12 minute read

• 22PertanyaanTentangCikaldiPerayaan22 TahunCikal

22 p ertanyaan t entang C I kal DI p erayaan 22 t a H un C I kal!

Dalam rangkaian #CeritaCikal22, kami mengumpulkan pertanyaan-pertanyaan yang ditujukan kepada Ibu Elaa, Head of School (Ketua Dewan Pengurus Yayasan Cinta Keluarga) selama 22 tahun, yang di tahun ajaran 20212022 ini memutuskan untuk menjadi Ketua Dewan Pembina Yayasan Cinta Keluarga. Berikut pertanyaan dan jawabannya!

Advertisement

1. Apakah alasan Ibu Najelaa membuat sekolah, dan kenapa memilih nama “Cikal”?

Saya mulai mendirikan sekolah karena keinginan menciptakan sekolah yang tidak biasa, menginisiasi praktik baik yang dibutuhkan oleh ekosistem pendidikan Indonesia. Alasan memilih nama atau penyebutan “Cikal”, karena kami sebagai pendidik, percaya betul bahwa anak-anak itu merupakan Cikal bakal pemimpin bangsa, yang memiliki bibit -bibit unik di dalam dirinya masing-masing, serta perlu ditumbuhkan, disuburkan agar dapat berkontribusi untuk lingkungannya.

2. Kenapa Cikal mahal, Ibu Najelaa? Apakah Cikal hanya untuk anak orang kaya saja?

Kaya itu pada dasarnya bukan tujuan. Saya percaya bahwa anak dari keluarga sosial-ekonomi menengah ke atas itu juga membutuhkan sekolah, atau pendidikan untuk menghadapi tantangan yang dihadapinya, menumbuhkan kompetensinya, dan mengajarkan bahwa definisi sukses itu bukan hanya untuk diri sendiri apalagi sekadar materi, melainkan juga untuk berkontribusi dan menyiapkan diri mengambil berbagai peran serta tanggung jawab bagi negeri ini.

3. Apa bedanya Cikal di lokasi yang berbeda?

Tidak ada perbedaan yang spesifik, melainkan hanya perbedaan lokasinya saja sehingga lebih sesuai untuk setiap keluarga, dan setiap anak yang tinggal di daerah yang terdekat dengan penyelenggaraan kegiatan Cikal. Untuk kurikulumnya—citanya, caranya, cakupannya semua tetap sama, dan sesuai dengan standarisasi kualitas Cikal yang mumpuni.

4. Kenapa Cikal bukan sekolah agama atau sekolah internasional?

Kami tidak mengkategorikan Cikal sebagai sekolah agama karena kami ingin kehidupan di Cikal, baik proses belajar mengajarnya, serta interaksi yang dibangun di dalamnya semirip mungkin dengan kehidupan nyata. Di kehidupan nyata, kita semua hidup bersama, meskipun berbeda agama, suku, ras atau berbeda kepercayaan. Di Cikal, anak-anak sejak dini telah belajar hidup dalam keberagaman dan mempraktikan toleransi secara aktif sebagai satu kesatuan komunitas.

Selain itu, Cikal juga bukan merupakan sekolah internasional. Tetapi, kami tetap menumbuhkan dan mengajarkan perspektif

internasional untuk saling memahami antarbudaya, antarbangsa. Bertindak lokal dengan mengapresiasi keindonesiaan, berwawasan global dengan standar kualitas dunia yang berkemajuan. Menjadi “internasional” itu tidak pernah soal labelnya, apalagi sekadar soal kewarganegaraan gurunya, melainkan terkait erat budaya dan intangible kurikulum di sekolah setiap harinya.

5. Kenapa memilih bilingual? Kalau belum bisa bahasa Inggris bisa masuk Cikal tidak?

Cikal menerapkan proses belajar mengajar secara bilingual dengan tujuannya agar anak-anak menjadi mahir dalam bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. Namun, sebenarnya pilihan pelajaran bahasa di Cikal itu banyak sekali, dan bukan hanya 2 bahasa itu. Setiap murid memiliki hak untuk dapat memilih program bahasa lain sesuai latar belakang dan minatnya. Mengapa? karena kita, sebagai pendidik, percaya belajar bahasa itu berarti belajar tentang keragaman sudut pandang dan membantu menumbuhkan fleksibilitas kognitif, kematangan sosial emosional, dan berbagai aspek lainnya.

Untuk memulai belajar bahasa di Cikal, baik Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia atau bahasa lainnya, tidak harus lancar atau sudah mahir sejak awal, karena proses penguasaan bahasa itu butuh immersion jangka panjang dan dan di Cikal setiap murid akan memperoleh dukungan yang tepat.

6. Cikal sekolah inklusi ya? Maksudnya apa, Ibu Najelaa?

Sebagai sekolah inklusi, Cikal percaya bahwa semua anak dengan kebutuhan apapun, dengan kekhususan cara belajar, memiliki hak dan kesempatan untuk dapat belajar bersama di Cikal. Jadi, siapa pun yang membutuhkan program pengembangan Individual (Individual Education Program), membutuhkan kurikulum dengan

komposisi yang berbeda, memiliki diagnosis kesulitan belajar yang dapat kita fasilitasi dan akomodasi, akan dapat berada di lingkungan dengan anak-anak lain di Cikal dan semua pihak akan mendapatkan manfaat dari kebersamaan ini.

7. Cikal dikenal sebagai sekolah berbasis kompetensi. Kenapa sekolah di Indonesia tidak sekalian semuanya dibentuk berbasis kompetensi?

Sebetulnya, kalau semata dilihat dari dokumen kurikulumnya, dan standar nasional pendidikan, semua sekolah di Indonesia harusnya berbasis kompetensi sejak puluhan tahun silam. Tetapi, dalam implementasinya masih banyak tantangan, masih banyak miskonsepsi, sehingga kebanyakan satuan pendidikan masih berbasis penguasaan materi, hanya hafalan, dan tidak mengaitkan proses belajar dengan kehidupan nyata atau memastikan muridnya mampu mentransfer apa yang dipelajari ke berbagai konteks dan situasi. Sebagai lembaga pendidikan, Cikal sejak awal ingin menjadi contoh praktik baik, salah satunya dengan konsistensi cita yang memang betul-betul berbasis kompetensi, dan menerapkannya sejak dari usia dini sampai dengan usia orang dewasa di tingkat pendidikan tinggi.

8. Kenapa warna Cikal mayoritas oranye?

Bukan karena saya suka warna oranye :)

Di masa awal memikirkan logo Cikal, kami mempertimbangkan warna oranye sebagai warna yang disukai anak laki-laki dan anak perempuan, disukai orang dewasa juga anak-anak usia dini, serta menggambarkan keceriaan, menggambarkan suasana gembira dan menurut analisa juga meningkatkan konsentrasi.

9. Kenapa logo Cikal diganti? Smiley guy ke mana?

Logo Cikal diganti sesudah 22 tahun. Sebelumnya, banyak yang mengusulkan pergantian di 5 tahun sampai 10 tahun lalu, karena memang cukup banyak perubahan organisasi yang sudah dilalui. Proses penggantian logo itu sebetulnya adalah simbol dari transformasi yang dilakukan Cikal, sebagai visualisasi yang baru tentang ke mana Cikal akan menuju. Tetapi, esensi Cikalnya, identitas dan nilai-nilai esensi tradisi Cikalnya itu yang akan terus bersama kami termasuk si smiley face yang akan selalu ada dan kita jaga, di hatiku dan di hatimu :)

10. Ibu Elaa, pernah mengajar di kelas tidak di Cikal?

Saya sampai sekarang pun masih mengajar “tamu’’ di beberapa kelas walaupun porsinya memang tidak sebanyak dulu. Memang, waktu awal-awal Cikal hanya pra sekolah, aku juga secara reguler menjadi asisten guru atau mensubstitusi guru yang cuti di kelas, walaupun tidak menjadi wali kelas utama. Saat awal SD Cikal SD, waktu sempat mengampu mata pelajaran Sains untuk kelas 1 dan kelas 2 SD, dan sampai sekarang pun di aktif mengajar di January Block atau semester ketiga sekolah menengah Cikal. Pilihannya biasanya berkait dengan Pendidikan atau yang berkaitan dengan Psikologi untuk murid-murid di SMP dan SMA.

11. Apa program favorit Ibu Elaa di Cikal?

Program favoritku adalah Cikal aksi aksi. Cikal Aksi-Aksi itu mengajarkan murid-murid dan guru-gurunya, pendidik seperti saya, tentang bagaimana berkontribusi nyata di masyarakat, serta memperluas jaringan cikal. Jadi, kita bertemu dengan kelompok dan konteks yang beragam. Seringkali saat melakukan kerelawanan dan pelayanan, kita berpikir kita berkontribusi, tetapi sebenarnya yang kita dapatkan dan pelajari dari program Cikal

Aksi Aksi itu jauh lebih banyak daripada yang kita berikan kepada masyarakat yang rentan. Semoga program Cikal aksi-aksi ini jadi bekal kompetensi bagi kita semua untuk mengatasi berbagai isu kesenjangan di masyarakat.

12. Pengalaman yang paling memalukan selama di Cikal?

Sebenarnya, cukup banyak momen yang memalukan :) Tetapi, satu pengalaman yang paling aku ingat sampai sekarang dan rasanya masih “cringe”. Itu adalah momen ketika salah menyebutkan nama anak dan orang tua. Mengingat, banyak yang mirip-mirip namanya di Cikal. Di keluarga sendiri pun demikian Fikri dan Fathi, Najelaa, Nishrin dan Nihlah juga mirip N-nya. Nah, di saat ketemu itu sudah “sok akrab banget”, udah menyapa “halo (nama)” Namun, ternyata namanya salah total ketuker. Terlihat Bapaknya bingung, anaknya juga apa lagi (bingung). Ampun deh, perlu lebih sering lagi aktif menghafal dan berinteraksi dengan anak dan orangtua di waktu yang sama :)

13. Cikal ada kelas mulai dari umur 10 bulan. Kok dari bayi sudah sekolah?

Dari usia bayi pun sebenarnya sudah perlu pengembangan kompetensi dengan stimulasi. Nah, stimulasinya itu dapat diperoleh di Cikal dalam bentuk program-program untuk bayi-bayi. Tetapi, kalau ditanya, wajib sekolah apa tidak? Maka jawabannya tidak. Kalau proses stimulasi belajarnya dapat berjalan utuh, tentu dapat dilakukan di rumah masing-masing dengan orang tua masing-masing, tidak harus ke lembaga. Namun, kalau ingin memperoleh stimulasi yang lebih lengkap, lebih terstruktur, dan anak dapat bertemu dengan lebih banyak teman-teman bayi lainnya, maka sekolah dibutuhkan baginya dan juga jadi kesempatan belajar untuk seluruh anggota keluarganya multi generasi yang mengasuh di rumah.

14. Katanya di Cikal nggak ada ujian sekolah ya? Nilai akhirnya gimana?

Tidak ada ujian bukan berarti tidak ada asesmen; bukan berarti pula tidak ada umpan balik. Jadi, kalau di Cikal itu justru asesmen dan umpan balik itu ada dan hadir setiap hari, bukan hanya di akhir materi atau di akhir tahun ajaran. Nilainya dikumpulkan dari proses itu, dari hasil refleksi murid, dari pengamatannya guru dan evaluasi teman sebaya, dari kriteria capaian proyek-proyek yang diselesaikan dan kadang kala orang tua juga terlibat dalam proses monitoringnya. Dengan berbagai prinsip ini, nilai tidak cuma angka yang dibandingkan tanpa dipahami maknanya atau sekadar pasrah dibaca di rapornya, melainkan betul-betul utuh menggambarkan kompetensi anak dan mendorong rencana aksi lanjutan untuk perbaikan dan pengembangan pembelajaran yang bersangkutan.

15. Kenapa Cikal banyak workshop wajib untuk orang tua?

Pelatihan Wajib (Mandatory workshop) bagi orang tua itu ternyata salah satu kegiatan favorit para orang tua di Cikal lho. Kita sudah sering sekali mengobrol soal pelajar sepanjang hayat (lifelonglearner) bahwa yang perlu belajar banyak itu bukan hanya muridmurid atau anak-anak kita, tetapi kita sebagai pendidik dan juga kita semua sebagai orang tua. Jadi, kurikulum untuk orang tuanya itu dipikirkan: sama intensnya, sama bagusnya kualitasnya sama dengan kurikulum buat murid-murid di Cikal dengan cakupan dan urutan sesuai kebutuhan keluarga dan tahap perkembangan anak di setiap tahun ajaran. Kesempatan ini juga menjadi menyenangkan karena menguatkan kebersamaan di komunitas saat keluarga saling berbagi cerita dan mendukung bukan hanya anak sendiri atau kepentingan pribadi tapi kesuksesan semua anak di lingkungan kami.

16. Katanya Cikal sekolah bertaraf internasional, kenapa di Cikal tidak ada guru ekspat?

Kenapa harus ada guru-guru ekspat? Justru itu pertanyaanku untuk sekolah-sekolah yang menggunakan label internasional.

Dari awal, Cikal itu ingin menjadi contoh praktik baik dan ingin menumbuhkan pendidik-pendidik Indonesia yang kompetensi dan kariernya “kualitas internasional”. Jadi, sejak awal kita percaya sekali, bahwa pendidikan di Indonesia untuk anak Indonesia, walaupun tujuannya internationalism, mengajarkan perspektif mancanegara, tidak berarti harus diajarkan oleh guru-guru asing tetapi justru guru-guru Indonesia yang berakar pada kearifan lokal dan juga percaya pada pentingnya kolaborasi (dan kompetisi) di tingkat global.

17. Menurut Ibu Elaa mana yang lebih penting? Pendidikan akademik atau pendidikan karakter?

Sudah bukan zamannya membedakan antara pendidikan akademik dan pendidikan karakter. Sudah bukan zamannya juga membedakan soft skill dan hard skills. Kenapa? Karena dunia itu butuh orang yang punya dua-duanya. Dan kalau kita meningkatkan kompetensi kita di bidang akademik itu sebetulnya kita juga sedang melatih hal-hal lain yang berkait dengan non-akademik sebagai sistem yang saling berkait dalam tumbuh kembang.

Tidak mungkin paham matematika, kalau tidak punya komitmen; tidak mungkin dapat memahami Ilmu Pengetahuan Alam atau Sains kalau tidak didorong keingintahuan; tidak mungkin dapat mahir atau jago dalam Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) misalnya kalau tidak punya rasa empati dan dorongan untuk berkontribusi. Jadi, jangan dipisah-pisahkan ya karena ini miskonsepsi dari teori pedagogi kuno yang sudah ditinggalkan dalam paradigma terkini tentang kompetensi yang dibutuhkan di berbagai bidang studi dan profesi.

18. Kenapa murid Cikal boleh rambut gondrong dan rambut dicat?

Di Cikal, kita punya yang namanya “Kesepakatan Bersama”. Nah, kesepakatan bersama itu, sifatnya bukan satu arah, bukan cuma peraturan sekolah, tetapi kita yakin perlu dirancang, dilakukan sama-sama, dan dihormati semua di Cikal.

Nah, di Cikal, dilihat satu-satu: apa tindakan yang mengganggu; apa yang menunjukkan kita tidak peduli. Dalam diskusi antara guru dan murid, rambut itu dianggap sebagai sesuatu yang sifatnya lebih pilihan atau preferensi pribadi, bukan menyangkut kepentingan umum yang perlu dibatasi. Jadi, tidak akan mengganggu orang lain kan kalau rambutnya gondrong atau rambutnya warna-warni? Selama intensinya baik, tak ada konsekuensi sosial dan situasi dan kondisi memungkinkan, kami memilih memberikan kebebasan agar murid dapat mengambil keputusan yang bijak.

19. Katanya di Cikal tidak ada perundungan (Bullying) ya, kok bisa?

Di Cikal, kita menjaga betul supaya bullying itu tidak terjadi. Akan Tetapi, tidak ada perundungan, bukan berarti tidak ada konflik ya. Kalau kita kadang-kadang beda pendapat; kalau kita kadang-kadang tidak 100% setuju antar teman, antar pendidik bahkan antar orang tua dengan orang tua yang lain itu wajar dan bagian yang kita justru perlu belajar dari kehidupan dan mencari resolusinya.

Definisi perundungan berarti itu ada satu pihak yang lemah dan satu pihak yang nggak berani mengadu merasa tertindas. Nah, itu di Cikal kita toleransinya 0 terhadap hal itu. Caranya bagaimana? Menumbuhkan budaya saling peduli dengan adanya sistem house, adanya interaksi antar kakak kelas dan adik

kelas yang akrab, dan adanya kegiatan-kegiatan dengan tujuan bersama. Semuanya diajarkan untuk tidak melawan orang lain atau menindas orang lain, terutama dari teladan yang ada di lingkungan—misalnya dari prinsip memanusiakan hubungan yang dipraktikan guru dan disiplin positif yang diterapkan orangtua.

20. Lulusan Cikal lanjut studi ke mana dan melakukan apa? Apakah Cikal kedepannya akan membuat universitas?

Alumni Cikal itu bisa bertransisi ke mana-mana. Untuk alumni yang telah lulus SMA, sebagian melanjutkan ke perguruan tinggi di Indonesia, sebagian ke mancanegara ke berbagai jenis kampus. Ada juga yang memilih bekerja dulu karena sudah mengembangkan keahlian, sebelum kemudian melanjutkan pendidikan.

Jadi, Cikal itu membuka pintu dan kesempatan untuk anak dengan bakat dan area ketertarikan yang berbeda-beda. Tidak usah lulus SMA pun, alumni Cikal yang lulusan SD atau SMP itu juga berhasil masuk ke sekolah mana pun sesuai dengan pilihan masing-masing dan jurusan yang ingin dieksplorasi. Kalau membuat perguruan tinggi, sekarang Cikal sebetulnya menyelenggarakan pendidikan tinggi untuk guru di Kampus Guru Cikal, dan pengembangan orang dewasa dengan apa yang dilakukan Yayasan Guru Belajar bagi pendidik dan tenaga kependidikan di ratusan kabupaten/kota. Tetapi, kalau Universitas Cikal belum kebayang dan tak ada dalam perencanan sekarang. Walaupun katanya kan “never say never” ya :)

21. Apa pengalaman paling mengesankan bukan sebagai pendiri dan pendidik, tetap sebagai orang tua murid di Cikal?

Pengalaman paling mengesankan sebagai orang tua murid banyak banget. Anak saya tiga-tiganya sekolah di Cikal. Kalau harus pilih yang paling mengesankan mungkin bukan pas di Cikalnya tapi sesudah mereka lulus, anakku ada dua yang sudah kuliah dan mereka bilang “I know Cikal is a great school tapi now that I am not there anymore, aku tahu that’s it’s impact is even bigger”.

Jadi, Cikal menyiapkan mereka, yang satu kuliah di Amerika yang satu kuliah di Australia, untuk menghadapi tugas-tugas yang harus mereka hadapi, tantangan yang harus mereka jalani, fondasi yang solid justru dari proses pendidikannya di Cikal. Bangga rasanya dan amat sangat berterima kasih buat semua pendidik dan komunitas Cikal yang sudah menumbuhkan kompetensi utuh di anak-anakku sendiri juga yang bertahan sesudah masa belajarnya.

22. Apa harapan Ibu Elaa untuk Cikal?

Harapan buat Cikal itu sebetulnya agar organisasi ini dapat berkontribusi lebih banyak untuk ekosistem pendidikan Indonesia yang masih dalam kegawatdaruratan akses, kualitas dan kesetaraan. Berarti untuk lebih banyak murid, untuk lebih banyak pendidik, dan untuk lebih banyak orang tua.

Kami yakin tantangan ke depan di pendidikan akan semakin besar. Kenapa? Karena dunianya berubah terus. Nah, harapannya, Cikal selalu muda, selalu beradaptasi, selalu bisa bertransformasi untuk memenuhi dan memimpin inovasi pedagogi maupun teknologi untuk mengatasi kebutuhan dan tantangan ini.

This article is from: