CALL CENTER Redaksi : 0401-3126515 Email: bumianoa@gmail.com Langganan Koran : 0813 4151 2090 Email : sirkulasi_kp@yahoo.com Iklan : 0853 3553 1111 Email: kendariposiklan@yahoo.com Fax : 0401-3123771
Selasa, 17 Juli 2012
Harga eceran Rp. 3.500,-
Deklarasi Grand Awani
Nur Alam Yakinkan Cia-cia Kendari,KP Beberapa waktu lalu Nur Alam (NA) bertemu masyarakat Cia-cia di Pasarwajo, atas undangan mereka untuk membuka rembuk akbar cendekiawan dan tokoh Cia-cia se-kabupaten Buton. Kegiatan yang dihelat masyarakat Cia-cia bertujuan konsolidasi dan kekompakan di semua lini, utamanya mempersiapkan kekompakan dalam Pilgub nanti sekaligus dijadikan ajang bertemunya dua ribu relawan NA se-Kabupaten Buton. “Dalam pembukaan rembuk akbar di Pasarwajo itu, secara spontan Pak Gubernur Nur Alam diberitahu jika telah terbentuk relawan Nur Alam se-Kabupaten Buton sebanyak dua ribu orang. Tentunya Nur Alam sangat heran sekaligus apresiasi melihat barisan Nur Alam khususnya di Lasalimu, Wabula, Pasarwajo hingga Kapontori serta Lapandewa sampai Sampolawa dan Batauga,” kata Wakil Ketua I DPW PAN Sultra, Suwandi Andi. Terbetuknya dua ribu relawan se-Kabupaten Buton jelasnya merupakan bukti dukungan masyarakat Buton terhadap calon incumbent Nur Alam, meskipun para pemuda dan masyarakat Cia-cia tidak diminta melakukan hal tersebut. “Masyarakat Cia-cia tidak membahas tentang siapa calon wakil yang ideal bagi Nur Alam, mereka hanya antusias dengan figur Nur Alam dan bersedia mendukung Nur Alam karena mereka cukup puas dengan pembangunan saat ini, diantaranya jalan Bau-bau-Pasarwajo yang biasanya ditempuh 3 jam menjadi setengah hingga 1 jam, program BOP, pendidikan gratis serta blockgrant,” jelasnya. Dengan antusiasnya masyarakat di Kabupaten Buton, pihaknya menargetkan peningkatan jumlah suara, yang mana dulu sekitar 14,7 s.d 17,4 persen atau tidak cukup target 20 persen, akan dinaikkan hingga dua kali lipat. “Alhamdulilah melalui survey, dukungan terhadap Pak Nur Alam terus meningkat. Ini membuktikan masyarakat tidak melihat suku, tetapi bagaimana membangun Sultra dan itulah karakter politik masyarakat Buton,” tandas anggota DPRD Sultra ini.(fas)
SELEBRITI
Dijepret Paparazzi Kate Middleton dan Kerajaan Inggris lagi badmood. Pasalnya, baru saja beredar luas foto Kate sedang berbikini. Salah satunya jadi headline sebuah majalah di Australia. Di foto tersebut, Kate tidak sendiri. Ia didampingi suaminya, Pangeran William. Foto-foto itu diambil saat keduanya berbulan madu, setahun lalu di North Island, Selandia Baru. Dengan cepat gambar-gambar itu menyebar di internet. “Setiap foto dari pasangan tersebut ketika bulan madu, setidaknya dihargai setengah juta dolar. Namun, karena di foto itu Kate menggunakan bikini, kemungkinan harganya sekitar satu juta dolar,” kata jurnalis Jo Piazza kepada Shine Yahoo. Majalah Woman’s Day tak mau merinci, darimana mereka mendapatkan foto-foto tersebut. Namun, diduga gambargambar itu bocor ke publik karena ulah paparazzi Inggris. Yang jelas terdapat 15 foto, di mana Kate dan William sedang bersantai, berenang dan menikmati pantai menghiasi majalah itu. Sepertinya, pasangan itu tidak sadar kegiatan romantis mereka diikuti paparazzi. Apalagi, liburan tersebut
Baca paparazzi di Hal 7
Kesepakatan yang Tak Sepakat
Dok/KP
Ridwan BAE (kiri), La Ode Ida (kanan) dan Ali Mazi (Tengah) saat menandatangani Deklarasi Grand Awani beberapa waktu lalu.
Gugatan Tony-Magribi Belum Teregistrasi di MK Kendari, KP Permohonan sengketa Pilwali Kendari dari pasangan Tony Herbiansyah-Yani Kasim Marewa (HATINYA) dan LM MagribiRachman Latjinta (MAHAR) dinilai
belum teregistrasi di MK RI. Hal itu diungkapkan oleh Kuasa Hukum KPU Kota Kendari, Abd. Rahman SH MH usai mengecek langsung
Baca GUGaT di Hal 8
Kendari, KP Pernyataan La Ode Ida yang bernuansa himbauan agar Golkar tak lagi dipercaya jika keputusan penentuan calon gubernur Sultra bertolak belakang dengan Deklarasi Grand Awani, ternyata ditanggapi serius pengurus-pengurus Golkar Sultra. Wakil Ketua Golkar Sultra, Zainuddin Ambo SH menjelaskan, keputusan DPP Golkar yang menetapkan Ridwan BAE sebagai calon gubernur justru muaranya dari deklarasi Grand Awani. Tetapi, dalam struktur kepartaian, Grand Awani tidak menjadi patron mutlak karena acara itu merupakan gagasan Ridwan BAE secara pribadi, bukan dalam kapasitas sebagai Ketua Golkar Sultra. “Yang kami ketahui, pada saat itu terdapat tiga tokoh Sultra yang bersaing memperebutkan pintu Golkar yakni Ali Mazi, La Ode Ida dan
Ridwan BAE. Agar kekuatan ketiga tokoh ini bersatu, Pak Ridwan kemudian mengambil sebuah strategi dengan melakukan pertemuan dan sepakat bahwa siapa yang tertinggi elektabilitasnya, dialah yang akan naik. Namun dalam saat sosialisasi calon gubernur, Pak Ali Mazi dan La Ode Ida dianggap tidak punya niat untuk all out bersama Golkar. Buktinya, Ali Mazi tidak mau meninggalkan Ormas Nasdem sedangkan La Ode Ida, tak satupun simbol Golkar di setiap baliho atau stiker yang dipasangnya. Karena itu, seluruh ketua Golkar kabupaten/kota bersepakat hanya mendukung Ridwan BAE sebagai cagub tunggal dari Golkar. Alhamdulillah, itu yang direspon DPP Golkar,” tutur Zainuddin Ambo. Mantan Plt Ketua Golkar Bu-
Baca deklarasi di Hal 8
Di MK tak Pengaruhi Hasil Pilwali Kendari, KP Ketua KPU Kota Kendari, Syam Abdul Djalil Hamra menilai laporan pelanggaran dalam Pilwali yang dilaporkan ke Mahkamah Konstitusi terkesan dipolitisasi. Pasalnya KPU telah bekerja maksimal dan profesional dalam semua proses dan tahapan pilwali. Sehingga sebelum pelaksanaan
pilwali pada 7 Juli lalu, tidak ada masyarakat yang keberatan. “Laporan itu, karena ada yang tidak senang dengan hasil pilwali. Dan itu terlalu dipolitisasi oleh segelintir orang,” tuduhnya. Dikatakan, jika masyarakat melapor harus didukung dengan bukti-bukti yang lengkap dan sah, sehingga tidak mencederai proses dan
hasil demokrasi yang telah ditetapkan. Sebab jika laporan terkaid adanya masyarakat yang tidak terdaftar dalam DPT, itu merupakan kesalahan masyarakat sendiri. “Sebelum penetapan DPT, kita sudah sosialisasi bahwa masyarakat harus proaktif un-
Baca pilwali di Hal 8
Rapor Hilang, Pelajar SD Berprestasi di Sulsel Harus Mengulang dari Kelas I
Satu-satunya Bukti Hanya Teman Sekelas Aldi Dituding menghilangkan rapor, Muhammad Renaldi Rasyid yang semestinya tahun ini masuk SMP masih tersendat di kelas III SD. Anehnya, sekolah mengaku tidak punya arsip nilai. aKBaR HaMDaN, Gowa POStUR tubuhnya memang tidak terlalu besar, tak beda jauh dengan rekan-rekannya di kelas II SD Inpres Taengtaeng, Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Tetapi, di usia yang kini menginjak 12 tahun, Muhammad Renaldi Rasyid memang sudah terlalu tua untuk berada di kelas tersebut. Dia bahkan mestinya sudah menginjak bangku SMP tahun ini. Itulah yang akhirnya jadi bahan
AKBAR HAMDAN/FAJAR
Muhammad Renaldi, 12(kedua dari kiri) belajar bersama temantemannya di kelas III SD Inpres Taengtaeng, Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, yang rata-rata lebih muda empat tahun darinya. Renaldi yang seharusnya sudah kelas VII SMP tahun ini terpaksa mengulang dari kelas I karena kehilangan rapor.
ledekan “kakak-kakak” kelasnya yang secara usia juga masih di bawahnya. “Anak kelas VI selalu memancing saya berkelahi. Tapi, tidak saya tanggapi,” katanya polos kepada Fajar (Jawa Pos Group). Aldi “sapaan akrab Renaldi” harus menghadapi semua itu bukan karena dia bodoh sehingga tertinggal kelas berkali-kali. Putra pasangan Abdul RasyidJumriani tersebut justru pelajar berprestasi. “Sejak di SD KIP, dia memang sering ranking 1 atau 2,” kata Jumriani, sang ibu. Tepatnya, SD KIP 1 Barabarayya. Ya, Aldi mencatat prestasi bagus di sekolah yang terletak di Kota Makassar itu. Tetapi, di sekolah tersebut juga nasib buruknya, yang sekaligus menjadi potret buram pendidi-
kan Indonesia, berawal. Ketika itu, di suatu siang Juni 2010, Aldi yang baru saja naik ke kelas V mengembalikan rapor kepada salah seorang guru. Sebab, tahun pelajaran baru akan segera dimulai. Namun, beberapa hari kemudian, Aldi kembali diminta mengembalikan rapor ke sekolah. Bocah kelahiran 26 Juni 2000 itu kebingungan. Bagaimana bisa rapor yang sudah berada di tangan guru diminta untuk dikembalikan lagi. Aldi pun dituduh telah menghilangkan rapornya. Untuk bocah 10 tahun, tuduhan itu jelas musibah besar. Dia mulai ketakutan. Saking takutnya, Aldi tidak berani lagi ke sekolah.
Baca rapor di Hal 7