ide budaya negara-negara Asia Tenggara, yang diantaranya terefleksi dalam pengambilan keputusan secara konsensus dan norma non-intervensi untuk menghargai kedaulatan wilayah masing-masing negara anggota. Adanya sidang seperti Pertemuan Tingkat Menteri KTT ASEAN yang diadakan setiap 2 tahun sekali, juga memastikan keberlangsungkan integrasi regional dan menentukan agenda demi mewujudkan tujuan bersama. Oleh karenanya, identitas sebagai warga ASEAN perlu untuk terus dikembangkan demi penguatan posisi negara anggota dalam dunia internasional. •
AIRPORTCOMIC
AIRPORT • NOVEMBER 2017 21
TTS
TEKA I K E T S I L A N G
3 1
2 7
6
4
5
8
9
10
MENURUN
SATU Konflik di Filipina juga dapat dipahami sebagai konflik perebutan... TIGA Penurunan ... merupakan salah satu syarat terbentuknya single market. EMPAT Negara bagian asal etnis Rohingya ENAM Prinsip dasar ASEAN DELAPAN Salah satu unsur yang perlu ditingkatkan dalam membangun kerjasama antar anggota ASEAN
M E N D ATA R
DUA Lokasi terjadinya konflik di Filipina LIMA Salah satu prinsip dalam ASEAN Way TUJUH Deklarasi awal yang mengatur kerjasama keamanan di ASEAN SEMBILAN Negara yang bekerjasama dengan Singapura dalam kesepakatan CSP SEPULUH AEC; Asean …. Community
22 AIRPORT • NOVEMBER 2017
EDISI LAIN dapat diakses secara daring melalui: issuu - INKAOFFICIAL
http://www.issuu.com/inkaofficial