green architecture.
SUSTAINABLE DESIGN PRINCIPLES




“... it is architecture, the daily experience, that provides the best direct opportunity for the public to learn and embrace sustainability.”

-Williams, 2007-

“... it is architecture, the daily experience, that provides the best direct opportunity for the public to learn and embrace sustainability.”
-Williams, 2007-
SITE TO REGION :
Site to region merupakan bagian pendekatan dalam analisis tapak yang meliputi relasi antar tapak dengan kondisi wilayah sekitarnya.
Proses analisisnya melibatkan proses identifikasi aset kultural dan ekonomik beserta hal yang berkaitan dengan kondisi natural seperti iklim dan faktor bencana yang mungkin terjadi.
SITE TO SITE :
Site to site merupakan bagian pendekatan dalam analisis tapak yang melibatkan kondisi tapak lain di sekitarnya sebagai bagian dari konteksnya.
Proses analisisnya melibatkan proses identifikasi yang berkaitan dengan relasi berbagai konteks dan kondisi natural seperti vegetasi sekitar dan iklim mikro di sebuah tapak tertentu.
BUILDING TO SITE :
Building to site merupakan bagian pendekatan dalam analisis tapak yang melibatkan pertimbangan kebutuhan dan kenyamanan dalam bangunan.
Proses analisisnya melibatkan proses identifikasi apa yang menjadi kebutuhan dan penyesuaian apa saja yang harus dilakukan berdasarkan hasil analisis berbagai faktor.
(Williams, 2007)
SUSTAINABLE SITE (LEED GREEN BUILDING RATING SYSTEM)
(Air, 2010)
CONSTRUCTION ACTIVITY POLLUTION
PREVENTION :
Upaya pengendalian polusi pada lahan akibat aktivitas konstruksi dengan beberapa cara seperti pengendalian erosi tanah, sedimentasi saluran air, dan pembentukan debu di udara.
SITE SELECTION :
Menghindari pemilihan tapak dan pembangunan di lokasi yang tidak kontekstual dan tidak memenuhi kriteria pembangunan.
DEVELOPMENT DENSITY & COMMUNITY
PREVENTION :
Pengembangan area perkotaan atau pedesaan secara dengan melindungi area-area hijau serta melstarikan sumber daya natural yang ada.
BROWNFIELD REDEVELOPMENT :
Rehabilitasi lokasi tapak yang rusak dan sudah tidak lagi digunakan akibat kondisi tapak yang tercemar.
ALTERNATIVE TRANSPORTATION :
Akses terhadap transportasi umum, mengurangi penggunaan kendaraan pribadi yang berlebih.
SITE DEVELOPMENT :
Melestarikan dan preservasi area alami serta memperbaiki area rusak untuk dijadikan habitat area terpakai.
HEAT ISLAND EFFECT :
Mengurangi efek heat island, meminimalkan dapak iklim mikro pada sebuah tapak.
LIGHT POLLUTION REDUCTION :
Mengurangi polusi cahaya dengan meminimalisir pengunaan cahaya buatan yang berlebihan.
TEPAT GUNA LAHAN (APPROPRIATE SITE DEVELOPMENT)
(Bergman, 2013)
AREA DASAR HIJAU :
Efisiensi pengembangan area hijau pada tapak untutk meningkatkan kualitas dan kesehatan lingkungan.
PEMILHAN TAPAK :
Pemilihan tapak yang sesuai dengan konteks dan memanfaatkan lahan dengan efisien sehingga lahan tidak merusak kondisi lingkungan.
AKSESIBILITAS KOMUNITAS :
Meningkatkan kepadatan dan penggunaan lahan untuk mengakomodasi terpakainya sebuah ruang lahan untuk aktivitas manusia.
TRANSPORTASI UMUM :
Akses transportasi umum, meminimalisir emisi CO2 yang diakibatkan penggunaan kendaraan pribadi.
FASILITAS PENGGUNA SEPEDA :
Ruang fasilitas kendaraan sepeda yang terawat untuk mengupayakan penggunaan sepeda sebagai transportasi.
LANSKAP PADA LAHAN :
Pengolahan lanskap pada sebuah tapak, meningkatkan kualitas tapak serta penggunaan ruang tapak untuk aktivitas, menghidupkan kondisi lahan.
IKLIM MIKRO :
Penanganan secara efisien terhadap seluruh aspek iklim mikro yang berpengaruh pada tapak, menciptakan suatu kondisi tapak yang berkelanjutan.
MANAJEMEN LIMPASAN AIR HUJAN :
Efisiensi manajemen limpasan air hujan pada sebuah lahan dengan pemanfaatan kembali air hujan.
“water efficiency is the smart use of our water resources through water-saving technologies and simple steps we can all take around the house. Using water efficiently will help ensure reliable water supplies today and for future generations.”
-EPA-
Limpasan air hujan (Surface Runoff) adalah suatu fenomena yang terjadi pada perkotaan diakibatkan meluasnya penggunaan lahan untuk bangunan dan perkerasan.
Akibat utama pada permasalahan tersebut berada di daya serap tanah yang kurrang efisien sehingga air limpasan akan menyebabkan pencemaran pada air.
Sebagian besar air dari 70% permukaan bumi bukan merupakan air yang bisa terpakai untuk kebutuhan konsumsi manusia (air asin, air beku, air polusi).
Melihat hal ini, penggunaan air untuk memenuhi berbagai kebutuhan aktivitas manusia tidak sebanding dengan sumbernya (pertanian, pembangkit tenaga listrik, bangunan).
Urban farming merupakan salah satu strategi untuk menerapkan konservasi air pada sebuah rancangan yang dimana salah satu dampaknya adalah untuk membantu pengolahan air hujan dan mengurangi carbon footprint melalui tanaman.
Penerapan sistem air hujan pada area tapak untuk mengolah kembali air hujan sebagai suatu sumber penyediaan air yang bisa digunakan untuk keperluan irigasi, melalui hal ini maka penggunaan air dari sumber eksternal akan berkurang.
Pemakaian sistem bioswales sebagai upaya penanganan untuk limpasan air hujan, dengan sistem menangkap dan mengolah limpasan air hujan.
Menggunakan material-material berpori yang berfungsi untuk mengalirkan air kedalam tanah sehingga limpasan air hujan dapat dikontrol.
“Energy efficiency is the use of less energy in a building to perform the same operation as buildings that consume energy inefficiently.”
-The Constructor-
Konservasi efisiensi energi merupakan saah satu upaya keberlanjutan yang diperlukan untuk menghindari penggunaan sumber energi eksternal yang berlebih dalam konteks bangunan.
Secara fakta ditunjukkan bahwa sektor bangunan merupakan salah satu sumber pemakai energi terbesar.
Dengan berkembangnya era modern, bangunan yang context-sensitive semakin berkurang dikarenakan adanya kebutuhan yang mendesak akan bangunan yang tipikal.
Semakin berkurangnya bangunan yang contextsensitive menyebabkan berkurangnya bangunan secara konteks eifisien dalam penggunaan energinya. Hal ini diakibatkan karena semua bangunan dimanapun diperlakukan dengan sama, dan tidak mempertimbangkan konteks lingkungan.
PASSIVE TECHINQUES ACTIVE TECHINQUES
MINIMIZE HEAT TRANSMISSION :
Menerapkan sistem bangunan seperti kanopi dan berbagai penanganan lainnya untuk menguragi transmisi panas pada ruangan sehingga penggunaan pendingin dapat dikurangi.
NATURAL LIGHTING EFFICIENCY :
Penerapan sistem pencahayaan alami secara efisien untuk mengurangi penggunaan pencahayaan buatan pada suatu ruangan.
NATURAL VENTILATION EFFICIENCY :
Menerapkan sistem bukaan yang dapat menerima udara masuk sehingga sirkulasi udara pada ruangan dapat dimaksimalkan dan penggunaan penghawa buatan dapat dikurangi.
SOLAR PANEL :
Penggunaan panel surya sebagai sumber penghasil energi bagi bangunan secara jangka panjang sebagai ganti sumber energi listrik primer.
LED (LIGHT EMITTING DIODE) :
Penggunaan lampu LED untuk mengurangi konsumsi energi dengan meghasilkan kualitas yang baik serta murah.
“After all, we spend 90 percent of our time indoors, whether at work, school or home. Knowing this, wouldn’t we want those indoor spaces to be the healthiest and most comfortable places possible?”
-USGBC-
Perawatan kondisi ruangan merupakan sesuatu hal yang perlu diperhatikan pada kualitas hidup manusia. 90% manusia cenderung lebih banyak menghabiskan waktu didalam ruangan sehingga penting untuk mengoptimalkan kondisi dalam ruangan tanpa mengorbankan kesehatan dan kenyamanan dalam ruang.
Kondisi dimana suatu bangunan mengakibatkan penurunan dalam kesehatan dan kenyamanan kondisi tubuh yang sulit diidentifikasi, diakibatkan oleh banyaknya waktu yang dihabiskan dalam bangunan.
Kondisi dimana suatu gejala penyakit yang dialami dapat diidentifikasi dan langsung terkait kepada kontaminan udar pada suatu bangunan.
Kenyamanan kondisi dan kualitas kebisingan suara masuk di dalam suatu ruangan.
Penanganan akustik melalui pemilihan material dan peletakkan furnitur yang tepat, serta desain yang sensitif terhadap lingkungannya.
Kenyamanan kualitas udara yang sehat dalam suatu ruangan, berkaitan dengan sirkulasi udara dalam ruang.
Mempertimbangkan penggunaan material yang tidak mengandung bahan berbahaya serta menghasilkan debu yang dapat mencemarkan kondisi kualitas udara.
Kenyamanan dan kualitas termal pada ruangan yang berkaitan dengan kondisi suhu dan kelembapan suatu ruang.
Perancangan yang sensitif terhadap kondisi termal natrual lingkungan serta dengan memperhatikan pemilihan material permukaan yang melingkupi bangunan.
Kenyamanan visual pada suatu ruang, biasanya dipengaruhi oleh kualitas pencahayaan pada ruang.
Desain yang memperhatikan peletakkan bukaan cahaya dan juga peletakkan lampu yang efisien dan sesuai dengan fungsi ruang sehingga tidak mengganggu kenyamanan aktivitas manusia di dalam sebuah ruang.
“The truthfulness of materials of constructions, concrete, bricks and stone, shall be maintained in all buildings constructed or to be constructed. The seed of Chandigarh is well sown. It is for the citizens to see that the tree flourishes.”
-Le Corbusier- 5
Bangunan merupakan salah satu penyumbang green house gases (40%) terbesar dalam berbagai sektor. Material merupakan salah satu pengaruh daripada dampak besar yang terjadi ini.
Penggunaan material untuk mewujudkan suatu bangunan tidaklah dalam jumlah yang sedikit, dan keterbatasan serta ketersediaan material merupakan isu utama dari semua ini.
1. OTTV (Overall Thermal Transfer Value)
2. SRI (Solar Reflectance Index)
Penggunaan material yang dalam produk, sistem produksi dan prosesnya mengurangi pemakaian air
Fase “kehidupan” dan berlangsungnya pemakaian sebuah material pada penggunaannya.
Memperhatikan penggunaan material yang tidak mengandung kandungan berbahaya sehingga tidak memilliki efek yang berbahaya secara jangka panjang.
REUSABLE
Redefinisi fungsi sebuah material bekas yang sudah tidak terpakai, sehingga keberlanjutan sebuah material tidak terpaku pada fungsi utamanya saja, contohnya pemakaian material bekas sebagai ornamen dekorasi.
Daur ulang material bekas yang sudah tidak terpakai atau sudah tidak jelas fungsinya, menjadi sesuatu yang baru, sehingga tidak perlu lagi untuk mengambil sumber daya baru.
RENEWABLE
Penggunaan material dari sumber terbarukan seperti tumbuhan, sehingga tidak akan habis jika dan mudah terurai.
PREFAB CONSTRUCTION
BIODEGRADABLE
DESIGN FOR LESS MATERIAL
Metode konstruksi secara pre-fabrikasi agar limbah dari proses konstruksi dapat dikontrol serta mengurangi limbah on-site.
Menggunakan material-material yang mudah terurai secara natural sehingga limbahnya tidak berdampak buruk bagi lingkungan biologikal.
Desain yang memperhitungkan penggunaan material, sehingga sedapat mungkin mengurangi limbah material, serta penggunaan sumber daya material yang berlebih.
“Untuk menciptakan operasional gedung yang ramah lingkungan, diperlukan manajemen lingkungan bangunan sejak tahap perencanaan desain.”
Manajemen pembuangan limbah pada bangunan tanpa mengkontaminasi dan berdampak buruk pada lingkungan dengan menyediakan fasilitas untuk memilah.
Melibatkan profesional yang sudah tersertifikasi GREENSHIP Professional untuk mencapai kriteria GREENSHIP pada perancangan bangunan.
Perencanaan manajemen limbah konstruksi yang rmah lingkungan sehingga meminimalisir terjadinya polusi pembangunan pada sebuah proyek.
Mengurangi beban TPA dengan mengolah limbah organik dan anorganik melalui kerjasama maupun mandiri.
Memastikan seluruh proses pengukuran dan seluruh sistem melewati proper test & commisioning, memastikan seluruhnya telah tersistem dengan baik serta sesuai dengan seluruh kriteria yang berlaku.
Penyerahan data bangunan untuk keperluan data dan evaluasi suatu bangunan hijau serta keperluan dan biayanya secara jangka panjang.
Aktivitas fit-out antara penyewa bangunan dan pengelola untuuk mengimplementasikan nilai-nilai green building yang diterapkan pada sebuah bangunan.
Survei dan evaluasi penghuni atau pengguna bangunan terhadap mengelolaan dan manajemen prinsip keberlanjutan pada bangunan.
USGBC, LEED, https://www.usgbc.org/leed
BEM-NB, Building Environment Management https://bangunanhijau.com/gb/new-building2-0-green-building/bem-nb/
Abatement Technology; How Indoor Airborne Pollutants and Allergens Can Affect our Health; 2016
ASHRAE Journals and Standards