PRISMA Edisi-I D2KXIV

Page 1

PRISMA Persembahan LSiS untuk MIPA

Hak Kekayaan Intelektual

Kekayaan Intelektual di Mata Saintis

Konstribusi LSiS untuk Kekayaan Intelektual

Hak Kekayaan Intelektual sebagai Wjud Kontribusi Bangsa Profil: Drs. Gede Bayu Suparta MS., Ph.D “Pentingnya Paten atas Sebuah Penemuan�

Pentingnya Kekayaan Intelektual images source : medialawmonitor.com

junsisfmipaugm.blogspot.com


Daftar Isi Pembina: M. Ibnu Fajri Pemimpin Umum: Ni Made Mega Pratiwi

TATAP MUKA Pentingnya Kekayaan Intelektual

BERANDA Koordinator: Yuan Aeni Fathonah Pemimpin Redaksi: Agus Budi Prasetya Penulis: Novianti Hapsari Astuti Purwaningsih Aqidatul Izza Agus Budi Prasetya Rifaldi Yunus Anggriawan Layouter: Purindhita Noor Hastarani

Alamat: Sekip Utara FMIPA UGM Bulaksumur No 21 Kode Pos 55281 Sleman, Yogyakarta, Indonesia

Silakan kirim surat pembaca, kritik dan saran Anda ke: email: junsis.fmipa.ugm@gmail.com Kontak: +6287861590444

Hak Kekayaan Intelektual sebagai Wujud Konstribusi bagi Bangsa

ARTIKEL Konstribus LSiS untuk Kekayaan Intelektual Bangsa

PROFIL Dr. Gede Bayu Suparta

TOPIK Kekayaan Intelektual di Mata Saintis


Tatap Muka

Pentingnya Kekayaan Intelektual

Salam hangat untuk pembaca setia Prisma. Atas rahmat Tuhan Yang Maha Esa dan berkat kerja keras rekan-rekan Jurnalistik Sains LSiS (Lingkar Studi Sains), akhirnya kita dapat menyelesaikan buletin ke... edisi.... Pada buletin kali ini kami memilih tema “Pentingnya Kekayaan Intelektual�. Kekayaan Intelektual yang memang harus dimiliki oleh setiap kaum pelajar. Intelektual berhubungan dengan kemampuan seseorang dalam mengembangkan ilmu pengetahuan melalui media. Sebagai seorang mahasiswa yang kritis tentunya kita harus mempunyai wawasan yang luas. Mahasiswa merupakan para calon intelektual yang kontribusinya sangat ditunggu bagi kemajuan negara. Oleh sebab itu, seorang mahasiswa harus memperluas referensi dan sumber-sumber bacaan dari manapun juga dan tidak terbatas melalui buku saja. Membahas tentang kekayaan intelektual tentunya akan membangkitkan semangat nasionalisme mahasiswa dan melahirkan aktivis-aktivis yang memiliki daya intelektual yang tinggi. Bagaimana cara mengembangkan intelektual dan apa saja kontribusi LSiS dalam peningkatan intelektual? Simaklah dalam buletin kali ini. Dengan buletin ini, semoga para pembaca setia Prisma mampu meningkatkan potensi diri dan dapat menerapkan ilmu secara tepat untuk menyongsong hari depan dan semoga Prisma akan selalu meluncurkan buletin-buletin yang dapat menjadi sarana penyebaran ilmu sehingga dapat bermanfaat bagi pembaca sekalian. [Novianti] Salam Laskar Jurnalistik Sains Semoga orang yang kita rindukan akan tetap berkarya

1


Beranda

Hak Kekayaan Intelektual sebagai Wujud Kontribusi bagi Bangsa

Dunia ini semakin menunjukkan perkembangannya dengan warna yang beragam. Warna-warni yang menyatu dalam satu pusaran waktu. Ta k d i r a g u k a n l a g i , b a n y a k perkembangan yang terjadi dalam beberapa waktu terakhir ini. Salah satu diantaranya adalah bidang penelitian. Penelitian menjadi hal yang sangat mendasar bagi perkembangan dunia ini. Tanpa adanya penelitian terlebih dahulu, bisakah industri memproduksi barangnya? Bisakah pemerintah menetapkan kebijakan? Bisakah mahasiswa terus menerus belajar hal yang sama tanpa ada pembaharuan? Salah satu tugas utama perguruan tinggi adalah mengamalkan Tri Dharma Perguruan

2

Tinggi yaitu pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat. Ketiganya bersinergi menjadi landasan gerak perguruan tinggi mencapai visi besar konstitusi untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Dari ketiga elemen tersebut, penelitian dipandang sebagai model efektif mentradisikan kebudayaan ilmiah. Tapi ironisnya, semangat Tridharma Perguruan Tinggi belum berjalan maksimal di lapangan. Menurut Mantan Wakil Menteri Pendidikan Nasional Fasli Djalal misalnya, kemampuan ilmuwan Indonesia untuk menyumbang penelitian ke jurnal ilmiah hanya 0,8 artikel per satu juta penduduk. Sebuah bukti betapa rendahnya publikasi penelitian di Indonesia. Terlebih lagi, jurnal ilmiah Indonesia yang terakreditasi oleh Ditjen Dikti hanya 121 buah. Berdasarkan data, selama kurun waktu 1996–2010 Indonesia memiliki 13.047 jurnal ilmiah, Tertinggal jauh dibandingkan negeri tetangga Malaysia (55.211) dan Thailand (58.931).


Untuk membangkitkan semangat para peneliti untuk terus memupuk dan mengembangkan karyanya, negara telah menyediakan dana riset yang memadai bagi para peneliti. Selain itu, negara juga memfasilitasi jaminan Hak atas Kekayaan Intelektual (HKI). HKI atau lebih dikenal dengan sebutan paten, seperti yang tertulis di UUP 97, Pasal 1, adalah hak khusus yang diberikan negara kepada penemu atas hasil penemuannya di bidang teknologi, untuk selama waktu tertentu melaksanakan sendiri penemuannya tersebut atau memberikan persetujuannya kepada pihak lain untuk melaksanakannya. Sedangkan penemuan adalah ide yang dituangkan dalam suatu kegiatan pemecahan masalah tertentu di bidang teknologi yang dapat berupa produk atau proses, atau penyempurnaan produk atau proses. Namun, kesadaran para peneliti di Indonesia masih rendah dalam mematenkan hasil temuannya. Kondisi ini masih terjadi sampai sekarang, meski Undang-undang Paten sudah ditetapkan pemerintah. Rahmi Jened, Legal Officer Sentra Hak Kekayaan Intelektual UNAIR mengatakan bahwa banyak faktor yang menyebabkan para peneliti dan penemu enggan mematekan karya ilmiah mereka. Diantaranya selain biaya, waktu yang cukup lama untuk mendapatkan paten juga menjadi salah satu faktor penyebab para peneliti enggan mematenkan temuannya.

Padahal, selain bermanfaat untuk peneliti itu sendiri, HKI juga berperan penting terhadap kemajuan suatu negara. Sebagai contoh Jepang, sebagai negara yang memiliki banyak HKI dalam pengembangan teknologi dan produk, Jepang mampu memperoleh banyak devisa dari patenpaten dan hak cipta yang mereka miliki. Hal tersebutlah yang perlu dipahami oleh para peneliti Indonesia bahwa paten adalah salah satu wujud kontribusi mereka terhadap bangsa ini, karena dengan memiliki HKI, bangsa ini memiliki hak cipta atas temuantemuan yang digunakan oleh masyarakat dunia, sehingga mampu menjadi sumber pemasukan devisa bagi negara.

3


Justru dengan tidak mematenkan hasil penelitiannya, dapat menimbulkan kerugian bagi peneliti itu sendiri. Fenomena yang sering terjadi adalah para peneliti mempublikasikan hasil temuannya lebih dulu tanpa mendaftarkan hasil temuannya ke Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual. Dengan kondisi tersebut, tak jarang hak paten yang seharusnya dimiliki si peneliti akan digunakan orang lain, karena tidak mematenkan terlebih dulu hasil temuan dari penelitiannya. Temuan yang dihasilkan peneliti dijiplak oleh orang lain yang kemudian diclaim oleh orang tersebut sebagai hasil temuannya dengan cara mematenkannya. Hal ini tentu sangat tidak diinginkan. Dewasa ini, banyak peneliti muda memiliki karya yang layak dipatenkan. Namun belum ada kesadaran untuk melakukan hal itu. Padahal dengan mematenkannya, tak ada kerugian yang didapat. Jika memang masalah utama dalam mematenkan adalah waktu dan biaya. Maka, apalah arti menunggu waktu yang lama dan mengeluarkan sedikit uang berlebih untuk mematenkan? Sama saja dengan apalah arti menghabiskan waktu untuk penelitian, bukan?

4

Oleh karena itu, marilah bergerak, memunculkan paten-paten baru sebagai wujud kontribusi bagi bangsa ini. Yang paham teknologi banyak, tapi yang paham paten sedikit. Kamu kah salah satunya? Yuk, dapatkan hakmu! [Astuti]

semarang.bisnis.com


Artikel

Konstribusi LSiS untuk Kekayaan Intelektual Bangsa LSIS Mengajar adalah salah satu program tahunan yang diadakan oleh LSIS . Tidak hanya anggota LSIS yang berkontribusi dalam program ini akan tetapi mahasiswa MIPA juga dapat berbagi ilmu melalui kegiatan ini. LSIS Mengajar merupakan salah satu kegiatan yang diadakan oleh Departemen Community Development (Comdev). Untuk tahun ini kegitan LSIS Mengajar diadakan di MI AlIslamiyah Desa Koripan, Dlingo, Bantul. Tidak hanya materi pelajaran saja, materi aplikasi dalam kehidupan seperti cara menjaga kebersihan diri juga diajarkan. Jika kita coba menelaah lebih jauh, konstribusi LSIS dalam kegiatan LSIS Mengajar ini akan memberikan dampak pada kekayaan intelektual bangsa. Kontribusi atau sumbangan kecil LSIS untuk bangsa ini diberikan dalam bentuk ilmu. Walaupun sebenarnya terdengar sederhana akan tetapi kekayaan intelektual generasi muda dapat meningkat dengan adanya kegiatan ini. Diharapkan Desa Binaan LSIS Mengajar dapat membuat adikadik yang merupakan generasi muda bangsa Indonesia tersebut lebih cerdas dan lebih berpandangan luas dalam

menatap masa depan. Menurut website resmi Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual, Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia (DJHKI), Hak Kekayaan Intelektual, disingkat “HKI” atau akronim “HaKI”, adalah padanan kata yang biasa digunakan untuk Intellectual Property Rights (IPR), yakni hak yang timbul bagi hasil olah pikir yang menghasikan suatu produk atau proses yang berguna untuk manusia pada intinya HKI adalah hak untuk menikmati secara ekonomis hasil dari suatu kreativitas intelektual. Objek yang diatur dalam HKI adalah karyakarya yang timbul atau lahir karena kemampuan intelektual manusia.

5


Pada tahun 2012 dalam siaran pers United States Trade Representative, Indonesia bersama 12 negara lain berada dalam priority watch list, peringkat tertinggi pelanggaran hak cipta. Negara lain yang masuk daftar ini adalah Aljazair, Argentina, Kanada, Chiles, Cina, India, Israel, Pakistan, Rusia, Thailand, Ukraina, dan Venezuela. Seperti yang kita ketahui, banyak budaya Indonesia ataupun makanan khas Indonesia yang diklaim telah dipatenkan oleh negara atau perusahaan komersial lainnya. Terlepas benar atau tidak, hal yang paling utama yang dilakukan adalah mencegah kekayaan intelektual Indonesia jatuh ke tangan negara atau perusahaan asing. Cara melakukannya salah satunya dengan caara meningkatkan kesadaran generasi muda akan pentingnya hal tersebut. Jika kesadaran generasi muda meningkat dan menganggap bahwa hak keakyaan intelektual merupakan aset penting untuk sebuah negara. Penanaman sejak dini hal seperti ini akan membuat dampak besar untuk kedepannya. Rasa toleransi atau penghargaan pada karya orang lain juga diperlukan untuk ditanamkan sejak dini sehingga pelanggaran hak paten atau hak cipta dapat diminimalisir.

6

Kehati-hatian dalam membuat suatu karya inovasi akan lebih diutamakan karena pihak manapun dapat mengklaim bahwa itu adalah miliknya. Tidak dapat dipungkiri, kesadaran akan hak kekayaan intelektual sendiri di Indonesia masih terbilang kurang. Banyak masyarakat Indonesia yang tidak menikmati royalti dari jerih payahnya. Pada website resmi Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia (DJHKI) dapat ditemukan dengan mudah biaya untuk melakukan pengakuan, alur pengajuan permohonan hingga formulir permohonan hak kekayaan intelektual. Artinya, pada era globalisasi ini proses pengakuan hak kekayaan intelektual telah dipermudah dengan adanya kemajuan teknologi. Sehingga tidak diperlukan lagi alasan untuk menunda melakukan perlindungan hak paten. LSIS Mengajar merupakan salah satu program yang diharapkan dapat membuat generasi Indonesia lebih cerdas, kreatif dan inovatif. Dengan cakrawala yang telah terbuka luas maka ketika generasi muda Indonesia membuat atau menemukan sebuah karya maka dia akan sadar akan pentingnya hak kekayaan intelektual. Bagaimana hak kekayaan intelektual


Hak atas Kekayaan Intelektual merupakan salah satu sumber kemajuan Indonesia. Dengan HKI yang tinggi maka dunia dengan sendirinya akan mengetahui betapa besarnya kekayaan intelektual bangsa Indonesia. Dengan sendirinya pula, Indonesia akan siap bertarung dalam dunia perdagangan Internasional. Ketika Indonesia siap bertarung maka Indonesia bisa menjadi negara yang maju. Oleh karena itu, saat kesadaran generasi muda akan Hak atas Kekayaan Intelektual meningkat maka kesadaran akan harga sebuah karya ataupun inovasi lainnya akan tinggi. Inilah salah satu tujuan besar yang diharapkan dapat memberikan dampak kepada Indonesia melalui program LSIS Mengajar. Kontribusi LSIS yang sederhana ini akan menjadi sesuatu yang besar apalagi jika dilakukan secara kontinu dan menyeluruh. Maka sudah saatnya Indonesia melindungi hasil karya intelektual anak bangsa dan menjadikan hal tersebut sebagai sumber emas bagi kemajuan Indonesia. [Aqidatul]

www.theguardian.com

7


Profil

Drs. Gede Bayu Suparta MS., Ph.D

“Pentingnya Paten atas Sebuah Penemuan� Drs. Gede Bayu Suparta MS., Ph.D, nama yang tidak asing tentunya bagi civitas akademik Fakultas MIPA UGM. Beliau adalah dosen di Program Studi Fisika. Adapun bidang yang beliau geluti selama menjadi dosen adalah Fisika Citra dan Radiografi. Selama menjadi dosen yang menggeluti bidang tersebut, beliau telah menelurkan banyak karya maupun temuan. Salah satunya adalah Radiografi Digital yang sudah beliau kembangkan sejak 1991 dan memperoleh paten di tahun 2009. Alat ini dapat digunakan dalam bidang diagnose medis, industri kreatif, otomotif, perminyakan hingga perkapalan. Selain itu, Bapak Bayu juga telah mendapatkan penghargaan beberapa kali dari Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) sejak tahun 2005 hingga tahun ini, tepatnya pada tanggal 2 Mei 2015, bertepatan dengan Hari Pendidikan Nasional. Beliau menceritakan bahwa tanpa diduga beliau diundang oleh Kemenristek untuk menghadiri acara penganugerahan penghargaan 10 Inovator di Indonesia di Jakarta. Hal ini cukup mengejutkan bagi beliau. Berbicara mengenai paten, beliau menjelaskan gambaran mengenai paten. Ibarat kita menemukan sebidang tanah kosong yang tidak ada pemiliknya maka kita tidak bisa dengan serta merta mengakuinya sebagai milik kita. Harus ada hitam di atas putih di hadapan hukum yaitu dengan membuat sertifikat kepemilikan tanah. Karena pengakuan kita atas

8


tanah tersebut tidak dianggap apabila kita tidak memiliki bukti berupa sertifikat. Artinya harus didaftarkan dahulu. Demikian paparan dari Bapak Gede Bayu Suparta ketika kami wawancarai. Nah, setelah kita mendapat pengakuan hak atas tanah yang kita temukan maka kita bebas akan menggunakan sebidang tanah tersebut untuk apa. Mau untuk disewakan, didirikan bangunan di atasnya, atau mungkin dijual kembali. Semua itu sah-sah saja. Begitu juga dengan hasil penemuan kita, penemuan kita ibarat tanahnya dan paten ibarat sertifikatnya. Jika kita sudah mempunyai paten maka temuan tersebut sudah sepenuhnya menjadi milik kita dan sah secara hukum. Di sisi lain dengan adanya paten, terdapat pengakuan dari orang lain sehingga pihak lain tidak bisa mengklaim temuan kita dan apabila mereka ingin menggunakan harus meminta izin dan/atau membayar royalti kepada kita. Dengan begitu, kasus-kasus pengklaiman atas hasil karya yang sering terjadi dapat dihindari dengan jalan mematenkannya terlebih dahulu.

Beliau juga menyampaikan bahwa sebenarnya pengajuan paten tidaklah mahal jika dibandingkan dengan hasil yang kita peroleh. Terlebih lagi paten tersebut bisa berlaku hingga 20 tahun. Sebagaimana yang telah Beliau lakukan dengan mematenkan 4 karya beliau yaitu Radiografi Digital, Uji Karakteristik Bahan dengan Tomografi, Metode Mempercepat CT Scan, dan Layar Vertikal. Maka semakin jelas betapa pentingnya paten atas sebuah temuan. Seandainya para peneliti Indonesia menyadari hal ini maka seseungguhnya banyak temuan maupun hasil karya yang bisa dipatenkan. Sehingga Indonesia tidak akan lagi dipandang sebelah mata oleh bangsa lain dalam hal penelitian dan temuan-temuannya. Dan kita tidak akan rugi karena paten bersifat jangka panjang yang kemanfaatannya akan kita peroleh dalam waktu yang lama pula.[Agus]

9


Topik

Kekayaan Intelektual di Mata Saintis

Setiap manusia dianugerahkan memiliki kemampuan untuk berpikir dalam hal pengembangan diri dan memikirkan tentang lingkungannya (alam raya, teknologi). Dalam bidang khusus, profesi yang dilakukan oleh seseorang apabila mempelajari dan mengembangkan pengetahuan mengenai alam raya dinamakan Ilmuwan atau Saintis. Setiap Saintis pasti memiliki pemikiran, ketetapan, teori, hukum bahkan sampai menciptakan sebuah alat untuk menjelaskan kondisi alam tersebut. Oleh karena itu, penting bagi setiap Saintis menjaga hasil pemikiran dan hasil karyanya dari olah tangan yang kurang bertanggung jawab (plagiarisme) salah satunya dengan cara mengajukan paten.

10

Di Indonesia, setiap warga Negara (seorang atau beberapa orang secara bersama-sama yang atas inspirasinya melahirkan suatu ciptaan berdasarkan kemampuan pikiran, imajinasi, kecekatan, keterampilan, atau keahlian yang dituangkan ke dalam bentuk yang khas dan bersifat pribadi) memiliki hak cipta atas hasil karyanya dilindungi oleh Negara yang terdapat pada UU Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta dan UU Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta. Sedangkan paten adalah hak eksklusif yang diberikan oleh Negara kepada penemu atas hasil penemuannya di bidang teknologi, yang untuk selama waktu tertentu melaksanakan sendiri Invensinya tersebut atau memberikan


persetujuannya kepada pihak lain untuk melaksanakannya (UU 14 tahun 2001, pasal 1, ayat 1). Perlindungan hak cipta dan/atau hak paten ini sangatlah membantu para Saintis dalam pengembangan hasil karyanya. Karena setiap orang yang menggunakan dan memanfaatkan hasil karyanya (misal : dengan menggunakan alat temuan seorang Saintis) akan menjadi sumber finansial untuk modal perbaikan dan pengembangan karyanya. Dengan begitu maka hasil karya dari seorang Saintis akan lebih terjaga. [Rifaldi]

www.timeshighereducation.co.uk

11


Kilas

Hak Kekayaan Intelektual

www.merdeka.com Hak Kekayaan Intelektual (HKI) telah menjadi bagian penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan (IPTEK). Sejalan dengan perkembangan zaman, penemuan baru dalam bidang IPTEK perlu dilindungi sebagai upaya apresiasi terhadap penemuan tersebut. Perlindungan yang dapat diberikan berupa HKI. Lantas apakah sejatinya HKI ini? HKI adalah hak yang timbul atas hasil olah pikir yang menghasilkan suatu produk. Objek HKI adalah karya yang timbul karena kreativitas manusia. Adanya HKI, pencipta dapat merasakan keuntungan ekonomi dari hasil kreativitasnya.

12

HKI merupakan hak ekslusif yang diberikan negara bagi siapapun yang menginginkannya. Di Indonesia, HKI dibawahi oleh Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Dengan berbagai prosedur, setiap orang mampu mendaftarkan HKI atas karyanya. Secara garis besar, HKI dibedakan menjadi hak cipta dan hak kekayaan industri. Hak kekayaan industri dibagi lagi menjadi beberapa macam diantaranya yang lazim didengar ialah paten dan merek. Hak cipta ialah hak bagi pencipta untuk mengumumkan, memperbanyak, dan memberikan izin


untuk memperbanyak atas karya pribadi. Pengumuman yang dilakukan biasanya berupa pameran, penjualan ataupun penyebaran karya dengan metode apapun guna memberikan gambaran kepada khalayak umum. Perbanyakan dilakukan dengan penambahan jumlah karya secara keseluruhan ataupun bagian tertentu. Perlindungan hak cipta timbul sejak karya diwujudkan secara nyata. Dalam mempermudah proses produksi dan penyebarluasan, pencipta bekerja sama dengan orang lain atau lembaga. Orang lain atau lembaga ini memperoleh lisensi dari pencipta. Lisensi merupakan izin yang diberikan kepada pencipta kepada pihak lain dengan persyaratan tertentu sesuai perjanjian. Hak cipta atas suatu karya berupa seni rupa, hasil karya tulis, seni musik serta seni-seni lainnya yang diatur dalam Pasal 29 UU HC berlaku selama hidup pencipta dan terus berlangsung hingga 50 tahun setelah pencipta meninggal dunia. Hak cipta atas karya seperti program, sinematografi dan lainnya yang diatur dalam Pasal 30 UU HC berlaku selama 50 tahun sejak pertama kali diumumkan. Paten adalah hak yang diberikan kepada inventor atas hasil invensinya di bidang teknologi baik dalam bentuk produk maupun proses guna memcahkan suatu masalah. Inventor adalah seorang yang secara pribadi atau kumpulan orang yang memiliki ide dan menuangkannya dalam bentuk invensi. Pemengang paten yaitu inventor, memiliki hak ekslusif untuk melaksakan invensi sendiri atau memberikan hak lebih kanjut kepada orang lain dalam jangka waktu tertentu. Sama halnya dengan hak cipta, paten juga memiliki lisensi. Lisensi yang diberikan oleh pemegang paten kepada pihak lain berdasar perjanjian untuk menikmati

keuntungan ekonomi dari suatu paten. Paten diberikan jangka waktu selama 20 tahun terhitung sejak tanggal penerim aan dan jangka waktu itu tidak dapat diperpanjang, sedangkan paten sederhana diberikan jangka waktu sekitar 10 tahun saja. Merek merupakan tanda yang menjadi daya tarik dalam kegiatan perdagangan barang dan jasa. Pemberian merek berfungsi sebagai tanda pengenal atas hasil produksi, alat promosi, jaminan mutu serta penunjuk asal barang dan jasa. Pendaftaran merek berfungsi untuk alat bukti kepemilikan, dasar penolakan terhadap merek yang sama yang didaftarkan oleh orang lain serta mencegah pihak lain menggunakan merek tersebut. Biaya pendaftaran pengajuan HKI terbilang cukup mahal berkisar ratusan hingga jutaan rupiah. Hal itu sebanding dengan apresiasi terhadap diri sendiri serta dengan keuntungan ekonomi yang akan diraih. Ayo, lindungi karyamu dari bahaya laten pembajakan!

13


junsisfmipaugm.blogspot.com

instagram.com/lsistagram

@lsisfmipaugm

youtube.com/user/lsistvjunsai

pIracy, it’s a crime !!! image source : rt.com & huffingtonpost.com


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.