ARCHMAG

Page 1

ARCH MAG

CYNTHIA NATALIA 212100150 NATHANIA WIJAYA, B. ARTS., M. ARCH. DOSEN PENGAJAR
ASD3111 | KRITIK ARSITEKTUR
KENN FARREL PRANOTO 212100283

POS BLOC

Apa itu Pos Bloc?

Di tengah ramainya kota Jakarta, terdapat sebuah bangunan pos. Pos pertama di Indonesia yang saat ini telah menjadi bangunan cagar budaya di kota Jakarta.Untuk melestarikan bangunan bersejarah ini, Radar Ruang Riang dan Pos Indonesia bekerja sama untuk merevitalisasi bangunan kantor PT Pos Indonesia menjadi ruang kreatif modern dan tempat wisata bagi anak muda melalui keindahan sejarahnya. Bangunan ini kini lebih dikenal masyarakat dengan panggilan Pos Bloc yang merupakan sebuah wadah bagi masyarakat yang ingin mengeksplorasi dan mengekspresikan seni dan kreativitas mereka melalui pameran seni, peragaan busana, konser dan acara komunitas. Selain daripada itu Pos Bloc juga menjadi salah satu destinasi untuk bersantai dan wisata kuliner bagi masyarakat.

SEJARAH POSBLOC

Gedung Pos Bloc telah menjadi saksi bisu perjalanan PT Pos Indonesia. Bangunan Pos Bloc yang awalnya dinamakan Weltevreden didirikan oleh Jenderal gubernur VOC yang bernama Gustaaf W Baron van Imhoff pada tanggal 26 agustus 1746. Bangunan ini awalnya didirikan sebagai kantor pos yang memiliki lokasi yang strategis dan berdekatan dengan pusat pemerintahan Istana Kepresidenan Republik Indonesia. Kantor pos ini tidak hanya digunakan untuk pengiriman surat namun juga tempat pengiriman barang perdagangan, perkantoran, dan pengiriman surat privat keluarga. Kegiatan tersebut berlangsung hingga tahun 1800-an dan dihentikan karena VOC mengalami bangkrut sehingga kantor pos Weltevreden beralih kepemilikan dan menjadi kantor pos pemerintah Hindia Belanda. Pada tahun 1913, kantor pos direnovasi oleh arsitek Belanda, Van Hoytema dengan menerapkan konsep perancangan gaya arsitektur Art Deco yang dipengaruhi gerakan Art and Craft.

Seiring berjalannya waktu, kantor pos ini telah berganti nama hingga empat kali hingga kemudian tim Sejarah Pemerintah Jakarta menyebutnya sebagai PTT atau Kantor PTT. Pada masa revolusi, kantor PTT berubah menjadi kantor dan Telegraf Pasar Baru. Kemudian pada tahun 1995 bangunan ini resmi ditetapkan menjadi bangunan milik PT Pos Indonesia dan tahun 1999 gedung ini ditetapkan sebagai cagar budaya atau bangunan tua yang dilindungi. Pada tahun 2021, Gedung Pos telah direvitalisasi menjadi ruang wisata dan kreatif publik yang akhirnya diberikan nama Filateli dengan arti gedung kantor atau yg saat ini dikenal orang dengan sebutan Pos Bloc. Dengan lokasi yang strategis, Gedung Filateli dimanfaatkan sebagai ruang kreatif publik dan tempat untuk mewadahi UMKM. Meskipun Bangunan Pos Bloc terkesan kuno, tetapi bangunan ini sering dikunjungi oleh kaum muda untuk mencari hiburan. Dengan demikian kehadiran Pos Bloc diharapkan dapat menjadi tempat untuk mendukung startup dan dapat meningkatkan devisa serta mendukung kreativitas masyarakat Jakarta.

ARCHMAG

POS BLOC TODAY

Masa demi masa telah dilewati, kota ini menyimpan begitu banyak rahasia. Bangunan-bangunan tua berdiri megah, menghiasi wajah kota. Waktu tidak pernah berbohong, akan tiba kalanya ketika dunia ini akan berpaling tidak meninggalkan jejak, namun mereka tetap tegak tidak tergoyah. Sungguh indahnya jika kita bisa mengembalikan masa-masa itu. Bangunan itu kini telah disulap, sepi menjadi ramai, gelap menjadi terang, memancarkan aroma nostalgia pada masa yang sudah terlewati. Harmoni antara masa kini dipadukan dengan masa lalu, setiap goresan yang menyelimuti dinding menjadi bukti nyata akan perjalanan waktu. Keberadaannya adalah bukti nyata sejarah, jadi bagian dari rahasia yang tersimpan. Orang datang dapat mempelajari dan mendalami isi hati kota ini melalui banyaknya cerita yang tersimpan pada susunan bata yang kokoh ini.

ARCHMAG

Masa lalu dan masa kini, dua masa yang berbeda tapi jadi satu tak terpisahkan. bangunan menjadi jembatan bagi masa-masa yang telah terlewati, setiap bagiannya punya ceritanya masing-masing. Pos kini menjadi tempat nongkrong, bergema dan diisi oleh canda dan tawa menghidupi aula yang besar. Tampaknya sama, bentuknya pun tak berubah, namun dihidupkan kembali oleh suasana lama yang terpancar dari hangatnya pertemanan. Bangunan ini memeluk sejarah, menjadi bagian dari kota yang besar, menjadi warisan bagi kita semua dari keberadaannya. Layaknya seorang manusia, kota pun memiliki nyawa, dan kita ditugaskan untuk menjaganya. Kota memiliki ceritanya sendiri, dan bangunan menjadi saksinya. Kini, orang datang beramai-ramai, menikmati bangunan ini, menyelami segala sejarah dan cerita yang terukir membekas pada bangunan ini. Tidak perlu lagi ada bangunan yang runtuh dan rusak, bangunan ini hidup, menghidupi kota dan terus membawa cerita dan kenangan kita bersamanya.

ARCHMAG

GEDUNG FILATELI JAKARTA

Langit-langit yang tinggi melukiskan kemegahan arsitektur, mengundang rasa kagum dan takjub. Dalam ruang yang besar, kerumunan orang berlintasan dari sudut hingga sudut ruang entah menuju kemana, mengisi ruang dengan suasana yang hidup. Di lorong yang sempit hanya diterangi cahaya lampu yang remang menerangi langkah-langkah, melalui toko demi toko, dan ruang demi ruang, hingga menuju sumber terang matahari. Disana ada halaman, kecil namun bermakna, sempit diisi manusia, menjadi tempat berkumpul dan pelarian, lari seolah-olah kekhawatiran dan lelah hidup hanya ilusi yang tak pernah benar-benar ada, digantikan oleh hangatnya kehidupan. Ruang besar dan ruang kecil, semua dipadukan dalam sebuah bangunan pos yang kini memancarkan kehangatan suasana yang intim oleh interaksi manusia, serasa kita semua memiliki bagian disini.

ARCHMAG

Ketika sinar matahari mengalir kedalam ruang, melewati langit, menyinari setiap ubin, retak dan tergores seolah menceritakan kisah bagaimana bangunan itu terbentuk. Bicara tentang ruang, di Denver gereja jadi kelab malam, di Charleston bank jadi restoran, di Indonesia kita punya pos jadi ruang nongkrong. Semuanya ada tidak berubah, hanya orangnya saja, dulu orang datang mengantar surat sekarang datang diantarkan makanan. Ubinubin yang retak dan tergores, tembok dicat putih masih berbekas retakkan, baja-baja yang berkarat menopang bangunan ini. Ruang-ruang berubah fungsi, dipakai untuk segala macam kegiatan, di sana orang ada yang makan, ada yang berfoto, ada yang menikmati musik sambil bermabukkan cinta, orang datang kesana kemari menikmati nuansa nostalgia serasa kembali ke masa lampau di hari yang modern ini. Kota seperti disulap kembali menuju masa lampau.

ARCHMAG

ARCHMAG

ARCHMAG

ARCHMAG

ARCHMAG

DAFTAR PUSTAKA

iNews.id 2022, ‘Sejarah POS Bloc Jakarta: dari Kantor Pos Belanda Hingga Tempat Nongkrong Anak Muda’, iNews. id, accessed 22 March 2024, https://www.google.com/ amp/s/www.inews.id/amp/news/megapolitan/sejarahpos-bloc-jakarta-dari-kantor-pos-belanda-hingga-tempatnongkrong-anak-muda.

Manual 2022, ‘Pos Bloc’, Manual, accessed 22 March 2024, https://manual.co.id/directory/pos-bloc/.

Aspirasi Online 2021, ‘Pos Bloc: Wisata Kekinian Bekas Kantor Pos Tertua di Jakarta’, Aspirasi Online, accessed 22 March 2024, https://www.aspirasionline.com/2021/12/posbloc-wisata-kekinian-bekas-kantor-pos-tertua-di-jakarta/.

Warta Ekonomi 2022, ‘Ini Alasan Pos Indonesia Sulap Gedung Filateli Jadi Pos Bloc’, Warta Ekonomi, accessed 22 March 2024, https://wartaekonomi.co.id/read368952/ ini-alasan-pos-indonesia-sulap-gedung-filateli-jadi-posbloc.W

ARCHMAG

Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.