Mtd pba kel 4

Page 1

1


Daftar Isi Kata pengantar....................................................................................................................1 Daftar isi..............................................................................................................................2 BAB 1

PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang...................................................................................................3 1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................3 1.3 Tujuan...............................................................................................................4

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Dasar Metode Membaca..................................................................................5 2.2 Pinsip-prinsip Dalam Keterampilan Membaca.............................................................6 2.3 Langkah-langkah Penggunaan Metode Membaca........................................................6 2.4 Kelebihan dan Kekurangan Metode Membaca.............................................................7 2.5 Teknik Pembelajaran Maharoh Qiro’ah........................................................................8 2.6 Keterampilan Membaca................................................................................................10 2.6.1 Membaca Nyaring..........................................................................................12 2.6.1 Membaca Diam..............................................................................................14 BAB 3

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN.............................................................................................................17 2


3.2 SARAN..........................................................................................................................17 3.3 DAFTA PUSTAKA...................................................................................................... 18

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Di awal abad ke-20, penggunaan metode langsung di sekolah-sekolah menengah di kawasan Eropa mulai berkurang. Yang muncul pada waktu itu penggunaan metode langsung yang telah mengalami revisi. Usaha revisi ini menghasilkan versi-versi yang menyatukan teknik-teknik metode langsung dengan aktivitas-aktivitas terpimpin berdasarkan ketatabahasaan. Popularitas versi tertentu pada abad itu memberi inspirasi kepada para ahli linguistik terapan di amerika serikat untuk mencoba mengembangkan satu versi yang resmi di sekolah-sekolah menengah di negeri itu. Banyak penelitian mengenai situasi pengajaran bahasa asing di amerika serikat pada saat itu menyimpulkan bahwa tidak ada satu metode pun yang mampu menjamin hasil yang gemilang. Tujuan pengajaran bahasa asing yang menekankan keterampilan berbicara, sebagaimana dimaksudkan oleh metode langsung, dianggap kurang memuaskan hasilnya, karena waktu yang disediakan untuk bahasa asing bagi para pelajar atau mahasiswa hanya sedikit. Dalam laporan hasil penelitian coleman dan kawan-kawan tahun 1992, seperti dituturkan oleh nababan (1993: 19) dianjurkan bahwa tujuan pengajaran bahasa asing yang realistis adalah tercapainya keterampilan membaca, maka perlu digunakan metode membaca. Hasil laporan ini adalah bahwa tujuan utama program-program bahasa sebagai bahasa asing adalah diganti menjadi keterampilan membaca. Kondisi ini terus berlaku hingga tahun 1940-an. Diluar amerika serikat pada tahun 1992-an metode membaca (thariqah al-qira’ah/ reading

method)

mulai

digunakan.

Tujuannya

antara

lain

untuk

memberi

pelajar/mahasiswa kemampuan untuk memahami teks ilmiah yang mereka

3


1.2 RUMUSAN MASALAH: 1. Apakah pengertian keterampilan membaca ? 2. Apakah konsep dasar metode membaca ? 3. Apa sajakah langkah-langkah penggunaan metode membaca ? 4. Apa sajakah kelebihan dan kekurangan metode membaca ? 5. Bagaimanakah teknik pembelajaran maharoh qiro’ah ? 6. Apa sajakah bagian-bagian dari keterampilan membaca ?

1.3 TUJUAN: 1. Untuk mengetahui pengertian keterampilan membaca. 2. Untuk mengetahui konsep dasar metode membaca. 3. Untuk mengetahui langkah-langkah penggunaan metode membaca. 4. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan metode membaca. 5. Untuk mengetahui teknik pembelajaran maharoh qiro’ah. 6. Untuk mengetahui bagian-bagian dari keterampilan membaca

4


BAB 2 PEMBAHASAN 2.1 KONSEP DASAR METODE MEMBACA Sasaran utama metode membaca adalah pelajar di sekolah-sekolah menengah dan mahasiswa di perguruan tinggi. Salah satu tugas utama mereka adalah memperoleh informasi ilmiah sebanyak-banyaknya dari teks-teks ilmiah. Salah satu kegiatan penting untuk memperoleh informasi itu adalah membaca, mulai dari membaca nyaring sampai pemahaman. Dari sini jelas bahwa metode membaca selain menekankan kemampuan membaca diam untuk pemahaman, juga memandang penting kemampuan pengucapan yang benar, sehingga membaca secara nyaring merupakan kegiatan yang banyak di latihkan. Kemampuan ini di pandang dapat membantu para pelajar/mahasiswa dalam pengungkapan lisan. Sedangkan penguasaan kaidah gramatika merupakan kemampuan yang di kembangkan kemudian, itu juga kaidah-kaidah yang sekiranya di perlukan oleh pembaca di dalam membaca. Itulah sebabnya tujuan utama metode ini adalah menanamkan kemampuan membaca teksteks bahasa asing dengan mudah tanpa harus menerjemahkan baik secara lisan maupun tulisan ke dalam bahasa pelajar, tetapi langsung mencerna isi yang terkandung oleh teks bahasa asing. Dengan demikian dapat di kemukakan bahwa dasar metode membaca adalah penguasaan bahasa asing dengan memulainya dari penguasaan unsur bahasa yang terkecil, yaitu kosa kata, yang di dahului oleh latihan pengucapan yang benar, lalu pemahaman. Penguasaan unsur bahasa yang terkecil akan menentukan penguasaan bahasa secara keseluruhan. Sedangkan pengucapan kata dan pelafalan kalimat yang baik dan benar merupakan modal dasar membaca yang baik dan benar.

5


2.2 PRINSIP-PRINSIP DALAM KETERAMPILAN MEMBACA Di antara prinsip-prinsip yang harus diperhatikan oleh guru dalam mengajarkan keterampilan membaca antara lain sebagai berikut: a) Belajar membaca pada hakikatnya adalah proses belajar yang bersifat perorangan. Dalam hal ini, setiap pengajar keterampilan membaca harus memahami adanya perbedaan kondisi daya mental, perbendaharaan pengetahuan dan pengalaman, faktor lingkungan dan budaya antara antara pembelajar satu dengan yang lainnya. Hal ini perlu di pahami untuk menyikapi pembelajar yang mengalami kesulitan di dalam belajar membaca. b) Pengajaran membaca yang baik adalah pengajaran membaca yang memanfaatkan dengan tepat hasil diagnosis kesulitan belajar membaca pada pembelajar dan hasil pengkajian kebutuhannya dalam membaca. Kedua kegiatan ini kemudian di manfaatkan untuk merancang pengajaran membaca. c) Belajar membaca hanya mungkin berlangsung lancar dan berjalan baik, jika bahan pelajaran yang disajikan sesuai dengan tingkat perkembangan pembelajar dengan mempertimbangkan intelektual, emosional, sosial, dan fisik pembelajar. d) Dalam pengajaran membaca, tidak hanya satupun cara yang super sifatnya. Prinsip ini menyarankan dikajinya berbagai macam metode pengajaran membaca untuk kemudian memilih yang paling tepat dengan kondisi pembelajar yang dihadapi, disamping memvariasikan metode, teknik dan prosedur, pengajaran membaca harus bersifat elektik. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari rasa bosan dan kejenuhan pada pembelajar.

2.3 LANGKAH-LANGKAH PENGGUNAAN METODE MEMBACA

6


Banyak langkah yang mungkin dilakukan oleh guru dalam menggunakan metode membaca. Tetapi pada umumnya adalah sebagai berikut: a. Pendahuluan, berkaitan dengan berbagai hal tentang materi yang akan disajikan baik berupa appersepsi, atau tes awal tentang materi, atau yang lainnya. b. Pemberian kosakata dan istilah yang dianggap sukar. Ini diberikan dengan definisidefinisi dan contoh-contoh dalam kalimat. c. Penyajian teks bacaan tertentu. d. Diskusi mengenai isi bacaan. e. Pembicaraan atau penjelasan tentang tata bahasa secara singkat jika diperlukan untuk membantu pemahaman pelajar tentang isi bacaan. f. Jika guru di awal pertemuan belum memberikan penjelasan kosakata yang dianggap sukar dan relevan dengan materi pelajaran, maka pada langkah ini bisa dilakukan. g. Di akhir pertemuan guru memberikan tugas kepada para pelajar tentang isi bacaan, misalnya : membuat rangkuman dengan bahasa pelajar, atau membuat komentar, tentang isi bacaan, atau membuat diagram, atau yang lainnya.

2.4 KELEBIHAN DAN KEKURANGAN METODE MEMBACA Metode membaca adalah metode yang muncul karena ketidakpuasan khususnya terhadap metode langsung. Jika melihat konsep dasarnya yang meyakini penguasaan kosa kata sebagai modal awal lalu pemahaman, akan terlihat beberapa aspek kelebihan dan kekurangannya. Di antara aspek kelebihannya adalah: 1. Memberikan kemampuan membaca yang baik kepada para pelajar bahasa asing baik membaca nyaring yang melibatkan pengucapan, maupun membaca pemahaman. 2. Membaca yang baik adalah komunikasi pembaca dengan bahan bacaan. Komunikasi ini adalah modal untuk memahami isi bacaan dengan baik.

7


3. Kemampuan membaca yang tinggi memudahkan pembaca untuk memahami budaya bahasa asing yang dipelajari. Pemahaman budaya bahasa asing yang di pelajari adalah salah satu syarat non-linguistik yang perlu dimiliki oleh setiap pelajar bahasa asing. Di antara aspek kekurangannya adalah: 1. Metode membaca mungkin cocok diberikan kepada para pelajar yang gemar membaca, tetapi kurang cocok bagi mereka yang tidak gemar membaca. Bisa jadi yang tidak gemar membaca akan mengalami kejenuhan belajar. 2. Terlalu menekankan perhatian kepada kemampuan membaca dapat mengakibatkan kurangnya kemampuan pelajar berkomunikasi secara lisan dengan bahasa asing yang dipelajari, padahal di dalam dunia pendidikan modern, cara mengembangkan ilmu bukan hanya membaca, ada cara lain yang tak kalah penting yaitu berdialog atau berdiskusi secara lisan.

2.5 TEKNIK PEMBELAJARAN MAHAROH QIRO’AH Langkah-langkah pembelajaran qiroah jahriyah : a) Guru memulai pelajaran dengan memberi contoh qiro’ah jahriyah dengan benar. Guru dimungkinkan membacakan teks dan diikuti oleh siswa dengan melihat teksnya. Siswa menirukan bacaan guru. b) Sebaiknya teks yang disajikan pendek serta mudah dipahami siswa, sehingga fokus hanya untuk mengucapkan dan tidak pindah untuk berfikir tentang makna. c) Tersedianya waktu yang cukup untuk melatih siswa mendengarkan teks, setelah selesai kemudian mereka diminta untuk membaca teks dengan keras. d) Melatih siswa membaca dengan cara bersama-sama dan juga individu. Saat siswa membaca secara individu guru harus aktif untuk mendorong siswanya membaca dengan cepat tidak membaca kata perkata atau sering berhenti dalam setiap baris. e) Hendaknya guru selalu mencatat kesalahan-kesalahan yang terjadi baik berkaitan dengan bunyi atau pengucapan. Berdasarkan catatan tersebut guru bisa mencari penyebab dan menentukan solusinya. 8


Langkah-langkah pembelajaran Qiro’ah shaamitah dengan metode qowaid wa tarjamah dapat di jelaskan sebagai berikut:

1. Guru memulai pelajaran dengan membacakan teks. 2. Kemudian guru menterjemahkan teks ke bahasa siswa. 3. Pelajaran dilanjutkan dengan penjelasan dari guru. 4. Diakhir pelajaran siswa mengulang bacaan yang telah dipelajari. Langkah-langkah pembelajaran Qiro’ah ketika menggunakan metode mubasyarah, atau sam’iyah-syafawiyah sebagai berikut:

a) Guru membacakan beberapa kata dan kalimat disertai penjelasan maknanya (dengan menggunakan gambar, isyarah, gerakan, peragaan dll, yang jelas tidak boleh menggunakan bahasa ibu). Setelah siswa dirasa paham kemudian guru menggunakan kata atau kalimat tersebut dalam komunikasi praktis. b) Guru menyuruh siswa membuka buku dan membaca teks, serta meminta siswa untuk mengulangi lagi. c) Siswa mengulangi kalimat dan jumlah secara bersama-sama, kemudian kelas di bagi dua atau tiga kelompok, setiap kelompok diminta untuk mengulang-ngulang sampai akhirnya guru memilih siswa secara acak untuk mengulang dan diikuti oleh temannya. d) Setelah siswa memahami kata dan kalimat, guru menampilkan teks sederhana dan menyuruh siswa membaca dalam hati. e) Guru mengajukan pertanyaan seputar teks, dan buku tetap terbuka, dalam hal ini guru tidak menguji hafalan siswa serta guru mempersilahkan siswa mencari jawaban dalam teks. f) Sebaiknya pertanyaan sesuai dengan bahan bacaan sehingga dapat diketahui dengan mudah tingkat pemahamannya. g) Sebaiknya pertanyaan-pertanyaan yang diberikan membutuhkan jawaban pendek. h) Jika salah seorang siswa tidak mampu menjawab pertanyaan, hendaknya pertanyaan diberikan kepada siswa lain. i) Setelah selesai tanya jawab, siswa diminta untuk mengulangi lagi bacaan dalam hati. Atau meminta siswa yang sudah baik bacaanya untuk membaca dengan keras dan diikuti oleh siswa lain. 9


j) Pada akhir pertemuan guru memotivasi siswa untuk mengajukan pertanyaan yang jawabanya ada dalam teks bacaan, dan selanjutnya dijawab oleh teman-temanya, baik mengenai pemahan isi bacaan atau tata bahasa.

2.6 KETERAMPILAN MEMBACA Keterampilan membaca (maharah al-qiro’ah) adalah kemampuan mengenali dan memahami isi sesuatu yang tertulis dengan melafalkan atau mencernanya di dalam hati. Membaca hakekatnya adalah proses komunikasi antara pembaca dengan penulis melalui teks yang ditulisnya, maka secara langsung di dalamnya ada hubungan kognitif antara bahasa lisan dengan bahasa tulis. Tarigan (1994/III: 7) melihat bahwa membaca adalah proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/bahasa tulis. Membaca dengan demikian melibatkan 3 unsur, yaitu makna sebagai unsur isi bacaan, kata sebagai unsur yang membawakan makna, dan simbol tertulis sebagai unsur visual. Perpindahan simbol tertulis ke dalam bahasa ujaran itulah, menurut Ibrahim (1962: 57) disebut membaca. Dalam makna yang lebih luas, membaca tidak hanya terpaku kepada kegiatan melafalkan dan memahami makna bacaan dengan baik, yang hanya melibatkan unsur kognitif dan psikomotrik, namun lebih dari itu menyangkut penjiwaan atas isi bacaan. Jadi pembaca yang baik adalah pembaca yang mampu berkomunikasi secara intim dengan bacaan, ia bisa gembira, marah, kagum, rindu, sedih, dan sebagainya sesuai gelombang isi bacaan. Lebih luas lagi membaca bukan hanya itu, tetapi menggunakan isi bacaan itu dalam kehidupan sehari-hari. Jadi pembaca yang baik adalah orang yang menggunakan isi bacaan dalam kehidupannya (Ibrahim,1962: 58). Sebagai contoh, jika ada orang yang membaca tulisan di dalam sebuah ruangan yang berbunyi : ‫ ممنوع التدخين‬/mamnu’ al-tadkhin! (dilarang merokok), ‫ ممنوع االنتعال‬/mamnu’ al-inti’al (dilarang bersandal!) Tetapi ia tetap saja merokok di ruangan itu atau tetap saja ia bersandal, tanpa memperhatikan makna tulisan itu, maka ia dalam konteks ini bukan pembaca yang baik. Jadi, membaca dalam makna yang terakhir mencakup empat hal sekaligus, yaitu: 1. Mengenali simbol-simbol tertulis 10


2. Memahami makna yang terkandung 3. Menyikapi makna yang terkandung 4. Implementasi makna dalam kehidupan sehari-hari Membaca dalam makna yang sangat luas ternyata tidak mudah , sebab banyak variabel yang Terlibat, namun untuk sekedar pendahuluan, kemampuan melafalkan kata-kata dan memahami makna secara utuh sudah termasuk baik. Adapun penjiwaan dan implementasi makna dalam kehidupan akan muncul kemudian dengan memperbanyak latihan. Membaca secara garis besarnya terbagi ke dalam dua bagian, yaitu membaca nyaring (al-qira’ah al-jahriyyah) dan membaca dalam hati (al-qira’ah al-shamithah) : 2.6.1

Membaca nyaring (al-qira’ah al-jahriyyah)

Membaca nyaring adalah membaca dengan melafalkan atau menyuarakan simbolsimbol tertulis berupa kata-kata atau kalimat yang dibaca. Latihan membaca ini lebih cocok diberikan kepada tingkat pemula. Sesuai Dengan sebutan bacaan ini, maka tujuan utamanya agar para pelajar mampu melafalkan baan dengan baik sesuai dengan sistem bunyi dalam bahasa arab. Selain itu ada beberapa keuntungan mengajar membaca secara nyaring, antara lain seperti kata Nababan (1993: 168): 1. Menambah kepercayaan diri pelajar 2. Kesalahan-kesalahan dalam lafal dapat segera diperbaiki guru 3. Memperkuat disiplin dalam kelas, karena pelajarberperan serta secara aktif dan tidak boleh ketinggalan dalam membaca secara serentak 4. Memberi kesempatan kepada pelajar untuk menghubungkan lafal dengan ortografi (tulisan) 5. Melatih pelajar untuk membaca dalam kelompok-kelompok

Namun di samping kelebihan tersebut terdapat beberapa kelemahan, menurut Al Khuli (1982: 118-119) kelemahan itu antara lain: 1. Membaca nyaring akan menyita banyak energi, akibatnya pelajar akan cepat lelah

11


2. Tingkat pemahaman membaca nyaring lebih sedikit dibandingkan baca diam, sebab pelajar lebih disibukkan melafalkan kata-kata dibandingkan dengan memahami isi bacaan 3. Membaca nyaring dapat menimbulkan kegaduhan, kadang-kadang dapat mengganggu orang lain.

Terlepas dari kelebihan dan kekurangan tersebut, mengajar membaca nyaring perlu dilakukan,terutama kepada para pelajar tahap pemula. Pada tahap ini mereka harus dikenalkan kepada bunyi-bunyi arab dan dilatih pelafalannya. Seperti diketahui bahwa bahasa arab memiliki karakteristik bunyi yang berbeda secara prinsipal dibandingkan dengan bunyibunyi huruf pada bahasa pelajar. Jika tidak dikenalkan dan dilatih pengucapannya dengan benar, maka akan menjadi kendala pada belajar tahap selanjutnya. Pada tahap permulaan, guru sebaiknya lebih dahulu memperkenalkan kata-kata yang sudah banyak diserap oleh bahasa pelajar. Hal ini dilakukan agar para pelajar tidak mengalami kesulitan, terutama bagi mereka yang baru belajar bahasa ini.selanjutnya guru memberikan contoh pengucapan kata-kata yang diikutioleh para pelajar. Teknik pembelajaran membaca nyaring Ada 2 teknik yang mungkin bisa dilakukan dalam pengajaran membaca, yaitu teknik sintesis (al-tarkib) dan analisis (al-tahlil):

a. Teknik sintesis (al-tarkib)

Teknik ini dilakukan dengan mendahulukan huruf daripada kata. Teknik ini bisa disebut aljuz/parsial. Sebab pengajaran materi dimulai dari bagian terkecil (huruf) sampai kepada keseluruhan (kata). Misalnya mengajarkan kata kerja ‫علم‬/ ‘alima.

Langkah pertama, memisahkan kalimat tersebut menjadi bagian terkecil. Pemisahannya bisa dengan dua cara : Cara 1 : dengan nama-nama huruf, huruf ‘ain,huruf lam, dan huruf mimdisertai i’rabnya : ‘ain difathah dibaca ‘a , lam dikasrah dibaca li, dan mim difathah dibaca ma. Huruf-huruf ini diucapkan oleh guru, lalu diikuti oleh pelajar.

12


Cara 2 : langsung dengan bunyi-bunyi huruf tanpa menyebut nama-namanya: a-li-ma. Bunyibunyi tersebut diucapkan oleh guru. Lalu diikuti oleh pelajar.

Langkah kedua, menyatukan huruf-huruf sehingga menjadi bentuk kata yang utuh. Kata tersebut juga diucapkan oleh guru, lalu diikuti oleh pelajar. Setelah itu guru menjelaskan makna kaya yang diajarkan.

b. Teknik analisis (al-tahlil)

Teknik ini bisa disebut al-kull (total), sebab pengajaran materi dimulai dari keseluruhan sampai kepada bagian. Ketentuannya: jika materi yang diajarkan berbentuk kata, maka yang didahulukan adalah kata lalu huruf. Misalnya mengajarkan kata kerja ‫ علم‬/ ‘alima Langkah pertama adalah penyajian kata kerja ‘alima , kata tersebut diucapkan oleh guru dan diikuti oleh pengajar secukupnya. Kemudian penjelasan maknanya. Langkah kedua adalah pemisahan huruf-huruf yang ada dalam kata kerja tersebut. Pemisahan huruf-huruf yang ada pada kata kerja tersebut.cara pemisahannya tersebut. Cara pemisahannya tidak berbeda dengan teknik “a” di atas.

Untuk keefektifan pembelajaran membaca nyaring, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh guru, Al Khuli (1982: 117-118) mengatakan : a) Dalam memulai kegiatan membaca, guru hendaknya memilih pelajar yang bagus bacaannya. Hal ini dimaksudkan selain untuk percontohan bagi teman-temannya, juga akan turut memberikan semangat mereka untuk membaca. b) Sebaiknya guru menyuruh pelajar untuk membaca di depan kelas , dan sesekali membagikan pandangan kepada teman-temannya saat membaca. c) Hendaknya guru mampu menciptakan kelas yang turut serta menjadi pengoreksi kesalahan bacaan. Dalam arti semua pelajar harus terlibat memperhatikan bacaan pelajar yang diperintahkan membaca. d) Tidak diperkenankan guru menyuruh membaca terlalu lama, sebab akan cepat melelahkan. Demikian juga porsi waktu yang digunakan untuk membaca nyaring tidak terlalu lama, sehingga tidak menyita porsi waktu untuk mengajarkan keterampilan yang lain. 13


e) Untuk menanamkan kemampuan memahami bacaan, di akhir bacaan hendaknya guru mengajak berdiskusi kepada para pelajar tentang isi bacaan.

2.6.2

Membaca Diam (al-qira’ah shamithah)

Membaca diam atau membaca di dalam hati dikenal dengan membaca pemahaman, yaitu membaca dengan tidak melafalkan simbol-simbol tertulis berupa kata-kata atau kalimat yang dibaca. Tujuan membaca dalam hati adalah penguasaan isi bacaan, atau memperoleh informasi sebanyak-banyaknya tentang isi bacaan dalam waktu yang cepat. Nampaknya membaca dalam hati merupakan keterampilan mendasar yang harus dikuasai oleh pelajar dengan baik, sebab membaca ini lebih efektif dalam memahami isi bacaan. Dalam pengamatan Tarigan (1994/ III: 30) sebagian besar dari kegiatan membaca dalam masyarakat selama kita hidup adalah kegiatan membaca dalam hati. Keterampilan membaca dalam hati secara perorangan akan menjadi penentu keberhasilan seseorang dalam menguasai konsep, uraian, cerita yang bernilai sastra, atau yang lainnya secara utuh.

Teknik pembelajaran membaca diam Dengan kata lain, efektifitas membaca dalam hati akan terwujud melalui 4 hal, yaitu: 1) Memperluas jangkauan visual kata-kata dalam bacaan, 2) Mengurangi pengulangan deteksi kata, 3) Menghindari deteksi kata terlalu lama, 4) Menghindari istirahat di tengah-tengah sebelum bacaan selesai.

Untuk meningkatkan keterampilan membaca dalam hati dengan cepat tentu guru harus banyak memberikan latihan membaca. Dalam hal ini ada beberapa teknik latihan yang mungkin bisa dilakukan oleh guru :

14


1) Guru menyajikan suatu bacaan yang ditulis di papan tulis, di papan peraga, di transportasi untuk digunakan di OHP, atau di computer untuk selanjutnya ditayangkan dengan LCD Proyektor. 2) Menunjukkan dan menyuruh pelajar untuk membacanya sambil dihitung waktunya. 3) Menggunakan penggaris atau kertas panjang untuk menutup baris demi baris, dengan demikian guru dapat memaksa pelajar untuk mengikuti kecepatan membaca yang ditentukan. 4) Menggunakan penutup bacaan yang agak lebar, di tengah-tengah penutup itu diberi lubang memanjang, dan guru memperlihatkan baris demi baris dengan menggunakan lubang memanjang itu. Ada 3 unsur yang harus diperhatikan dalam latihan membaca pemahaman, yaitu kata, kalimat, dan paragraf. Ketiga unsur ini sangat penting dalam mendukung makna suatu bahan bacaan. Kata merupakan unsur terkecil yang mengandung makna. Kumpulan kata-kata ini akan membentuk kalimat yang mengandung makna lebih spesifik. Sedangkan kumpulan kalimat-kalimat akan membentuk paragraf yang maknanya tentu lebih dalam.

Hal hal yang penting dalam pembelajaran membaca diam : a) Mengusahakan agar kelas tidak dengan suara-suara baik yang datang dari dalam kelas maupun luar kelas. b) Para pelajar tidak diperkenankan mengeluarkan suara dalam membaca. c) Menentukan waktu yang digunakan dalam menyelesaikan bacaan tertentu. d) Melakukan diskusi

sederhana tentang isi bacaan setelah selesai kegiatan

membaca. e) Membiasakan pelajar untuk menargetkan hasil bacaan dalam batasan waktu tertentu.

15


BAB 4 PENUTUP 3.1 KESIMPULAN

Metode membaca merupakan revisi dari metode langsung, yang di mana pada metode langsung kurang memberikan kepuasan kepada para peniliti akan hasilnya. Sehingga para peneliti melakukan penelitian dan merevisi metode langsung. Usaha revisi ini menghasilkan versi-versi yang menyatukan teknik-teknik metode langsung dengan aktivitas-aktivitas terpimpin yang berdasarkan ketatabahsaan. Banyak penelitian mengenai situasi pengajaran bahasa asing di amerika serikat pada saat itu menyimpulkan bahwa tidak ada satu netode pun yang mampu menjamin hasil yang gemilang dalam keterampilan berbicara dan memahami teks. Sehingga muncul lah metode Qiro’ah dengan tujuan agar memberi pelajar/mahasiswa kemampuan untuk memahami teks ilmiah yang mereka perlukan dalam studi mereka. Dalam metode Qiro’ah terdapat banyak sekali teknik-teknik pembelajaran maharoh Qiro’ah, antara lain: 1. Teknik pembelajaran qiroah jahriyah 2. Teknik pembelajaran qiro’ah shaamitah 3. Teknik pembelajaran qiro’ah mubasyarah atau sam’iyah-syafawiyah Selain teknik-teknik pembelajaran maharoh Qiro’ah, dalam metode ini terdapat kekurangan dan kelebihannya, antara lain: a) Kelebihan metode Qiro’ah:

16


Memberikan kemampuan membaca yang baik kepada para pelajar bahasa asing baik membaca nyaring yang melibatkan pengucapan, maupun membaca pemahaman.

Membaca yang baik adalah komunikasi pembaca dengan bahan bacaan. Komunikasi ini adalah modal untuk memahami isi bacaan dengan baik.

Kemampuan membaca yang tinggi memudahkan pembaca untuk memahami budaya bahasa asing yang dipelajari. Pemahaman budaya bahasa asing yang di pelajari adalah salah satu syarat non-linguistik yang perlu dimiliki oleh setiap pelajar bahasa asing.

b) Kekurangan metode Qiro’ah: 

Metode membaca mungkin cocok diberikan kepada para pelajar yang gemar membaca, tetapi kurang cocok bagi mereka yang tidak gemar membaca. Bisa jadi yang tidak gemar membaca akan mengalami kejenuhan belajar.

Terlalu

menekankan

perhatian

kepada

kemampuan

membaca

dapat

mengakibatkan kurangnya kemampuan pelajar berkomunikasi secara lisan dengan bahasa asing yang dipelajari, padahal di dalam dunia pendidikan modern, cara mengembangkan ilmu bukan hanya membaca, ada cara lain yang tak kalah penting yaitu berdialog atau berdiskusi secara lisan.

3.2 SARAN

Dengan mengucapkan syukur kepada Allah SWT, akhirnya makalah ini dapat terselesaikan tepat waktu. Kami tahu bahwa dalam pembuatan makalah ini terdapat banyak sekali kesalahan yang kami buat, sehingga kami memohon kepada pembaca agar sekiranya mau memberikan saran dan masukan kepada kami agar dalam pembuatan makalah kami selanjutnya dapat lebih baik dari ini.

17


3.3 DAFTAR PUSTAKA

-

Rosyidi, A. Wahab, 2001, Metode Pembelajaran Bahasa Arab, El Jadid 3 (2).

-

Ur, Penny, 1996, A Course in Language Teaching: Practice and Theory, Cambridge: University Press.

-

‘Ulyan, Ahmad Fuad, 1992, al-Maharah al-Lughawiyah: Ma Hayatuha wa Thoriiqu Tadriisuhaa, Riyad: Dar Muslim.

-

Ibrahim, Abdul ‘Alim. 1962. Al-Muwajjih al-Fanni li Mudarrisial-Lughah al‘Arabiyyah. Mishr: Dar al-Ma’arif.

-

Nababan, Sri Utari Subyakto. 1993. Metodologi Pengajaran Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

-

Tarigan, Henri Guntur. 1994. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

-

Al-Khuli, Muhammad ‘Ali. 1982. Asalib Tadris al-Lughah al-‘Arabiyya. Riyadh: al-Mamkalah al-‘Arabiyyah al-Su’udiyyah.

18


19


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.