4 minute read
• Cikal Blended Program: CeritaTentangJendela, Cermin,danPintu
C I kal blenDeD program: Cer I ta t entang j en D ela, Cerm I n, D an pI ntu
Sebagai seorang guru Sastra Inggris, suatu hari saya sedang berselancar di dunia internet mencari referensi untuk sumber pembelajaran dan terpaku pada satu artikel yang ditulis oleh Dr. Bishop mengenai pentingnya sebuah buku dan karya sastra. Beliau mengatakan bahwa karya sastra dapat menjadi jendela, cermin dan pintu bagi murid. Karya sastra dapat menjadi jendela bagi murid, memberikan gambaran dunia di luar sana melalui kata-kata. Jendela tersebut juga dapat menjelma menjadi pintu, yang siap dilangkahi oleh murid untuk menjadi bagian dari dunia yang dibangun oleh penulis melalui ceritanya.
Advertisement
Layaknya sebuah jendela, dengan pencahayaan yang tepat juga dapat berfungsi sebagai cermin. Begitupun dengan karya sastra, dapat mentransformasikan cerita, merefleksikan balik
ke diri, menghubungkan pengalaman tokoh dari cerita kepada diri sendiri, mencari koneksi dari kata-kata yang tertera. Pada akhirnya membuat murid berefleksi dan melihat bahwa ia adalah bagian dari dunia yang lebih besar.
Analogi ini begitu menggelitik saya, dan membuat saya melihat konsep jendela, cermin dan pintu ini dalam fungsi sebuah kurikulum. Kurikulum juga dapat dianalogikan sebagai jendela, cermin dan pintu.
Dengan kurikulum yang berpihak pada anak, maka sejatinya kurikulum dapat menjadi jendela, memberikan gambaran akan keberhasilan belajar apa saja yang dapat dicapai oleh murid, dapat menjadi pintu bagi murid untuk melangkah menuju keberhasilan dalam hidupnya, dan dapat juga menjadi cermin, dimana murid dapat merefleksikan tantangan dan keberhasilan dalam proses belajarnya dan mengatur tujuan pembelajarannya. Sambil menulis ini, saya tidak kuat untuk tidak tersenyum dan terbersit rasa bangga campur haru, karena saya sadari bahwa itulah kurikulum Cikal. Sebuah jendela, cermin dan pintu bagi anggota komunitasnya.
KurikulumCikal:sebuahjendela,cermindanpintu bagianggotakomunitasnya.
Sepanjang 12 tahun saya bergabung menjadi keluarga Cikal, begitu banyak saya menyaksikan tumbuh kembangnya dari komunitas yang penyayang ini. Saya ingat, saya memulai perjalanan di Cikal sebagai guru kelas di Cikal Cilandak, sampai berkesempatan membangun Cikal Serpong dari hanya tiga kelas saja, sampai sekarang sudah lengkap dari TK sampai SMA. Memasuki tahun ke-10, saya berkesempatan bergabung di dalam tim akademik untuk keseluruhan Sekolah Cikal, semakin mendekatkan diri pada kurikulum.
Kurikulumyangfleksibeldanadaptif menjadinafasCikalyangmemberikan kekuatanbagikomunitasiniuntukselalu bersinergibersama,untukberbagipraktik baik,untukmemberikansumbangsihbagi duniapendidikanIndonesia.
Di tahun ini, di masa unik selama pandemi yang sudah berjalan hampir dua tahun, masih ada kesempatan saya untuk menyaksikan inovasi baru di Cikal, dengan terciptanya konsep program pembelajaran campuran atau Cikal Blended Programs for Public—Sebuah inisiasi untuk menghadirkan pengalaman belajar dengan ciri khas Cikal, bagi murid-murid di luar sana melalui program belajar secara campuran (daring dan luring) melalui platform Sekolah.mu. Keinginan Cikal untuk memberikan kesempatan belajar yang berpihak pada anak, bagi jaringan murid yang lebih luas menjadi dorongan utama bagi kami untuk menciptakan program pembelajaran campuran ini.
Kurikulum yang fleksibel dan adaptif menjadi nafas Cikal yang memberikan kekuatan bagi komunitas ini untuk selalu bersinergi bersama, untuk berbagi praktik baik, untuk memberikan sumbangsih bagi dunia pendidikan Indonesia. Bentuk fleksibilitas dan adaptif ini dapat kita lihat dalam program campuran (blended programs) yang hadir di tahun ini.
Program belajar yang didasari oleh kesadaran secara penuh bahwa muridlah yang memiliki otonomi untuk menentukan jalur belajarnya. Maka kami memulai dengan memberikan berbagai pilihan program dengan menitikberatkan pada konteks belajar yang relevan bagi murid. Program seperti mengulik siniar (The
Programpembelajarancampuraninidapat menjadijendelabagikemungkinaninovasi yangjauhlebihbesarlagidalamhalfleksibilitas kurikulum;dapatmenjadipintubagimurid untukmelangkahdanmenjalanipilihan hidupnyaberdasarkancerminandanrefleksi darikekuatandanpotensiyangmerekamiliki.
Power of Podcasting) yang sebenarnya menggali keterampilan linguistik dan literasi murid, atau program sains Farm To Table yang sarat akan konsep sains dan sosial dengan memahami proses keamanan pangan dan kesejahteraan petani lokal organik sebagai upaya untuk pemberdayaan komunitas lokal, atau program yang menggali mengenai kesehatan mental (Mental Health and Stress Management) sebagai bagian dari kelas pengembangan diri, menjadi beberapa pilihan dalam inovasi ini.
Penyusunan program pembelajaran campuran (blended program) didasari dengan riset mengenai tren, suara dan aspirasi dari murid. Mendengarkan percakapan murid mengenai hal yang relevan untuk mereka pelajari, memberikan otonomi bagi murid untuk menentukan pilihan program belajarnya, namun masih mematuhi kerangka kurikulum Nasional menjadi dorongan konstan bagi kami untuk menciptakan konsep program pembelajaran campuran ini. Sudah seharusnya kan, aksesibilitas pembelajaran yang berpihak pada anak dapat dirasakan oleh lebih banyak murid? Sudah saatnya kita semua bergerak menuju kemerdekaan belajar, baik dari kurikulum, sekolah, dan yang terpenting, murid.
Dalam dunia pedagogi, banyak pendapat bahwa pandemi ini “memaksa” kita untuk menata ulang berbagai hal dalam kurikulum.
Salah satu momen pembelajaran jarak jauh murid dan pendidik Cikal, fleksibilitas dan inovasi adalah kunci.
Istilah yang banyak beredar adalah pandemic pedagogy, atau pedagogi selama pandemi. Situasi pandemi “mengharuskan” pendidikan untuk berubah, bertransformasi. Menurut saya, kurikulum memang sudah seharusnya selalu adaptif. Manusianya saja berkembang, tentu kurikulumnya juga selayaknya relevan dan berkembang.
Situasi pandemi bukan menjadi paksaan, namun sebuah dorongan yang kita perlukan untuk melakukan inovasi, berlatih mengasah kreativitas dalam keterbatasan. Salah satu dari bentuk adaptasi Cikal, adalah dengan program pembelajaran campuran (blended program) ini, namun apabila saya melihat dari kacamata jendela, cermin dan pintu tadi, program pembelajaran campuran ini dapat menjadi jendela bagi kemungkinan inovasi yang jauh lebih besar lagi dalam hal fleksibilitas kurikulum. Dapat menjadi pintu bagi murid untuk melangkah dan menjalani pilihan hidupnya berdasarkan cerminan dan refleksi dari kekuatan dan potensi yang mereka miliki.
Situasipandemibukanmenjadipaksaan,namun sebuahdoronganyangkitaperlukanuntuk melakukaninovasi,berlatihmengasahkreativitas dalamketerbatasan.
Salah satu tokoh idola saya dalam dunia pedagogi, yaitu AJ Juliani pernah menulis dalam blognya (http://ajjuliani. com/) sebagai guru, terkadang kita ingin menjadi guru terbaik di dunia, namun beliau mengajak kita berefleksi, apakah kita harus menjadi yang terbaik di dunia, atau yang terbaik bagi murid kita? Pertanyaan yang sungguh menggema dalam relung batin saya. Sepanjang saya berkembang secara pribadi sebagai seorang pendidik, seiring dengan perkembangan Cikal di dunia pendidikan yang memasuki tahun ke-22 ini, saya sadari satu hal, yaitu Cikal tidak berusaha menjadi yang terbaik di dunia pendidikan, namun selalu berupaya menjadi yang terbaik bagi dunia pendidikan, dan bagi murid-muridnya.
Selamatulangtahunyangke-22,Cikal,keluargaku selama12tahunterakhirdansemogaditahun-tahun mendatang.PanjangumurperjuanganCikaldidunia pendidikan.Semogakomunitasinidapatselalu bersinergibersamadenganterusmenjadikomunitas pembelajarsepanjanghayat.
Puti Almirsha Hamid Wakil Kepala Kurikulum