INI BARU KORAN
Waktu Palembang Shubuh 04:49 WIB | Dzuhur 12:15 WIB | Ashar 15:38 WIB | Maghrib 18:23 WIB | Isya’ 19:34 WIB
PENYAKIT PASCA BANJIR MULAI JANGKITI WARGA
TAK ADA JOKOWI, PRABOWO PUN JADI
Luapan air Sungai Musi, sudah satu pekan lebih merendam rumah warga yang berada di bantaran sungai terpanjang di Sumatera ini.
Meski sosok Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo (Jokowi) saat ini menjadi sosok populer di mata masyarakat Indonesia, survei berkata lain.
Halaman..2
El Clasico Jilid VI JAKARTA| KS Dua El Clasico tersaji dalam empat hari. Akhir pekan ini duel dua raksasa Spanyol itu adalah pertemuan keenam mereka di musim ini. Dari lima perjumpaan sebelumnya, Real Madrid baru saja unggul 3-2, setelah mereka mengalahkan rivalnya itu di Camp Nou hari Selasa (26/2) lalu, dengan skor 3-1 di leg kedua babak semifinal Copa del Rey. Sebelumnya, kedua tim saling mengalahkan di dua pertandingan Piala Super Spanyol, dan bermain seri di pekan ketujuh La Liga di Catalan, dan imbang 1-1 di laga pertama Copa, akhir Januari di Santiago Bernabeu. Madrid mendapat pujian besar ketika berhasil menaklukkan Carles Puyol dkk. dua hari lalu, karena bahkan sempat leading sampai 3-0. Sebaliknya, kekalahan tersebut membuat Barca seperti lebih diketahui titik celahnya, walaupun untuk urusan dominasi bermain mereka masih tak tertandingi. Menjelang pertemuan keenam mereka hari Sabtu (2/3) lusa di Bernabeu, fans Madrid tentu berharap Jose Mourinho bisa mengulang performa mereka yang terakhir. Sebabnya, mereka membutuhkan itu bukan lagi untuk "gengsi-gengsian", melainkan karena anakanak Los Blancos memerlukan kemenangan itu jika masih berambisi menjuarai liga. Selisih 16 poin memang jarak yang jauh. Apalagi Madrid pun masih di bawah Atletico Madrid yang menduduki tempat kedua di klasemen sementara. Namun, apabila Barca berhasil mereka kalahkan (lagi), maka jarak itu sedikit merapat, dan setiap peluang menjadi berarti. Jikapun kans menjuarai La Liga sudah terlanjur kecil, Mourinho harus menjaga moral timnya dengan memenangi setiap pertandingan penting. Soalnya ia masih berharap besar bisa berjaya di kompetisi Eropa. Dus, apabila nanti bisa mengalahkan Barca, Xabi Alonso dkk. mendapat modal berharga untuk terbang ke Inggris dan menghadapi Manchester United di leg kedua babak 16 besar Liga Champions. Sementara itu, duel sengit lain akan terjadi di Estadio La Rosaleda pada Minggu (3/3) malam. Tuan rumah Malaga, yang saat ini ada di posisi keempat, akan menjamu Atletico Madrid. l
Ridwan Mangkir dari Panggilan KPK JAKARTA| KS Ridwan Hakim kembali dipanggil KPK sebagai saksi dalam kasus dugaan suap impor daging. Namun, Ridwan tak hadir dalam pemanggilan kali ini. “Ridwan hakim tidak hadir,” kata Juru Bicara KPK, Johan Budi, di KPK, Jalan HR Rasuna Said, Jakarta, Kamis (28/2). Seharusnya hari ini Ridwan dipanggil menjadi saksi untuk tersangka Lutfi Hasan Ishaq. Namun hingga Kamis (28/2) malam Ridwan tak kunjung datang. Johan mengatakan belum ada konfirmasi dari pihak Ridwan terkait ketidakhadiran Putra Ketua Majelis Syuro PKS Hilmi Aminuddin itu. “Belum ada konfirmasi,” ujar Johan. Setelah dilayangkan surat panggilan kedua oleh KPK, akhirnya Ridwan hadir pada Senin (25/2) lalu. Namun, dia enggan memberikan komentar sedikitpun usai menjalani pemeriksaan saat itu. Termasuk alasan kepergiannya ke Turki sehari sebelum pencegahannya. Ridwan sendiri resmi dicegah KPK pada 7 Februari 2012.l Teks: detik.com
JAS MERAH Jangan sekali-kali melupakan sejarah
Jejak Serangan Umum 1 Maret Serangan Umum 1 Maret 1949 adalah serangan yang dilaksanakan pada tanggal 1 Maret 1949 terhadap kota Yogyakarta secara besar-besaran yang direncanakan dan dipersiapkan oleh jajaran tertinggi militer di wilayah Divisi III/GM III. Dengan mengikutsertakan beberapa pucuk pimpinan pemerintah sipil setempat berdasarkan instruksi dari Panglima Besar Sudirman. Untuk membuktikan kepada dunia internasional bahwa TNI berarti juga Republik Indonesia - masih ada dan cukup kuat. Sehingga dengan demikian dapat memperkuat posisi Indonesia dalam perundingan yang sedang berlangsung di Dewan Keamanan PBB. Dengan tujuan utama untuk mematahkan moral pasukan Belanda serta membuktikan pada dunia internasional bahwa Tentara Nasional Indonesia (TNI) masih mempunyai kekuatan untuk mengadakan perlawanan. Soeharto pada waktu itu sebagai komandan brigade X/Wehrkreis III turut serta sebagai pelaksana lapangan di wilayah Yogyakarta. l
SPAYOL VERSUS AMERIKA
Halaman..7
NO.53 / TAHUN 1
BUKA HALAMAN
9
JUMAT, 18 RABIUL AKHIR 1434 H 1 MARET 2013 M TERBIT 16 HALAMAN
Rp. 2.500/EKSEMPLAR (LUAR KOTA TAMBAH ONGKOS KIRIM)
JEBAKAN DAJJAL DEMOKRASI PALEMBANG|KS
D
alam sistem demokrasi, jabatan dikejar dan diburu, bahkan dengan mengeluarkan uang yang sangat banyak. Utang sana-sini, jual harta benda, bahkan kalau perlu merampok dan menipu, demi menjadi anggota dewan, bupati, camat, bahkan lurah. Demok rasi melahirkan politik transaksional, jual beli jabatan dan kekuasaan. Demokrasi juga melahirkan politik balik modal, sehingga setelah berkuasa ia menjadi monster yang buas, memeras rakyat dan merampok uang negara. Hamdi Ahsan, M.Si, pengamat politik keagamaan tinggal di Inderalaya, menilai bahwa apa yang terjadi dengan sistem demokrasi sekarang sesungguhnya sudah tidak lagi melihat kualitas. Penentuan kemenangan yang dipatok dari seberapa banyak jumlah pemilih lebih mengedepankan pada anti nilai dan kuantitas mata pilih semata. Demokrasi semacam ini tentu tidak akan mengedepankan kebaikan yang sebenarnya. “Demok rasi sekarang terus mengarah kepada target kuantitas (jumlah-red) semata. Demokrasi sudah tidak segan-segan lagi menggunakan beragam cara yang tidak mendidik dan nyaris salah demi mencapai tujuan. Berikutnya, target kualitas terkebiri dan bukan menjadi ukuran lagi”, terang Hamdi. Masih menurut Hamdi, demok rasi seringkali berjalan dengan menggunakan mata satu layaknya dajjal. “Demokrasi ala dajjal tentu tidak akan melihat kebenaran. Cara pandang yang tidak sempurna telah memperlihatkan sistem yang salah. Demok rasi ala Dajjal akan mempergunakan kepicikan-kepicikan sebagai jalan pintas untuk mencapai tujuan. Kemenangan pada sebuah pemilihan pemimpin negara atau daerah pun sudah seringkali menunjuk kan kegagalannya. Seberapa banyak contok demokrasi yang mengedepankan pada sistem suara terbanyak akhirnya melahirkan akhir yang tidak baik. Hampir semua sejarah sistem kepemimpinan yang terjadi di negeri ini yang mengalami kehancuran” tegasnya lanjut. Faktanya, kata Hamdi bahwa biasanya setelah berkuasa, hukum berpihak kepadanya. Kekuasaan melindunginya dari perbuatan korup, posisi tinggi yang digenggamnya malah digunakan untuk melindungi keluarga dan kelompoknya dari jerat dan sanksi pidana. Rakyat biasa jika berbuat salah langsung ditindak, jadi tersangka dan dipenjara. Tapi jika keluarga, kerabat dan kelompoknya atau para pembesar dan pesohor yang banyak uangnya yang tersangkut pidana, hukum jadi impoten, loyo, mandeg, mandul. Hukuman dan penjara tak berlaku. Dibuatlah deal-deal
Syuro Berbeda Dengan Demokrasi
Dalam sistem demokrasi, begitu sulit melihat kebenaran. Dalam sistem demokrasi juga semakin sulit ditemukan wajah kepantasan. Dalam demokrasi jika 50 profesor dilebur dengan 5000 tukang becak, tentunya yang bakal layak menjadi pemegang kekuasaan adalah tukang becak. Jika memang ukurannya adalah suara terbanyak itu yang terbaik maka suara kebaikan bisa sama dengan suara tidak baik. Dalam sistem demokrasi seperti ini, siapapun yang punya uang dan kekuasaan, tak peduli bagaimana kepribadian dan kepeduliannya pada rakyat, dia bisa terpilih jadi wakil rakyat.
dan rekayasa! Ini fakta yang dipertontonkan di tengah-tengah publik. Tanpa malu. Tanpa merasa bersalah! Senada dengan Hamdi Ahsan, Ahirman Rasyid, mahasiswa pascasarjana IAIN Raden Fatah, melihat konsep yang berlangsung sesungguhnya sudah salah. Ahirman juga menuding, bahwa momok demokrasi lebih kepada sistem demok rasi yang masih mengedepankan pemilihan presiden atau kelas di bawahnya kepala daerah yang ditentukan dari suara terbanyak. “Sebenarnya demokrasi kali ini konsepnya yang salah. Penentuan atas pimpinan masih mengedepankan kuantitas-suara terbanyakbukannya kualitas. Sekalipun kualitas, itupun harus punya pegangan pondasi yang mendasar. Nilai mendasarnya adalah sesuai dengan kepentingan masyarakat” katanya. Tentu saja, demokrasi tanpa nilai, masih menurut Ahirman, jika dipaksakan akan mengaburkan kebenaran. “Demokrasi yang tidak melihat kualitas, dan lebih kepada penentuannya diproses melalui suara terbanyak, hasilnya adalah akan mengaburkan kaidah-kaidah kebenaran. Bahkan tragisnya, sampai-sampai kita mendengar standar demokrasi adalah “Suara rakyat adalah suara Tuhan”. Begitu berbahayanya demokrasi ala dajjal ini, yang telah begitu mudahnya menggirus essensi keyakinan dan kebanaran, bahwa sampaisampai suara rakyuat disamakan dengan suara Tuhan”, tegasnya. Begitu juga dengan Abu Azzam, penggiat Islam, tetap menyesalkan dengan arah kiblat sistem demokrasi yang sudah sedemikian parah salahnya arah tujunya. Sangat berbeda dengan sistem kepemimpinan yang diajarkan oleh Rasulullah. “Rasulullah saking begitu adilnya dengan kebenaran, sampai-sampai jika saja anaknya Fatimah mencuri akan dipotong tangannya. “Andai anakku Fatimah mencuri, aku sendiri yang akan memotong tangannya…!” sabda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam tatkala ada yang melobi beliau untuk mengampuni seorang wanita bangsawan yang melakukan pencurian. Demikianlah Islam mengajarkan. Begitulah tuntunan Rasulullah” kata Azzam. Begitu juga dengan Ahmad Safruddin, Alumni IAIN Sunan Kalijaga yang juga Pengamat Demokrasi Islam, lebih melihat bahwa dalam Islam, eksistensi teks Alquran
merupakan representasi dari otoritas Allah Swt. “Untuk mengatur seluruh aspek kehidupan manusia, sementara Nabi Muhammad Saw, pada zamannya dipandang sebagai orang yang paling otoritatif untuk menafsirkan semua kehendak Allah SWT. Namun, pada generasi berikutnya muncul berbagai problem dalam menafsirkan teks. Dengan mengatasnamakan teks-teks suci dan melegitimasi pemikirannya tanpa memperhatikan aspek moral dalam hukum, banyak orang termasuk organisasi pemberi fatwa terjebak pada tindakan quot; yakni otoritarianisme interpretasi quot”. Dan lanjut Ahmad, Kecenderungan ini berdampak pula terhadap pemikir dari generasi selanjutnya dan melahirkan sikap otoriter seakan-akan dialah yang paling tahu akan makna dibalik teks seperti yang benarbenar dikehendaki Allah Swt. “Reinterpretasi tafsir-tafsir hukum Islam penting untuk dilakukan agar umat Islam terhindar dari otoritarianisme teks. Hal ini terjadi karena minimnya penguasaan metodologi, memutuskan diri dari khasanah Islam klasik, dan membunuh diskursus hukum Islam yang dinamis seraya mengadopsi pemikiran Islam yang berorientasi Wahhabi dan Puritan” lanjutnya. Jika mengacu pada demokrasi dalam Islam menurut Ahmad mengutip gagasan Abou El Fadl dalam konteks metodologi hukum Islam, pendekatannya adalah pendekatan sosiohistoris. “Demokrasi bukan merupakan sebuah nilainilai yang menjadi ideologi baru, akan tetapi ia menganggap bahwa demokrasi merupakan sebuah cara (metode) untuk mencegah suatu bentuk otoritarianisme dan kesewenangwenangan dalam hukum Islam. Demokrasi memiliki kesesuaian dengan Islam jika yang dimaksud dengan demokrasi adalah yang mengandung nilai-nilai seperti keadilan, musyawarah dan persamaan, akan tetapi di sisi yang lain juga memiliki perbedaan. Dalam demokrasi otoritas tertinggi berada di tangan manusia, sementara dalam Islam, otoritas tertinggi berada di tangan Tuhan.”l
Komentar
TEKS : MUSTAQIEM ESKA |ILUSTRASI : H AZIZ|EDITOR : IMRON SUPRIYADI
Drs. H.Hamdi Ahsan, M.Si Pengamat Politik Keagamaan
Demokrasi itu berlandaskan kepada dua ide; pertama, kedaulatan di tangan rakyat, dan kedua, rakyat sebagai sumber kekuasaan. Dalam hal ini rakyat bertindak selaku Musyarri' (pembuat hukum) dalam kedudukannya sebagai pemilik kedaulatan, dan berlaku sebagai Munaffidz (pelaksana hukum) dalam kedudukannya sebagai sumber kekuasaan. Islam dengan tegas menyatakan bahwa kedaulatan berada di tangan Allah, tidak di tangan rakyat maupun penguasa. Allah lah yang berhak menentukan hukum, sistem, dan aturan bagi mereka. Mereka tinggal melaksanakannya. Allah Swt. berfirman: Sesungguhnya menetapkan hukum itu hanyalah kepunyaan Allah. Dia telah memerintahkan agar kalian tidak menyembah selain Dia. Itulah agama yang lurus. Akan tetapi, kebanyakan manusia tidak mengetahuinya. (QS Yusuf [12]: 40). Kita semua adalah orang-orang yang beriman dengan sepenuhnya kepada Allah dan tidak akan menyekutukan-Nya. Jadi, tidak layak jika terjadi penuhanan terhadap rakyat dengan cara memberikan otoritas kepada mereka untuk membuat hukum. Dengan demikian, demokrasi sangat bertentangan dengan Islam. Memang, banyak kalangan yang menyamakan demokrasi dengan konsep syura (musyawarah) dalam Islam. Padahal, sesungguhnya syura sangat berbeda dan bahkan bertolak belakang dengan demokrasi. l
Demokrasi itu Bahaya Amri Tanjung Pengkaji Demokrasi Islam
Disadari atau tidak, demokratisasi merupakan bahaya tersendiri bagi umat Islam. Pertama, bahaya yang paling besar bagi umat Islam, demokrasi nampak menjadi berhala baru yang merusak aqidah, hukum syara', dan akhlaq kaum muslimin. Secara aqidah, dengan demokrasi, umat Islam dikikis aqidahnya. Tokoh-tokoh demok rasi selalu menyerang agar umat Islam jangan merasa benar sendiri, Islam bukanlah satu-satunya agama yang benar. Jelas ini bisa meragukan keyakinan umat kepada Islam sebagai agama satu-satunya yang diridloi oleh Allah SWT(lihat QS. Ali Imran 19) dan rugilah orang yang mencari agama selain Islam (lihat QS. Ali Imran 85). Nampak bau taklid tokoh demokrasi kepada orang-orang kafir padahal Allah SWT sudah mewanti-wanti mereka. Demokrasi berasal dari pandangan bahwa manusialah yang berhak membuat peraturan (undang-undang). Sehingga menurut mereka, rakyat adalah sumber kedaulatan, sekaligus pemilik kekuasaan yang sebenarnya. Rakyat yang membuat perundang-undangan. Rakyat yang menggaji kepala negara untuk menjalankan undang-undang yang dibuat oleh rakyat. Rakyat pula yang berhak mencabut kekuasaan dari kepala negara, lalu menggantinya, termasuk merubah undang-undang sekehendak mereka. l