Buku Ajar Penyuluhan dan Komunikasi Perikanan

Page 1

i


PENYULUHAN DAN KOMUNIKASI PERIKANAN Buku Ajar Pada Program Studi Sosial Ekonomi Perikanan

KHODIJAH ANGGA RENI TETTY

ii


Penyuluhan dan Komunikasi Perikanan Buku Ajar Program Studi Sosial Ekonomi Perikanan

Khodijah Angga Reni Tetty © Khodijah, Angga Reni, dan Tetty, 2018 Editor: Khodijah vii, 105 hlm, 14,8 cm x 21,0 cm Cetakan 1, Oktober 2018 Hak Penerbitan pada UMRAH Press, Tanjungpinang

Kantor: Kampus Universitas Maritim Raja Ali Haji, Gedung Rektorat Lantai III Jl. Dompak, Tanjungpinang - Kepulauan Riau 29111 Telp/Fax : (0771) 7001550 – (0771) 7038999, 4500091 E-mail : umrahpress@gmail.com / umrahpress@umrah.ac.id Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang. Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa ijin tertulis dari Penerbit

ISBN. 978-602-6770-68-4

iii


PRAKATA Penyuluhan dan komunikasi perikanan merupakan proses penyebarluasan informasi tentang ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang dihasilkan oleh perguruan tinggi ke dalam praktek atau kegiatan praktis. Penyuluhan yang dilakukan harus diupayakan berlangsungnya komunikasi timbal balik sehingga penyuluh juga dapat memahami aspirasi masyarakat dan tetap bisa menjamin hubungan yang harmonis antar penuyuluh dengan masyarakat. Dalam buku ini dijelaskan bagaimana Unsur-unsur komunikasi, Proses komunikasi dalam penyuluhan perikanan, Adopsi dan difusi inovasi dalam penyuluhan perikanan sehingga dapat memiliki kemampuan berkomunikasi yang efektif dengan masyarakat, pelaku utama dan pelaku usaha perikanan serta dapat menerapkannya dalam kegiatan penyuluhan perikanan. Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih terdapat banyak kekurangan. Saya mohon banyak masukan dari pihak manapun agar tulisan ini bisa lebih baik dan lebih sempurna. Penulis memperkaya

sumber

Buku ajar ini diharapkan dapat pembelajaran

mahasiswa

dan

meningkatkan kompetensi mahasiswa yang mengambil

iv


mata kuliah tersebut pada jurusan Sosial Ekonomi Perikanan. Buku ajar ini juga dilengkapi dengan contohcontoh yang relevan dengan bahan ajar dan diperkaya dengan

materi

yang

dikembangkan

dari

kreatifitas

mahasiswa.

Tanjungpinang,

Penulis

v

Oktober 2018


DAFTAR ISI Rancangan dan Tujuan Perkuliahan

......................... 1

Deskripsi Mata Kuliah

......................... 1

Capaian Pembelajaran Lulusan Prodi

......................... 2

Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK) ................ 4 BAB I Pengantar Penyuluhan dan Komunikasi Perikana8 1.1. Pengertian Penyuluhan ......................... 9 1.2. Pengertian Komunikasi ....................... 25 1.3. Peran Komunikasi ....................... 28 1.4. Tujuan – tujuan organisasi penyuluhan ................. 32 BAB II. Konsep dan Praktek Penyuluhan Komunikasi Perikanan ....................... 34 2.1. Pendekatan Penyuluhan Komunikasi Perikanan ... 35 2.2. Model – model penyuluhan dan komunikasi Perikanan ....................... 59 2.3. Metode Penyuluhan dan Komunikasi Perikanan .. 71 2.4. Komponen metode penyuluhan yang efektif ........ 91 BAB III Metode Mempengaruhi Perilaku Nelayan ..... 93 3.1. Mengapa Perlu mengubah Perilkau Nelayan ........ 95 3.2. Metode Mempengaruhi orang lain ..................... 101 BAB IV Difusi, Adopsi, & Inovasi

..................... 125

4.1. Difusi Adopsi dan Inovasi 4.2. Tahap Adopsi

..................... 125 ..................... 130

vi


4.3. Kategori / Klasifikasi Adopter ..................... 134 4.4. Proses Adopsi ..................... 140 4.5. Sifat-sifat Inovasi ..................... 152 4.6. Sistem Difusi Sentralisasi dan Desentralisasi ..... 155 4.7. Konsekuensi Inovasi ..................... 159 BAB V Strategi Penyuluhan Perikanan ..................... 170 5.1. Pengertian 5.2. Strategi Penyuluhan

..................... 170 ..................... 171

vii


RANCANGAN DAN TUJUAN PERKULIAHAN Identitas Mata Kuliah

1

Nama Mata Kuliah

: Penyuluhan dan Komunikasi Perikanan

2

Kode Mata Kuliah

: IS 1134

3

Kelompok Mata

: Mata Kuliah Keahlian Berkarya

Kuliah

(MKB)

3

Bobot Kredit/Semester : 2 SKS/ 4

5

Status Mata Kuliah

: Mata Kuliah Wajib Prodi

6

Mata Kuliah Prasyarat

: Tidak Ada

9

Dosen Pengampu

▪ Dr.Ir.Hj.Khodijah Ismail, M.Si

Mata Kuliah

▪ Angga Reny, S.Pi., M.Si ▪ Tetty, S.Pi., M.Si

Deskripsi Mata Kuliah Mata kuliah ini merupakan mata kuliah wajib prodi SEP dan berperan penting untuk mewujudkan profil lulusan menjadi penyuluh perikanan yang professional. Diharapkan mahasiswa 1


memiliki kemampuan berkomunikasi dengan masyarakat, pelaku utama dan pelaku usaha perikanan beserta keluarganya sebagai sasaran dalam kegiatan penyuluhan perikanan, Mata kuliah ini dimaksudkan untuk meningkatkan kompetensi mahasiswa tentang komunikasi yang efektif serta dapat menerapkannya dalam kegiatan penyuluhan perikanan. Halhal pokok yang dibahas meliputi: Pengertian dan tujuan komunikasi

dalam

penyuluhan

perikanan;

Unsur-unsur

komunikasi; Proses komunikasi dalam penyuluhan perikanan; Adopsi dan difusi inovasi dalam penyuluhan perikanan.

Capaian Pembelajaran Lulusan Prodi

No Kode CPL

Capaian Pembelajaran Lulusan (CPL)

1

Sikap :

Menunjukkan sikap

- S9

bertanggungjawab atas pekerjaan di bidang keahliannya secara mandiri (S9)

2


2

Keterampilan

Mampu menerapkan pemikiran

Umum:

logis, kritis, sistematis dan inovatif

- KU1

dalam konteks pengembangan atau implementasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang memperhatikan dan menerapkan nilai humaniora sesuai dengan bidang keahliannya

- KU2

Mampu menunjukkan kinerja mandiri, bermutu dan terukur

- KU3

Mampu mengambil keputusan secara tepat dalam konteks penyelesaian masalah di bidang keahliannya, berdasarkan hasil analisis informasi dan data

3

Pengetahuan

Mampu menunjukkan penguasaan

(P)

pengetahuan bidang penyuluhan dan komunikasi perikanan

3


4

Keterampilan

Mampu menunjukkan

Khusus (KK)

keterampilan khusus sebagai penyuluh perikanan yang profesional dan terampil

Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK) Mahasiswa dapat memahami sikap, pengetahuan dan keterampilannya

dalam

bidang

penyuluhan

dan

komunikasi perikanan Tujuan Mata Kuliah Untuk

memberikan

pengetahuan,

wawasan,

orientasi, sikap serta pandangan mahasiswa dalam melaksanakan kegiatan penyuluhan perikanan. Proses penyuluhan perikanan merupakan proses belajar dengan bekerja yang sistematik, berkelanjutan dan berprogram.

4


Pokok Bahasan

Isi perkuliahan terdiri dari enam topik bahasan yaitu: a. Pengantar Penyuuhan dan Komunikasi Perikanan b. Pengertian Penyuluhan dan komunikasi c. Unsur-unsur Penyuluhan dan Komunikasi d. Proses Komunikasi dalam Penyuluhan Perikanan e. Adopsi, Difusi dan Inovasi dalam Penyuluhan Perikanan f. Prinsip dan Etika Penyuluhan Komunikasi Perikanan g. Konsep dan Praktek Penyuluhan Perikanan h. Organisasi dan Peranan Penyuluhan Perikanan Evaluasi dan Umpan Balik Mahasiswa menjawab beberapa pertanyaan dan atau mengisi kuisioner evaluasi perkuliahan untuk mengetahui capaian kemampuan dengan jenjang; a) Proses berfikir ingatan/pengetahuan (C1), b) Proses berfikir pemahaman (C2), Proses berfikir penerapan/Aplikasi (C3), proses berfikir analisis, sintesis, evaluasi (C4,5,6). Kemudian sebagai umpan 5


balik dari hasil testing dosen memberikan kuisioner untuk memperoleh masukan dari mahasiswa yang berguna untuk memperbaiki pelaksanaan proses belajar mengajar selanjutnya baik dari segi materi maupun metode. Untuk mengukur tingkat pemahaman diberikan pertanyaan multiple choice kepada mahasiswa, kemudian mencocokkan jawaban dengan kunci jawaban yang disediakan dosen kemudian hitunglah jawaban yang benar. Kemudian gunakan rumus untuk mengetahui tingkat pemahaman materi:

Jumlah jawaban yang benar x 100 % Tingkat Penguasaan = ----------------------------------------------Jumlah keseluruhan soal

6


Apabila tingkat pemahaman mahasiswa dalam memahami materi mencapai: 91 – 100 %

Amat baik

81 – 100%

Baik

71 - 80%

Cukup Baik

61 - 70%

Kurang

Apabila tingkat pemahaman belum mencapai 81% (kategori baik) disarankan untuk mengulangi materi kuliah.

7


BAB I PENGANTAR PENYULUHAN DAN KOMUNIKASI PERIKANAN Standar Kompetensi Mata kuliah: Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian penyuluhan dan komunikasi perikanan. Kompetensi dasar mata kuliah: a) Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian penyuluhan perikanan. b) Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian komunikasi perikanan

8


1.1. Pengertian Penyuluhan

Istilah penyuluhan bervariasi menurut bidang terapannya, karena itu, perlu didiskusikan juga asal mula penyuluhan dan pemisahan wilayah kerjanya. Dalam buku ini pengertian dan ruang lingkup penyuluhan memberi tekanan khusus pada penyuluhan perikanan. Penyuluhan merupakan disiplin ilmu terapan sehingga penerapannya dibicarakan secara mendalam pada buku ini. Pada bab ini akan kita bahas makna istilah ‘penyuluhan’ dari berbagai referensi. Dalam buku ‘Concepts and practices in agricultural extension in developing countries’ karya Ranjitha Puskur et al (2008) yang diterbitkan oleh International Livestock Research Institute menyimpulkan pengertian penyuluhan sebagai berikut:

9


10


a. Penyuluhan dapat didefinisikan

sebagai

ilmu

yang

membuat orang inovatif untuk perbaikan berkelanjutan dalam kualitas hidup mereka (Ray, 1998).

b. Penyuluhan

secara

tradisional

didefinisikan

sebagai

penyampaian informasi dan teknologi kepada petani. Ini mengarah pada model transfer teknologi perpanjangan, dilihat oleh banyak orang sebagai tujuan utama pertanian perpanjangan (Moris 1991). Hal ini didasarkan pada gagasan bahwa pengetahuan dan informasi 'modern' ditransfer

melalui

agen

penyuluhan

kepada

petani

penerima.

c. Swanson

dkk.

(1997)

mendefinisikan

'penyuluhan'

pertanian, seperti memperluas informasi pertanian yang relevan kepada orang-orang.

d. Bank Dunia mendefinisikan penyuluhan sebagai proses membantu petani untuk menyadari dan mengadopsi teknologi yang lebih baik dari sumber manapun dalam 11


meningkatkan

efisiensi

produksi,

pendapatan

dan

kesejahteraan mereka '(Purcell dan Anderson 1997).

1.1.1. Pengertian Dasar

Menurut sejarah dan perkembangannya penyuluhan pertanian pertama kali dilakukan pada abad 19 oleh Universitas Oxford dan Cambridge pada sekitar tahun 1985 (Swanson, 1997. Dalam perjalanannya Van den Ban (1985) mencatat beberapa istilah seperti di Belanda disebut voorlichting, di Jerman lebih dikenal sebagai “advisory work” (beraturng),

vulgarization

(Perancis),

dan

capacitacion

(spanyol). Roling (1988) mengemukakan bahwa Freire (1973) pernah melakukan protes terhadap kegiatan penyuluhan yang lebih bersifat top-down. Karena itu kemudian dia menawarkan beragam istilah pengganti extension seperti: animation, mobilization, conscientisation. Di Malaysia, digunakan istilah perkembangan sebagai terjemahan dari exstention dan di Indonesia menggunakan istilah penyuluhan sebagai terjemahan dari voorlichting. Penggunaan istilahn “penyuluhan” di Indonesia akhir-akhir ini 12


semakin semarak. Pemicunya adalah karena penggunaan istilah penyuluhan dirasa semakin kurang diminati atau kurang dihargai oleh masyarakat. Hal ini disebabkan karena penggunaan istilah penyuluhan yang kurang tepat, terutama oleh banyak kalangan yang sebenarnya “tidak memahami” esensi makna yang terkandung dalam istilah penyuluhan itu sendiri. Dilain pihak, seiring dengan perbaikan tingkat pendidikanmasyarakatdan kemajuan tekonologi informasi, peran penyuluhan semakain menurun disbanding sebelum dasawarsa delapan puluhan. Pada tahun 1998, Mardikanto menawarkan penggunaan istilah edfikasi, yang merupakan akronim dari fungsi-fungsipenyuluhan yang meliputi: edukasi, diseminasi

inovasi,

fasilitasi,

konsultasi,

supervise,

pemantauan dan evaluasi. (Mardikanto, 2009). Berikut adalah pemahaman penyuluhan menurut Mardikanto:

1.1.2. Penyuluhan

Sebagai

Proses

Penyebar

Luasan

Informasi Sebagai terjemahan dari kata “exstension”, penyuluhan dapat diartikan sebagai proses penyebarluasan yang dalam hal 13


ini, merupakan penyebarluasan informasi tentang ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang dihasilkan oleh perguruan tinggi ke dalam praktek atau kegiatan praktis. Implikasi dari pengertian ini adalah : ✓ Sebagai agen penyebaran informasi, penyuluh tidak boleh hanya menunggu aliran informasi dari sumber-sumber informasi (peneliti, pusat informasi, institusi pemerintah, dll) melainkan harus secara aktif berburu informasi yang bermanfaat dan atau dibutuhkan oleh masyarakat yang menjadi kliennya. Dalam hubungan ini, penyuluh harus mengoptimalkan pemanfaatan segala sumberdaya yang dimiliki serta segala media/saluran informasi yang dapat digunakan

(media-massa,

internet,

dll)

agar

tidak

ketinggalan dan tetap dipercaya sebagai sumber informasi “baru” oleh kliennya. ✓ Penyuluh harus aktif untuk menyaring informasi yang diberikan atau yang diperoleh kliennya dari sumber-sumber yang lain, baik yang menyangkut kebijakan, produk, metoda, nilai-nilai perilaku, dan lain-lain. Hal ini penting, Karena disamping

dari

penyuluh, 14

masyarakat

juga

sering


memperoleh informasi/inovasi dari sumber-sumber lain (aparat pemerintah, produsen/pelaku bisnis, media-massa, dan

lain-lain)

yang

tidak

selalu

“benar”

dan

bermanfaat/menguntungkan masyarakat/kliennya. ✓ Penyuluh perlu memperhatikan, informasi baik yang berupa “kearifan tradisional” maupun “endegenuous technology”. Hal ini penting, karena informasi yangb berasal dari dalam, disamping telah teruji oleh waktu, juga telah sesuai dengan kondisi fisik, teknis, ekonomis, social/budaya, maupun kesesuaian dengan kebutuhan penegmbangan komunitas setempat. ✓ Pentingnya informasi yang menyangkut hak-hak politik masyarakat,

disamping

inovasi

teknologi,

kebijakan,

manajemen dan lain-lain. Hal ini penting untuk pelaksanaan kegiatan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat sering kali bergantung kepada kemauan dan keputusan politik.

1.1.3. Penyuluhan Sebagai Prosen Penerangan / Pemberian penjelasan. Penyuluhan yang berasal dari kata dasar “sulh” atau obor, sekaligus sebagai terjemahan dari kata “voorlichting” dapat 15


diartikan sebagai kegiatan penerangan. Sehingga penyuluhan juga sering diartikan sebagai kegiatan penerangan. Sebagai proses penerangan, kegiatan penyuluhan tidak saja berbatas pada memberikan penerangan, tetapi juga menjelaskan

mengenahi

segala

informasi

yang

ingin

disampaikan kepada kelompok yang akan menerima manfaat penyuluhan (beneviciaries), sehingga mereka benar-benar memahaminya seperti yang dimaksudkan oleh penyuluh. Terkait dengan istilah penerangan, penyuluhan yang dilakukan oleh penyuluh tidak boleh hanya bersifat “searah” melainkan harus diupayakan berlangsungnya komunikasi “timbal balik” yang memusat (convergence) sehingga penuluh juga dapat memahami aspirasi masyarakat. Hal ini penting agar penyuluhan yang dilakukan tidak bersifat “pemaksaan kehendak” (endoktrinasi, agitasi dan lain-lain) melainkan tetap menjamin hubungan yang harmonis antara penyuluh dengan masyarakat.

1.1.4. Penyuluhan Sebagai Proses Perubahan Perilaku Dalam perkembangannya, pegertian tentang penyuluhan

16


tidak sekadar diartikan sebagai kegiatan penerangan, yang bersifat searah dan pasif.akan tetapi penhyuluhan adalah proses aktif yang memerlukan interaksi antar penyuluh dan yang disuluh agar terbangun proses perubahan “perilaku” (behavior) yang merupakan pewujudan dari: pengetahuan, sikap, dan ketrampilan seseorang yang dapat diamati oleh orang lain baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Dengan kata lain, kegiatan penyuluhan tidak berhenti pada “penyebarluasan informasi dan memberikan penerangan akan tetapi merupakan proses yang dilakukan secara terus menerus sampai terjadinya perubahan perilaku yang ditunjukkan oleh penerima manfaat penyuluhan.

Sebagai contoh: Pada penyuluhan penggunaan pupuk terhadap tanaman tertentu, kegiatan penyuluhan tidak boleh hanya berhenti pada pemberian penerangan atau penjelasan kepada petani, tetapi harus dilakukan terus-menerus sampai petani tersebut mau menggunakan, bahkan secara mandiri mau berswadaya untuk 17


membeli pupuk tersebut. Implikasi dari perubahan perilaku ini adalah:

1) Harus diingat bahwa, perubahan perilaku yang diharapkan

adalah

tidak

hanya

terbatas

pada

masyarakat yang menjadi sasaran utama penyuluhan, tetapi penyuluhan harus mampu merubah perilaku semua stakeholder pembangunan, terutama aparat pemerintah selaku pengambil keputusan, pakar, peneliti,

pelaku

bisnis,

aktivis

LSM,

tokoh

masyarakat dan stakeholder pembangunan yang lainnya. 2) Perubahan perilaku yang terjadi , tidak terbatas atau berhenti setelah masyarakat mengadopsi (menerima, menerapkan, mengikuti) informasi yang disampaikan, tetapi juga termasuk untuk selalu siap untuk melakukan perubahan-perubahan terhadap inovasi yang sudah diyakininya, manakala ada informasi baru yang

lebih

bermanfaat

kesejahteraannya.

18

bagi

perbaikan


3) Dari contoh penyuluhan pemupukan diatas, kegiatan penyuluhan tidak berhenti sampai pada tumbuhnya swadaya

masyarakat

untuk

menggunakan

dan

membeli pupuk tetapi juga kesiapannya untuk menerima pupuk baru sebagai pengganti pupuk yang disuluhkan. 4) Perubahan perilaku yang dimaksudnkan tidak terbatas pada kesediaannya untuk menerapkan inovasi yang ditawarkan,

tetapi

yang

lebih

penting

dari

kesemuanya itu adalah kesediaannya terus untuk belajar sepanjang kehidupannya secara berkelanjutan (life long education).

1.1.5. Penyuluhan Sebagai Proses Belajar Penyuluhan sebagai proses pendidikan atau proses belajar diartikan bahwa, kegiatan penybar luasan informasi dan penjelasan yang diberikan dapat merangsang terjadinya proses perubahan perilaku yang dilakukan melalui proses pendidikan atau kegiatan belajar. Artinya perubahan perilaku yang terjadi berlngsung melalui proses belajar. 19


Berbeda dengan perubahan perilaku yang dilakukan bukan melalui pendidikan, perubahan perilaku melalui proses belajar biasanya berlangsung lebih lambat akan tetapi perubahannya relative lebih kekal. Perubahan seperti itu baru akan melintur kembali manakala ada pengganti yang dapat menggantikan yang memiliki keunggulan baru. Penyuluhan sebagai proses pendidikan,

dalam

konsep

“akademik”dapat

mudah

dimaklumi, tetapi dalam praktek kegiatan perlu dijelaskan lebih lanjut. Sebab pendidikan disini tidak berlangsung vertical yang lebih bersifat meggurui tetapi merupakan pendidikan orang dewasa yang berlangsung horizontal dan lateral(Mead,

1959)

yang

lebih

bersifat

partisipatif.

Keberhasilan penyuluh tidak diukur dari seberapa banyak ajaran yang disampaikan tetapi seberapa jauh terjadi proses belajar bersama yang dialogis, yang mampu menumbuhkan kesadaran atau sikap, pengetahuan, dan keterampilan baru yang mampu mengubah perilaku kelompok sasarannya kearah kegiatannya dan kehidupan yang lebih menyejahterakan.

20


1.1.6. Penyuluhan Sebagai Proses Perubahan Sosial SDC (1995) menyatakan bahwa penyuluhan tidak sekedar merupak proses perubahan perilaku pada diri seseorang, tetapi merupakan proses perubahan sosial yang mencakup banyak aspek. Yang dimaksud perubahan sosial tidak saja perubahan (perilaku) yang berlangsung pada diri seseorang, tetapi juga perubahan antar individu dalam masyarakat, termasuk struktur, nilai-nilai dan

pranata

soaialnya.

1.1.7. Penyuluhan Sebagai Proses Rekayasa Soaial (Social Engineering) Penyuluhan juga sering disebut sebagai proses rekayasa soaial atau segala upaya yang dilakukan untuk menyiapkan sumberdaya mansia agar mereka tau, mau dan mampu melaksanakan peran sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya dalam system soaialnya masing-masing. Rekayasa social yang pada dasarnya dimaksudkan untuk memperbaiki kehidupan 21


dan kesejahteraan kelompok-kelompok seringkali dapat berakibat negative, sementara masyarakat dijadikan korban pemenuhan kehendak perekayasa.

1.1.8. Penyuluhan Sebagai Proses Pemasaran Sosial (Social marketing) Pemasaran social adalah penerapan konsep dan atau teori pemasaran dalam prosesperubahan social. Berbeda dengan rekayasa sosial yang lebih berkonotasi untuk membentuk atau menjadikan masyarakat menjadi sesuatu yang baru sesuai dengan yang dikehendaki. Dalam rekaysa social proses pengambilan keputusan sepenuhnya berada di tangan perekayasa, pengambiulan keputusan dalam pemasaran social sepenuhnya berada di tangan masyarakat. Perbedaan yang hakiki disini adalah masyarakat dapat menawar bahkan menolak segala sesuatu yang dinilai tidak bermanfaat. 1.1.9. Penyuluhan

Sebagai

Proses

Pemberdayaan

Masyarakat (Community Empowerment) Margono Slamet (2000) menegaskan bahwa inti dari kegiatan

penyuluhan

adalah 22

untuk

memberdayakan


masyarakat. Dalam konsep pemberdayaan tersebut terkandung pemahaman

bahwa

pemberdayaan

tersebut

diarahkan

terwujudnya masyarakat yang madani dan mandiri dalam pngertian dapat mengambil keputusan bagi kesejahteraannya sendiri.

Pe,berdayaan

masyarakat

dimaksudkan

untuk

memperkuat kemampun masyarakat agar mereka dapat berpartisipasi

secara

aktif

dalam

keseluruhan

prosen

pembangunan.

1.1.10.

Penyuluhan Sebagai Proses Penguatan Kapasitas (Capacity Strenghtening)

Penguatan kapasitas merupakan penguatan kemampuan yang dimiliki leh setiap indifidu dalam suatu masyarakat. Kemampuan atau kapasitas masyarakat diartikan sebagai daya atau kekuatan yang dimiliki oleh setiap indifidu dan masyarakat untuk memoilisasi dan memanfaatkan sumberdaya yang dimiliki. Penguatan masyarakat memiliki makna ganda yang bersifat timbal balik. Penguatan diarahklan untuk melebih mampukan individu agar lebih mampu untuk berperan di dalam kelompok dan masyarakat global. Sebaliknya penguatan masyarakat diarahkan untuk melihat 23


peluang yang berkembang di lingkungan kelompok dan masyarakat global agar dapat dimanfaatkan bagi perbaikan kehidupan pribadi, kelompok dan masyarakat global (UNDP, 1998).

1.1.11.

Penyuluhan

Sebagai

Proses

Komunikasi

Pembangunan Penyuluhan tidak sekedar upaya untuk menyampaikan pesan-pesan pembangunan tetapi lebih penting adalah untuk menumbuh

kembangkan

partisipasi

masyarakat

dalam

pembangunan (Mardi Kanto, 1987) Dalam pengertian menumbuh kembangkan terdapat upayaupaya untuk :

a) Menyadarkan masyarakat agar mau berpartisipasi secara suka rela dan bukan karena paksaan. b) Meningkatkan kemampuan masyarakat agar mampu (fisik, inteligensia, ekonomis dan non ekonomis) 24


c) Menunjukan adanaya kesempatan ang diberikan kepada masyarakat untuk berpartisipasi. Partisipasi tidak hanya sebatas pada kesediaan untuk berkorban tetapi

berpartisipasi

dalam

keseluruhan

proses

pembangunan, perencanaan kegiatan, pelaksanaan kegiatan, pemantauan dan evaluasi.

1.2. Pengertian Komunikasi Istilah

komunikasi

atau

dalam

bahasa

Inggris

communication berasal dari kata latin communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama di sini maksudnya adalah sama makna. Komunikasi adalah proses pernyataan antar manusia, dan yang dinyatakannya itu adalah pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa sebagai penyalurnya. Dalam arti kata bahwa komunikasi itu minimal harus mengandung kesamaan makna antara dua pihak yang terlibat. Dikatakan minimal karena kegiatan komunikasi tidak hanya informatif, yakni agar orang lain mengerti dan tahu, tetapi juga persuasif, yaitu agar orang lain bersedia menerima suatu paham atau

25


keyakinan, melakukan suatu perbuatan atau kegiatan (Effendi, Onong Uchjana, 1995: 9). komunikasi sering kali mengutip paradigma yang dikemukakan oleh Harold Lasswell dalam karyanya, The Structure and Function of Communication in Society. Paradigma Laswell menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur yakni: Komunikator, Pesan, Media, Komunikan, dan Efek. Jadi, menurut Lasswell dalam Effendy, Onong Uchjana(1995:

10)

bahwa

komunikasi

adalah

proses

penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu. Dengan demikian komunikasi terjadi apabila terdapat kesamaan makna mengenai suatu pesan yang disampaikan oleh komunikator dan diterima oleh komunikan. Jika tidak terjadi kesamaan makna antara komunikator dan komunikan, dengan kata lain jika komunikan tidak mengerti pesan yang tidak diterimanya, maka komunikasi tidak terjadi. Dalam rumusan lain, situasi tidak komunikatif. Menurut Fisher dalam Arifin, Anwar(1995: 20), menyatakan bahwa tidak ada persoalan

sosial

dari

waktu

komunikasi. 26

yang

tidak

melibatkan


Menurut Schramm (1977) proses komunikasi diartikan sebagai proses penggunaan pesan oleh dua orang atau lebih, dimana semua pihak saling berganti peran sebagai pengirim dan penerima pesan, sampai ada saling pemahaman atas pesan yang disampaikan oleh semua pihak.Oleh karena itu, model komunikasi tidak lagi bersifat garis-lurus (linier), tetapi bersifat memusat (convergence), seperti yang dapat kita bandingkan pada gambar dibawah ini: Tentang mdoel komunikasi memusat, Koncald (1979) menjelaskan adanya komponen dasar dari model komunikasi tersebut yang menekankan pada adanya tiga unsur pokok, yaitu realita fisik, realita psikologis, dan realita sosial yang akan dihadapi oleh semua pihak yang berkomunikasi. Dalam kaitan dengan komunikasi pertanian, maka upaya yang

perlu

mendapatkan

perhatian

adalah

bagaimana

melakukan komunikasi dengan petani-petani kecil dengan segala keterbatasan yang mereka miliki, agar pesan yang disampaikan melalui komunikasi pertanian dapat diserap dan selanjutnya diterapkan dalam usahatani mereka. Dengan demikian, peranan komunikasi perikanan terhadap kehidupan

27


nelayan kecil di Indonesia adalah sangat penting dalam meningkatkan kesejahteraan hidup nelayan dan keluarganya. Secara umum, komunikasi sering diartikan sebagai: “suatu proses penyampaian pesan dari sumber ke penerima” (Berlo, 1960). Tetapi dalam praktek, proses komunikasi tidak hanya terhenti setelah pesan disampaikan atau diterima oleh penerimanya. Sebab, setelah meneri-ma pesan, penerima memberikan tanggapannya kepada sumber/pengi-rim pesan untuk kemudian proses komunikasi tersebut terus berlangsung, di mana pengirim dan penerima pesan saling berganti peran (penerima menjadi pengirim dan pengirim menjadi penerima). Proses komunikasi tersebut baru berhenti jika penerima telah memberikan tanggapan yang dapat dimengerti oleh pengirimnya, baik tanggapan tersebut sesuai atau pun tidak sesuai dengan yang dikehendaki oleh pengirimnya. Dengan demikian, proses komunikasi oleh Schramm (1977) diartikan sebagai: “proses penggunaan pesan oleh dua orang atau lebih, dimana semua pihak saling berganti peran sebagai pengirim dan penerima pesan, sampai ada saling pemahaman atas pesan yang disampaikan oleh semua pihak.” 28


Komunikasi pembangunan dalam arti luas adalah meliputi peran dan fungsi komunikasi (sebagai suatu aktivitas) pertukaran pesan secara timbal balik) di antara semua pihak yang terlibat dalam pembangunan, terutama antara masyarakat dan pemerintah, sejak dari proses perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian terhadap pambangunan (Nasution, 1988). Selanjutnya,

dikatakan

dalam

arti

sempit

kotnunikasi

pernbangunan merupakan segala upaya dan cara serta teknik penyampaian

gagasan

dan

keterampilan-keterampilan

pembangunan yang berasal dari pihak yang memprakarsai pembangunan, dan ditujukan pada masyarakat luas. Menurut Schramm (1985) tugas komunikasi dalam perubahan sosial adalah: 1) Menyampaikan

informasi

kepada

masyarakat

pembangunan nasional, 2) Memberikan kesempatan kepada individu-individu dalam masyarakat untuk mengambil bagian secara aktif dalam proses pengambilan keputusan, 3) Tugas

mendidik

masyarakat,

seperti

diajarkan

caramembaca, cara bertani dan sebagainya. Sebagai pemberi

informasi

dan 29

sebagai

pendidikdapat


dilakukan oleh media massa, sedangkan dalam fungsinya sebagai penunjang dalam pengambilan keputusan

diperlukan

intensitas

komunikasi

interpersonal (Marzuki Noor, 2008).

1.3. Peran Komunikasi Menurut Mardikanto (2009) bahwa secara tradisional, pesan-pesan penyuluhan didasarkan pada pengalaman nelayan dan/atau hasil temuan penelitian. Di banyak Negara, kebijakan pemerintah

semakin

berpengaruh

dalam

pengambilan

keputusan oleh nelayan. Biasanya pemerintah memiliki Departemen Penerangan yang bertanggungjawab dalam menjembatani komunikasi antara pemerintah dan rakyat sehubungan dengan kebijakankebijakan tersebut. Kerja sama dan pembagian tugas antara departemen penerangan dan dinas penyuluhan perikanan dapat diorganisasi dalam berbagai cara, tergantung pada tradisi dan situasi nasionalnya. Kejelasan peran sangat diperlukan untuk mengkomunikasikan kebijakan-kebijakan pemerintah yang penting bagi petani.

30


Peran-peran yang dimaksud meliputi : a)

Membantu

berbagai

pelaku

menyadari

persoalan-persoalan

yang

terlibat

yang

untuk

membutuhkan

kebijakan dari pemerintah dan membantu mereka mendefinisikan persoalan-persoalan tersebut sejelas dan seakurat mungkin b)

Menganalisis

berbagai

pemecahan

masalah

yang

mungkin diambil

beserta

akibat-akibat

yang

mungkin

ditimbulkannya. Untuk itu, kita perlu mengetahui siapa yang memiliki informasi mengenai penyebab masalah dan akibatnya. c)

Menentukan pilihan pemecahan masalah, yang biasanya memerlukan negosiasi, tetapi harus ditentukan siapa saja yang boleh memainkan peran tertentu dalam proses negosiasi tersebut

d)

Menginormasikan kepada para pelaku yang terkait keputusan-keputusan kebijakan, misalnya peraturan dan tata tertib baru, dan peranan-peranan yang diharapkan akan mereka mainkan dalam penerapan keputusan itu.

31


e)

Memantau apakah kebijakan-kebijakan tersebut sudah terlaksana sesuai rencana, dan mengevaluasi sejauh mana kebijakan-kebijakan itu justru menimbulkan persoalanpersoalan baru.

Proses-proses komunikasi

yang diperlukan tersebut

tergantung pada sifat proses pembuatan kebijakannya. Dalam proses itu mungkin hanya sedikit saja pegawai negeri dan politisi yang terlibat, tetapi leih banyak mereka yang bersangkut paut dengan proses ini diizinkan untuk turut berpartisipasi dalam proses tersebut. Organisasi penyuluhan tentu saja tidak sepantasnya untuk mengharapkan

“peranan

yang

menentukan”

dalam

menerapkan peraturan karena dengan mengambil keputusan drastic itu, mereka akan kehilangan kepercayaan dari nelayan sehingga menyebabkan peranan agen penyuluhan menjadi tidak efektif. Organisasi penyuluhan hanya dapat memainkan peranan yang berhubungan dengan kebijakan pemerintah

32


apabila memiliki kaitan erat dengan pembuat kebijakan dan pelaku-pelaku lain yang terlibat . Dalam proses komunikasi terdapat lima komponen atau unsur penting dalam komunikasi yang harus kita perhatikan yaitu: sender, massage, delivery channel atau media, receiver dan

efect/umpan

balik

(feedback).

Melalui

proses

komunikasi, sikap dan perasaan seseorang atau sekelompok orang dapat dipahami oleh pihak lain. Akan tetapi, komunikasi

hanya

akan

efektif

apabila

pesan

yang

disampaikan dapat ditafsirkan sama oleh penerima pesan tersebut. Secara sederhana menurut Tubbs dan Moss (1996) komunikasi

dikatakan

efektif

bila

orang

berhasil

menyampaikan apa yang dimaksudkannya. Sebenarnya ini hanya salah satu ukuran bagi efektivitas komunikasi. Secara umum, komunikasi dikatakan efektif bila rangsangan yang disampaikan dan yang dimaksudkan oleh pengirim atau sumber berkaitan erat dengan rangsangan yang ditangkap dan dipahami oleh penerima.

1.3.1 Syarat Komunikasi Efektif 33


Syarat utama dalam komunikasi efektif adalah karakter yang kokoh yang dibangun dari fondasi integritas pribadi yang kuat, disertai dengan kepercayaan pada orang lain. Covey mengusulkan ada enam hal utama yang dapat menambah kekuatan emosi dalam menjalin hubungan dengan sesama yaitu : a) Berusaha benar-benar mengerti orang lain Mengerti orang lain adalah dasar dari apa yang disebut emphatetic communication (komunikasi empatik). Ketika berkomunikasi dengan orang lain, kita mungkin mengabaikan orang itu dengan tidak serius membangun hubungan yang baik. Kita mungkin berpura-pura. Kita mungkin secara selektif berkomunikasi pada saat kita memerlukannya, atau kita membangun komunikasi yang atentif (penuh perhatian) tetapi tidak benar-benar berasal dari dalam diri kita. Bentuk komunikasi tertinggi adalah komunikasi empatik, yaitu melakukan komunikasi untuk terlebih dahulu mengerti orang lain – memahami karakter dan maksud/tujuan atau peran orang lain. Kebaikan dan sopan santun yang kecil-kecil begitu penting dalam suatu hubungan – hal-hal yang kecil adalah halhal yang besar. 34


b) Memenuhi komitmen atau janji Dalam membangun komunikasi yang efektif maka point penting adalah memenuhi komitmen atau janji sebab komitmen dan janji merupakan ujung dari keberhasilan membangun komunikasi, dari awal membangun komunikasi kita harus memberikan kesan yang baik kepada lawan bicara atau sasaran dengan tidak melanggar komitmen dan menepati janji yang telah disepakati. c) Menjelaskan harapan Penyebab dari hampir semua kesulitan dalam hubungan berakar di dalam harapan yang bertentangan atau berbeda sekitar peran dan tujuan. Harapan harus dinyatakan secara eksplisit. d) Meminta maaf e) Integritas Integritas merupakan fondasi utama dalam membangun komunikasi yang efektif. Karena tidak ada persahabatan atau teamwork tanpa ada kepercayaan (trust), dan tidak akan ada kepercayaan tanpa ada integritas. Integritas mencakup hal-hal yang lebih dari sekadar kejujuran (honesty). Kejujuran 35


mengatakan kebenaran atau menyesuaikan kata-kata kita dengan realitas. Integritas adalah menyesuaikan realitas dengan kata-kata kita. Integritas bersifat aktif, sedangkan kejujuran bersifat pasif. Setelah kita memiliki fondasi utama dalam membangun komunikasi yang efektif, maka hal berikut adalah kita perlu memperhatikan adalah REACH merupakan lima hukum komunikasi yang efektif yang dikembangkan dan rangkum dalam satu kata yang mencerminkan esensi dari komunikasi itu sendiri. Karena sesungguhnya komunikasi itu pada dasarnya adalah upaya bagaimana kita meraih perhatian, cinta kasih, minat, kepedulian, simpati, tanggapan, maupun respon positif dari orang lain. a. Respect Hukum pertama dalam mengembangkan komunikasi yang efektif adalah sikap menghargai setiap individu yang menjadi sasaran pesan yang kita sampaikan. Rasa hormat dan saling menghargai merupakan hukum yang pertama dalam kita berkomunikasi dengan orang lain. b. Empathy 36


Empati adalah kemampuan kita untuk menempatkan diri kita pada situasi atau kondisi yang dihadapi oleh orang lain. Salah satu prasyarat utama dalam memiliki sikap empati adalah kemampuan kita untuk mendengarkan atau mengerti terlebih dulu sebelum didengarkan atau dimengerti oleh orang lain. Dengan memahami dan mendengar orang lain terlebih dahulu, kita dapat membangun keterbukaan dan kepercayaan yang kita perlukan dalam membangun kerjasama atau sinergi dengan orang lain. c. Audible Makna dari audible antara lain: dapat didengarkan atau dimengerti dengan baik. Jika empati berarti kita harus mendengar terlebih dahulu ataupun mampu menerima umpan balik dengan baik, maka audible berarti pesan yang kita sampaikan dapat diterima oleh penerima pesan. Hukum ini mengatakan bahwa pesan harus disampaikan melalui media atau delivery channel sedemikian hingga dapat diterima dengan baik oleh penerima pesan. Hukum ini mengacu pada kemampuan kita untuk menggunakan berbagai media maupun perlengkapan atau alat bantu audio visual yang akan membantu kita agar pesan yang kita sampaikan dapat diterima 37


dengan baik. Dalam komunikasi personal hal ini berarti bahwa pesan disampaikan dengan cara atau sikap yang dapat diterima oleh penerima pesan. d. Clarity Selain bahwa pesan harus dapat dimengerti dengan baik, maka hukum keempat yang terkait dengan itu adalah kejelasan dari pesan itu sendiri sehingga tidak menimbulkan multi interpretasi atau berbagai penafsiran yang berlainan. Kesalahan penafsiran atau pesan yang dapat menimbulkan berbagai penafsiran akan menimbulkan dampak yang tidak sederhana. e. Humble Hukum kelima dalam membangun komunikasi yang efektif adalah sikap rendah hati. Sikap ini merupakan unsur yang terkait dengan hukum pertama untuk membangun rasa menghargai orang lain, biasanya didasari oleh sikap rendah hati yang kita miliki. Sikap menghargai, mau mendengar dan menerima kritik, tidak sombong dan memandang rendah orang lain, berani mengakui kesalahan, rela memaafkan, lemah

lembut

dan

penuh

pengendalian

mengutamakan kepentingan yang lebih besar. 38

diri,

serta


Jika komunikasi yang kita bangun didasarkan pada lima hukum pokok komunikasi yang efektif ini, maka kita dapat menjadi seorang komunikator yang handal dan pada gilirannya dapat membangun jaringan hubungan dengan orang lain yang penuh dengan penghargaan (respect), karena inilah yang dapat membangun hubungan jangka panjang yang saling menguntungkan dan saling menguatkan.

1.3.2 Prinsip Dasar Yang Mempengaruhi Komunikasi Ada bebrapa prinsip dasar yang dapat mempengaruhi komunikasi, adapun faktor tersebut sebagai berikut : 1. Faktor teknis Faktor yang bersifat teknis yaitu kurangnya penguasaan teknis komunikasi. Teknik komunikasi mencakup .unsurunsur yang ada dalam komunikator dikala mengungkapkan pesan menjadi lambang-lambang.kejelian dalam memilih saluran, metode penyampaian pesan. 2. Faktor perilaku Bentuk dari perilaku yang dimaksud adalah perilaku komunikan yang bersifat: pandangan yang bersifat apriori, prasangka yang didasarkan atas emosi, suasana yang otoriter, 39


ketidak mampuan untuk berubah vvalaupun salah, sifat yang egosentris. 3. Faktor situasional Kondisi dan situasi yang menghambat komunikasi misalnya situasi ekonomi, sosial, politik dan keamanan

4. Keterbatasan waktu Sering

karena

keterbatasan

waktu

orang

tidak

berkomunikasi, atau berkomunikasi secara tergesa-gesa, yang tentunya tidak akan bisa memenuhi persyaratan-persyaratan komunikasi.

5. Jarak Psychologis/status social Jarak psychologis

biasanya terjadi akibat adanya

perbedaan status, yaitu status sosial maupun status dalam pekerjaan.

Misalnya,

seorang

pesuruh

akan

sulit

berkomunikasi dengan seorang menteri karena ada jarak psichologis yaitu pesuruh merasa statusnya terlalu jauh terhadap menteri. Selanjutnya, ada orang yang hanya ingin mendengar informasi yang dia senangi saja, sedangkan informasi lainnya tidak. 40


6. Adanya evaluasi terlalu dini Seringkali orang sudah mempunyai prasangka, atau sudah

menarik

suatu

kesimpulan

sebelum

menerima

keseluruhan informasi atau pesan. Hal ini jelas menghambat komunikasi yang baik. 7. Lingkungan yang tidak mendukung Komunikasi

interpersonal

akan

lebih

efektif

jika

dilakukan dalam lingkungan yang menunjang, berikut ini beberapa contoh suasana lingkungan yang tidak menunjang atau mendukung yaitu : •

Keadaan suhu (terlalu panas atau terlalu dingin)

Keadaan ribut atau bising

Lingkungan fisik yang tidak mendukung (ruang terlalu sempit/ kurang keleluasaan pribadi)

8. Keadaan si komunikator Keadaan

fisik

dan

perasaan

komunikator

sangat

berpengaruh terhadap berhasil atau gagalnya komunikasi. Misalnya : •

Komunikator sedang mempunyai masalah pribadi hingga pikiran kacau. Hal ini akan mengakibatkan pesan yang 41


disampaikannya juga kacau, tidak sistematis hingga membingungkan pendengar/sasaran. •

Komunikator

sedang

sakit,

juga

mempengaruhi

komunikasi, atau kalau komunikator mempunyai cacat seperti suara sengau. gagap dan sebagainya akan mengakibatkan pesan yang disampaikan tidak jelas tertangkap oleh sasaran.

9. Gangguan bahasa •

Komponen semantik: Gangguan semantik ialah gangguan komunikasi yang disebabkan karena kesalahan pada bahasa yang digunakan. Gangguan semantik sering terjadi karena: a) Kata-kata yang digunakan terlalu banyak memakai jargon bahasa asing sehingga sulit dimengerti oleh khalayak tertentu. b) Bahasa yang digunakan pembicara berbeda dengan bahasa yang digunakan oleh penerima. 42


c) Komponen semantik meliputi, pengetahuan objek, hubungan objek, dan hubungan peristiwa •

Komponen Struktur Struktur bahasa yang digunakan tidak sebagaimana

mestinya sehingga membingungkan penerima. Komponen Struktur meliputi, fonologi, morfologi, dan sintaksis. •

Komponen Penggunaan / Pragmatik Komponen pragmatik meliputi fungsi dan konteks.

Penguasaan

akan

komponen

mengawali

komunikasi,

ini

menjadikan

memelihara

mampu

komunikasi

dan

mengakhiri komunikasi (M. Lahey, 1989).

10. Rintangan fisik Rintangan fisik adalah rintangan yang disebabkan karena kondisi geografis misalnya jarak yang jauh sehingga sulit dicapai, tidak adanya sarana kantor pos, kantor telepon, jalur transportasi dan semacamnya. Dalam komunikasi antar manusia rintangan fisik bisa juga diartikan karena adanya

43


gangguan organik, yakni tidak berfungsinya salah satu panca indra penerima. 1.4. Tujuan-Tujuan Organisasi Penyuluhan Terdapat beberapa perbedaan mencolok tentang rumusan tujuan dari berbagai organisasi penyuluhan. Dinas penyuluhan di Negara yang sedang menghadapi masalah kekurangan pangan yang serius sering diharapkan untuk meminimalkan masalah tersebut dengan cara meningkatkan produktifitas. Kebijakan seperti ini sekaligus diharapkan akan meningkatkan pendapatan

usaha

nelayan

sekalipun

berakibat

pada

penurunan harga bahan pangan. Oleh sebab itu, mereka memerintahkan agen-agen mereka untuk memberitahukan kepada nelayan tentang apa yang seharusnya mereka lakukan daripada membantu mereka menemukan jalan keluar bagi permasalahan mereka.

Beberapa

ilmuwan

social

percaya

bahwa

agen

penyuluhan harus selalu berpedoman pada cara yang disebutkan terakhir, sedangkan banyak agen penyuluhan

44


tergantung pada situasi yang ada. Dalam menentukan pilihan, harus dipertimbangkan beberapa hal berikut ini : ✓ Siapa yang berhak mengambil keputusan ? ✓ Siapa yang paling paham untuk mengambil keputusan ini ; dengan kata lain, siapa yang memiliki pengetahuan yang penting untuk mengambil keputusan ? ✓ Apa dampak dari pilihan yang dibuat oleh pengambil keputusan pada motivasi untuk merealisasikan keputusan tersebut dan pada perkembangan pribadi petani ? ✓ Apa hubungan antara program penyuluhan dan kebijakan pembangunan perikanan dari pemerintah ?

PERTANYAAN : 1. Berdasarkan materi yang sudah diuraikan diatas, apa yang anda ketahui tentang penyuluhan dan komunikasi, jelaskan secara ringkas dan tepat ? 2. Indonesia merupakan Negara Kepulauan, sehingga banyak penduduk Indonesia khususnya yang bermukim didaerah pesisir menggantungkan hidupnya dari sektor kelautan dan perikanan menunjukkan demikian besar peranan sektor kelautan dan perikanan dalam menopang 45


perekonomian, dapatkah anda jelaskan apa manfaat penyuluhan yang dilakukan kepada masyarakat pesisir terhadap

pembangunan

perekonomian

khususnya

kelautan dan perikanan? 3. Jelaskan manfaat penyuluhan terhadap nelayan?

REFERENSI Machmud SM. 2006. Penyuluhan Pertanian: Bahan Ajar Kuliah Ilmu penyuluhan. IPB. Mardikanto, Totok. 1992. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Surakarta: Sebelas Maret University Press. Soekartawi. 1988. Prinsip Dasar Komunikasi Pertanian. Universitas Indonesia: UI Press. Tubs,Steward L dan Sylvia Moss. 1996. Human communication. Prinsip-Prinsip Dasar. Terjemahan oleh Dedy Mulyana dan Gembirasari. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. http://adibfauzanh0712004.blogspot.co.id/2013/12/makalahpenyuluhan-dan-komunikasi.html

46


BAB II KONSEP DAN PRAKTEK PENYULUHAN KOMUNIKASI PERIKANAN Standar Kompetensi Mata Kuliah: Mahasiswa

mampu

memahami

konsep

dan

praktek

penyuluhan komunikasi perikanan

Kompetensi dasar mata kuliah:

a. Mahasiswa

dapat

menjelaskan

konsep

penyuluhan

komunikasi perikanan b. Mahasiswa dapat menjelaskan pendekatan penyuluhan dalam komunikasi perikanan c. Mahasiswa dapat menjelaskan model-model penyuluhan dalam komunikasi perikanan d. Mahasiswa dapat menjelaskan metode penyuluhan dalam komunikasi perikanan

47


2.1. Pendekatan Penyuluhan Komunikasi Perikanan

2.1.1. Definisi Pendekatan Pendekatan adalah esensi dari sebuah sistem penyuluhan pertanian. Pendekatan adalah gaya tindakan dalam suatu sistem dan mewujudkan filosofi sistem. Ini seperti sebuah doktrin untuk sistem, yang menginformasikan, menstimulasi dan memandu aspek sistem seperti struktur, kepemimpinan, program, sumber daya dan keterkaitannya. Setiap pendekatan dapat dicirikan oleh tujuh dimensi (Ranjitha Puskur, 2008): a. Masalah

yang

dominan

diidentifikasi

dimana

pendekatan ini diterapkan sebagai solusi strategis; b. Tujuannya dirancang untuk dicapai; c. Cara pengendalian perencanaan program dijalankan, dan hubungan antara mereka yang merencanakan program

pengendalian

kepada

mereka

yang

merupakan target utama program; d. Sifat petugas lapangan termasuk aspek-aspek seperti kerapatannya dalam kaitannya dengan klien, tingkat 48


pelatihan, sistem penghargaan, asal usul, jenis kelamin dan transfer;

e. Sumber daya yang dibutuhkan dan berbagai faktor biaya; f. Teknik penerapan khas yang digunakan; g. Bagaimana cara mengukur keberhasilannya.

2.1.2. Pendekatan Penyuluhan Bagian ini menjelaskan berbagai pendekatan penyuluhan yang

sedang

digunakan.

Apa

yang

perlu

dicatat,

bagaimanapun, adalah bahwa dalam praktik sebenarnya, setiap sistem penyuluhan pertanian, pada waktu tertentu, akan menekankan satu pendekatan ke pendekatan yang lain, namun biasanya memiliki beberapa karakteristik jenis lainnya. Dengan demikian, pendekatannya adalah tempat awal untuk gaya tindakan tertentu, bukan tempat akhir. Ini adalah ideologi esensial yang membedakan pendekatan tertentu dari orang lain. Juga masing-masing pendekatan

memiliki

kelebihan dan kekurangan tertentu. Karena semua pendekatan yang dijelaskan di sini hanyalah pendekatan yang berbeda 49


terhadap fenomena penyuluhan perikanan yang sama, ada beberapa karakteristik umum yang dapat mereka hadapi bersama. Sebagai contoh: ✓ semua berfungsi melalui pendidikan nonformal ✓ semua memiliki konten yang berhubungan dengan pertanian ✓ semua menggunakan teknik komunikasi dan alat bantu ✓ semua berusaha untuk meningkatkan kemampuan masyarakat pedesaan Penyuluhan hadir dalam berbagai ukuran dan bentuk, berikut

adalah

rangkuman

dari

berbagai

pendekatan

penyuluhan:

a) Pendekatan umum (The general Approach) Pendekatan ini mengasumsikan bahwa teknologi dan pengetahuan yang sesuai untuk masyarakat lokal ada namun tidak digunakan oleh mereka. Tujuannya adalah untuk membantu

petani/nelayan

meningkatkan

produksinya.

Pendekatan biasanya cukup terpusat dan dikendalikan oleh pemerintah. Perencanaan dilakukan secara nasional oleh 50


pemerintah pusat yang lebih tahu dari petani/nelayan. Ini adalah tipikal perencanaan top-down. Personel lapangan cenderung besar jumlahnya dan tinggi biaya, dengan pemerintah pusat menanggung sebagian besar biayanya. Tingkat adopsi dan peningkatan produksi nasional adalah rekomendasi penting sebagai ukuran keberhasilan. Sebuah survei terhadap program penyuluhan perikanan menunjukkan bahwa penyuluhan perikanan pada umumnya adalah bagian dari Kementerian Kelautan Perikanan, dengan petugas penyuluh lapangan berada di bawah hierarki dan menteri paling atas. Pendekatan ini tidak memiliki arus dua arah informasi. Gagal menyesuaikan pesan untuk setiap wilayah yang berbeda. Hanya petani/nelayan yang mencari saran dan ini cenderung merupakan petani kaya skala besar. Pendekatan ini memberi petani/nelayan informasi tentang sejumlah alternatif produksi dari satu sumber tunggal.

b) Pendekatan komoditas khusus (The commodity specialized approach) Karakteristik utama dari pendekatan ini mengelompokkan semua fungsi untuk perluasan produksi, penelitian, pasokan 51


input, pemasaran dan harga di bawah satu administrasi. Penyuluhan cukup terpusat dan berorientasi pada satu komoditas dan agen memiliki banyak fungsi. Perencanaan dikendalikan

oleh

organisasi

komoditas

untuk

tujuan

meningkatkan produksi komoditas tertentu. Personel ilmiah yang terlatih dilengkapi dengan kendaraan mahal dan peralatan ilmiah lapangan. Teknik keuntungan

yang

direkomendasikan

finansial

bagi

harus

petani/nelayan,

menghasilkan dan

dapat

ditunjukkan di wilayah nelayan lokal. Masukan baru harus dapat diakses, skema kredit ditetapkan, dan rasio antara input gerbang perikanan dan harga komoditas dipertimbangkan. Teknologi cenderung sesuai dan didistribusikan pada waktu yang tepat karena berfokus pada berbagai masalah teknis yang sempit.

Minat

petani/nelayan,

bagaimanapun,

mungkin

memiliki prioritas lebih kecil daripada organisasi produksi komoditas.

c) Pendekatan pelatihan dan kunjungan (The training and visit approach)

52


Pelatihan dan Kunjungan (T & V) adalah salah satu pendekatan yang paling baru diketahui, yang diadaptasi oleh semua negara Afrika Timur untuk mendukung pengembangan layanan penyuluhan negara pada awal tahun 1990an. Sistem pelatihan dan kunjungan (T & V) beroperasi di lebih dari 40 negara berkembang. Ini adalah sistem, yang menekankan kesederhanaan

dalam

kedua

tujuan

dan

operasi.

Ini

memberikan umpan balik terus menerus dari petani kepada agen penyuluhan dan staf peneliti; Hal ini memungkinkan penyesuaian terus menerus terhadap kebutuhan petani. Ini telah menyebar dengan cepat ke seluruh dunia karena ini dipandang sebagai sarana efektif untuk meningkatkan produksi pertanian dan alat yang fleksibel di semua tingkat operasi kementerian pertanian.

Tujuan pendekatan pelatihan dan kunjungan (sering disebut T & V) adalah untuk mendorong petani untuk meningkatkan produksi tanaman tertentu. Pendekatan yang cukup terpusat ini didasarkan pada jadwal kunjungan yang 53


direncanakan dengan ketat kepada petani dan pelatihan agen dan spesialis materi pelajaran. Tutup link dipertahankan antara penelitian dan penyuluhan. Agen hanya terlibat dalam transfer teknologi. Perencanaan dikendalikan oleh petugas lapangan dan lapangan cenderung banyak dan bergantung pada sumber daya pusat. Kesuksesan diukur dari segi kenaikan produksi tanaman tertentu yang tercakup dalam program ini. Pendekatan T & V lagi merupakan pendekatan top-down. Penekanannya adalah pada penyebaran praktik yang tidak efisien dan murah, dan mengajarkan para petani untuk memanfaatkan sumber daya yang ada dengan sebaikbaiknya. Ada tekanan pada pemerintah untuk mengaturnya kembali menjadi layanan yang lebih terintegrasi, dan mengirim petugas penyuluhan ke lapangan untuk bertemu dengan petani. Ini memberikan pengawasan teknis dan dukungan logistik yang lebih ketat, namun dengan biaya tinggi. Komunikasi dua arah aktual kurang dan ada sedikit fleksibilitas

54


d) Pendekatan pengembangan sistem pertanian/perikanan (The farming or fishing systems development approach) Pendekatan ini mengasumsikan bahwa teknologi yang sesuai

dengan

kebutuhan

petani/nelayan,

terutama

petani/nelayan skala kecil tidak tersedia dan perlu diproduksi secara lokal. Karakteristik utama dari jenis penyuluhan ini adalah sistem atau pendekatan holistik di tingkat lokal. Perencanaan berkembang perlahan dan mungkin berbeda untuk setiap ekosistem pertanian/perikanan agroklimatik. Pendekatan

ini

diimplementasikan

melalui

kemitraan

penelitian dan penyuluh menggunakan pendekatan sistem. Hubungan erat dengan penelitian diperlukan dan teknologi untuk kebutuhan lokal dikembangkan secara lokal melalui proses berulang yang melibatkan masyarakat setempat. Analisis dan uji coba lapangan dilakukan di lahan petani dan di

rumah.

masyarakat

Ukuran nelayan

keberhasilan

adalah

mengadopsi

sejauh

teknologi

mana yang

dikembangkan oleh program dan terus menggunakannya dari waktu ke waktu. Pengendalian program dibagi bersama oleh keluarga petani setempat, petugas penyuluhan, dan peneliti. Keuntungan dari sistem ini mencakup hubungan yang kuat 55


antara personil penyuluh dan penelitian, dan komitmen petani untuk

menggunakan

teknologi

yang

mereka

bantu

kembangkan. Biaya bisa tinggi, dan hasilnya bisa lambat datang. Pendekatan sistem pertanian (Norman, 2002) ditandai dengan: Pendekatan holistik yang memandang pertanian secara keseluruhan Keterlibatan petani dan prioritasnya. Penelitian yang mencerminkan berbagai interaksi dan keterkaitan subsistem Ketergantungan pada survei informal atau 'Rapid Rural Appraisal (RRA)' Penyuluhan partisipatif petani/nelayan kemudian berkembang karena penekanan pada kebutuhan sumber daya petani/nelayan miskin, keadilan gender dan nilai sistem pengetahuan masyarakat adat. Keragaman sangat dianjurkan dalam jenis sistem ini, dan keterkaitannya banyak dan beragam. Pemikiran diseminasi saat ini mengambil pendekatan partisipatoris yang jauh lebih partisipatif daripada difusi teori inovasi. Petani terlibat dalam setiap aspek teknologi, mulai dari generasi hingga pengujian hingga diseminasi. Namun, tidak selalu seperti ini. Metodologi penyuluhan yang muncul untuk

diseminasi

teknologi

56

berdasarkan

pendekatan


partisipatif yang berorientasi sistem disajikan pada gambar 1 berikut ini.

Gambar 1. Metodologi yang muncul dari sistem pertanian tentang transfer teknologi Pendekatan sistem ini menekankan komponen penelitian yang kuat dimana petani/nelayan, penyuluh dan peneliti 57


bekerja sama sebagai sebuah tim. Hal ini juga dapat dilihat sebagai proses pemberdayaan orang-orang yang lemah dan

58


tidak termasuk dalam hal kekuatan politik dan ekonomi di antara kelompok sosial dan kelas yang berbeda.

e) Pendekatan penyuluhan pertanian/perikanan partisipatif (The participatory agricultural and fisheries extension approach) Pendekatan ini mengasumsikan bahwa petani terampil dalam produksi di daerah mereka, sehingga tingkat kehidupan mereka dapat ditingkatkan dengan tambahan pengetahuan. Partisipasi aktif petani sendiri diperlukan dan menghasilkan efek penguatan dalam pembelajaran kelompok dan tindakan kelompok. Sebagian besar pekerjaannya adalah melalui pertemuan kelompok, demonstrasi, perjalanan individu dan kelompok, dan sharing lokal yang sesuai teknologi. Pendekatan ini sering berfokus pada kebutuhan kelompok petani/nelayan yang diharapkan dan tujuannya adalah peningkatan produksi dan peningkatan kualitas kehidupan pedesaan.

59


Implementasi sering didesentralisasi dan fleksibel. Keberhasilan diukur melalui jumlah petani yang aktif berpartisipasi, dan kelangsungan program. Ada banyak hal yang bisa didapat dengan menggabungkan pengetahuan asli dengan sains. Disebutkan bahwa kebutuhan petani menjadi sasaran. Sistem ini mengharuskan para penyuluh, yang juga merupakan

animator

dan

katalisator,

merangsang

petani/nelayan untuk mengatur usaha kelompok. Masyarakat setempat mengevaluasi program mereka sendiri dan berperan dalam menyusun agenda penelitian. Biaya penyuluhan pertanian/perikanan partisipatif lebih rendah dan efisien sesuai kebutuhan. Namun, ini lebih banyak pekerjaan bagi penyuluh untuk mengatur dan memotivasi petani/nelayan. Hal ini membutuhkan agen untuk hidup dan bersosialisasi dengan petani. Jika pekerjaan pemerintah dipandang sebagai hadiah, 'kesulitan' yang diimplikasikan oleh pendekatan ini akan membuat kegagalan. Agen itu hadir hanya 'paruh waktu' dan tidak memiliki kepentingan pribadi dalam hasilnya.

60


Karakteristik utama Pendekatan Penyuluhan Partisipatif (Participatory Extension Approach/PEA) adalah sebagai berikut: ✓ Mengintegrasikan perencanaan

dan

mobilisasi tindakan

masyarakat dengan

untuk

pembangunan

pedesaan, pertanian penyuluhan dan penelitian; ✓ Didasarkan pada kemitraan yang setara antara petani, peneliti dan penyuluh yang bisa semuanya belajar dari satu sama lain dan menyumbangkan pengetahuan dan keterampilan mereka; ✓ Bertujuan untuk memperkuat kemampuan pemecahan masalah,

perencanaan

dan

manajemen

masyarakat

pedesaan; ✓ Meningkatkan kapasitas petani untuk mengadopsi dan mengembangkan teknologi dan /inovasi; ✓ Mendorong petani untuk belajar melalui eksperimen, membangun pengetahuan mereka sendiri dan berlatih dan memadukannya dengan gagasan baru, dengan kata lain, 'refleksi tindakan' atau 'tindakan belajar '; dan

61


✓ Mengenal bahwa masyarakat tidak homogen namun terdiri dari berbagai kelompok sosial konflik dan perbedaan kepentingan, kekuatan dan kemampuan. Setiap kelompok kemudian membuat kolektifnya keputusan, dan juga memberikan kesempatan untuk bernegosiasi antar kelompok (AGRITEX 1998)

f) Pendekatan Proyek (The project approach) Pendekatan ini memusatkan upaya pada lokasi tertentu, untuk jangka waktu tertentu, seringkali dengan sumber daya dari luar. Bagian dari tujuannya sering menunjukkan teknik

dan

metode

yang

dapat

diperpanjang

dan

dipertahankan setelah periode proyek. Ini menggunakan infus besar sumber daya luar selama beberapa tahun untuk menunjukkan potensi teknologi baru. Pengendalian berada di tingkat pemerintah pusat dan seringkali ada masukan finansial dan teknis yang cukup banyak dari badan pembangunan internasional.

62


Perubahan jangka pendek adalah ukuran kesuksesan. Dalam proyek akuakultur di Nepal, misalnya, pinjaman dari

Asian

Development

Bank

digunakan

oleh

Kementerian Pertanian untuk mendukung penyuluhan oleh petugas perikanan di berbagai lokasi di seluruh negeri. Mereka dapat mengenalkan perikanan tambak melalui upaya yang menggabungkan pendekatan proyek dengan pendekatan komoditas khusus.

g) Pendekatan pembagian biaya (The cost sharing approach) Pendekatan ini didasarkan pada masyarakat lokal yang berbagi sebagian biaya program penyuluhan. Tujuannya adalah untuk memberikan nasehat dan informasi untuk memudahkan mengasumsikan

pengembangan bahwa

diri

pembagian

petani. biaya

Ini

dengan

penduduk lokal (yang tidak memiliki sarana untuk membayar biaya penuh) akan mempromosikan sebuah program yang cenderung memenuhi situasi lokal dan di mana agen penyuluhan lebih bertanggung jawab terhadap 63


kepentingan lokal. Kontrol dan perencanaan dibagi oleh berbagai entitas dan responsif terhadap kepentingan lokal. Kesuksesan diukur dengan kemauan dan kemampuan petani untuk menyediakan sebagian biaya, baik secara individu maupun melalui unit pemerintah daerah. Masalah mungkin muncul jika petani setempat dipaksa berinvestasi pada perusahaan yang belum terbukti ➢ Pendekatan

institusi

pendidikan

(The

educational

institution approach) Pendekatan ini menggunakan institusi pendidikan yang memiliki pengetahuan teknis dan beberapa kemampuan penelitian untuk memberikan layanan penyuluhan bagi masyarakat pedesaan. Perencanaan dikontrol oleh mereka yang

menentukan

kurikulum

institusi

pendidikan.

Pelaksanaannya adalah melalui instruksi nonformal dalam kelompok atau individu melalui perguruan tinggi atau universitas.Kehadiran petani/nelayan

di

dan Indonesia.

tingkat

partisipasi

Kegiatan

penyuluhan

pertanian/perikanan adalah ukuran keberhasilan. Idealnya peneliti belajar dari penyuluh yang pada gilirannya belajar 64


dari petani/nelayan. Namun, ini jarang terjadi dalam praktik. Keuntungan dari pendekatan ini adalah hubungan antara ilmuwan khusus dan petugas penyuluh lapangan

2.2.

Metode Pendekatan dalam Komunikasi Perikanan

Menurut Yusuf Leonard Henuk (2007) Dalam melakukan komunikasi pertanian/perikanan kepada masyarakat telah dikenal dua metode pendekatan, yaitu: (1) pendekatan berdasarkan kelompok

sasaran dari inovasi,

dan (2)

pendekatan berbasarkan cara penyampaian isi pesan yang terkandung dalam inovasi tersebut.

2.2.1. Metode Pendekatan Sasaran

65


Berdasarkan kelompok sasaran, maka metode pendekatan komunikasi ini dapat dilakukan melalui: a) Metode pendekatan massa (mass approach method) Cara pendekatan komunikasi ini dilakukan dengan tujuan untuk memberikan pengetahuan awal

serta

kesadaran bagi petani tentang suatu inovasi yang berguna dalam meningkatkan hasil produksi usahatani mereka. Penyampaian pesan melalui cara ini biasanya disampaikan dalam pertemuan massal, melalui media massa: televisi, koran, film dan sebagainya. Pendekatan ini kurang efektif bagi petani-petani di Indonesia umumnya dan di Nusa Tenggara Timur khususnya, karena beberapa faktor berikut: ➢ Tidak bisa dipantau ataupun di evaluasi secara pasti keberhasilan yang telah dicapai oleh para petani ➢ Tidak bisa dipantau ataupun dievaluasi secara pasti keberhasilan yang telah dicapai oleh para petani; ➢ Wilayah jangkauan pendekatan sasaran terlalu luas; ➢ Rendahnya daya tangkap masyarakat petani, karena mereka rata-rata berpendidikan sangat rendah; dan 66


➢ Harga beberapa media yang digunakan seperti televisi dan koran sangat sulit dijangkau oleh tingkat ekonomi para petani.

b) Metode pendekatan kelompok (group approach method) Cara pendekatan komunikasi ini dilakukan melalui penyampaian informasi inovasi kepada petani yang tergabung dalam kelompok-kelompok petani, baik kelompokkelompok petani tradisional, seperti Subak di Bali dan kelompokkelompok petani yang sengaja dibentuk untuk tujuan-tujuan tertentu, seperti kelompnecapir di TVRI, Kelompok Tani dan Nelayan, Kelompok Swadaya Masyarakat, dan sebagainya. Dalam kegiatan komunikasi penyuluhan pertanian di Indonesia, pendekatan kelompok sudah menjadi metode dalam pembinaan dan pengembangan sumberdaya manusia di desa maupun di kota dalam rangka meningkatkan pendapatan dan

kesejahteraan

masyarakat.

Dipandang

dari

segi

komunikasi informasi, maka pendekatan kelompok ini jauh lebih efektif jika dibandingkan dengan pendekatan massa, karena mempunyai beberapa keuntungan, sebagai berikut:

67


Penyebaran inovasi teknologi dapat dipantau atau dievaluasi secara baik karena jumlah anggota sasarannya jelas;

Diantara anggota kelompok yang satu dengan yang lainnya dapat saling memberi dan menerima informasi, terutama tentang hal-hal yang belum jelas

Akan terjadi akumulasi modal (fisik maupun nonfisik) sehingga dapat memperlancar jalannya komunikasi dalam kelompok yang bersangkutan;

Antara anggota kelompok dapat dilakukan reward and punishment system secara efektif dan efisien; dan

Lebih menghemat biaya, tenaga dan waktu, tetap akan diperoleh hasil yang jauh lebih baik. Sebaliknya, pendekatan kelompok juga mempunyai beberapa kelemahan, sebagai berikut: -

Jika manajemen kelompok kurang baik, maka akan terjadi penyimpangan, baik penyimpangan penyebaran informasi maupun penyimpangan pembagian keuntungan dari suatu inovasi; 68


Komunikasi akan tidak efektif jika jenis usaha anggota kelompok beragam; dan kemungkinan akan muncul kaum elit tertentu dalam kelompok apabila tidak

diarahkan

secara

baik

sehingga

akan

menghambat kehidupan berdemokrasi kelompok; dan •

Rendahnya keterampilan para petani/nelayan dalam kehidupan kelompok/berorganisasi

c)

Metode pendekatan individu (personal approach method) Cara

pendekatan

ini

dilakukan

dengan

cara

mengunjungi Para petani satu per satu, baik ke rumah petani maupun di kebun petani ataupun tempat-tempat tertentu yang memungkinkan

untuk

dilakukan

komunikasi

inovasi.

Keuntungan-keuntungan dari metode pendekatan perorangan, antara lain: •

Petani/nelayan yang dikunjungi seorang petugas merasa dihargai oleh petugas yang melakukan komunikasi pertanian;

Meningkatkan kepercayaan diri petani karena komunikasi ini dapat dilakukan dari hati ke hati; 69


Petani/nelayan dapat menyampaikan segala macam keluhan/masukan- masukan bagi petugas/penyuluh tanpa merasa canggung dan malu dengan sesama teman petani;

Petugas/penyuluh dapat menggali semua masalah serta kebutuhan maupun hambatan-hambatan yang dihadapi petani/nelayan selama berusaha

• Petugas/penyuluh dapat memberikan informasi yang cocok dengan kebutuhan serta masalah petani pada saat itu. Sebaliknya, metode pendekatan ini juga memiliki beberapa kelemahan, antara lain: - Tidak bisa menjangkau petani dalam jumlah yang banyak; - Memakan waktu yang lama; - Membutuhkan biaya yang tinggi; - Membutuhkan banyak tenaga petugas/penyuluh.

2.2.2. Metode Pendekatan Materi

70


Berdasarkan cara penyajian inovasi dalam rangka lebih menjamin efektivitas hasil komunikasi (khususnya dalam pertemuan kelompok), maka digunakan pendekatan gabungan berikut: (a) ceramah, diskusi dan tanya jawab; (b) demonstrasi cara dan demonstrasi hasil; dan (c) penggunaan alat bantu flipchart dan folder.

Penggunaan metode gabungan ini cukup efektif, baik dalam mewujudkan komunikasi dua arah (two-way traffic communication) maupun peningkatan pemahaman serta kemampuan menerapkan inovasi yang diberikan. Dengan demikian, para petani/nelayan akan lebih memahami dan mengerti tentang cara-cara menerapkan inovasi dalam praktek usaha tani nelayan mereka.

2.2. Model-model Penyuluhan dan Komunikasi Perikanan

2.2.1. Definisi Model

71


Model dapat didefinisikan sebagai deskripsi skematis dari suatu sistem, atau fenomena yang menjelaskan sifat yang diketahui atau disimpulkan dan dapat digunakan untuk mempelajari lebih lanjut karakteristiknya.

2.2.2. Model-model Penyuluhan Pada awalnya, semua pembangunan pertanian dan pedesaan diatur oleh pemerintah pusat. Rembug desa hanyalah formalitas dan masyarakat desa kurang dilibatkan dalam proses awal perencanaa, pelaksanaa, monitoring dan evaluasi. Semua serba seragam tetapi tidak ada dinamika demokrasi yang menumbuhkan partisipasi, kemandirian dan rasa memiliki. Kelemahan metode penyuluhan pertanian top down yang ada sekarang ini adalah sebagai berikut :

a. Penyuluh sering memandang dirinya sebagai pakar, bukan sebagai fasilitator yang memotivasi pengembangan teknologi spesifik lokalita. Hubungan petani – penyuluh menyerupai komunikasi antara guru dan siswa, padahal seharusnya hubungan mereka atas dasar kemitraan 72


b. Penyuluh kurang menyadari bahwa kehadiran teknologi baru seharusnya sebagai pelengkap dari sistem teknologi setempat

yang

sudah

ada,

tanpa

harus

menggusurnya.masuknya teknologi baru tidak berarti memarjinalkan teknologi tradisional lokal yang sudah ada, karnea belum tentu teknologi baru membawa banyak

manfaat untuk masa sekarang dan masa

mendatang. c. Penyuluh kebanyakan hanya mendapatkan pelatihan teknis pertanian tanpa dibekali pengetahuan manajemen perubahan psikologi social akibat inovasi teknologi baru d. Penyuluh kurang mendapatkan gaji dan insentif yang memadai

sehingga

peran

dan

kinerjanya

dalam

memebrdayakan masyarakat tani yang menjadi binaanya menjadi tidak optimal

Penyuluhan

partisipatif

merupakan

pendekatan

penyuluhan dari bawah ke atas (bottom up) untuk memberikan kekuasaan kepada petani agar dapat mandiri, yaitu kekuasaan 73


dalam peran, keahlian, dan sumberdaya untuk mengkaji desanya sehingga tergali potensi yang terkandung, yang dapat diaktualkan,

termasuk

permasalahan

yang

ditemukan

(Suwandi,2006dalamhttp://indahharitonangfakultaspertaniaun npad.blogspot.co.id) Penyuluhan pertanian partisipatif yaitu masyarakat berpartisipasi secara interaktif, analisis-analisis dibuat secara bersama yang akhirnya membawa kepada suatu rencana tindakan. Partisipasi disini menggunakan proses pembelajaran yang sistematis dan terstruktur melibatkan metode-metode multidisiplin, dalam hal ini kelompok ikut mengontrol keputusan lokal (BBPP Lembang).

Berdasarkan atas UU

SP3K pasal 26 ayat 3, dikatakan bahwa "Penyuluhan dilakukan dengan menggunakan pendekatan partisipatif melalui mekanisme kerja dan metode yang disesuaikan dengan kebutuhan serta kondisi pelaku utama dan pelaku usaha". Dengan pelatihan metode penyuluhan pertanian partisipatif, para penyuluh pertanian akan termotivasi untuk menggali keberadaan sumber informasi pertanian setempat yang mudah diakses oleh yang memerlukan, baik penyuluh maupun petani. 74


Pelatihan juga akan mendorong inisiatif positif para penyuluh pertanian dan petani, melalui pendekatan partisipatif untuk

mendapatkan

solusi

permasalahan

usahatani

di

lapangan(http://indahharitonangfakultaspertaniaunnpad.blogs pot.co.id). Selama bertahun-tahun, sejumlah model telah digunakan untuk

meningkatkan

penyuluhan.

Pada

efektivitas

bagian

ini

pemberian kita

layanan

mencoba

untuk

mendeskripsikan berbagai model penyuluhan. Namun, perlu diketahui bahwa banyak juga digunakan kombinasi elemen dari berbagai model dan pendekatan yang digunakan bersamaan. a) Model transfer teknologi (Technology transfer model) Dalam prakteknya, organisasi penyuluhan di manapun mengejar

keseluruhan

pengembangan

sumber

tujuan daya

alih

teknologi

manusia,

dan

walaupun

penekanannya akan berbeda. Dalam setiap organisasi terdapat gabungan tujuan, dan di dalam negara seringkali ada gabungan antara pola organisasi. Di banyak negara berkembang, model TOT telah menjadi praktik umum untuk mengembangkan dan menyebarkan 75


inovasi. Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa transfer teknologi dan pengetahuan dari para ilmuwan ke petani akan memicu perkembangan. Diterapkan pada pertanian, model ini mengasumsikan bahwa masalah petani dapat diatasi oleh orang dan institusi yang memiliki pengetahuan 'modern' ini. Petani

sering

dianggap sebagai

kendala

utama

pembangunan, sebagai salah urus sumberdaya daripada penggagas solusi yang potensial.

76


Gambar 2. Pemangku kepentingan dan agen yang terlibat dalam model transfer teknologi pertanian

Melalui pendekatan ini, tugas peneliti untuk mengidentifikasi, menganalisis dan memecahkan masalah teknis petani. Solusi biasanya dikembangkan di stasiun penelitian. Hasilnya kemudian ditransfer sebagai pesan kepada petani melalui penyuluh, yang merupakan penghubung antara peneliti dan petani. Perannya adalah membantu para petani dalam menerapkan teknologi siap pakai (Gambar 3).

77


Gambar 3. Model inovasi pengembangan dan penyuluhan konvensional Hasil dari pendekatan ini untuk pengembangan inovasi dan difusi diketahui melalui: •

Tingkat adopsi teknologi tetap rendah dalam kebanyakan kasus, kecuali dalam kasus di mana teknologi ini diterapkan dengan paksaan (seperti kontur pegunungan selama era kolonial). Namun, dalam kasus ini, efektivitas teknologi ini tetap rendah dan keberhasilannya tidak berkelanjutan

Kinerja teknologi para peneliti seringkali mengecewakan di bawah pengelolaan petani. Petani kemudian disalahkan atas implementasi yang salah. Seringkali, bagaimanapun, teknologi ini tidak sesuai untuk tingkat petani yang berbeda. 78


Masalah sosial, budaya, organisasi dan kekuasaan di tingkat masyarakat terbengkalai, walaupun pengalaman menunjukkan bahwa paling sering mereka merupakan batu sandungan utama bagi keberhasilan pembangunan.

Pengetahuan luas masyarakat lokal tidak diakui atau dihargai. Hal ini menghambat orang-orang pedesaan dan mengurangi

kontribusinya

terhadap

perkembangan

mereka sendiri karena mereka merasa minder.

b) Model Penyuluhan Publik (The public extension model) Salah satu alasannya adalah sifat tujuan yang kontradiktif. Kepentingan umum menyiratkan melayani petani/nelayan dan penduduk perkotaan, mengamankan produksi subsisten dan mempromosikan hasil panen untuk ekspor, mencapai massa rumah tangga pedesaan dan melayani kebutuhan kelompok tertentu, memperluas bantuan kepada produsen dengan potensi tinggi dan yang kurang beruntung. Singkatnya, prioritas harus ditetapkan, dan ini terlalu sering pro-urban dalam hal kebijakan harga, mendukung individu-individu

79


inovatif di dalam sektor modern, mengabaikan strata yang lebih miskin, dan melupakan petani wanita.

c) Model penyuluhan komoditi (Commodity extension model) Model ini dipelopori oleh petani kecil yang memproduksi kapas di Mali dan negara-negara Francophone lainnya 50 tahun yang lalu. Kekuatan dan keterbatasan pendekatan komoditas terletak pada fokusnya yang sempit. Ini berguna dalam hal transfer teknologi namun meninggalkan isu kepentingan

publik

yang

penting

(seperti

kelestarian

lingkungan), serta kelompok sasaran (seperti produsen nonkomersial). Kombinasi sukses antara perluasan umum dan komoditas berbasis di tingkat nasional, seperti yang dipraktekkan di Afrika Timur, menuntut tujuan kebijakan dan manajemen yang jelas dan efisien.

d) T&V model Sebagai tambahan, T & V beroperasi dengan asumsi bahwa para pekerja penyuluhan secara eksklusif terlibat dalam

kegiatan

pendidikan

dan

bahwa

ada

layanan

penyuluhan terpadu. Penelitian pertanian tidak hanya efektif 80


tetapi juga bekerja sama erat dengan penyuluhan. Baik evaluasi eksternal maupun internal untuk digunakan untuk terus memodifikasi dan menyesuaikan sistem dengan kondisi yang berubah.

e) NGO (international and local) model Ini adalah model yang menyebar dengan cepat pada tahun 1990an karena banyak LSM memindahkan gigi dan beralih dari penyedia makanan dan bantuan kemanusiaan untuk menjadi agen pembangunan.

f) Private sector model Dengan model ini, petani diharapkan membayar sebagian biaya penyuluhan dengan harapan pengeluaran publik untuk penyuluhan dapat dikurangi.

g) Farmer Field School (FFS) model Metode FFS adalah pendekatan praktis untuk pelatihan yang memberdayakan petani untuk menjadi ahli teknis mereka sendiri mengenai aspek utama produksi tanaman dan ternak. FFS didasarkan pada premis bahwa para petani yang 81


berpartisipasi menjadi peneliti yang menguji berbagai pilihan teknologi yang ada, selama proses mana mereka dapat memutuskan alternatif terbaik untuk diadopsi dalam keadaan khusus mereka. Metode FFS berlaku untuk produksi berbagai perusahaan perkebunan dan peternakan. Di FFS, petani perlu diberi wewenang untuk menerapkan teknologi yang sesuai dengan kondisi mereka masing-masing. FFS adalah proses penyuluhan kelompok berdasarkan metode pendidikan nonformal, dengan fokus pada observasi lapangan, studi penelitian musim dan kegiatan. Selama proses berlangsung, ia menyediakan

lingkungan

belajar

dan

upaya

untuk

membangun kapasitas kelompok.

h) Innovative linkage models Secara

historis,

penyuluhan

melibatkan

transfer

teknologi, dengan petugas penyuluh desa mentransfer pengetahuan dari stasiun penelitian ke petani dengan menggunakan metode media perorangan, kelompok, dan media massa. Baru-baru ini, penyuluhan telah diminta untuk memainkan

'peran

pengembangan

teknologi'

dengan

menghubungkan penelitian dengan kebutuhan kelompok 82


masyarakat dan membantu memfasilitasi pengembangan teknologi yang sesuai. Mitra yang terlibat dalam proses dirangkum dalam Gambar 4, dan model Inovatif untuk Generasi Teknologi dan Transfer diuraikan pada Gambar 5.

Gambar 4. Mitra terlibat dalam Inovatif Linkage Model.

83


Gambar 5. Model Inovatif untuk Generasi Teknologi dan Transfer. Kesimpulan Dari

berbagai

model

penyuluhan

dapat

karakteristik berbagai model penyuluhan ditunjukkan pada table 1. 84

disimpulkan seperti

yang


Tabel 1. Karakteristik berbagai model penyuluhan

85


2.3 Metode Penyuluhan dan Komunikasi Perikanan

2.3.1. Definisi metode Penyuluhan

Metode adalah cara yang sistematis untuk mencapai suatu tujuan yang telah direncakan. Setiap orang “belajar” lebih banyak melalui cara yang berbeda-beda sesuai dengan kemampuan dalam menangkap pesan yang diterimanya, ada yang cukup dengan mendengar saja, atau melihat dan juga ada yang

harus

mempraktikkan

dan

kemudian

mendistribusikannya. Metode mengacu pada teknik yang digunakan

oleh

sistem

penyuluhan

karena

fungsinya.

Misalnya demonstrasi, kunjungan oleh agen penyuluhan ke petani dll. Metode penyuluhan erat kaitannya dengan metode belajar

orang

dewasa

(andragogy).

Penyuluh,

yang

menjalankan tugas utamanya sebagai pendidik, pengajar dan pendorong, selalu berhubungan dengan sasaran penyuluhan yang biasanya adalah para peternak, peternak, dan nelayan dewasa. Menurut Mardikanto (1993), sebagai suatu proses pendidikan,

maka

keberhasilan 86

penyuluhan

sangat


dipengaruhi oleh proses belajar yang dialami dan dilakukan oleh sasaran penyuluhan. Dalam pelaksanaan penyuluhan, pemahaman proses belajar pada orang dewasa serta prinsipprinsip yang harus dipegang oleh seorang penyuluh dalam menjalankan tugasnya menjadi sangat penting peranannya karena dapat membantu penyuluh dalam mencapai tujuan penyuluhan yang telah ditentukannya. Menurut Van den Ban dan Hawkins (1999), pilihan seorang agen penyuluhan terhadap satu metode atau teknik penyuluhan sangat tergantung kepada tujuan khusus yang ingin dicapainya dan situasi kerjanya. Karena beragamnya metode penyuluhan yang dapat digunakan dalam kegiatan penyuluhan, maka perlu diketahui penggolongan metode penyuluhan menurut jumlah sasaran yang hendak dicapai. Berdasarkan

pendekatan

sasaran

yang

ingin

dicapai,

penggolongan metode terbagi menjadi tiga yakni metode berdasarkan pendekatan perorangan, kelompok, dan massal.

2.3.2. Metode Penyuluhan

87


Ada beberapa metode yang digunakan dalam pekerjaan penyuluhan. Beberapa di antaranya meliputi:

a) The individual/household extension Dalam metode ini, penyuluh berhubungan secara langsung maupun tidak langsung dengan sasarannya secara perorangan. Metode perorangan atau personal approach menurut

Kartasaputra

(Setiana,

2005),

sangat

efektif

digunakan dalam penyuluhan karena sasaran dapat secara langsung memecahkan masalahnya dengan bimbingan khusus dari penyuluh. Adapun jika dilihat dari segi jumlah sasaran yang ingin dicapai, metode ini kurang efektif karena terbatasnya jangkauan penyuluh untuk mengunjungi dan membimbing sasaran secara individu. Metode pendekatan individu akan lebih tepat digunakan dalam mendekati tokohtokoh masyarakat yang berpengaruh ataupun pada golongan peternak atau peternak yang menjadi panutan masyarakat 88


setempat. Menurut Van den Ban dan Hawkins (1999), metode pendekatan perorangan pada hakikatnya adalah paling efektif dan intensif dibanding metode lainnya, namun karena berbagai kelemahan di dalamnya, maka pendekatan ini jarang diterapkan

pada

program-program

penyuluhan

yang

membutuhkan waktu yang relatif cepat. Dalam hal ini para penyuluh berhubungan secara langsung maupun tidak langsung dengan sasaran secara perorangan. Contohnya : •

Kunjungan ke rumah nelayan atau berkunjung ke kapal nelayan, ataupun nelayan berkunjung kerumah penyuluh dan kekantor.

Surat menyurat secara perorangan.

Demonstrasi pilot.

Belajar perorangan, belajar praktek.

Hubungan telepon Pendekatan ini paling efektif untuk kegiatan yang

dilakukan oleh atau di dalam kendali penuh petani /nelayan atau rumah tangga individu. Dalam hal ini, diskusi dengan seluruh keluarga menyoroti lebih banyak masalah, dan lebih banyak pengalaman dibawa ke diskusi. 89


Keuntungan dari metode individual: -

Pesan yang tidak jelas yang belum sepenuhnya dipahami dapat dengan mudah diklarifikasi;

-

Petugas penyuluh mampu mengamankan kerja sama dan menginspirasi kepercayaan keluarga melalui kontak personal;

-

Memfasilitasi umpan balik segera mengenai keefektifan tindakan yang dibahas;

-

Memungkinkan cara terbaik untuk memastikan bahwa setiap orang dalam keluarga berpartisipasi

dalam

pengambilan keputusan.

-

Mahal dalam hal waktu dan transportasi;

-

Hanya beberapa petani yang bisa dikunjungi, dan kadangkadang mereka terutama adalah penyuluh teman;

-

Wilayah yang dicakup kecil karena semua usaha terkonsentrasi pada beberapa petani.

b)

Group Methods Dalam

metode

pendekatan

kelompok,

penyuluh

berhubungan dengan sasaran penyuluhan secara kelompok. 90


Metode pendekatan kelompok atau group approach menurut Kartasaputra (Setiana, 2005) cukup efektif, dikarenakan nelayan atau masyarakat pesisir dibimbing dan diarahkan secara kelompok untuk melakukan sesuatu kegiatan yang lebih produktif atas dasar kerja sama. Dalam pendekatan kelompok banyak manfaat yang dapat diambil, di samping dari transfer teknologi informasi juga terjadinya tukar pendapat dan pengalaman antar sasaran penyuluhan dalam kelompok yang bersangkutan. Metode kelompok pada umumnya berdaya guna dan berhasil guna tinggi. Metode ini lebih menguntungkan karena memungkinkan adanya umpan balik, dan interaksi kelompok yang memberi kesempatan bertukar pengalaman maupun pengaruh terhadap perilaku dan norma para anggotanya. Dalam hal ini penyuluh berhubungan dengan kelompok sasaran Contohya : •

Pertemuan (contoh : di rumah, di saung, di balai desa, dan lain-lain.

Perlombaan.

Demonstrasi cara/hasil

Kursus ternak. 91


Musyawarah/diskusi kelompok/temu karya.

Karyawisata.

Hari lapangan peternak (farm field day). Pendekatan ini mendorong bekerja dengan kelompok

atau masyarakat luas. Sangat cocok bila mendiskusikan halhal yang berkaitan dengan keseluruhan masyarakat (seperti perawatan penggembalaan pascapanen, perlindungan, dan pengelolaan hutan adat) dan kapan ada kegiatan yang harus dilakukan oleh kelompok (misalnya pembibitan kelompok). Dengan membentuk kelompok, petani mampu untuk: •

Menggabungkan pengetahuan, keterampilan dan sumber daya • Mendapatkan akses yang lebih baik terhadap layanan dan masukan melalui aksi kolektif bertukar pandangan dan gagasan, dan memilih pilihan terbaik; dan • Berada dalam posisi untuk meningkatkan daya tawar mereka dengan pengelompokan lainnya, mis. penyedia jasa. Kelompok sasaran langsung bisa kelompok perempuan,

organisasi gereja, masyarakat koperasi atau masyarakat pada umumnya. Pekerjaan penyuluhan dapat dilakukan pada 92


pertemuan, baik yang diselenggarakan secara khusus untuk tujuan yang dipilih atau dengan memanfaatkan pertemuan yang telah diatur untuk tujuan lain. Rapat adalah tempat yang efektif untuk menerima informasi dari masyarakat, untuk mendiskusikan masalah kepentingan komunal atau individu dan untuk menyebarkan gagasan baru. Kemudian untuk metode kelompok terdapat dua pendekatan bagi kelompok khusus yaitu: a. The catchment approach Ini adalah jenis pendekatan kelompok khusus yang telah digunakan sejak tahun 1980an. Semua petani/nelayan di wilayah

tertentu,

biasanya

sekitar

200-400

ha,

dimobilisasi dan dilatih untuk usaha konservasi. Panitia terdiri dari, dan dipilih oleh, petani setempat membantu penyuluh dalam penciptaan kesadaran, tata letak kontur, pelaksanaan dan tindak lanjut. Pendekatan kelompok dikombinasikan dengan pendekatan individual karena setiap peternakan tunduk pada saran dan tata letak yang spesifik. b. The school approach

93


Dalam pendekatan ini, pekerjaan penyuluhan bisa dalam bentuk ceramah, dukungan untuk klub, plot demonstrasi atau diskusi yang diadakan pada peringatan tertentu. Sekolah dapat didekati melalui kepala sekolah atau guru. Murid

dapat

digunakan

sebagai

saluran

untuk

menjangkau masyarakat dan juga akan terpengaruh, sehingga mengubah perilaku dan sikap generasi baru. Murid juga bisa digunakan untuk memicu diskusi di keluarga mereka. Keuntungan dari pendekatan ini: •

Sekolah mampu membuat plot demonstrasi yang tersedia dan ini dilihat oleh banyak orang;

Ada kemungkinan menjangkau banyak orang dalam waktu singkat dengan biaya minimal;

Murid dapat dicapai dengan mudah dan seringkali sangat menerima gagasan baru.

Kerugian dari pendekatan ini: •

Anak bukan pengambil keputusan di rumah;

94


Ada waktu yang tepat sebelum anak-anak menjadi berpengaruh di masyarakat mereka.

c)

Mass Media Methods Metode pendekatan massal atau mass approach. Sesuai

dengan namanya, metode ini dapat menjangkau sasaran dengan jumlah yang cukup banyak. Dipandang dari segi penyampaian informasi, metode ini cukup baik, namun terbatas

hanya

dapat

menimbulkan

kesadaran

dan

keingintahuan semata. Hal ini disebabkan karena pemberi dan penerima pesan cenderung mengalami proses selektif saat menggunakan media massa sehingga pesan yang diampaikan mengalami distorsi (Van den Ban dan Hawkins, 1999). Termasuk dalam metode pendekatan massal antara lain adalah rapat umum, siaran radio, kampanye, pemutaran film, penyebaran leaflet, folder atau poster, surat kabar, dan lain sebagainya. Dalam hal ini penyuluh

menyampaikan

pesannya secara langsung maupun tidak langsung kepada sasaran dengan jumlah banyak secara sekaligus. Contohnya : 95


Rapat (pertemuan umum)

Siaran pedesaan melalui Radio/TV

Pemuatan film/slide

Penyebaran bahan tulisan : (brosur, leaflet, folder, booklet dan sebgainya)

Pemasangan Foster dan Spanduk

Metode ini melibatkan penggunaan media massa (misalnya radio, poster, drama, televisi, surat kabar, film, slide show) untuk menginformasikan kepada publik. Media massa terutama digunakan untuk menciptakan kesadaran. Keuntungan metode penyuluhan massa: •

Metode ini dapat meningkatkan dampak penyuluh melalui penyebaran informasi secara cepat;

Banyak orang dapat dijangkau dalam waktu singkat, bahkan di daerah terpencil.

Jumlah informasi yang dapat ditransmisikan terbatas;

Penerimaan radio dan televisi buruk di beberapa wilayah dan kelompok sasaran mungkin tidak memiliki perangkat, terutama TV; 96


Sulit untuk mengevaluasi dampaknya karena tidak ada umpan balik segera;

Produksi kedua program dan materi cetak mahal dan membutuhkan keahlian khusus.

d) Metode lainnya Selain metode-metode tersebut, pada perkembangan terakhir banyak diterapkan beragam metode “penyuluhan partisipatif” berupa : •

RRA ( rapid rural apparisal )

PRA ( participatory rapid appraisal )

FGD ( focud group discussion )

PLA ( participatory learning and action )

SL atau Sekolah lapang ( Farmers Field School )

1. RRA (Rapid Rural Apparisal) Pada dasarnya, metoda RRA merupakan proses belajar yang intensif untuk memahami kondisi perdesaan, dilakukan berulang-ulang, dan cepat. Untuk itu diperlukan cara kerja yang khas, seperti tim kerja kecil yang bersifat multidisiplin, 97


menggunakan sejumlah metode, cara, dan pemilihan teknik yang

khusus,

untuk

meningkatkan

pengertian

atau

pemahaman terhadap kondisi perdesaan. Cara kerja tersebut tersebut dipusatkan pada pemahaman pada tingkat komunitas lokal

yang

digabungkan

dengan

pengetahuan

ilmiah.

Komunikasi dan kerjasama diantara masyarakat desa dan aparat perencana dan pelaksana pembangunan (development agent) adalah sangat penting, dalam kerangka untuk memahami masalah-masalah di perdesaan. Di samping itu, metoda RRA juga berguna dalam memonitor kecenderungan perubahan-perubahan

di

perdesaan

untuk

mengurangi

ketidakpastian yang terjadi di lapangan dan mengusulkan penyelesaian masalah yang memungkinkan. Menurut James Beebe (1995), metoda RRA menyajikan pengamatan yang dipercepat yang dilakukan oleh dua atau lebih pengamat atau peneliti, biasanya dengan latar belakang akademis yang berbeda. Metoda ini bertujuan untuk menghasilkan pengamatan kualitatif bagi keperluan pembuat keputusan untuk menentukan perlu tidaknya penelitian tambahan dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan. Metoda RRA memiliki tiga konsep dasar yaitu; 98


(a) perspektif sistem (b) triangulasi dari pengumpulan data, dan (c) pengumpulan data dan analisis secara berulangulang (iterative). Mulai dikembangkan sejak dasawarsa 1970-an sebagai proses belajar yang dilakukanoleh “orang luar” yang lebih efektif ddan efisien, khusus tentang pertanian yang tidak mungkin dilakukan melalui survei yang luas atau penagmatan singkat oleh orang kota. sebagai tekhnik penilaian, RRA menggabungkan beberapa tekhnik yang terdiri dari :

a. Review data sekunder. b. Observasi lapangan secara langsung. c. Wawancara dengan iforman kunci dan lokakarya. d. Pemetaan dan pembuatan diagram e. Studi kasus f. Kecenderungan g. Pembuatan kuesioner sederhana yang singkat h. Pembuatan laporan lapang secra cepat 99


Untuk itu terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan yaitu : ✓ Efektivitas dan efisiensi ✓ Hindari bias ✓ Belajar dari dan bersama masyrakat d. Belajar cepat melelui eksplorasi

2. PRA (Participatory Rapid Appraisal) Merupakan penyempurnaan dari RRA atau penilaian keadaan secara partisipatif. Participatory Rural Appraisal (PRA) atau Pemahaman Partisipatif Kondisi Pedesaan (PRA) adalah

pendekatan

dan

metode

yang

memungkinkan

masyarakat secara bersama-sama menganalisis masalah kehidupan dalam rangka merumuskan perencanaan dan kebijakan secara nyata. Metode dan pendekatan ini semakin meluas

dan

diakui

kegunaannya

ketika

paradigma

pembangunan berkelanjutan mulai dipakai sebagai landasan pembangunan di negara-negara sedang berkembang. Dalam paradigma pembangunan berkelanjutan, manusia ditempatkan sebagai inti dalam proses pembangunan.

Manusia dalam

proses pembangunan tidak hanya sebagai penonton tetapi 100


mereka harus secara aktif ikut serta dalam perencanaa, pelaksanaan, pengawasan dan menikmati hasil pembangunan. Metode dan pendekatan yang tampaknya sesuai dengan tuntutan paradigma itu adalah metode dan pendekatan yang partisipatif. Metode PRA mulai menyebar dengan cepat pada tahun 1990-an yang merupakan bentuk pengembangan dari metode Pemahaman Cepat Kondisi Pedesaan (PCKP) atau Rapid Rural Appraisal (RPA) yang menyebar pada tahun 1980-an. Kedua metode tersebut saling berhubungan etar dan masingmasing mempunyai kelebihan dan kekurangannya dan bisa saling melengkapi. Namun dalam perkembangannya, metode PRA banyak digunakan dalam proses pelaksanaan program pembangunan

secara

partisipatif,

baik

pada

tahap

perencanaan, pelaksanaan, maupun pengawasannya. Pada intinya PRA adalah sekelompok pendekatan atau metode yang memungkinkan masyarakat desa untuk saling berbagi,

meningkatkan,

dan

menganalisis

pengetahuan

mereka tentang kondisi dan kehidupan desa, serta membuat rencana dan tindakan nyata (Chambers, 1996).

Beberapa

prinsip dasar yang harus dipenuhi dalam metode PRA anatar 101


lain adalah : saliang belajar dan berbagi pengalaman, keterlibatan semua anggota kelompok dan informasi, orang luar sebagai fasilitator, konsep triangulasi, serta optimalisasi hasil,

orientasi

praktis

dan

keberlanjutan

program

(Rochdyanto, 2000). Metode tersebut dipandang telah memiliki teknis-teknis yang dijabarkan cukup operasional dengan konsep bahwa keterlibatan masyarakat sangat diperlukan dalam seluruh kegiatan. Pendekatan PRA memang bercita-cita menjadikan masyarakatmenjadi

peneliti,

perencana,

dan

pelaksana

pembangunan dan bukan sekedar obyek pembangunan. Tekanan aspek penelitian bukan pada validitas data yang diperoleh, namun pada nilai praktis untuk pengembangan program itu sendiri. Penerapan pendekatan dan teknik PRA dapat memberi peluang yang lebih besar dan lebih terarah untuk melibatkan masyarakat. Selain itu melalui pendekatan PRA akan dapat dicapai kesesuaian dan ketepatgunaan program

dengan

kebutuhan

masyarakat

sehingga

keberlanjutan (sustainability) program dapat terjamin.

102


Tujuan kegiatan PRA yang utama ialah untuk menghasilkan rancangan program yang gayut dengan hasrat dan keadaan masyarakat. Terlebih itu, tujuan pendidikannya adalah untuk mengembangkan kemampuan masyarakat dalam menganalisa

keadaan

mereka

sendiri

dan

melakukan

perencanaan melalui kegiatan aksi. Beberapa hal prinsip yang ditekankan dalam PRA ialah •

Saling belajar dari kesalahan dan berbagi pengalaman dengan masyarakat. Prinsip dasar PRA bahwa PRA adalah dari, oleh, dan untuk masyarakat.

Ini berarti

bahwa PRA dibangun dari pengakuan serta kepercayaan masyarakat yang meliputi pengetahuian tradisional dan kemampuan

masyarakat

untuk

memecahkan

persoalannya sendiri. Prinsip ini merupakan pembalikan dari metode pembelajaran konvensional yang bersifat mengajari masyarakat. Kenyataan membuktikan bahwa dalam perkembangannya pengalaman dan pengetahuan tradisional masyarakat tidak sempat mengejar perubahan yang terjadi, sementara itu pengetahuan modern yang diperkenalkan orang luar tidak juga selalu memecahkan 103


masalah.

Oleh karenanya diperlukan ajang dialog di

antara ke duanya untuk melahirkan sesuatu program yang lebih baik. PRA bukanlah suatu perangkat teknik tunggal yang telah selesai, sempurna, dan pasti benar.

Oleh

karenanya metode ini selalu harus dikembangkan yang disesuaikan dengan kebutuhan setempat. Kesalahan yang dianggap tidak wajar, bisa saja menjadi wajar dalam proses pengembangan PRA. Bukannya kesempurnaanpenerapan yang ingin dicapai, namun penerapan sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuan yang ada dan mempelajari kekurangan yang terjadi agar berikutnya menjadi lebih baik. Namun PRA bukan kegiatan coba-coba (trial and error) yang tanpa perhitungan kritis untuk meminimalkan kesalahan. •

Keterlibatan semua anggota kelompok, menghargai perbedaan, dan informal Masyarakat bukan kumpulan orang yang homogen, namun terdiri dari berbagai individu yang mempunyai masalah dan kepentingan sendiri.

Oleh karenanya

keterlibatan semua golongan masyarakat adalah sangat penting. Golongan yang paling diperhatikan justru yang 104


paling sedikit memiliki aksesdalam kehidupan sosial komunitasnya (miskin, perempuan, anak-anak, dll). Masyarakat heterogen memiliki pandangan pribadi dan golongan yang berbeda.

Oleh karenanya semangat untuk saling menghargai perbedaan

tersebut

terpenting

adalah

adalah

penting

pengorganisasian

artinya.

Yang

massalah

dan

penyusunan prioritasmasalah yang akan diputuskan sendiri oleh masyarakat sebagai pemiliknya. Kegiatan PRA dilaksanakan dalam suasana yang luwes, terbuka, tidak memaksa, dan informal.

Situasi santai tersebut

akan mendorong tumbuhnya hubungan akrab, karena orang luar akan berproses masuk sebagai anggota bukan sebagai tamu asing yang harus disambut secara protokoler. Dengan demikian suasana kekeluargaan akan dapat mendorong kegiatan PRA berjalan dengan baik. •

Orang luar sebagai fasilitator dan masyarakat sebagai pelaku Konsekuensi dari prinsip pertama, peran orang luar hanya sebagai fasilitator, bukan sebagai pelaku, guru, 105


penyuluh, instruktur, dll.

Perlu bersikap rendah hati

untuk belajar dari masyarakat dan menempatkannya sebagai

nara

penerapannya, kegiatan.

sumber

utama.

masyarakat

Bahkan

dibiarkan

dalam

mendominasi

Secara ideal sebaiknya penentuan dan

penggunaan teknik dan materi hendaknya dikaji bersama, dan seharusnya banyak ditentukan oleh masyarakat. •

Konsep triangulasi Untuk

bisa

mendapatkan

informasi

yang

kedalamannya dapat diandalkan, bisa digunakan konsep triangulasi yang merupakan bentuk pemeriksaan dan pemeriksaan ulang (check and recheck).

Triangulasi

dilakukan melalui penganekaragaman keanggotaan tim (disiplin ilmu), sumber

informasi (latar belakang

golongan masyarakat, tempat), dan variasi teknik.

a. Penggunaan variasi dan kombinasi berbagai teknik PRA, yaitu bersama masyarakat bisa diputuskan variasi dan kombinasi teknik PRA yang paling tepat sesuai dengan proses belajar yang diinginkan dan 106


cakupan

informasi

yang

dibutuhkan

dalam

pengembangan program. b. Menggali berbagai jenis dan sumber informasi, dengan mengusahakan kebenaran data dan informasi (terutama data sekunder) harus dikaji ulang dan sumbernya dengan menggunakan teknik lain. c. Tim PRA yang multidisipliner, dengan maksud sudut pandang yang berbeda dari anggota tim akan memberi

gambaran

terhadappenggalian

yang

lebih

informasi

menyeluruh

dan

memberi

pengamatan mendalam dari berbagai sisi. •

Optimalisasi hasil Pelaksanaan narasumber,

PRA

memerlukan

pelaksana

yang

waktu,

terampil,

tenaga

partisipasi

masyarakat yang semuanya terkait dengan dana. Untuk itu

optimalisasi

hasil

dengan

pilihan

menguntungkan mutlak harus dipertimbangkan.

yang Oleh

karenanya kuantitas dan akurasi informasi sangat diperlukan agar jangan sampai kegiatan yang berskala besar namun biaya yang tersedia tidak cukup. 107


Berorientasi praktis Orientasi PRA adalah pemecahan masalah dan pengembangan program. Dengan demikian dibutuhkan penggalian informasi yang tepat dan benar agar perkiraan yang tepat akan lebih baik daripada kesimpulan yang pasti tetapi salah, atau lebih baik mencapai perkiraan yang hampir salah daripada kesimpulan yang hampir benar.

Keberlanjutan program Masalah dan kepentingan masyarakat selalu berkembang sesuai dengan perkembangan masyarakat itu sendiri. Karenanya, pengenalan masyarakat bukan usaha yang sekali kemudian selesai, namun merupakan usaha yang berlanjut.

Bagaimanapun juga program yang mereka

kembangkan dapat dipenuhi dari prinsip dasar PRA yang digerakkan dari potensi masyarakat. •

Mengutamakan yang terabaikan Prinsip ini dimaksudkan agarmasyarakat yang terabaikan dapat memperoleh kesempatan untuk berperan dan mendapat

manfaat

dalam

kegiatan

program

pembangunan. Keperpihakan pada pihak atau golongan 108


masyarakat yang terabaikan bukan berarti bahwa golongan masyarakat lainnya (elite masyarakat) perlu mendapat

giliran

untuk

diabaikan

atau

tidak

diikutsertakan. Keberpihakan ini lebih pada upaya untuk mencapai keseimbangan perlakuan terhadap berbagai golongan dan lapisan yang ada di masyarakat, dengan mengutamakan

golongan

paling

miskin

agar

kehidupannya dapat meningkat. •

Pemberdayaan (Penguatan) masyarakat Kemampuan masyarakat diitingkatkan melalui proses pengkajian keadaan, pengambilan keputusan, penentuan kebijakan, peilaian dan koreksi terhadap kegiatan yang dilakukan. Dengan demikian masyarakat memiliki akses 9peluang dan kesempatan) serta memiliki kemampuan memberikan keputusan dan memilih berbagai keadaan yang terjadi. Dengan demikian mereka dapat mengurangi ketergantungan terhadap bantuan 'orang luar'.

Santai dan informal

109


Penyelenggaraan kegiatan PRA bersifat luwes, tidak memaksa, dan informal sehingga antara orang luar dan masyarakat setempat terjalin hubungan yang akarab, orang luar akan berproses masuk sebagai anggota masyarakat.

Dengan demikian kedatangan orang luar

tidak perlu disambut atau dijamu secara adat oleh masyarakat dan tokohnya maupun oleh pemerintah setempat. Orang luar yang masuk harus memperhatikan jadwal atau waktu kegiatan masyarakat, sehingga penerapan PRA tidak mengganggu kegiatan rutin masyarakat. •

Keterbukaan PRA sebagai metode dan perangkat teknik pendekatan

kepada masyarakat masih belum sempurna, dan belum selesai. Berbagai teknik penerapannya di dalam praktik masih terus dikembangkan

dan

disesuaikan

dengan

keadaan

dan

kebutuhan masyarakat setempat.

Oleh karena itu berbagai pengalaman penerapan tersebut diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran 110


untuk memperbaiki konsep dan pemikiran serta dalam merancang teknik-teknik baru sehingga sangat berguna dalam memperkaya metode ini. Karena

tujuan

penerapan

metode

PRA

adalah

pengembangan program bersama masyarakat, penerapannya perlu senantiasa program.

mengacu

pada siklus

pengembangan

Gambaran umum siklus tersebut secara ringkas

adalah sebagai berikut : Pengenalan masalah/kebutuhan dan potensi, dengan maksud untuk menggali informasi tentang keberadaan lingkungan dan masyarakat secara umum. Perumusan masalah dan penetapan prioritas guna memperoleh rumusan atas dasar masalah dan potensi setempat. Identifikasi pengembangan

alternatif

gagasan

pemecahan

guna

masalah

membahas

atau

berbagai

kemungkinan pemecahan masalah melalui urun rembug masyarakat. Pemilihan alternatif pemecahan yang paling tepat sesuai dengan kemampuan masyarakat dan sumberdaya yang tersedia dalam kaitannya dengan swadaya.

111


Perencanaan penerapan gagasan dengan pemecahan masalah tersebut secara konkrit agar implementasinya dapat secara mudah dipantau. Penyajian rencana kegiatan guna menddapatkan masukan untuk penyempurnaannya di tingkat yang lebih besar. Pelaksanaan dan pengorganisasian masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan tingkat perkembangan masyarakat. Pemantauan

dan

pengarahan

kegiatan

untuk

melihat

kesesuaiannya dengan rencana yang telah disusun. Evaluasi dan rencana tindak lanjut untuk melihat hasil sesuai yang diharapkan, masalah yang telah terpecahkan, munculnya massalah lanjutan, dll. Meningkatnya

secara

cepat

popularitas

PRA

dikhawatirkan menyebabkan sedemikian terburu-burunya menerima gagasan ini tanpa pemahaman yang cukup mendasar akan prinsip dasar yang ada yang kemudian diikuti dengan harapan yang terlalu tinggi akan keampuhan PRA. Oleh karenanya beberapa massalah yang timbul akibat merebaknya penggunaan metode PRA adalah : •

Permintaan melampaui kemampuan akibat metode ini dilatihkan dalam forum yang formal tanpa cukup 112


kesempatan untuk menghayati dan mendalami prinsip yang mendasarinya. •

Kehilangan

tujuan

dan

kedangkalan

hasil

akibat

penerapan yang serampangan di lapangan tanpa tujuan yang jelas. •

Kembali menyuluh akibat petugas tidak siap untuk memfasilitasi partisipasi masyarakat.

Menjadi penganut fanatik karena tidak munculnya improvisasi dan variasi petugas untuk menggali lebih dalam permasalahan di masyarakat.

Mengatasnamakan PRA untuk kegiatan yang sepotongpotong

di

luar

konteks

program

pengembangan

masyarakat. •

Terpatok waktu akibat program yang berorientasi pada target (teknis, administratif)

Kerutinan yang dapat membuat kegiatan tidak hidup lagi sehingga terjebak dalam pekerjaan yang rutin dan membosankan.

3. FGD (Focus Group Discussion)

113


Diskusi Kelompok Terarah atau Focus Group Discussion merupakan suatu proses pengumpulan informasi mengenai suatu masalah tertentu yang sangat spesifik (Irwanto, 2007). Henning dan Columbia (1990) menjelaskan bahwa diskusi kelompok terarah adalah wawancara dari sekelompok kecil orang yang dipimpin seorang narasumber atau moderator yang mendorong peserta untuk berbicara terbuka dan spontan tentang hal yang dianggap penting dan berkaitan dengan topik saat itu. Menurut Andi Prastowo (2008) Diskusi Kelompok Terarah merupakan suatu bentuk penelitian kualitatif dimana sekelompok orang dimintai pendapatnya mengenai suatu produk, konsep, layanan, ide, iklan, kemasan / situasi kondisi tertentu. Tujuan dari Diskusi Kelompok Terarah itu sendiri adalah untuk memperoleh masukan atau informasi mengenai permasalahan yang bersifat lokal dan spesifik. Penyelesaian masalah ini ditentukan oleh pihak lain setelah informasi berhasil dikumpulkan dan dianalisis. -

Karakteristik Diskusi Kelompok Terarah adalah Jumlah peserta Diskusi terbatas, dengan tujuan agar setiap peserta

114


mendapat kesempatan untuk berbicara, mengemukakan pendapat dan terlibat aktif dalam diskusi -

Peserta diskusi berasal dari satu populasi sasaran yang sama atau kelompok homogen, dengan ciri-ciri yang sama, ditentukan dari tujuan penelitian. Menurut Andi Prastowo (2008), prinsip yang harus

dipegang teguh dalam Diskusi Kelompok Terarah adalah: a. FGD adalah Kelompok Diskusi, bukan wawancara atau obrolan. Ciri khas metode riset FGD yang tidak dimiliki oleh metode penelitian kualitatif lain (baik wawancara mendalam maupun observasi) adalah adanya interaksi. b. FGD adalah Group, bukan individu. Sehingga, agar dinamika kelompok berjalan lancar, setiap anggota kelompok terlibat secara aktif. c. FGD adalah diskusi terfokus, bukan diskusi bebas. Tidak hanya terfokus pada Interaksi dan Dinamika Kelompok, namun pula terfokus pada Tujuan Diskusi. Ada beberapa alasan mengapa Diskusi Kelompok Terarah dipilih adalah: -

Adanya keyakinan bahwa masalah yang diteliti tidak dapat dipahami dengan metode survei atau wawancara 115


-

Untuk memperoleh data kualitatif yang bermutu dalam waktu yang relatif singkat.

-

Sebagai metode yang dirasa cocok bagi permasalahan yang bersifat sangat lokal dan sepesifik oleh karena itu FGD yang melibatkan masayarakat setempat dipandang sebgai pendekatan yang paling serasi.

-

Untuk menumbuhkan peranan memilih dari masyarakat yang

diteliti,

sehingga

pada

peniliti

memberikan

rekomendasi, dengan mudah masyarakat mau menerima rekomendasi tersebut.

Syarat agar Diskusi Kelompok Terarah dapat berjalan lancar adalah: Setiap Diskusi Kelompok Terarah membutuhkan 1 (satu) orang moderator, 1 (satu)

pencatat proses, 1 (satu)

pengembang peserta dan 1 (satu) atau 2 (dua) orang logistik dan blocker (Irwanto, 1998). Tugas utama moderator atau fasilitator adalah :

116


-

Menjamin terbentuknya suasana yang akrab , saling percaya dan

yakin

diantar

peserta.

Peserta

harus

saling

diperkenalkan. -

Menerangkan tatacara berinteraksi dengan menekankan bahwa semua pendapat dan sasaran mempunayi nilai yang sama dan sama pentingnya dan tidak ada jawaban yang benar atau salah.

-

Cukup

mengenal

permasalahannya

sehingga

dapat

mengajukan pertanyaan yang sesuai dan bersifat memancing peserta untuk berfikir. Perlu adanya garis besar topik yang akan didiskusikan untuk menentukan arah diskusi. -

Moderator harus berskap santai, antusias, lentur, terbuka terhadap saran-saran, bersedia diinterogasi, bersabar dan harus dapat mengendalikan suaranya.

-

Memperhatikan keterlibatan peserta, tidak boleh berpihak atau membiarkan beberapa orang tertentu memonopoli diskusi dan memastikan bahwa setiap orang mendapat kesempatan yang cukup untuk berbicara. 117


-

Memperhatikan komunikasi atau tanggapan yang berupa bahasa tubuh atau non verbal.

-

Mendengarkan

diskusi

sebaik-baiknya

sambil

memperhatikan waktu dan mengarahkan pembicaraan agar dapat berpindah dengan lancar dan tepat pada waktunya sehingga semua masalah dapat dibahas sepenuhnya. Lama pertemuan tidak lebih dari 90 menit, untuk menghindari kelelahan. -

Peserta diskusi adalah orang dari populasi sasaran terpilih secara acak sehingga dapat mewakili populasi sasaran. Tetapi seringkali cara ini tidak mungkin dilakukan atau tidak diinginkan karena adanya keterbatasan ekonomi, demografis atau kebudayaan, maka lebih baik membentuk kelompok yang umumnya, yaitu dengan menyaring berdasarkan karakteristik tertentu.

Kegagalan sebuah Diskusi kelompok Terarah antara lain karena : 118


-

Karakter Konsumen / Peserta. Para peserta merupakan peserta pasif, pengguna produk yang tidak potensial

-

Dinamika Kelompok. Terdapat peserta yang dominan dan menguasai para peserta lainnya

-

Keterbatasan Waktu. Keinginan untuk segera mendapat hasil temuan dan dengan biaya murah. David Minter & Michael Reid menjelaskan bahwa hal

ini yang sering membuat hasil kurang mendalam, kurang cerdas dan inovatif mengenai sebuah temuan, misalnya tentang produk yang laku di pasaran. Namun hal ini juga akan terbentur dengan dilematis, karena jika waktu diskusi ditambah atau ditingkatkan, mungkin saja mengakibatkan peserta bosan atau mengalami Syndrom Respondent Fatique. Pada

awalnya

FGD

digunakan

sebagai

tekhnikwawancara pada penelitian kualitatif yang berupa “in depth interview” kepada sekelompok informan secara terfokus (Stewart dan Sewell,2006). Sebagai suatu metode pengumpulan data, FGD dirancang dalam beberapa tahapan, yaitu :

119


a. Peremusan kejelasan tujuan FGD b.Persiapan pertanyaan pertanyaan yang akan ditanyakan c. Identifikasi dan pemilihan partisipan d. Persiapan ruangan diskusi e. Pelaksanaan diskusi f. Aalisis data g. Penulisan Laporan

4. PLA (Participatory Learning and Action) PLA

merupakan

bentuk

baru

dari

metoda

pemberdayaan masyarakat yang dahulu dikenal sebagai “learning by doing” atau belajar sambil bekerja. Secara singkat, PLA merupakan metoda pemberdayaan masyarakat yang terdiri dari proses belajar tentang suatu topik, seperti pesemaian, pengolahan lahan, perlindungan hama tanaman, dll. Yang segera setelah itu diikuti aksi atau kegiatan riil yang relevan dengan materi pemberdayaan masyarakat tersebut. Melalui kegiatan PLA, akan diperoleh beragam manfaat, berupa: 120


a) Segala sesuatu yang tidak mungkin dapat dijaab oleh “orang luar” b) Masyarakat

setempat

akan

pengetahuan yang berbasis

memperoleh pada pengalaman

banyak yang

dibentuk dari lingkungan kehidupan mereka yang sangat kompleks c) Masyarakat akan melihat bahwa masyarakat setempat lebih mampu untuk mengemukakan masalah dan solusi yang tepat dibanding orang luar d) Melalui PLA, orang luar dapat memainkan peran penghubung antara masyarakat setempat dengan lembaga lain yang diperlukan. Disamping itu, mereka dapat menawarkan

keahlian

tanpa

harus

memaksakan

kehendaknya.

Terkait dengan hal itu, sebagai metoda belajar partisipatif, PLA memiliki beberapa prinsip sebagai berikut: a) PLA merupakan proses belajar secara berkelompok yang dilakukan oleh semua stakeholders secara interaktif dalam suatu proses analisis bersama

121


b) Multi

perspective,

yang

mencerminkan

beragam

interpretasi pemecahan masalah yang riil yang dilakukan oleh para pihak yang beragam dan berbeda cara pandangnya c) Spesifik lokasi, sesuai dengan kondisi para pihak yang terlibat d) Difasilitasi oleh ahli dan stakeholders (bukan anggota kelompok belajar) yang bertindak sebagai katalisator dan fasilitator

dalam

diperlukan)

pengambil

mereka

akan

keputusan;

dan

meneruskannya

(jika kepada

pengambil keputusan e) Pemimpin perubahan, dalam arti bahwa keputusan yang diambil melalui PLA akan dijadikan acuan bagi perubahanperubahan yang akan dilaksanakan oleh masyarakat setempat. 5. SL atau Sekolah Lapang (Farmers Field School) SL Pertama kali dikenalkan oleh SEAMEO ( 1997 ) pada usahatani padi di Filipina dan Indonesia.Sebagai metoda pemberdayaan masyarakat, SL/FFs merupakan kegiatan pertemuan

berkala

yang

dilakukan

oleh

sekelompok

masyarakat pada hamparan tertentu, yang diawali dengan 122


membahas masalah yang sedang dihadapi, kemudian diikuti dengan curah pendapat, berbagi pengalaman (sharing), tentang alternatif dan pemilihan cara-cara pemecahan masalah yang paling efektif dan efisien sesuai dengan sumberdaya yang dimiliki. Dari awal memang harapan dan tujuan peningkatan produksi padi secara nasional tercapai, namun pada saat hampir bersamaan berlangsung pula proses marginalisasi yang pesat terhadap pihak petani.

Revolusi hijau menyebabkan kekayaan pengetahuan lokal dan teknik tradisional yang arif serta daya kreatifinovatif serta kebebasan petani semakin terkikis. Berbagai studi telah menunjukkan menghilangnya praktik tradisional, pranata

sosial,

pengetahuan,

kemampuan

pembuatan

keputusan, hak-hak pemilikan lahan, pengerahan tenaga kerja, aplikasi

ritual,bahkan

merosotnya

martabat

petani

sebagaimanusia seutuhnya karena ketergantungan begitubesar pada pasokan dari luar. Konsekuensi lebih jauh adalah hilangnya kekayaan pengetahuan tentang keragaman sumber daya hayati lokal, yang pada gilirannya membawa perubahan 123


kondisi ekosistem dan tingkat pencemaran yang tinggi (Conway 1998; Winarto dkk. 2002; Winarto 2004c; Winarto 2006; dan Pusposutardjo, 2001). Gejala negatif tersebut pada akhirnya dirasakan pula oleh pemerintah yang kemudian memunculkan inisiatif rekayasa program teknologi Pengelolaan Hama Terpadu (PHT) yang sifatnya bottom-up dengan paket Sekolah Lapang Petani (SLP) yang implementasinya dimulai pada awal tahun 1990-an. Program PHT di Indonesia bukan hanya pada pengutamaan penanaman nilai-nilai terkait pertumbuhan tanaman yang sehat dan pelestarian lingkungan, tetapi juga pada peningkatan keberdayaan petani sebagai pengambil keputusan yang bijak dan bebas berdasarkan analisis agrosistem lahannya sendiri. Melalui kegiatan pelatihan PHT dengan paket SLP, petani diharapkan menjadi ahli PHT di lahannya

sendiri,

sebagai

pelaksana

paket

teknologi

rekomendasi pemerintah. Paket SLP sejak periode 1990-an dimaksudkan untuk menjadikan petani sebagai agen yang kaya dengan pengetahuan lokal yang berperan aktif dan memiliki kebebasan untuk berkreasi dalam mengolah lahan pertanian mereka sendiri dengan memanfaatkan potensi alam 124


setempat, dan mengurangi penggunaan dan ketergantungan pada input pupuk dan obat-obatan kimiawi. Pelaksanaan paket SLP ini diterapkan secara bertahap di sebagian besar wilayah Indonesia. Peningkatan peran masyarakat sebagai subjek pembangunan

diarahkan

pada

upaya

memungsikan

pengetahuan dan menumbuhkan mental kreatif-inovatif masyarakat petani agar mampu menyelesaikan masalah yang dihadapinya dalam rangka peningkatan kesejahteraannya secara merata. Untuk mencapai kesejahteraan sosial ekonomi bukan sekadar meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Di Indonesia, program PHT dengan paket SLP merupakan

program

etno-pembangunan.

Program

ini

mengutamakan penanaman nilainilai akan pertumbuhan tanaman yang sehat dan pelestarian lingkungan, peningkatan keberdayaan petani sebagai pengambil keputusan yang bijak dan bebas berdasarkan analisis agrosistem lahannya sendiri (Pontius dkk. 2002). Melalui kegiatan pelatihan PHT, petani dari berbagai etnis dan budaya diharapkan menjadi ahli PHT di lahannya sendiri lebih dari semata sebagai pelaksana paket teknologi

125


rekomendasi pemerintah. Penerapan teknologi PHT di tingkat petani memiliki sekurang-kurangnya tiga tujuan utama, yaitu (1) secara ekonomis menguntungkan, (2) secara sosial tidak bertentangan dengan kepentingan masyarakat, dan (3) secara teknis dapat diadopsi dan diterapkan oleh petani.

6. Pelatihan Partisipatif Penyelenggaraan pemberdayaan masyarakat harus diawali dengan “scopping” atau penelusuran tentang program pendidikan yang diperlukan dan analisis kebutuhan atau “need assesment”.

Untuk

kemudian

berdasarkan

analisis

kebutuhannya, disusunlah programa atau acara pemberdayaan masyarakat yang dalam pendidikan formal (sekolah) disebut dengan silabus dan kurikulum, dan perumusan modul/lembar persiapan fasilitator pada setiap pelaksanaan pemberdayaan masyarakat. Berbeda dengan kegiatan pelatihan konvensional, pelatihan partisipatif dirancang sebagai implementasi metoda pendidikan orang dewasa (POD), dengan ciri utama:

126


a)

Hubungan instruktur/fasilitator dengan peserta didik tidak lagi bersifat vertikal tetapi bersifat lateral/horizontal

b)

Lebih mengutamakan proses daripada hasil, dalam arti, keberhasilan pelatihan tidak diukur dari seberapa banyak terjadi alih-pengetahuan, tetapi seberapa jauh terjadi interaksi atau diskusi dan berbagi pengalaman (sharing) antara sesama peserta maupun antara fasilitator dan pesertanya. Menurut konsepnya PLA merupakan percaya diri “payung” dari metode-metode partisipatif yang berupa RRA,PRA, PAR dan PALM. PLA ini merupakan betuk baru dari metoda penyuluhan yang dahulu di kenal sebagai “learning by doing”. Pelatihan Partisipatif dirancang sebagai implementasi metoda pendidikan orang dewasa POD dengan ciri utama : •

hubungan instruktur denag peserta didik tidak lagi bersifat vertikal tapi juga horiziontal.

lebih mudah mengutamakan proses daripada hasil.

Substansi

materi

pelatihanselalu

kebutuhan peserta.

127

mengacu

pada


Pengertian partisipasi dalam pembangunan yang disampaikan, sebagaimana dikutip UNDP adalah sebagai berikut (UNDP, 2002): •

Dengan

mengacu

pada

pembangunan

pedesaan,

partisipasi melingkupi penyertaan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan, implementasi program, pembagian manfaat pembangunannya dan pelibatan mereka dalam evaluasi setiap program (Cohen dan Uphof, 1977). •

Partisipasi dikaitkan dengan usaha terencana untuk meningkatkan kontrol terhadap sumberdaya dan regulasi institusi, juga usaha menjadi bagian dari group yang sampai sekarang ini mengendalikan kontrol tersebut (Pearse dan Stifel, 1979).

Partisipasi komunitas adalah sebuah proses aktif dimana komunitas lokal mempengaruhi arah dan penentuan dari suatu proyek pembangunan dengan sebuah arahan untuk meningkatkan

penghasilan, 128

perkembangan

pribadi,


kepercayaan diri dan nilai-nilai lain yang mereka harapkan (Paul, 1987). •

Partisipasi

dapat

dilihat

sebagai

sebuah

proses

pemberdayaan terhadap yang selama ini diambil dan dibatasi. Pandangan ini didasari atas pengenalan terhadap perbedaanperbedaan dalam kekuatan politik dan ekonomi diantara berbagai sosial group dan kelas yang ada. Partisipasi dalam pengertian ini adalah kebutuhan kreasi organisasi

dari

golongan

kurang

mampu

yang

demokratik, independen dan percaya diri (Ghai,1990). •

Partisipasi dalam pembangunan berpijak atas kemitraan yang dibangun atas dasar dialog dari berbagai pelaku, agenda disusun bersama, dan sudut pandang dan pengetahuan lokal dengan sengaja diminta dan dihargai.

Dalam hal ini tak satu pun dari metode ini dapat dipilih sebagai yang terbaik: semuanya memiliki kelebihan dan kekurangan. Pilihan metode bergantung pada berbagai faktor seperti sistem kepemilikan lahan di wilayah, organisasi masyarakat, dan sumber daya yang tersedia untuk perpanjangan. Kombinasi metode penyuluhan lebih efektif daripada hanya satu 129


metode. Misalnya, di daerah di mana kepemilikan lahan komunal, atau pengelolaan lahan didasarkan pada upaya komunal, pendekatan kelompok cenderung lebih efektif daripada pendekatan individual. Rapat, hari kerja dan pendekatan ke lembaga juga bisa menjadi pilihan yang baik terjadi adalah dialog secara langsung bukan dominasi dari pihak eksternal penyusun agenda. Sehingga masyarakat menjadi pelaku bukan sekedar pewaris (OECD, 1994). •

Partisipasi adalah sebuah proses dimana para stakeholder mempengaruhi dan berbagi kontrol terhadap inisiatif pembangunan, pengambilan keputusan, pemanfaatan sumberdaya yang mempengaruhi mereka (World Bank, 1994).

1) Metode Penyuluhan Partisipatif Metode penyuluhan pertanian partisipatif yaitu masyarakat berpartisipasi secara interaktif, analisisanalisis dibuat secara bersama yang akhirnya membawa kepada

suatu

rencana

tindakan.

Partisipasi

disini

menggunakan proses pembelajaran yang sistematis dan terstruktur melibatkan metode-metode multidisiplin , 130


dalam hal ini kelompok ikut mengontrol keputusan lokal. Berdasarkan atas UU SP3K pasal 26 ayat 3, dikatakan bahwa "Penyuluhan dilakukan dengan menggunakan pendekatan partisipatif melalui mekanisme kerja dan metode yang disesuaikan dengan kebutuhan serta kondisi pelaku utama dan pelaku usaha". Hal-hal yang berkaitan dengan penyusunan PRA antara lain penyuluh, metode, dan teknik penyuluhan seperti demplot, wawancara, anjangsana, pendekatan kelompok dan pendekatan

individu.

Penyuluh

partisipatif

merupakan

pendekatan penyuluhan dari bawah ke atas (bottom up) untuk memberikan kekuasaan kepada petani agar dapat mandiri, yaitu kekuasaan dalam peran, keahlian, dan sumberdaya untuk mengkaji desanya sehingga tergali potensi yang terkandung, yang dapat diaktualkan, termasuk permasalahan yang ditemukan (Suwandi, 2006). Dengan pelatihan metode penyuluhan perikanan partisipatif, para penyuluh perikanan akan

termotivasi

untuk

menggali

keberadaan

sumber

informasi pertanian setempat yang mudah diakses oleh yang memerlukan, baik penyuluh maupun petani/nelayan. Pelatihan juga akan mendorong inisiatif positif para penyuluh pertanian 131


dan

petani,

melalui

pendekatan

partisipatif

untuk

mendapatkan solusi permasalahan usahatani di lapangan (BBPP Lembang, 2009).

Tabel 2. Kelebihan dan kekurangan metode penyuluhan partisipatif

Kelebihan

Kekurangan

Melibatkan partisipasi

Membutuhkan waktu

penuh dari masyarakat

yang relative lebih

Pendekatan

lama

penyuluhan dari

Pembicaraan dapat

bawah ke atas (bottom

menyimpang dari arah

up) untuk memberikan

pembelajaran yang

kekuasaan kepada

telah ditetapkan 132


petani agar dapat

sebelumnya.

mandiri •

Mendorong inisiatif positif penyuluh

Dari beberapa pengertian di atas nampak bahwa hal-hal pokok yang terdapat dalam pembangunan partisipasitif adalah adanya partisipasi dalam: penentuan keputusan, implementasi, manfaat dan evaluasi.

2) Metode penyuluhan berbasis ICT (cyber extension) Cyber extension

merupakan

sistem

informasi

penyuluhan

pertanian melalui media internet (berbasis TIK) yang dibangun untuk mendukung penyediaan materi penyuluhan dan informasi pertanian bagi penyuluh dalam memfasilitasi proses pembelajaran agribisnis pelaku utama dan pelaku usaha. Tujuan Cyber Extension

133


(1)

meningkatkan arus informasi dari pusat sampai tingkat petani;

(2)

meningkatkan penyediaan materi penyuluhan pertanian bagi penyuluh

(3)

meningkatkan

akses

petani

dalam

mendapatkan

informasi; dan (4)

menyediakan peralatan komputer yang dapat mengakses informasi Cyber Extension (Badan PPSDMP, 2010)

Tabel 3. Kelebihan dan kelemahan metode penyuluhan berbasis ICT Kelebihan Kelemahan •

Pengembangan kelembagaan penyuluhan 134

Belum semua petani mau dan mampu


Penguatan ketenagaan

menerima adanya

penyuluhan

teknologi •

Perbaikan

Informasi yang

penyelenggaraan

diterima tidak

penyuluhan

seluruhnya dapat

Penguatan dukungan

dimengerti

teknologi pada usaha tani/agribisnis di tingkat petani •

Perbaikan pelayanan teknologi dan informasi pertanian

2.4. Komponen metode penyuluhan yang efektif

135


Sistem penyuluhan yang efektif memiliki beberapa komponen kunci: a) Faktor yang paling penting adalah partisipasinya bersifat partisipatif, yaitu partisipasi oleh semua pemimpin yang terlibat untuk program yang lebih efektif, pengembangan teknologi dan keberlanjutan yang sesuai;

b) Karena

pendanaan

merupakan

masalah

yang

membatasi di sebagian besar negara, sebuah sistem pluralistik dimana berbagai jenis. Penyedia penyuluh memainkan peran adalah sistem penyuluhan yang efektif. Ini termasuk pelayanan pertanian atau lembaga pemerintah yang sebanding, perusahaan swasta, nonpemerintah organisasi dan kelompok tani. Pendanaan akan datang dari berbagai sumber termasuk anggaran pemerintah, donor, perusahaan swasta dan pembayaran oleh nasabah;

136


c) Sistem yang efektif memiliki keterbatasan birokrasi, namun

dapat

dipertanggungjawabkan

kepada

penyandang dana dan nasabah dan memberikan pemantauan dan evaluasi di seluruh proyek;

d) Aspek penting dari sistem yang efektif adalah mendorong keragaman..

Pertanyaan 1. Bagi masyarakat yang tinggal di wilayah pulau-pulau kecil Kepulauan Riau ini, yang saat ini masih banyak desa yang belum bisa akses internet tentunya metode penyuluhan berbasis internet sulit untuk diterapkan. Untuk mengatasi permasalahan ini apa solusi yang tepat dan metode apa yang paling sesuai untuk wilayah seperti ini. 2. Berikan contoh kasus sesuai dengan masing-masing metode penyuluhan, disertai dengan analisisnya. 3. Jika

anda

seorang

penyuluh,

kemudian

anda

ditugaskan untuk melakukan penyuluhan di daerah yang sebagian besar masyarakat pesisirnya masih 137


menutup diri dari dunia luar, metode apa yang akan anda gunakan dalam melakukan penyuluhan sehingga penyuluhan yang dilakukan efektif dan dapat merubah pandangan serta pola pikir masyarakat tersebut?

Referensi AGRITEX (Department of Agricultural, Technical and Extension Services). 1998. Learning together through participatory extension: A guide to an approach developed in Zimbabwe. AGRITEX, Harare, Zimbabwe Norman D. 2002. The farming systems approach: A historical perspective. In: Proceedings of the seventeenth international Farming Systems Association Symposium, Orlando, USA. Purcell DL and Anderson JR. 1997. Agricultural research and extension: Achievements and problems in national systems. World Bank Operations Evaluation Study, World Bank, Washington, DC, USA. Rogers E. 1995. Diffusion of innovations. Free Press. Ranjitha Puskur et al., 2008. Concepts and practices in agricultural extension in developing countries : A source book. (n.d.). Kittinger, J. N. (2013). Human Dimensions of Small-Scale and Traditional Fisheries in the Asia-Pacific Region 1, 67(3), 315–325. https://doi.org/10.2984/67.3.1 138


YusufLeonard Henuk. 2008. Komunikasi Pertanian dan Partisipasi Masyarakat Pedesaan. Working Paper 5. Institute of Indonesia Tenggara Studies (East Nusa Tenggara Studies). IITS Publications

BAB. III METODE MEMPENGARUHI PERILAKU NELAYAN

Standar Kompetensi Mata kuliah:

Mahasiswa

mampu

menjelaskan

metode-metode

mempengaruhi perilaku orang terutama nelayan

Kompetensi dasar mata kuliah:

a. Mahasiswa dapat menjelaskan mengapa perilaku nelayan perlu diubah

b. Mahasiswa dapat menjelaskan metode yang sesuai untuk mengubah perilaku nelayan

139


3.1. Mengapa Perlu Mengubah Perilaku Nelayan

Sebagian besar nelayan di Indonesia masuk dalam kategori nelayan skala kecil dengan kondisi sosial ekonomi yang relatif masih rendah. Perikanan skala kecil mencakup sebagian besar mata pencaharian yang terkait dengan perikanan,

menghasilkan

banyak

ikan

untuk

industri

perikanan, dan berkontribusi secara substansial terhadap ekonomi negara. Namun komunitas manusia menghadapi berbagai ancaman lokal dan global, dan kerentanan sosial, terhadap sistem sumberdaya tempat-tempat penghidupan beresiko, keamanan pangan, kesejahteraan, dan gaya hidup masyarakat tradisional pesisir dan budaya. Peran penting perikanan skala kecil dan tradisional di masyarakat di seluruh 140


wilayah Asia Pasifik sekarang dikenal luas. Bukti yang muncul dari hal ini mencakup (1) meningkatnya perhatian terhadap penilaian tingkat regional perikanan, perikanan skala kecil, regional, nasional dan lokal; (2) pengembangan pedoman

dan

pendekatan

untuk

mengamankan

dan

memperkuat perikanan skala kecil (Kittinger, 2013).

Selama bertahun-tahun konservatisme petani/nelayan dianggap sebagai penyebab kegagalan adopsi teknologi yang dikembangkan penelitian. Hal demikian ternyata tidak selalu benar.

Sebagai contoh, sebagian besar keuntungan hasil

teknologi

jatuh

ditangan

tengkulak

sehingga

tidak

mengherankan jika petani tidak tertarik untuk mempelajari teknologi

bersangkutan.

petani/nelayan

Dalam

memerlukan

hal

bantuan

yang

demikian,

untuk

dapat

mengorganisasikan diri secara efektif agar dapat menunjang pembangunan perikanan. Peran dari penyuluhan menjadi sangat penting untuk mengubah kondisi sosial ekonomi masyarakat nelayan ini (Mardikanto, 2008). 141


Berikut dijeaskan sebab-sebab utama yang menyebabkan kemiskinan nelayan sehingga perilakunya perlu diubah melalui penyuluhan. Menurut Kusnadi (2006) kehidupan sosial ekonomi masyarakat nelayan telah mengungkapkan bahwa sebagian besar dari mereka, khususnya yang tergolong nelayan buruh atau nelayan-nelayan kecil, hidup dalam kubangan kemiskinan. Kemampuan mereka untuk memenuhi kebutuhan dasar minimal kehidupan sehari-hari sangat terbatas.

Bagi

masyarakat

nelayan,

diantara

beberapa

jenis

kebutuhan pokok kehidupan, kebutuhan yang paling penting adalah pangan. Adanya jaminan pemenuhan kebutuhan pangan setiap hari sangat berperan besar untuk menjaga kelangsungan hidup mereka. Sebab-sebab pokok yang menimbulkan kemiskinan nelayan adalah: a. Belum adanya kebijakan dan aplikasi pembangunan kawasan pesisir dan masyarakat nelayan yang terintegrasi atau terpadu di antara para pelaku pembangunan. 142


b. Masalah isolasi geografis desa nelayan, sehingga menyulitkan keluar masuk barang, jasa, kapital, dan manusia. Berimplikasi melambatkan dinamika sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat nelayan c. Keterbatasan modal usaha atau investasi sehingga menyulitkan nelayan meningkatkan kegiatan ekonomi perikanannya d. Adanya relasi sosial ekonomi ”eksploitatif” dengan pemilik perahu dan pedagang perantara (tengkulak) dalam kehidupan masyarakat nelayan

e. Rendahnya tingkat pendapatan rumah tangga nelayan, berdampak sulitnya peningkatan skala usaha dan perbaikan kualitas hidup f. Kesejahteraan sosial nelayan yang rendah sehingga mempengaruhi mobilitas sosial mereka g. Lemah karsa (Prof. Herman Soewardi). Para pakar ekonomi sumberdaya melihat kemiskinan masyarakat pesisir, khususnya nelayan lebih banyak disebabkan karena faktor-faktor sosial ekonomi yang terkait 143


karakteristik

sumberdaya

serta

teknologi

yang

digunakan. Faktor-faktor yang dimaksud membuat sehingga nelayan tetap dalam kemiskinannya. h. Opportunity cost nelayan, khususnya di negara berkembang, sangat kecil dan cenderung mendekati nihil. Bila demikian maka nelayan tidak punya pilihan lain sebagai mata pencahariannya. Dengan demikian apa yang terjadi, nelayan tetap bekerja sebagai nelayan karena hanya itu yang bisa dikerjakan

i. Wayof life nelayan yang sangat sukar dirubah. Nelayan lebih senang memiliki kepuasaan hidup yang bisa diperolehnya dari menangkap ikan dan bukan berlaku sebagai pelaku yang semata-mata beorientasi pada peningkatan pendapatan. Karena way of life yang demikian

maka

apapun

yang

terjadi

dengan

keadaannya, hal tersebut tidak dianggap sebagai 144


masalah baginya.. Karena itu maka meskipun menurut pandangan

orang

lain

nelayan

hidup

dalam

kemiskinan, bagi nelayan itu bukan kemiskinan dan bisa saja mereka merasa bahagia dengan kehidupan itu.

145


3.2. Metode Mempengaruhi Orang Lain

Penyuluhan pada dasarnya hanya menawarkan sedikit kemungkinan

untuk

dapat

mengubah

skiap

manusia.

Pemerintah dalam mengubah beberapa aspek perilaku masyarakat seringkali menggunakan perangkat kebijakan sepeti undang-undang dan subsidi, dari pada dengan program penyuluhan atau peneranganmeskipun pemerintah dapat menggabungkan keduannya. Kita perlu mengetahui berbagai metode yang dapat digunakan untuk mempengaruhi perilaku manusia, jika ingin mengetahui kapan sebaiknya metodemetode tersebut dapat digunakan dalam penyuluhan. Berikut dijelaskan beberapa metode mempengaruhi orang lain (Mardikanto, 2009):

3.2.1. Kewajiban atau pemaksaan

Kekuasaan dijalankan oleh penguasa yang memaksa seseorang

untuk

melakukan

menerapkan

146

sesuatu.individu

yang


kekuasaanyang dipaksakana harus memenuhi syarat-syarat berikut: ▪

Memiliki kekuasayaan yang cukup

Mengetahui cara mencapai tujuan

Mampu mengawasi orang yang dipaksanya untuk bersikap sesuai dengan kehendaknya

Penerapan kekuasaan yang dipaksakan berarti pemaksa bertanggungjawab terhadap sikap orang yang dipaksanya. Masih memungkinkan untuk mengubah sikap sejumlah orang dalam waktu relatif singkat dengan menggunakan metode ini. Walaupun demikian biaya pelaksanaan dan pengawasan menjadi sangat besar, dan orang yang dipaksakan tidak selalu berperilaku seperti yang dihendaki. Metode ini tidak sesuai digunakan untuk mengubah perilaku yang menghendaki prakarsa dari orang yang hendak di paksakan. Bagi penyuluhan, mungkin penting untuk memberitahukan adanya

147


sanksi dan menghimbau orang untuk mengikuti peraturan berdasarkan kemauannya sendiri misalnya peraturan dan undang-undang pemerintah mengenai kesehatan masyarakat, lalu lintas dan sebagainya. Pemerintah menggunakan metode ini untuk mencegah petani mencemari air dan tanah atau menyebabkan erosi tanah. Orang cenderung kembali ke perilaku semula begitu paksaan dihentikan.

3.2.2. Pertukaran

Barang dan jasa dapat saling dipertukarkan oleh dua individu atau kelompok syarat-syarat yang diperlukan untuk menerapkan cara ini adalah : •

Setiap pihak menganggap transaksi yang dilakukan menguntungkan.

Masing-masing pihak memiliki barang/jasa yang diperlukan oleh pihak lain.

Masing-masing pihak menyerahkan bagiannya pada saat barang/jasa telah diserahkan oleh pihak

148


lain, ataupun satu pihak percaya bahwa pihak lain akan menepati janjinya.

Pertukaran sering merupakan cara yang efisien untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan dari berbagai kelompok, pihak atau pribadi yang berbeda-beda tetapi cara demikian tidak selalu adil dan efiseien. Kadang-kadang satu pihak cenderung menyerahkan sesedikit mungkin dalam pertukaran. Sebagai contoh. Pada perundingan antara pihak majikan dan buruh, atau pada perundingan antara petani dan pedagang. Penyuluhan dapat memainkan peran dengan meminta perhatian pihak yang dirugikan dan mencegah pihak lain memperoleh keuntungan yang tidak adil. Misalnya, petani di daerah terpencil (dineagara berkembang) dapat diberi informasi mengenai harga produk pertanian di pasar kota.

3.2.3. Saran

Saran diberikan untuk pemecahan maalah tertentu. Kita dpat menggunakan metode ini jika:

149


Pihaknya petani dan penyuluh setuju dengan jensi masalah yang dihadapi dan kriteria untuk memilih pemecahan yangtepat;

Penyuluh mengetahui sepenuhnya tentang petani dan mempunyai informasi yang cukup untuk memecahkan masalahnya

karena

telah

diuji

secara ilmiah atau dipraktekan di lapangan •

Petani/nelayan percaya bahwa penyuluh dapat memecahkan masalah yang dihadapinya

Penyuluh menganggap petani tidak sanggup memecahkan masalah sendiri

Pantai/nelayan mempunyai cukup sarana dan kemampuan untuk melaksanakan saran yang diberikan

Pemberi

saran

bertanggungjawab

terhdap

mutu

sarannya. Saran dari tenaga ahli yang dapat digunakan dengan baik membuat petani dapat memecahkan masalahnya dengan tepat. Hubungan dokter – pasien dalam berbagai hal 150


yang menyerupai hubungan penyuluh – petani, merupakan contoh dari metode ini.

3.2.4. Mempengaruhi pengetahuan dan sikap petani secara terbuka Tugas seorang penyuluh adalah menyampaikan pesanpesan pembangunan dari segi pertanian, perikanan yang bertujuan agar peteani dan nelayan dapat meningkatkan kesejahteraan, sehingga seorang penyuluh harus memiliki daya magnet yang luar biasa dalam mempengaruhi seorang petani atau nelayan. Cara ini dapat diterapkan bila : • Kita yakin bahwa petani tidak dapat memecahkan sendiri

masalahnya

karena

keterbatasan

pengetahuan, dan atau ketidak sesuaian dengan tujuan yang hendak dicapai

151


• Kita

menganggap

bahwa

petani

dapat

memecahkan masalahnya sendidi jika mereka telah memiliki cukup pengetahuan atau sikapnya telah berubah; • Kita

bersedia

menolong

petani

untuk

mengumpulkan informasi yang lebih akurat dalam rangka perubahan sikap • Kita

memiliki

pengetahuan

atau

cara

memperolehnya • Kita dapat mempergunakan metode mengajar untuk

mengalihkan

pengetahuan

atau

mempengaruhi sikap petani • Petani mempercayai keahlian dan motivasi kita, serta siap untuk bekerjasama dalam mengubah pandangan atau sikapnya.

Perubahan sikap dalam jangka panjang dapat dicapai dengan menggunakan metode ini. Keperecayaan petani terhadap

diri

sendiri

dan 152

kemampunyannya

untuk


memecahkan masalah yang sama pada masa depan akan semakin meningkat. Metode padat karya tersebut sering digunakan pada penyuluhan dan program pendidikan, sebagai contoh, agen penyuluhan yang mengajarkan pengendalian hama dengan alat semprotan pestisida. Agen penyuluhan wajib menerngkan tentang siklus kehidupan hama yang bersangkutan berikut tanamannya, agar petani mengerti situasi yang terbaik untuk penanggulangannya.

Jika kedua hal tersebut dapat dimengerti dengan baik, petani berada pada posisi yang kuat bilamana masalah serupa terjadi lagi. Ini berarti ketergantungan pada agen penyuluhan semakin berkurang. Tingkat keterpengaruhan dapat berupa penambahan pengetahuan atau berupa perubahan sikap, tetapi bagaimana kondisinya metode ini dapat dilaksanakan.

3.2.5. Manipulasi

153


Manipulasi atau mempengaruhi tingkat pengetahuan dan sikap petani tanpa disadarnya dapat dimanfaatkan jika : •

Kita yakin bahwa diperlukan perubahan sikap nelayan ke arah tertentu

Kita berpikir bahwa tidak diperlukan atau tidak diinginkan petani mengambil ke putusan sendiri

Kita mengendalikan teknik untuk mempengaruhi petani/nelayan tanpa mereka sadari

Petani/nelayan

tidak

begitu

berkeberatan

dipengaruhi melalui cara demikian.

Pada situasi demikian, orang yang mempengaruhi harus bertanggungjawab atau segala tindakannya termasuk untuk kepentingan pribadinya, seperti banyak dijumpai dalam kampanye politi. Pada kampanye kesehatan dan keselamatan kerja yang dilakukan pemerintah, kepentingan petani berada pada urutan pertama. Bahan kimia yang berbahaya banyak digunakan untuk pengendalian hama dan penyakit tanaman 154


petani

sangat

menyetujui

bilamana

agen

penyuluhan

membimbing mereka dalam cara menggunakan dengan benar bahan kimia tersebut. Agen penyuluhan juga memgang peranan penting untuk menyadarkan petani akan adanya usaha yang tersembunyi dari pihak-pihak yang hendak mengeruk keuntungan dari mereka. Untuk menghindari hal yang demikian, jasa penyuluhan di negara-negara maju diberikan melalui perbitan laporan resmi, seperti pengujian dan penampilan traktor atau mesin-mesin pertanian lainnya. Petani/nelayan dapat menuntut jika ternyata kemampuan mesin-mesin tersebut tidak seperti yang dinyatakan dalam iklan. Cara-cara yang telah dibicarakan sejauh ini hanya diarahkan untuk mempengaruhi petani sendiri. Perubahan juga dapat dicapai dengan mempengaruhi situasi yang di hadapinya.

Yang akan dibicarakan selanjuutnya adalah contohcontoh perubahan terhadap situasi petani/nelayan.

3.2.6. Penyediaan sarana

155


Kita dapat menerpakan cara ini pada kondisi sebagai berikut: •

Petani/nelayan mencapai tujuan tertentu yang memang tepat

Petani/nelayan

tidak

mempunyai

sarana

untuk

mencapai tujuannya, atau tidak ingin mengambil resiko dengan menggunakan sarana tersebut •

Sarana cukup tersedia dan dapat dimanfaatkanpetani untuk jangka waktu sementara atau seterusnya

Sarana khusus yang biasanya berasal dari pemerintah disediakan untuk kredit jangka pendek dan jangka panjang untuk membeli tanah atau masukan seperti pupuk, benih bersertifikat, alat penyemprot, bahan bangunan, mesin pertanian dan peralatan berat lainnya, subsidi produksi dan sebagainya. Penggunaan yang benar dan tepat waktu dari sarana tersebut, kemungkinan akan dapat memberikan peningkatanpendapatan yang besar pada petani/nelayan. Cara ini juga dapat lebih meratakan kesejahteraan masyarakat disamping terkonsentrasinya kekayaan diantara orang-orang

yang

berkuasa

memperoleh sarana tersebut. 156

atau

berpengaruh

untuk


Biaya penyeidaan sarana dapat ditutupi melalui pajak yang lebih tinggi terhadapa pendapatan yang juga semikin tinggi. Bahanyanya lagi bahwa pinjaman dan sarana tidak bisa terbayar kembali atau terganti seluruhnya sehingga bahan akan menjadi sangat mahal jika tidak diawasai dengan ketat. Pendekatan dengan “penyediaan sarana” hanya merupakan tindakan sementara untuk mendorong petani mencoba suatu inovasi. Beberapa departemen termasuk dinas penyuluhan menggunakan cara ini untuk memungkinkan tersedianya dana dan sarana fisik. Di sejumlah negara hal ini menimbulkan masalah bagi agen

penyuluhan

yang

kehilangan

kepercayaandari

petani/nelayan bila tidak mampu menyediakan sarana tersebut. Akan lebih sulit lagi untuk meyakinkan petani bahwa pengetahuan juga

157


merupakan sumberdaya yang penting bagi keberhasilah usaha tani. Walaupun dinas penyuluhan tidak secara langsung terlibat dalam penyaluran kredit dan sarana, tetapi memegang peranan penting dalam kelancaran pengadaanya. Agen penyuluhan juga dpat membantu petani meminta subsidi, kredit dansebagainya serta menggunakan sarana tersebut.

3.2.7. Pemberian jasa

Mencakup pengalihan beberapa tugas petani/nelayan. Metode ini dapat digunakan jika •

Kita memiliki pengetahuan yang cukup dan atau sarana tersedia untuk melakukan tugas lebih baik atau lebih ekonomi dari yang dilakukan petani

Kita sepakat bahwa suatu tugas layak untuk dilaksanakan

Kita siap untuk melaksanakan tugas itu demi kepentingan petani

158


Evaluasi pajak pendapatan, permintaan pinjaman dan subsidi, pengisian formulir untuk perhitungan statistik mengenai julah ternak dan produksi tanaman dan bermacammacam lagi lainnya merupkan apekerjaanyang menyita waktu dalam pertanian modern. Banyak petani mengganggap sulit dan berbelit-belit untuk mengisi formulir demikian sehingga mereka mengharapkan batuan dan saran dari penyuluh, tetapi jika bantuan Cuma-Cuma diberikan tanpa batas, terjadi ketergantungan dan kekuranga percayaan pada kemampuan sendiri. Jadi, jelas bahwa kesanggupan petani menyelesaikan tugasnya merupakan kepetningan umum, atau mereka dapat menyewa

tenaga

ahli

untuk

melakukkannya.

Peranan

penyuluh hanya memberikan bantuan awal, atau melatih menyelesaikan tugasnya atau menemukan tenaga ahli. Ada beberapa kasus dimana petani dianggap tidak mampu belajar menjalankan sendiri suatu tugas. seringkali kita beranggapan bahwa hanya dokter hewan yang dapat menyembuhkan penyakit ternak sedangkan petani dapat belajar bagaimana mengendalikan penyakit pada tanaman. 159


3.2.8. Mengubah struktur sosial ekonomi petani

Metode untuk mengubah struktur sosial ekonomi didaerah pedesaan mungkin merupakan cara terbaik bilamana: •

Kita sepakat bersamapetani mengenai perilaku optimal mereka

Petani tidak serharusnya bersikap demikian, tetapi dihadapkan pada kendala struktur ekonomi dan atau/sosial

Kita menganggap bahwa perubahan struktur sesuai dengan keinginan

Kita memiliki kebebasan untuk bekerja terhadap suatu perubahan

Kita berada pada posisi yang memungkinkan untuk melakukan tugas tersebut, melalui kekuatan atau keyakinan.

160


Usaha mengubah struktur sosial biasanya menemui rintangan dari beberapa individu atau kelompok, terutama bila menyangkut

perubahan

yang

menyebabkan

kehilangan

kekuasaan atau pendapatan. Petani yang tergabung dalam kelompok dapat memiliki sejumlah kekuasaan sehingga dapat mengatasi hal ini. Agen penyuluhan dapat membantu petani memahami besarnya pengaruh struktutr ekonomi dan sosial untuk mencapai kehidupan yang lebih baik dan menemukan cara mengubah struktur atau situasi yang mengahalani untuk mencapai tujuan tersebut. Mereka dapat membantu petani meramalkan

peluang

keberhasilan dengan

segala konsekuensinya dengan memberikan wawasan yang luas terhadap aspek sosial dan ekonomi yang mempengaruhi. Agen

penyuluhan

bersama

petugas

pembangunan

masyarakat telah berhasil membantu banyak orang yang kuran gmampu

untuk

memperoleh

kedudukan

yang

layak

dimasyarakat dengan menunjukkan cara mengambil bagian dalam proses politik. Program Organisasi Pangan Sedunia (Food and Agricultural Organization atau FAO) menekankan perlunya partisipasi petani kecil untuk itu dalam proyek 161


latihan dan pengembangan dalam bentukan kelompok swadaya agar dapat menikmati pemeraan masukan teknologi serta tata niaga produksi mereka.

3.2.9. Metode lainnya

Beberapa teori dan formulasi tentang taktik atau teknik mempengaruhi telah bermunculan sejak 20 tahun yang lalu (Kipnis-1980; Schriesheim-1990; Yukl-1992, Ferris-1997) Dari perseteruan pendapat yang ada, boleh dikata yang banyak diterapkan dan dimutasikan dalam penelitian lanjutan adalah metode Influence Behavior Questionanaire (IBQ). Suatu metode yang dikembangkan oleh peneliti yang bernama Gary Yukl (1992), professor di University at Albany, Amerika. Metoda IBQ memformulasikan 9 strategi dan teknik mempengaruhi orang lain. 162


Rational Persuasion: Adalah siasat meyakinkan orang lain dengan menggunakan argumen yang logis dan rasional. Seorang dokter yang memberi nasehat kepada pasien yang perokok berat, dengan menjelaskan efek buruk merokok bagi paru-paru dan hasil penelitian yang membuktikan bahwa para perokok lebih rentan menderita penyakit kronis lain. Adalah salah satu contoh rational persuasion ini.

Inspiration Appeals Tactics: Adalah siasat dengan meminta ide atau proposal untuk membangkitkan rasa antusias dan semangat dari target person. Contoh nyata penerapannya

adalah,

seorang

menteri

yang

membawahi departemen komunikasi dan informasi (kominfo), yang membuka kesempatan kepada seluruh komunitas IT untuk membuat proposal dan ide tentang pengembangan e-government di suatu negeri. •

Consultation Tactics: Terjadi ketika kita meminta target person untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan yang kita agendakan. Misalnya adalah menteri kominfo diatas yang kembali berkonsultasi kepada seluruh komunitas IT di suatu negeri dalam upaya 163


mengajak partisipasi aktif dalam implementasi cetak biru e-government

yang telah

diproduksi oleh

departemennya. •

Ingratiation Tactics: Adalah suatu siasat dimana kita berusaha untuk membuat senang hati dan tentram target person, sebelum mengajukan permintaan yang sebenarnya. Sendau gurau seorang salesman terhadap langganan, pujian seorang pimpinan terhadap bawahan sebelum memberi tugas baru, ataupun traktiran makan seorang

partner

bisnis

adalah

termasuk

dalam

ingratiation tactics ini.

Personal Appeals Tactics: Terjadi ketika kita berusaha mempengaruhi

target

person

dengan

landasan

hubungan persahabatan, pertemanan atau hal yang bersifat

personal

mengimplementasikannya

lainnya. dengan

Kita

bisa memulai

pembicaraan misalnya dengan, “Budi, saya sebenarnya 164


nggak enak mau ngomong seperti ini, tapi karena kita sudah bersahabat cukup lama dan saya yakin kamu sudah paham mengenai diri saya …” •

Exchange Tactics: Adalah mirip dengan personal appeal tactics namun sifatnya adalah bukan karena hubungan personal semata, namun lebih banyak karena adanya proses pertukaran pemahaman terhadap kesukaan, kesenangan, hobi, dsb. diantara kita dan target person.

Coalition Tactics: Adalah suatu siasat dimana kita berkoalisi

dan

meminta

untuk mempengaruhi

bantuan

target

pihak

person.

lain

Strategi

kemenangan karena jumlah pengikut dipakai dalam siasat ini.

Pressure Tactics: Terjadi dimana kita mempengaruhi target person dengan peringatan ataupun ancaman yang menekan. Seorang komandan pasukan yang memberi ancaman penurunan pangkat bagi prajuritnya 165


yang mengulangi kesalahan serupa. Adalah contoh implementasi pressure tactics ini. •

Legitimizing Tactics: Adalah satu siasat dimana kita menggunakan otoritas dan kedudukan kita untuk mempengaruhi target person. Presiden yang meminta seorang menteri untuk menyusun rancangan undangundang, kepala sekolah yang meminta guru menyusun kurikulum

pendidikan

adalah

beberapa

contoh

penerapan legitimizing tactics.

Ringkasan

Metode untuk mempengarahui sangat beragam sesuai dengan tingkat keharmonisan atau perbedaan kepentingan antara yang mempengaruhi dan yang dipengaruhi dan kesadaran akan adanya tumpang tindih kepentingan dan kekuatan yang dimiliki masing-masing pihak. Petani dan agen penyuluhan perlu menyadari adanya kepentingan bersama dalampenyuluhan. Mereka saling tergantung satu dengan yang 166


lain dengan tanpa mengorbbankan hubungan yang saling menguntungkan. Pertanyaan 1) Apabila terdapat di suatu pulau dimana masyarakatnya mengalami penyakit diare. Masyarakat meyakini bahwa penyakit diare tersebut disebabkan masyarakat yang mengkonsumsi air yang tidak masak. Sedangkan hasil penelitian merekomendasikan kepada masyarakat lebih baik mengkonsumsi air mineral yang tidak perlu lagi dimasak. Tetapi masyarakat mengkhawatirkan konsumsi air mineral aman dan sehat. Dapatkah anda menemukan metode lain selain metode yang dibahas diatas untuk mempengaruhi perilaku nelayan ini?

2) Kasus lain yang sering terjadi pada masyarakat yang hidup di kawasan pesisir. Yaitu membuang sampah plastic ke laut.

Masyarakat

mempercayai

plastic

tidak

akan

mengganggu kehidupan biota di laut. Dari hasil penelitian bahwa plastic yang dibuang ke laut sangat membahayakan 167


kehidupan biota di laut. Metode apa yang cocok untuk mempengaruhi persepsi masyarakat pesisir ini? Referensi

Mardikanto,T.,2008. Sistem Penyuuhan Pertanian. Penerbit Kerjasama Lembaga Pengembangan Pendidikan dan UPT Penerbitan dan Pencetakan UNS (UNS Press) Universitas Sebelas Maret Surakarta. G. A. Yukl and J. B. Tracey, “Consequences of Influence Tactics used with Subordinates, Peers, and the Boss”, Journal of Applied Psychology, 77, 525-535, 1992.

168


BAB IV. DIFUSI, ADOPSI & INOVASI

Standar Kompetensi Mata Kuliah:

Mahasiswa mampu memahami pengertian, tahapan dan proses difusi, adopsi dan inovasi.

Kompetensi dasar mata kuliah:

a.

Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian difusi, adopsi

dan inovasi b.

Mahasiswa dapat menjelaskan proses adopsi

c.

Mahasiswa dapat menjelaskan tahapan difusi dan inovasi d.

Mahasiswa dapat menjelaskan konsekuensi dari inovasi

169


4.1. Difusi, Adopsi dan Inovasi

4.1.1. Pengertian

Buku yang menjadi landasan teori untuk menjelaskan difusi dan inovasi penulis ambil dari buku Rogers (1971). Teori difusi inovasi telah ada sejak tahun 1950-an. Pada saat itu pemerintah Amerika Serikat ingin mengetahui bagaimana dan mengapa bagian peternak di sana mengadopsi teknik-teknik baru dalam peternakan dan sebagian lainnya tidak. Everett M Rogers pada waktuitu menjadi bagian dari tim eksplorasi ini. Meskipun pada awalnya teori difusi ini ditujukanuntuk memahami difusi 170


dari teknik-teknik peternakan tapi pada perkembangan selanjutnyateori difusi ini digunakan pada bidang-bidang lainnya.

a.

Adopsi Rogers (1971) : Proses mental, dalam mengambil keputusan untuk menerima atau menolak ide baru dan menegaskan lebih lanjut tentang penerimaan dan penolakan ide baru tersebut Mardikanto (2009) : Adopsi dalam penyuluhan peternakan dapat diartikan sebagai proses

perubahan

perilaku

baik

yang

berupa

pengetahuan, sikap, maupun keterampilan pada diri seseorang setelah menerima “inovasi” yang disampaikan penyuluh

kepada

sasarannya.

Penerimaan

disini

mengandung arti tidak sekedar “tahu” tetapi dengan benar-benar dapat dilaksanakan atau diterapkan dengan benar serta menghayatinya. Penerimaan inovasi tersebut, biasanya dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung oleh orang lain sebagai cerminan dari adanya perubahan sikap, pengetahuan, dan keterampilannya.

171


b. Inovasi Mardikanto (2009) : inovasi adalah suatu ide, perilaku, produk, informasi, dan pratek-praktek baru yang belum banyak diketahui, diterima, dan digunakan/diterapkan oleh sebagian besar warga masyarakat dalam suatu lokalitas tertentu, yang mendorong terjadi perubahan-perubahan disegala aspek kehidupan masyarakat demi terwujudnya perbaikan mutu hidup setiap individu/warga masyarakat yang bersangkutan.

172


Ahmad Zayadi (2011) : Inovasi merupakan instrument penting

untuk

memberdayakan

sumberdaya

untuk

menghasilkan sesuatu yang baru dan menciptakan nilai, dengan mengubah semua tantangan menjadi peluang melalui ide-ide yang terus berkembang. Rogers (1971) : inovasi adalah “ “an idea, practice, or object percei ved as new by the individual.” (suatu gagasan, praktek, atau benda yang dianggap/dirasa baru olehindividu). Dengan definisi ini maka kata perceived menjadi kata yang penting karena mungkin suatu ide, praktek atau benda akan dianggap sebagai inovasi bagi sebagian

orangtetapi

bagi

sebagian

lainnya

tidak,

tergantung apa yang dirasakan oleh individu terhadap ide, praktek atau benda tersebut. Ide-ide baru, praktek-praktek baru, atau obyek-obyek yang dapat dirasakan sebagai sesuatu yang baru oleh individu atau masyarakat sasaran penyuluhan. Pengertian "baru" disini, mengandung makna bukan sekadar "baru diketahui" oleh pikiran (cognitive), akan tetapi juga baru karena belum dapat diterima secara 173


luas oleh seluruh warga masyarakat dalam arti sikap (attitude), dan juga baru dalam pengertian belum diterima dan

dilaksanakan/diterapkan

oleh

seluruh

warga

masyarakat setempat

c. Difusi Rogers (1971) : suatu proses dimana suatu inovasi dikomunikasikan melaluisaluran tertentu selama jangka waktu tertentu terhadap anggota suatu sistem sosial. Difusidapat dikatakan juga sebagai suatu tipe komunikasi khusus dimana pesannya adalah ide baru.Disamping itu, difusi juga dapat dianggap sebagai suatu jenis

perubahan sosial yaitu

suatuproses perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi sistem sosial. Teori difusi inovasi telah ada sejak tahun 1950an. Pada saat itu pemerintah AmerikaSerikat ingin mengetahui bagaimana

dan

mengapa

sebagian

peternak

di

sana

mengadopsi teknik-teknik baru dalam peternakan dan sebagian lainnya tidak. Everett M Rogers pada waktuitu menjadi bagian dari tim eksplorasi ini. Meskipun pada awalnya teori difusi ini ditujukanuntuk memahami difusi dari teknik-teknik

peternakan

tapi 174

pada

perkembangan


selanjutnyateori difusi ini digunakan pada bidang-bidang lainnya.

Pada tahun 1962 Everett Rogers menulis sebuah buku yang berjudul “Diffusion of Innovations“ yang selanjutnya buku ini menjadi landasan pemahaman tentang inovasi, mengapa orang mengadopsi inovasi, faktor-faktor sosial apa yang mendukung adopsi inovasi,dan bagaimana inovasi tersebut berproses di antara masyarakat Inovasi Rogers menyatakan bahwa inovasi adalah “ “an idea, practice, or object percei ved as new by the individual.” (suatu gagasan, praktek, atau benda yang dianggap/dirasa baru olehindividu). Dengan definisi ini maka kata perceived menjadi kata yang penting karena mungkin suatu ide, praktek atau benda akan dianggap sebagai inovasi bagi sebagian orangtetapi bagi sebagian lainnya tidak, tergantung apa yang dirasakan oleh individu terhadap ide, praktek atau benda tersebut. Difusi didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu inovasi dikomunikasikan melaluisaluran tertentu selama jangka waktu tertentu terhadap anggota suatu sistem sosial. 175


Difusidapat dikatakan juga sebagai suatu tipe komunikasi khusus dimana pesannya adalah ide baru.Disamping itu, difusi juga dapat dianggap sebagai suatu jenis perubahan sosial yaitu suatuproses perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi sistem sosial.

Inovasi baru yang merupakan hasil penelitian suatu instansi/lembaga penelitian bisa sampai kepada sasaran atau peternak maka perlu adanya suatu proses alih informasi peternakan yaitu melalui media cetak brosur, sedangkan kecepatan adopsi inovasi peternakan dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor lain. Hal ini sesuai pendapat Rogers dan Shoemaker (1971) bahwa keputusan menolak atau menerima inovasi teknologi oleh para peternak ditentukan oleh faktorfaktor sosial dan ekonomi peternak itu sendiri. Proses

adopsi

inovasi

merupakan

proses

kejiwaan/mental yang terjadi pada diri peternak pada saat menghadapi suatu inovasi, dimana terjadi proses penerapan 176


suatu ide baru sejak diketahui atau didengar sampai diterapkannya ide baru tersebut. Pada proses adopsi akan terjadi perubahan-perubahan dalam perilaku sasaran. Rogers dan Shoemaker (1971) adopsi adalah proses mental, dalam mengambil keputusan untuk menerima atau menolak ide baru dan menegaskan lebih lanjut tentang penerimaan dan penolakan ide baru tersebut. Sedangkan Feder dkk (1981) adopsi didefenisikan sebagai proses mental seseorang dari mendengar, mengetahui inovasi sampai akhirnya mengadopsi. Di lain pihak Samsudin (1994) menyatakan bahwa adopsi adalah suatu proses dimulai dan keluarnya ide-ide dari suatu pihak, disampaikan kepada pihak kedua, sampai ide tersebut diterima oleh masyarakat sebagai pihak kedua. Selanjutnya menurut Mardikanto (1993) mengemukakan adopsi dalam penyuluhan peternakan dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku baik yang berupa pengetahuan, sikap, maupun keterampilan pada diri seseorang setelah menerima “inovasi” yang disampaikan penyuluh kepada sasarannya. Penerimaan disini mengandung arti tidak sekedar “tahu” tetapi dengan benar-benar dapat dilaksanakan atau diterapkan dengan benar serta menghayatinya. Penerimaan inovasi 177


tersebut, biasanya dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung oleh orang lain sebagai cerminan dari adnaya perubahan sikap, pengetahuan, dan keterampilannya.

178


4.3.

Tahapan Adopsi

Terdapat lima tahap proses adopsi menurut Rogers (1971) yaitu: a) Tahap Kesadaran (Awareness) Pertama kali mendapat suatu ide dan praktek baru. Sasaran mulai sadar tentang adanya inovasi yang ditawarkan oleh penyuluh. Faktor-faktor yang mempengaruhi tahap sadar : •

Kontak petani dengan sumber-sumber informasi dari luar

Kontak dengan individu atau kelompok

Tersedianya media komunikasi

Adanya kelompok-kelompok dalam masyarakat

Bahasa dan kebudayaan

b) Tahap minat (interest). Mencari rintisan informasi. Seringkali ditandai oleh keinginannya untuk bertanya atau mengetahui lebih banyak tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan inovasi yang ditawarkan oleh penyuluh. 179


Faktor-faktor yang mempengaruhi: •

Tingkat kebutuhan

Kontak dengan sumber informasi

Keaktifan mencari sumber informasi

Adanya sumber informasi yang detail

Dorongan dari masyarakat setempat

c) Tahap Penilaian (Evaluation) Menilai manfaat inovasi yaitu penilaian tentang untung ruginya sesuatu inovasi bila ia melaksanakannya (dapatkah saya mengerjakannya). Pada tahap ini sasaran mulai mengadakan penilaian terhadap baik/buruk atau manfaat inovasi yang telah diketahui informasinya secara lebih lengkap. Pada penilaian

ini, sasaran

tidak

hanya

melakukan penilaian terhadap aspek teknisnya, tetapi juga aspek ekonomi, maupun sosial budaya. Faktor-faktor yang mempengaruhi : •

Pengetahuan

tentang keuntungan relatif dari

praktek inovasi. 180


Tujuan usahatani

Pengalaman petani

d) Tahap Mencoba (Trial) Mencoba menerapkan ivovasi pada skala kecil. Sasaran mulai mencoba inovasi tersebut dalam skala kecil untuk lebih meyakinkan penilaiannya, sebelum menerapkam untuk

skala

yang

lebih

luas.

Faktor-faktor

yang

mempengaruhi •

Keterampilan khusus yang dimiliki petani

Kepuasan pada cara lama

Keberanian menanggung resiko

Penerangan tentang cara-cara praktek khusus

Faktor alam, harga dll

e) Tahap Adopsi (Adoption), menerapkan inovasi pada skala besar pada usaha ternaknya. Dengan hasil penilaian dan uji coba yang telah

181


dilakukan/diamati sendiri, maka sasaran akan menerima (mengadopsi). Faktor-faktor yang mempengaruhi: ▪

Kepuasan pada pengalaman yang lama

Kemampuan dalam mengelola usahataninya

Ketersediaan dana dan sarana yang diperlukan

Analisis keberhasilan

Tujuan dan minat keluarga

182


Gambar 6. Proses Pengambilan Keputusan Adopsi (Rogers, 1971)

4.4. Kategori / Klasifikasi Adopter

Dapat dimengerti bahwa tidak setiap orang mengadopsi inovasi

pada

tingkat

yang

sama.

Ada

orang

yang

melakukannya bahkan setelah bertahun-tahun. Perbedaan antara mereka yang siap mengadopsi inovasi dan yang bersikap

menunggu

merupakan

dipelajari. Banyak penelitian

183

topik

menarik

untuk


menggabungkan sampel dari beberapa inovasi menjadi indeks adopsi. Inovasi umumnya dipelajari berkaitan

dengan

pertumbuhan ekonomi pada penelitian ilmiah. Sebagai contoh, metode yang dapat menaikkan produksi persatuan luas atau per orang dalam bidang pertanian. Indeks adopsi dihitung dengan cara menanyakan inovasi yang

telah

diadopsi

dari

sejumlah

10-15,

yang

direkomendasikan oleh Dinas Penyuluhan setempat. Diperoleh satu angka untuk setiap inovasi yang diadopsi. Kesulitan yang dihadapi adalah bahwa terdapat alasan yang sangat kuat bagi seseorang untuk tidak mengadopsi suatu inovasi. Misalnya, penggunaan mesin tertentu pada lahan pertanian yang luas menunjukkan kecanggihan seorang petani, tetapi mesin yang sama bagi petani kecil merupakan perhitungan yang ceroboh. Dengan demikian, jika indeks adopsi ingin digunakan harus didasarkan pada persentasi inovasi yang diadopsi yang dapat diterapkan pada situasi tertentu.

184


a) Golongan Perintis (innovator) dengan ciri-ciri sebagaI berikut: ▪

Kelompok yang paling cepat untuk mengadopsi

Petani maju

Jumlahnya sedikit dalam satu wilayah

Status ekonomi lebih tinggi dibandingkan yg lain

Status sosial dan pendidikan relatif tinggi

Pengalaman usahatani cukup luas

Penghasilannya relatif tinggi

Hubungan ke luar baik

b) Golongan Pengetrap Dini (early adopter) dengan ciri-ciri sebagai berikut: ▪

Umur relatif muda

Status sosial relatif tinggi

Pendidikan relatif tinggi

Suka membaca surat kabar/buku

Aktif mengikuti kegiatan kemasyarakatan

Aktif membantu petugas pemerintah

Mitra kerja penyuluh pertanian 185


c) Golongan Pengetrap Awal ( early majority) dengan ciriciri sebagai berikut: ▪

Mudah terpengaruh oleh hal-hal baru

Pendidikan dan pengalaman termasuk sedang (cukup)

Dihormati sebagai tokoh masyarakat

Status sosial dan ekonomi termasuk sedang

Aktif membantu pemerintah dalam melaksanakan pembangunan pertanian

Mitra kerja penyuluh pertanian

d) Golongan Pengetrap Akhir ( Late majority) dengan ciriciri sebagai berikut; ▪

Lambat dalam penerimaan inovasi

Umur relatif tua (diatas 45 tahun)

Status ekonomi dan sosialnya agar rendah

Hubungan dengan dunia luar sangat kurang

Memerlukan waktu yang lama untuk menerima sesuatu yang baru

Tidak aktif dalam kegiatan kemasyarakatan 186


e) Golongan Penolak atau kaum kolot ( Laggards) dengan ciri-ciri sebagai berikut: ▪

Umur diatas 50 tahun

Sulit diajak menuju perubahan

Kurang semangat dan tidak pandai bergaul

Tidak

mau

mengikuti

kjegiatan

penyuluhan

(berpandangan negatif)

4.5. Proses Adopsi Proses Difusi Inovasi adalah perembesan (penyebaran) adopsi inovasi dari satu individu yang telah mengadopsi ke individu yang lain dalam sistem sosial masyarakat sasaran yang sama. Perbedaan proses difusi inovasi dengan proses adopsi inovasi adalah: ▪

Proses difusi inovasi adalah sumber informasi berasal dari dalam sistem sosial masyarakat sasaran

187


Proses adopsi inovasi pembawa inovasinya bersasal dari luar sistem sosial masyarakat sasaran

Dimensi waktu merupakan faktor yang sangat penting dalam proses difusi dan berkaitan dengan : 1) Proses pengambilan keputusan mulai saat sasaran menyadari sampai dengan mengadopsi atau menolak untuk mengadopsi inovasi. 2) Membandingkan sifat sifat innovatiweness yaitu menentukan tingkat relatif kedinian (earliness) atau kelambatan (inteness) dari berbagai kategori adopter dalam suatu sistem sosial. 3) Menentukan tingkat adopsi yang pada umumnya biasa diukur

dengan

mengadopsi

jumlah

suatu

atau

inovasi

masyarakat tertentu.

188

banyaknya

dalam

suatu

yang sistem


Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan adopsi menurut Mardikanto (2009): a. Sifat inovasinya sendiri, baik sifat instristik (yang melekat pada inovasi) : ▪

informasi ilmiah yang melekat pada inovasi

Nilai-nilai keunggulan (teknis, ekonomis, sosial budaya yang melekat pada inovasinya

Tingkat kerumitan (kompleksitas)

Mudah tidaknya dikomunikasikan

▪ ▪

Mudah tidaknya inovasi tsb dicobakan (trial ability) Mudah tidaknya inovasi tsb diamati (obsevability)

b. Sifat

Ekstrinsik

inovasi(dipengaruhi

oleh

keadaan

lingkungannnya) : ▪

Kesesuaian (compatibility) baik lingkungan fisik, sosial budaya maupun ekonomis masyarakatnya.

Tingkat keunggulan relative

c. Sifat sasarannya (kecepatan dalam mengadopsi inovasi) ▪

Golongan Perintis (innovator) 2,5%

Golongan Pengetrap dini (early adopter) 13,5%

Golongan pengetrap awal (early mayority) 34,0%

Golongan pengetrap akhir (late mayority) 34.0% 189


Golongan penolak atau kaum kolot (laggards) 16%

d. Cara pengambilan keputusan Pengambilan keputusan secara individu relatif lebih cepat dibandingkan dengan pengambilan keputusan secara kelompok. e. Saluran komunikasi yang digunakan Jika inovasi dapat dengan mudah disampaikan lewat media masa untuk diterima masyarakat sehingga inovasi dengan cepat dapat diadopsi, dibandingkan melalui media antar pribadi.

f. Keadaan Penyuluh Aktivitas penyuluh dalam mempromosikan inovasi lewat saluran komunikasi yang tepat, maka inovasi tersebut akan lebih cepat diadopsi sasaran. Dalam edisi terakhir dari buku yang berjudul Diffusion and Innovations. Rogers (1971) mengusulkan serangkaian tahap sehagai berikut.

190


1. Pengetahuan; kesadaran individu akan adanya inovasi dan pemahaman tertentu tentang bagaimana inovasi tersebut berfungsi 2. Pengimbanan (pembentukan dan pengubahan sikap); individu membentuk sikap setuju atau tidak setuju terhadap inovasi. 3. Implementasi (adopsi atau penolakan); individu melibatkan diri pada aktivitas yang mengarah pada pilihan untuk menerima atau menolak inovasi 4. Konfirmasi; individu mencari penguatan ( dukungan ) terhadap keputusan yang telah dibuatnya, tapi ia mungkin berbalik keputusan jika ia memperoleh isi pernyataan peryantaan yang bertentangan

Rogers

menunjukkun

bukti

adanya

tahap-tahap

pengetahuan dan keputusan tetapi tahap lainnya kurang jelas. Pengimbauan dan penerapan dapat terjadi pada saat-saat yang berlainan di dalam proses adopsi. Pengimbauan terjadi setelah keputusan meng-adopsi, yang kadang-kadang dilakukan tanpa pertimbangan

yang

teliti

terhadap 191

kon-sekuensi

yang


ditimbulkannya. Implementasi mengandung pertimbangan serins, karena merupakan perubahan pengelolaan cara bertani melalui inovasi barn yang sebagiannya dapat terjadi sebelum keputusan diambil. Dalam implementasi sering dilakukan modifikasi sesuai dengan keperluan petani pengadopsi. Petani seringkali menambah int'ormasi setelah mengadopsi inovasi untuk memperknat keputusan yang telah diambil. Perbedaan penting antara rangkaian tahap lama dan yang barn adalah pada inovasi yang ditolak. Lima tahap inovasi ini bukan merupakan pola kaku yang pasti diikuti oleh peternak, tetapi sekedar menunjukkan adanya lima urutan yang sering ditemukan oleh peneliti maupun peternak.

Peneliti menunjukkan perlunya waktu yang lama antara saat pertama kali peternak mendengar suatu inovasi dengan saat

melakukan

adopsi.

192

Pengklasifikasian

kelompok


pengadopsi. Ciri-ciri yang membedakan setiap kelompok mengadopsi diringkas sebagai berikut:

1. Pembaharu (innovator) •

Lahan usaha tani luas, pendapatan tinggi

Status sosial tinggi

Aktif di masyarakat

Banyak berhubungan dengan orang secara formal dan informal

Mencari informasi langsung ke lembaga penelitian dan penyuluh peternakan

Tidak disebut sebagai sumber informasi oleh peternak lainnya

2. Pengadopsi Awal (Early Adopter) •

Usia lebih muda didikan lebih tinggi

Lebih aktif berpartisipasi di masyarakat

Lebih banyak berhubungan dengan penyuluh peternakan

Lebih banyak menggunakan surat kabar, majalah dan buletin 193


3. Mayoritas Awal (Early Majority) •

Sedikit di atas rata-rata dalam umur, pendidikan dan pengalaman peternak

Sedikit lebih tinggi dalam status sosial

Lebih banyak menggunakan surat, majalah dan bulletin

Lebih sering menghadiri pertemuan peternakan

Lebih awal dan lebih banyak mengadopsi daripada mayoritas lambat.

4. Mayoritas Lambat (Late Majority) ▪

Pendidikan kurang

Lebih tua

Kurang aktif berpartisipasi di masyarakat

Kurang berhubungan dengan penyuluhan peternakan

Kurang banyak menggunakan surat kabar, majalah, buletin.

5. Kelompok Lamban (Laggard) ▪

Pendidikan kurang

Lebih tua

Kurang aktif berpatisipasi di masyarakat 194


Kurang berhubungan dengan penyuluhan

Kurang

banyak

menggunakan

surat

kabar,

majalah, buletin.

Dalam tahap tahu media massa seperti radio, televisi, surat kabar dan bulletin paling banyak digunakan. Peringkat berikutnya adalah teman dan tetangga, terutama peternak sejawat, menyusul penyuluh peternakan dan pedagang. Dalam tahap minat memerlukan informasi yang rinci mengenai inovasi. Media masa atau peternak lain merupakan sumber informasi yang paling banyak disebut, selanjutnya penyuluh peternakan dan pedagang. Dalam tahap evaluasi peternak harus menilai manfaat inovasi maupun kecocokannya dengan keadaan setempat. Peternak sejawat yang berpengalaman merupakan sumber informasi peringkat pertama. Selanjutnya penyuluh peternakan, pedagang dan media massa. Dalam tahap mencoba peternak memerlukan informasi mengenai penggunaan inovasi. Teman dan tetangga merupakan sumber informasi

peringkat

pertama,

selanjutnya

peternakan, pedagang dan media massa.

195

penyuluh


196


Gambar 7. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan adopsi inovasi

4.6 Sifat-sifat Inovasi Ada beberapa sifat-sifat inovasi yang di rujuk dari buku “Memasyarakatkan Ide-Ide Baru” oleh Drs. Abdillah Hanafi). Beberapa sifat inovasi tersebut adalah: • keuntungan relatif • kompatibilita • kompleksitas • trialabilitas, dan • observabilitas. 1)

Keuntungan Relatif

197


Keuntungan relative adalah tingkatan dimana suatu

ide

baru dianggap membawa sesuatu yang lebih baik dari ide-ide sebelumnya.tingkat keuntungan relatif seringkali dinyatakan dengan atau dalam bentuk keuntungan ekonomis. Tetapi keuntungan relatif juga juga dapat diukur dengan lain, misalnya kelebihan yang dimiliki dari metode yang digunakan sebelumnya, atau juga dengan adanya suatu krisis, keuntungan relatif suatu inovasi lebih menonjol. Berikut contoh keuntungan relatif dalam suatu inovasi. Pengaruh krisis iklim terhadap pengabdosian alat pengering rumput di kalangan petani Wisconsin.

Hujan dan musim dingin pada tahun 1951 menyebabkan pengawetan jerami menjadi sulit, sehingga banyak petani ynag menggunakan alat pengering rumput. Pada tahun sebelum-sebelumnya petani tidak merasakan pengaruh yang kuat atau keuntungan relatif adari niovasi tersebut belum tampak karena sebelumnya cuaca di sana masih baik. Dalam suatu segi, keuntungan relatif menunjukkan intensitas imbalan atau hukuman yang ditimbulkan oleh

198


pengadopsian sesuatu inovasi. Ada beberapa sub-dimensi keuntungan relatif yang tidak di ragukan lagi, yaitu jika: a.

Memiliki keuntungan ekonomis.

b.

Resikonya lebih rendah.

c.

Hemat tenaga dan waktu.

d.

Memiliki efek yang segera di peroleh.

e.

Rendahnya biaya permulaan

f.

Kurangnya ketidaknyamanan Dari penyelidikan yang ada menunjukkan bahwa ada

hubungan positif antara keuntungan relatif dengan kecepatan adopsi. Artinya, lebih besar keuntungan relatif suatu inovasi menurut pengamatan masyarakat, semakin cepat inovasi tersebut di adopsi. Banyak pula lembaga yang pembaharuan yang memberikan pengaruh insentif atau suatu usaha untuk meningkatkan taraf keuntungan relatif suatu inovasi.

2)

Kompatibilitas Kompatibilitas adalah keterhubungan inovasi dengan

situasi klien. Dapat pula di katakan Kompatibilitas adalah 199


sejauh mana suatu inovasi di anggap konsisten dengan nilainilai yang ada, pengalaman masa lalu dan kebutuhan penerima. Ide yang tidak kompatibel dengan ciri-ciri sistem sosial yang menonjol akan tidak diadopsi secepat ide-ide yang kompatibel. Suatu ide dikatakan kompatibel jika: • Memiliki keterhubungan dengan nilai-nilai • Memiliki

keterhubungan

dengan

ide-ide

yang

diperkenalkan sebelumnya • Memiliki keterhubungan dengan kebutuhan klien Sebuah penelitian menunjukkan bahwa keterhubungan inovasi dengan situasi klien berhubungan positif dengan kecepatan pengadopsianya. Akan tetapi analisa satistik terhadap hal ini menunjukkan bahwa kompatibilitas inovasi relative kurang penting dalam memprediksi kecepatan inovasi di bandingkan dengan keuntungan relative.

Kesenangan klien dapat berpengaruh, klien

itu mau

mengadopsi inovasi itu atau tidak, karna klien juga mempertimbangkan suatu inovasi dengan dirinya dan 200


keuntungan relatifnya. Sehingga inovasi itu dapat di terima olehnya. 3)

Kompleksitas Kompleksitas atau bisa disebut dengan kerumitan

inovasi merupakan tingkat dimana suatu inovasi dianggap relatif sulit untuk dimengerti atau digunakan. 4)

Trialabilitas Trialibilitas ( dapat dicobanya suatu inovasi), yaitu

tingkat dimana suatu inovasi dapat dicoba denga skala kecil. Ide baru yang dapat dicoba biasanya diadopsi lebih cepat daripada inovasi yang tidak dapat di coba lebih dulu. Suatu inovasi yang dapat dicoba terlebih dahulu akan memperkecil resiko agi adopter. 5) Observabilitas Observabilitas (dapat diamatinya suatu inovasi) adalah tingkat dimana hasil-hasil suatu inovasi dapat dilihat dan di komunikasikan kepada orang lain.

201


4.6.1 Kecepatan Adopsi Kecepatan adopsi adalah tingkat kecepatan penerimaan inovasi oleh anggota sistem sosial. Kecepatan ini biasanya diukur dengan jumlah penerima yang mengadopsi suatu ide baru dalam suatu periode waktu tertentu. Selain kelima sifat inovasi tersebut yang mempengaruhi proses adopsi suatu inovasi, ada beberapa variabel lain yang dapat menjadi penjelas kecepatan adopsi. a.

Tipe keputusan inovasi

Seperti yang telah dibahas dalam presentasi kelompok sebelumnya bahwa tipe keputusan inovasi ada empat macam, diantaranya: 1) Tipe keputusan inovasi opsional Dalam tipe keputusan ini, individu berhak menentukan pilihanya, mau menerima inovasi atau menolaknya. Unit pengambil keputusan dan unit adopsi dipegang sepenuhnya oleh individu. 2) Tipe keputusan otoritas Tipe keputusan otoritas sering terjadi dalam organisassiorganisasi formal. Dalam tipe keputusan ini, suara individu tidak terlalu berpengaruh, karena unit pengambil keputusan 202


diterima atau ditolaknya suatu inovasi ada di tangan pemimpin, namun dalam tipe keputusan ini unit adopsinya adalah semua kelompok. 3) Tipe keputusan kolektif Tipe keputusan kolektif dapat juga disebut tipe keputusan bersama, karena dalam pengambilan keputusan ini ditentukan oleh hasil dari suara tiap-tiap individu dalam kelompok. Biasanya tipe keputusan ini sering ada di dalam proses musyawarah, dimana semua individu berhak mengemukakan pendapatnya. Namun yang dijadikan keputusan adalah suara atau pendapat mayoritas. 4) Tipe keputusan kontingen Tipe keputusan kontingen merupakan kombinasi dari dua atau lebih tipe keputusan inovasi yang telah dibahas sebelumnya. Keputusan ini merupakan pilihan untuk menerima atau menolak suatu inovasi dengan tipe keputusan tertentu setelah sebelumnya menggunakan tipe keputusan yang lain. The innovation-decision process merupakan proses mental yang mana seseorang atau lembaga melewati dari pengetahuan awal tentang suatu inovasi sampai membentuk sebuah sikap terhadap inovasi tersebut, membuat keputusan 203


apakah

menerima

atau

mengimplementasikan

menolak

gagasan

inovasi

baru

tersebut,

tersebut,

dan

mengkonfirmasi keputusan ini. Seseorang akan mencari informasi pada berbagai tahap dalam proses keputusan inovasi untuk mengurangi ketidakyakinan tentang akibat atau hasil dari inovasi tersebut. Proses keputusan inovasi ini adalah sebuah model teoritis

dari

tahapan

pembuatan

keputusan

tentang

pengadopsian suatu inovasi teknologi baru. Proses ini merupakan

sebuah

contoh

aksioma

yang

mendasari

pendekatan psikologi sosial yang menjelaskan perubahan sikap dan perilaku yang dinamakan hierarchy-of-effect principle. Proses keputusan inovasi dibuat melalui sebuah costbenefit analysis yang mana rintangan terbesarnya adalah ketidakpastian (uncertainty). Orang akan mengadopsi suatu inovasi jika mereka merasa percaya bahwa inovasi tersebut akan memenuhi kebutuhan. Jadi mereka harus percaya bahwa inovasi tersebut akan memberikan keuntungan relatif pada hal apa yang digantikannya. Lalu bagaimana mereka merasa yakin bahwa inovasi tersebut akan memberikan keuntungan 204


dari berbagai segi, seperti : dari segi biaya, apakah inovasi tersebut membutuhkan biaya yang besar tetapi dengan tingkat ketidakpastian yang besar ? apakah inovasi tersebut akan mengganggu segi kehidupan sehari-hari ? apakah sesuai dengan kebiasaan dan nilai-nilai yang ada ? apakah sulit untuk digunakan ? Rogers menggambarkan The Innovation Decision Process (proses keputusan inovasi) sebagai kegiatan individu untuk mencari dan memproses informasi tentang suatu inovasi sehingga dia termotivasi untuk mencari tahu tentang keuntungan atau kerugian dari inovasi tersebut yang pada akhirnya akan memutuskan apakah dia akan mengadopsi inovasi tersebut atau tidak.

Bagi Rogers proses keputusan inovasi memiliki enam tahap, yaitu : 1. Knowledge Stage/tahap pengetahuan Proses keputusan inovasi ini dimulai dengan Knowledge Stage. Pada tahapan ini suatu individu belajar tentang keberadaan suatu inovasi dan mencari informasi tentang inovasi tersebut. Apa ?, bagaimana ?, dan mengapa ? 205


merupakan pertanyaan yang sangat penting pada knowledge stage ini. Selama tahap ini individu akan menetapkan “ Apa inovasi itu ? bagaimana dan mengapa ia bekerja ?. Menurut Rogers,

pertanyaan

ini

akan

membentuk

tiga

jenis

pengetahuan (knowledge): a) Awareness-knowledge merupakan pengetahuan akan keberadaan suatu inovasi. Pengetahuan jenis ini akan memotivasi individu untuk belajar lebih banyak tentang inovasi dan kemudian akan mengadopsinya. Pada tahap ini inovasi mencoba diperkenalkan pada masyarakat tetapi tidak ada informasi yang pasti tentang produk tersebut. Karena kurangnya informasi tersebut

maka

memerlukan

maka akan

masyarakat inovasi

tidak

tersebut.

merasa Rogers

menyatakan bahwa untuk menyampaikan keberadaan inovasi akan lebih efektif disampaikan melalui media massa seperti radio, televisi, koran, atau majalah. Sehingga masyarakat akan lebih cepat mengetahui akan keberadaan suatu inovasi. b) How-to-knowledge,

yaitu

pengetahuan

tentang

bagaimana cara menggunakan suatu inovasi dengan 206


benar. Rogers memandang pengetahuan jenis ini sangat penting dalam proses keputusan inovasi. Untuk lebih meningkatkan peluang pemakaian sebuah inovasi maka individu harus memiliki pengetahuan ini dengan memadai berkenaan dengan penggunaan inovasi ini. c) Principles-knowledge, prinsip-prinsip

yaitu

pengetahuan

keberfungsian

yang

tentang

mendasari

bagaimana dan mengapa suatu inovasi dapat bekerja. Contoh dalam hal ini adalah ide tentang teori kuman, yang mendasari penggunaan vaksinasi dan kakus untuk

sanitasi

kesehatan.Suatu

perkampungan inovasi

dapat

dan

kampanye

diterapkan

tanpa

pengetahuan ini, akan tetapi penyalahgunaan suatu inovasi akan mengakibatkan berhentinya inovasi tersebut. 2.

Persuasion Stage Tahap Persuasi terjadi ketika individu memiliki sikap

positif atau negatif terhadap inovasi. Tetapi sikap ini tidak secara langsung akan menyebabkan apakah individu tersebut akan menerima atau menolak suatu inovasi. Suatu individu akan membentuk sikap ini setelah dia tahu tentang inovasi , 207


maka tahap ini berlangsung setelah knowledge stage dalam proses

keputusan

inovasi.

Rogers

menyatakan

bahwa

knowledge stage lebih bersifat kognitif (tentang pengetahuan), sedangkan

persuasion

stage

bersifat

afektif

karena

menyangkut perasaan individu, karena itu pada tahap ini individu akan terlibat lebih jauh lagi. Tingkat ketidakyakinan pada fungsi-fungsi inovasi dan dukungan sosial akan mempengaruhi pendapat dan kepercayaan individu terhadap inovasi. 3.

Decision Stage Pada tahapan ini individu membuat keputusan apakah

menerima atau menolak suatu inovasi. Menurut Rogers adoption (menerima) berarti bahwa inovasi tersebut akan digunakan secara penuh, sedangkan menolak berarti “ not to adopt an innovation”. Jika inovasi dapat dicobakan secara parsial, umpamanya pada keadaan suatu individu, maka inovasi ini akan lebih cepat diterima karena biasanya individu tersebut pertama-tama ingin mencoba dulu inovasi tersebut pada keadaannya dan setelah itu memutuskan untuk menerima inovasi tersebut. Walaupun begitu, penolakan inovasi dapat saja terjadi pada setiap proses keputusan inovasi ini. Rogers 208


menyatakan ada dua jenis penolakan, yaitu active rejection dan passive rejection. •

Active rejection terjadi ketika suatu individu mencoba inovasi dan berpikir akan mengadopsi inovasi tersebut namun pada akhirnya dia menolak inovasi tersebut

Passive rejection individu tersebut sama sekali tidak berfikir untuk mengadopsi inovasi.

4.

Implementation Stage ( Tahap implementasi) Pada tahap implementasi, sebuah inovasi dicoba untuk

dipraktekkan, akan tetapi sebuah inovasi membawa sesuatu yang baru apabila tingkat ketidakpastiannya akan terlibat dalam difusi. Ketidakpastian dari hasil-hasil inovasi ini masih akan menjadi masalah pada tahapan ini. Maka si pengguna akan memerlukan bantuan teknis dari agen perubahan untuk mengurangi tingkat ketidakpastian dari akibatnya. Apalagi bahwa

proses

keputusan

inovasi

ini

akan

berakhir.

Permasalahan penerapan inovasi akan lebih serius terjadi apabila yang mengadopsi inovasi itu adalah suatu organisasi, karena dalam sebuah inovasi jumlah individu yang terlibat dalam proses keputusan inovasi ini akan lebih banyak dan 209


terdiri dari karakter yang berbeda-beda. Penemuan kembali biasanya terjadi pada tahap implementasi ini, maka tahap ini merupakan tahap yang sangat penting. Penemuan kembali ini adalah tingkatan di mana sebuah inovasi diubah atau dimodifikasi oleh pengguna dalam proses adopsi atau implementasinya. Rogers juga menjelaskan tentang perbedaan antara penemuan dan inovasi (invention dan Innovation). Invention adalah proses di mana ide-ide baru ditemukan atau diciptakan. Sedang inovasi adalah proses penggunaan ide yang sudah ada. Rogers juga menyatakan bahwa semakin banyak terjadi penemuan maka akan semakin cepat sebuah inovasi dilaksanakan. 5.

Confirmation Stage Ketika Keputusan inovasi sudah dibuat, maka si

penguna akan mencari dukungan atas keputusannya ini. Menurut Rogers keputusan ini dapat menjadi terbalik apabila si pengguna ini menyatakan ketidaksetujuan atas pesan-pesan tentang inovasi tersebut. Akan tetapi kebanyakan cenderung untuk menjauhkan diri dari hal-hal seperti ini dan berusaha mencari pesan-pesan yang mendukung yang memperkuat keputusan itu. Jadi dalam tahap ini, sikap menjadi hal yang 210


lebih krusial. Keberlanjutan penggunaan inovasi ini akan bergantung pada dukungan dan sikap individu .

6.

Discontinuance ( ketidakberlanjutan) Discontinuance adalah suatu keputusan menolak sebuah

inovasi

setelah

sebelumnya

mengadopsinya.

Ketidakberlanjutan ini dapat terjadi selama tahap ini dan terjadi pada dua cara : a) Pertama atas penolakan individu terhadap sebuah inovasi mencari inovasi lain yang akan menggantikannya. Keputusan

jenis

ini

dinamakan

replacement

discontinuance. b) Yang kedua dinamakan disenchanment discontinuance. Dalam hal ini individu menolak inovasi tersebut disebabkan ia merasa tidak puas atas hasil dari inovasi tersebut. Alasan lain dari discontinuance decision ini mungkin disebabkan inovasi tersebut tidak memenuhi kebutuhan individu. sehingga tidak merasa adanya keuntungan dari inovasi tersebut.

211


Jenis Keputusan yang Diambil

a) Optional adalah keputusan diterima atau tidaknya inovasi yang dilakukan oleh masing-masing individu sasaran. b) Kolektif adalah keputusan yang dilakukan bersama oleh seluruh anggota kelompok/masyarakat. c) Otoritas/ kekuasaan adalah keputusan yang dilakukan oleh penguasa. d) Saluran Komunikasi e) Pada umumnya, inovasi yang akan dikomunikasikan secara interpersonal akan lebih cepat diadopsi dari pada dikomunikasikan melalui kedia masa. f) Sifat-sifat sistem sosial

212


g) Sasaran yang masih tradisional dan sangat terikat dengan nilai-nilai atau cara-cara lama pada umumnya akan lambat dalam mengadopsi suatu inovasi. h) Intensitas kegiatan penyuluhan i) Kredibilitas

penyuluh

menyangkut

kepercayaan

terhadap tingkat kemampuan dan dinamisme sangat berpengaruh terhadap adopsi inovasi. Penyuluh sebagai pembawa misi harus giat dan tanggung jawab.

Peranan penyuluh dalam proses adopsi inovasi (Rogers, 1981) a) Membantu petani menjadi sadar tentang adanya suatu hal baru. b) Membicarakan dengan petani lainnya agar mereka tertarik atau berminat. c) Membantu melakukan penilaian. d) Membantu memberikan dorongan dalam melakukan percobaan.

Peranan penyuluh dalam mempercepat proses difusi inovasi (Mardikanto1993): 213


a) Melakukan

diagnosa

terhadap

masalah-masalah

masyarakat (kebutuhan nyata yang belum dirasakan masyarakat). b) Membuat masyarakat menjadi tidak puas dengan kondisi yang dialaminya. c) Menjalin hubungan yang erat dengan masyarakat sasaran. d) Mendukung

dan

membantu

masyarakat

sasaran

menuju perubahan.

e) Memantapkan hubungan dengan masyarakat agar menjadi berswadaya dan berswakarsa.

4.7

Sistem Difusi Sentralisasi dan Desentralisasi

Tabel 4. Karakteristik Sistem Difusi Sentralisasi dan Desentralisasi

Karakteristk

Sistem difusi

Sistem difusi

dari sistem Difusi

terpusat

terdesentralisasi

214


1. Tingkat sentralisasi

Secara

berbagi

dalam pengambilan

keseluruhan

kekuasaan Dan

keputusan dan

kontrol keputusan

kontrol di antara

kekuasaan.decision

subjek-materi

anggota

sistem

making and

oleh administrator

difusi,

kontrol

power.

pemerintah

klien oleh pejabat

nasional dan

komunitas lokal /

teknis ahli

pemimpin.

215


2. Arah

Top-down

difusi.

Rekan difusi Inovasi Jaringan horisontal.

3. Sumber inovasi.

Inovasi datang

Inovasi berasal

dari R & D yang

Dari

dilakukan secara

lokal/pengguna

formal oleh para ahli teknis. 4. Siapa yang

Keputusan

Unit lokal

memutuskan

tentang inovasi

menentukan

inovasi untuk

yang harus

Inovasi harus

menyebar?

disebarkan dibuat

Menyebar

oleh administrator

Berdasarkan

atas dan expets

evaluasi informal

216


subjectmatter

mereka dari

teknis.

Inovasi.

Sebuah inovasi

Masalah

kebutuhan klien

pendekatan yang

pendekatan yang

dalam mendorong

berpusat;

terpusat;

proses difusi?

push teknologi,

teknologi-tarik,

menekankan

dibuat oleh local

kebutuhan yang

Berdasarkan

diciptakan oleh

kebutuhan dan

ketersediaan

masalah.

5. Seberapa penting

inovasi. 6. Jumlah penemuan kembali?

Gelar rendah

Gelar tinggi

adaptasi lokal dan

adaptasi lokal

217


penemuan

dan re-penemuan

kembali inovasi

inovasi karena

sebagaimereka

mereka baur

218


4.8

berdifusi antara

Antara

pengadopsi.

pengadopsi.

Konsekuensi Inovasi Konsekuensi adalah perubahan yang terjadi kepada

orang pribadi atau sistem sosial sebagai akibat adopsi atau penolakan inovasi. Sebuah inovasi memiliki pengaruh yang kecil sampai didistribusikan ke anggota sebuah sistem dan digunakan oleh mereka. Dengan demikian, penemuan dan difusi hanyalah sarana mencapai tujuan akhir: Ini lah yang dimaksud konsekuensi dari adopsi sebuah inovasi. Kita bisa menggambarkan konsekuensi dan menetapkan kategori untuk mengklasifikasi konsekuensi, tetapi tidak bisa memprediksi kapan dan bagaimana konsekuensi yang akan terjadi. Studi tentang konsekuensi inovasi ini sangat terbatas karena beberapa hal;

219


Perubahan lembaga mengasumsikan bahwa inovasi dibutuhkan oleh klien mereka,

Metode penelitian survei biasa tidak sesuai untuk meneliti konsekuensi inovasi

Konsekuensi

sulit

Individu menggunakan

untuk inovasi

diukur. sering

tidak

menyadari segala konsekuensi adopsi

Salah

satu

langkah

menuju

peningkatan

pemahaman

konsekuensi inovasi adalah untuk mengelompokkan mereka ke

dalam

sebuah

taksonomi.

Konsekuensi

tidak

unidimensional, mereka dapat mengambil banyak bentuk dan disajikan dalam berbagai cara. Dalam buku ini kita merasa berguna untuk menganalisis konsekuensi berdasarkan tiga dimensi: ▪

diinginkan atau tidak diinginkan,

langsung atau tidak langsung, dan

diantisipasi atau tak diantisipasi 220


221


b) Konsekuensi Versi Diinginkan atau Tidak Diinginkan, Penentuan apakah konsekuensi yang fungsional atau

disfungsional tergantung pada bagaimana inovasi akan mempengaruhi adopters. inovasi tertentu tampaknya memiliki dampak yang tidak diinginkan bagi hampir semua orang dalam sistem sosial. Setiap sistem sosial memiliki sifat tertentu

yang

tidak

boleh

dihancurkan

jika

sistem

kesejahteraan harus dipertahankan, Ini mungkin termasuk ikatan keluarga, menghormati kehidupan manusia dan properti, pemeliharaan menghormati individu dan martabat, dan penghargaan bagi orang lain, termasuk penghargaan kontribusi yang dibuat oleh nenek moyang. Sebuah inovasi dapat fungsional untuk sistem tetapi tidak fungsional bagi individu tertentu dalam sistem. contoh dari penerapan "keajaiban" varietas beras dan gandum di India dan negaranegara lain yang menyebabkan apa yang disebut "Revolusi Hijau." Inovasi ini memberikan hasil panen

222


yang lebih tinggi dan penghasilan lebih kepada petani yang mengadopsi. Namun, Revolusi Hijau juga menyebabkan petani lebih sedikit, migrasi ke daerah kumuh perkotaan, tingkat pengangguran lebih tinggi, dan ketidakstabilan politik.

Jadi, walaupun individu-individu tertentu keuntungan dari penerapan benih baru, mereka menyebabkan kondisi penting tetapi tidak setara untuk sistem. Apakah konsekuensi diinginkan atau tidak diinginkan? Jawabannya tergantung pada apakah orang mengambil individu-individu tertentu atau seluruh sistem..

Sebuah inovasi dapat lebih berfungsi untuk beberapa individu daripada untuk orang lain; konsekuensi positif tertentu mungkin terjadi karena sistem dari anggota tertentu dengan mengorbankan orang lain Winfall Profit

223


Sebuah inovasi dapat lebih berfungsi untuk beberapa individu daripada untuk orang lain; konsekuensi positif tertentu mungkin terjadi karena sistem dari anggota tertentu dengan mengorbankan orang lain. Misalnya, laggards adalah terakhir untuk mengadopsi inovasi; pada saat mereka mengadopsi ide baru, mereka seringkali terpaksa untuk melakukannya oleh tekanan ekonomi. Dengan menjadi yang pertama di lapangan, inovator sering aman semacam keuntungan ekonomi yang disebut windfall profit. Dalam pengertian yang lebih umum, keuntungan windfall dapat diukur dalam sosial serta istilah ekonomi. Contohnya adalah prestise bahwa inovator produk konsumen (seperti mode pakaian baru) dapat memperoleh dengan menjadi yang pertama untuk menggunakan ide baru.

Windfall profit adalah keuntungan khusus yang diterima oleh pengadopsi pertama dari ide baru dalam sistem sosial. unit mereka biasanya menurunkan biaya dan penambahan total

224


produksi mereka untuk memiliki pengaruh yang kecil terhadap harga produk. Tapi ketika semua anggota sistem sosial mengadopsi ide baru, total produksi atau meningkatkan efisiensi, dan harga produk atau jasa sering turun. Ini offset keuntungan menurunkan biaya per unit.

Inovator harus mengambil risiko untuk mendapatkan keuntungan windfall. Semua ide-ide baru ternyata tidak berhasil, dan kadang-kadang jari-jari inovator terbakar. Ada kemungkinan bahwa adopsi suatu inovasi nonekonomi atau gagal bisa mengakibatkan kerugian windfall bagi individu pertama yang mengadopsi. keuntungan windfall adalah jenis keuntungan yang relatif satu individu dalam suatu sistem sosial menerima dan yang lainnya tidak. Biasanya ide-ide baru membuat kaya semakin kaya dan miskin semakin miskin, pelebaran kesenjangan sosial ekonomi antara sebelum dan sesudah mengadopsi suatu ide baru.

225


c) Konsekuensi

versi

langsung

dan

tidak

langsung

Konsekuensi langsung adalah perubahan individu atau sistem sosial yang terjadi dengan respon cepat untuk inovasi. konsekuensi tidak langsung adalah perubahan pada individu atau sistem sosial yang terjadi sebagai hasil konsekuensi langsung dari inovasi. Contoh kontemporer konsekuensi langsung dan tidak langsung disediakan oleh penggunaan semikonduktor (yaitu, komputer dalam sebuah chip silikon kecil) di rumah tangga, mobil, dan teknologi komunikasi baru seperti komputer rumah. Hasil langsung dari semikonduktor adalah untuk menghemat energi, seperti alat cerdas pemanas air panas yang hanya menyediakan air panas ketika akan dibutuhkan, dan untuk mencegah kecelakaan lalu lintas melalui sistem rem selama perjalanan yang akan diaktifkan bila auto mulai selip. Komputer rumah, berkat semikonduktor yang

226


memungkinkan memanfaatkan bank data yang berisi informasi tentang jadwal pesawat, cuaca, dan berita keuangan, dan untuk melakukan kegiatan bank seseorang dan pembelian grosir.

Masing-masing efek langsung dari semikonduktor kemungkinan

besar

akan

disertai

dengan

banyak

konsekuensi tidak langsung. Misalnya, kemudahan dari perbankan di rumah dan belanja juga dapat menyebabkan kemungkinan inovasi privasi rumah tangga; bagaimana jika

cerukan

seseorang

dibuat

diketahui

majikan

seseorang? Seringkali sulit untuk merencanakan dan mengelola konsekuensi tidak langsung dari suatu inovasi karena sering tak terduga.

d) Konsekuensi versi yang diantisipasi dan tidak diantisipasi Hampir tidak ada inovasi yang datang tanpa pamrih. Sebuah

sistem

seperti

memindahkan

227

semangkuk

kelereng,


salah satu kelereng menyebabkan posisi semua yang lain menjadi berubah. Hal ini sering tidak sepenuhnya dipahami oleh adopter suatu inovasi dan mungkin tidak dipahami oleh agen perubahan yang memperkenalkan ide baru dalam sistem. konsekuensi tidak terduga merupakan kurangnya pemahaman tentang bagaimana suatu fungsi inovasi dan kekuatan internal dan eksternal yang bekerja dalam sistem sosial.

Kesimpulan

Adopsi dalam kaitannya dengan penyuluhan pertanian adalah suatu proses yang terjadi pada pihak sasaran (petani dan keluarganya) sejak sesuatu hal baru diperkenalkan sampai orang tersebut menerapkan (mengadopsi) hal baru tersebut (Rogers, 1971).

Tahapan Adopsi terdiri dari 1) Tahap kesadaran ( Awareness), 2) Minat (Interest), 3) Penilaian (Evaluation, 4) Mencoba (Trial), dan 5) Adopsi (Adoption), sedangkan kategori/klasifikasi Adopter terdiri : 1). Golongan Perintis (innovator), 2).Golongan Pengetrap dini (early adopter), 3) 228


Golongan Pengetrap Awal ( early majority), 4) Golongan Pengetrap Akhir ( Late majority), dan 5) Golongan Penolak atau kaum kolot ( Laggards).

Soal

1. Seorang agen penyuluhan ingin mempromosikan adopsi inovasi yang ia yakini akan meningkatkan taraf hidup petani/nelayan.

la

memutuskan

untuk

memusatkan

perhatian pada petani berhasil yang telah melakukan kontak secara teratur dengannya. Agen penyuluhan tersebut berharap bahwa petani/nelayan itu menggunakan pengaruhnya sebagai pemuka pendapat untuk membujuk yang lain agar mengadosi inovasi tersebut dengan relatif cepat. Apa pendapat Anda tentang cara ini? Mengapa?

229


2. Apa persamaan dan perbedaan antara proses pengambilan keputusan dan proses adopsi?

3. Banyak hasil penelitian baru bisa diterapkan setelah bertahun-tahun lamanya. Kemungkinan alasan apa yang menyebabkan penundaan itu? Bagaimana cara Anda mempercepat proses itu? 4. Berikan contoh adopsi inovasi kelautan dan perikanan? 5. inovasi merupakan “Suatu ide, perilaku, produk, informasi dan praktek-praktek baru yang belum banyak diketahui, diterima, dan digunakan/diterapkan/dilaksanakan oleh sebagian besar warga masyarakat dalam suatu lokalitas tertentu, yang dapat digunakan atau mendorong terjadinya perubahan-perubahan

disegala

aspek

kehidupan

masyarakat demi terwujudnya perbaikan perbaikan mutu hidup setiap individu dan seluruh warga masyarakat yang bersangkutan”. bagaimana pandangan anda mengenai penerapan inovasi itu sendiri jika dilakukan dalam masyarakat adat yg tidak mau menerima konsep-konsep

230


baru dari luar?adakah pendekatan lain yang dapat dilakukan?

Referensi Hornik, Robert C. 1988. Development Communication Information. University of Pennsylvania, Philadelphia. Longman New York & London

Rogers, Everett. M. 1971. Diffussion of Innovations. The Free Press, Newyork. London

Zayadi, Ahmad., 2011. Modul Pengembangan Usaha Mina Pedesaan. Kementerian kelautan dan Perikanan.

231


232


BAB V. STRATEGI PENYULUHAN PERIKANAN Standar Kompetensi Mata kuliah: Mahasiswa

mampu

menjelaskan

definisi

dan

strategi

penyuluhan dalam masyarakat perikanan

Kompetensi dasar mata kuliah:

a. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian strategi b. Mahasiswa dapat strategi penyuluhan perikanan c. Mahasiswa dapat menentukan pilihan strategi penyuluhan perikanan d. Mahasiswa dapat menjelaskan strategi komunikasi bagi masyarakat perikanan

233


5.1. Pengertian

Kegiatan penyuluhan pertanian adalah suatu kegiatan yang memiliki tujuan yang jelas dan harus dicapai. Secara Konseptual, strategi sering diartikan dengan beragam pendekatan, seperti : 1) Strategi sebagai suatu rencana 2) Strategi sebagai kegiatan 3) Strategi sebagai suatu instrument 4) Strategi sebagai suatu system 5) Strategi sebagai pola pikir Dari beragam pengertian tentang “strategi” di atas dapat disimpulkan, bahwa strategi merupakan suatu proses sekaligus produk yang “penting” yang berkaitan dengan pelaksanaan dan pengendalian kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk memenangkan persaingan, demi tercapainya tujuan.

234


5.2. Strategi Penyuluhan

Tidak ada cara-cara yang sederhana mengobati dan menyelesikan masalah tersebuf, tetapi pendekafan yang lebih sabar, lengkap, terpadu dan serempak untuk merencanakan dan melaksanakan proyek pembangunan perikanan skala kecil akan memberikan hasil positif yang tidak dapat dicapai dengan cara lain (Marzuki Noor, 2008). Penyuluhan pertanian sebagai jembatan penghubunga antara penelitian dan penerapan teknologi, terlihat dalam skema berikut ini :

Informasi pemecahan masalah

Yang dihadapi petani PENELITIAN TEKNOLOGI

PENERAPAN TEKNOLOGI 235


TERAPAN

PENYULUHAN

Gambar 8. Hubungan Penelitian, penyuluhan dan penerapan teknologi nformasi tentang masalah Yang dihadapi petanI

236


Strategi mengikuti beberapa hal yang menyangkut :

1) Spesifikasi tujuan penyuluhan untuk mencapai sasaran pembangunan pertanian. 2) Identifikasi kategori petani. 3) Perumusan strategi penyuluhan untuk penerapan teknologi. 4) Pemilihan metoda penyuluhan yang diterapkan. 5) Kebijakan dan tujuan pembangunan pertanian Salah

satu

hal

yang

harus

diingat

sebelum

melaksanakan penyuluhan pertanian, adalah: perlu adanya ketegasan tentang kebijakan pertanian dalam kaitan untuk mencapai tujuan pembangunan, baik untuk tingkat nasional, regional, maupun di tingkat lokal. 6) Alternatif teknologi pertanian/perikanan yang akan diterapkan dibedakan menjadi 4 (empat) macam yaitu : 1. Teknologi hemat tenaga 2. Teknologi hemat lahan 3. Teknologi yang berskala netral, dan 4. Teknologi tepat guna. 237


Yang masing-masing memiliki karakteristik sendiri serta menentukan kondisi wilayah tertentu untuk dapat disuluhkan dengan baik.

5.2.1Pengkajian ulang terhadap strategi penyuluhan

Strategi penyuluhan yang dilaksanakan selalu mengacu kepada teori difusi, yakni menggunakan petani lapis atas (perintis) sebagai sasaran utama penyuluhan. Tetapi, strategi ini ternyata berakibat pada semakin lebarnya kesenjangan keadaan social ekonomi antar kelompok-petani. Hal ini terjadi, karena: ▪

Keengganan

kelompok

perintis

untuk

menyebarluaskan keberhasilannya kepada kelompok petani yang lain. ▪

Keengganan kelompok petani yang lain untuk meniru keberhasilan petani perintis.

Keadaan seperti itu, mendorong para peserta WCARRD (World

Conference

on

Agrarian 238

Refom

and

Rural


Development) rekomendasi

pada

tahun

1979

tentang upaya

untuk

“peningkatan

mengeluarkan pertumbuhan

dengan pemerataan.”

Identifikasi kategori petani

Beberapa keragaman yang sering menjadi kendala penyuluhan pertanian adalah : ▪

Keragaman zona ekologi pertanian,

Keragaman dalam kemampuannya untuk menyediakan sumber daya yang diperlukan,

Keragaman jenis kelamin, dan

Keragaman umur sasaran.

Sedangkan strategi penyuluhan harus memperhatikan hal-hal berikut : ▪

Pemetaan wilayah penyuluhan yang akan dilayani,

Upaya melibatkan seluruh lapisan masyarakat, dan

Pengembangan rekomendasi teknologi tepat guna.

239


Perumusan strategi penyuluhan untuk penerapan teknologi Kulp (1977) dalam Mardikanto (2008) disebutkan tahap-tahap pembangunan pertanian/perikanan yang terdiri atas 6 (enam) tahap yaitu:

a) Tahap pra pembangunan, b) Tahap eksperimental, c) Tahap pengembangan komoditi, d) Tahap pengembangan yang komprehensif, e) Tahap diversifikasi usaha tani bernilai tinggi, f) Tahap intensifikasi mod

Khusus

yang

wanita/perempuan

menyangkut dalam

peningkatan

penyuluhan

pertanian,

peran perlu

diperhatikan bahwa: •

Kaum perempuan terbukti memberikan konstribusi yang besar dalam pertanian, tetapi masih jarang dilibatkan dalam pertemuan-pertemuan penyuluhan pertanian 240


Kaum

perempuan

belum

memperoleh

perhatian

yang sederajat dengan kaum pria. Beberapa program/kegiatan yang perlu dirancang, yaitu • Pengembangan kepemimpinan, • Kewargaan-negara, • Pengembangan Pribadi, dan • Pengembangan karier untuk masa depan.

5.2.2 Pemilihan strategi penyuluhan pertanian Berkaitan dengan strategi penyuluhan pertanian Van De Ban dan Hawkins (1985) menawarkan ada tiga strategi yang dapat dipilih, yaitu: Rekayasa sosial, Pemasaran social, dan Partisipasi social.

Berbeda dengan tawaran Mardikanto (2009) menyatakan bahwa meskipun strategi partisipatif dapat dinilai sebagai 241


strategi terbaik, sesungguhnya tidak ada strategi penyuluhan yang selalu efektif dan “baik” untuk semua kelompok sasaran, karena pilihan strategi tergantung motivasi penyuluhan dan perlu memperhatikan kondisi kelompok sasaran, yang olehnya dikemukakan dalam sebuah kontinum.

242


5.3 Strategi Komunikasi Pusat Masyarakat Perikanan

Strategi komunikasi menurut Rogers (1971) bahwa strategi komunikasi pembangunan merupakan suatu rencana atau pola untuk merubah perilaku manusia melalui transfer atau penyampaian ide baru atau inovasi. Selanjutnya, dikatakan bahwa strategi komunikasi pembangunan dapat diartikan sebagai metode yang terpilih untuk merubah perilaku

manusia

melalui

penyampaian

inovasi

yang

terseleksi, dalam rangka perbaikan mutu hidupnya sendiri dan masyarakat Dalam artikel Marzuki Noor (2008) dijelaskan berikut ini bagaimana strategi komunikasi dilakukan untuk pembangunan Pusat Masyarakat Perikanan (PMP). Perikanan skala kecil baik di darat maupun di laut telah memberikan lapangan kerja dan mata peucaharian bagi nelayan, keluarganya, dan buruh. Berbeda dengan industri perikanan besar, usaha perikanan kala kecil ini menggunakan sumber yang lebih asli dan hemat

243


biaya, energi, perlengkapan, prasarana dan devisa. Usaha ini juga sering memberikan "benefit cost ratio" yang lebih besar daripada usaha perikanan besar, lebih efektif menyumbaug swasembada dan ekcnomi nasional serta menghasilkan keuntungan sosial lebih banyak. Dalam satu lingkungan masyarakat nelayan, jika diamati mekanisme sirkulasi barang dan jasa, informasi serta teknologi relatif lebih dinamis dan lebih cepat daripada dalam kehidupan masyarakat petani. Tetapi dalam kenyataannya nelayan sebagai pelaku utama produksi justru berada pada pihak yang paling tidak beruntung. Pembahasan tentang strategi komunikasi pembangunan ini lebih menekankan pada strategi partisipatori. Dengan menggerakkan mengorganisir bentuk-bentuk dasar organisasil kelompok nelayan serta kegiatannya akan melahirkan partisipasi masyarakat, gerak dan arah yang dilakukan sendiri oleh masyarakat nelayan merupakan wujud pertumbuhan

244


pribadinya. Prinsip komunikasi adalah mengubah perilaku, strategi merupakan cara, metode, rencara atau pola yang dipergunakan dalam upaya menyampaikan pesan agar diikuti dengan perubahan perilakunya. Dalam tahap perencanaan, diperlukan pemrakarsa baik dari dalam maupun dari luar masyarakat nelayan, pada ulnumnya berasal dari luar. Strategi komunikasi diawali dengan perencanaan awal dan dilanjutkan dengan perencanaan akhir. Keberhasilan perencanaan dalam meyakinkan ide dasar terutama dalam meyakinkan bahwa masyarakat secara terpadu dan bersama-sama dapat mengubah perilaku yang selama ini dinilai oleh orang luar ketinggalan sehingga mereka. berada dalam kelompok yang kurang beruntung. Faktor penting dalam tahap ini adalah tingkat pemahaman dan penerimaan warga masyarakat akan potensi yang dimiliki, serta keterlibatannya dalam perencanaan.

245


Pusat Masyarakat Perikanan bertujuan: 1) Agar masyarakat nelayan dapat berproduksi dengan baik, tanpa ikatan dengan juragannya, 2) Dapat menjual hasilnya dengan harga yang layak, 3) Dapat menjangkau kebutuhan hidupnya dengan cepat, dalam lingkungan masyarakatnya sendiri yang meliputi: ▪

Dapat membeli kebutuhan pokok (sandang, pangan), maupun

kebutuhan

penunjang

lainnya

dengan

mudah dan murah. ▪

Dapat penerimaan pelayanan teknis produksi dan pemasaran dengan mudah.

Dapat menerima pelayanan sosial, informasi dsb dengan cepat.

5.3.1Perubahan Perilaku Nelayan Dengan adanya PMP, perilaku masyarakat secara umum dalam berproduksi relatif lebih giat dan dinamis, dalam memenuhi kebutuhan untuk konsumsi lebih bebas tanpa ikatan pada juragan, serta perilaku pemenuhan kebutuhan sosial lainnya (pendidikan, kesehatan, keamanan), dapat tepenuhi dengan lebih baik dalam lingkungannya sendiri. 246


Khususnya nelayan penangkap ikan yang tadinya dalam permodalan, peralatan, perbekalan ke hut ditentukan oleh juragan, merupakan pengikat pada nelayan untuk menjual ikan hasil tangkapannya kepada juragan. Pada saat terakhir perkembangnya

program

pembangunan

PMP,

perilaku

masyarakat mulai bergeser, para juragan sebagian besar menjadi

pengusaha

atau

penyelenggara

salah

satu

kelembagaan dalam PMP (perbengkelan, warung, penyalur BBM, pedagang ikan, penyedia es dsb) dan tidak semenamena lagi. Nelayan memiliki kekuatan untuk berunding, karena mereka bergabung dalam kelompok-kelompok. Secara rinci, perubahan perilaku masyarakat nelayan yang meliputi beberapa aspek tertera pada Tabel 3. Dapat disimpulkan Membangun

pedesaan

khususnya

masyarakat

nelayan

diperlukan pendekatan partisipatif dan prinsip keterpaduan. Pendekatan partisipatif ini melalui upaya menggerakkan bentuk-bentuk organisasi kelompok paling dasar bersamaan dengan peransertanya untuk diri dan lingkungannya. Prinsip keterpaduan bermakna vertikal dan horizontal. Keterpaduan vertikal terkait dengan rantai produksi perikanan dari segi 247


pengelolaan sumber, penangkapan, pengolahan, pemasaran, termasuk pembuatan kapal dan bengkel. Keterpaduan horizontal dalam kaitannya dengan pengerahan sumber di luar perikanan yang menunjang seperti PAM, listrik, pasar, kesehatan, pendidikan dan sebagainya.

Tabel 5. Perubahan Perilaku Nelayan

Aspek

Perilaku Nelayan

kegiatan

Sebelum

Sesudah

Aspek

Diambil secara

Dipersiapkan sendiri

Produksi:

utang pada

atau meminjam pada

Penyiapan

Juragan

koperasi di PMP.

bekal

Diambil secara

Meminjam pada

konsumsi

utang pada

koperasi.

Penyiapan alat Juragan.

Disepakati bersama

tangkap, bahan Diatur oleh

dalam musyawarah

248


bakar.

juragan.

antara pemilik kapal, nelayan, rnelalui

Pembagian kelompok hasil. perwakilannya di PMP. Pemasaran Hasil

Tangkapan:

Dijual ke Juragan

Dijual melaui

langsung.

pelanggan.

Dijual ke

Dapat ditukarkan

konsumen

barang atau jasa di lembag

langsung.

a

yang ada di

PMP.

Dapat di beli Pembekalan

Pada Juragan

di lembaga yang ada

Kebutuhan:

di 249


Konsumsi

PMP.

Perabot RTllainnya.

Pelayanan-

Ke pasarltoko di

Lewat juragan dengan

luar

harga sama dengan

PMP.

di PMP.

Tidak ada di desa, Pelayanan rutin di kompleks

pelayanan:

jauh

PMP.

Kesehatan dan

ke kecematan,

Belajar (SD, MI) di kompleks

Pendidikan

sekolah di

PMP.

luar PMP.

pelayanan

Ditentukan

Informasi

Juragan

oleh Diperoleh dari UP?, atau setiap unit

250


Kenelayanan.

pelayanan

Tingkat

Terbatas pada

Terlibat dalam

Partisipasi

partisipasi

perencanaan,

dalam pendanaan

pelaksanaan,

pembangunan.

serta Pembinaa

dan

pengawasan.

Perbekalan dan Dikerjakan

Tersedia bengkel di

Depot

sendirilditentukan PMP dan tidak

Minyak.

oleh

bergantung pada

Juragan

Juragan.

Interaksi antar

Interaksi antar

Dapat berinteraksi

Nelayan,

nelayan

antar nelayan melalui

Nelayan

sangat kurang.

kelompoknya dengan dinamis.

251


dengan

Tidak ada dialog,

Dengan juragan dapat

Juragan.

lebih

dialog, baik

ditentukan oleli

langsung atau

Juragan

perantaraan kelompok

Pengambilan

Ditentukan/terikat Terkait dengan

keputusan

dengan juragan

lembaga dan mandiri

Sumber: Marzuki Noor (2008)

PERTANYAAN:

1. Beberapa

keragaman

yang

sering

menjadi

penyuluhan kelautan dan perikanan adalah

252

kendala


- Keragaman zona ekologi perikanan, yang sering kali hanya cocok untuk komoditi-komoditi tertentu dan teknologi tertentu yang akan diterapkan. - Keragaman dalam kemampuannya untuk menyediakan sumberdaya yang diperlukan (pengetahuan, keterampilan, dana, kelembagaan), Jika anda seorang penyuluh, strategi penyuluhan apa yang akan ada buat untuk menanggulangi masalah tersebut ?

2. Perumusan strategi penyuluhan kelautan dan perikanan juga harus diarahkan untuk meningkatkan keterlibatan kaum perempuan dan generasi muda dalam penyuluhan. Bagaimana cara untuk meningkatkan peran wanita/perempuan dalam penyuluhan, apakah ada strategi khusus yang ada terapkan jika anda sebagai penyuluh handal ?

Referensi 253


Mardikanto,T.,2008. Sistem Penyuuhan Pertanian. Penerbit Kerjasama Lembaga Pengembangan Pendidikan dan UPT Penerbitan dan Pencetakan UNS (UNS Press) Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Marzuki, N., 2008. Strategi Komunikasi dan Pembangunan Pusat Masyarakat Perikanan. Jurnal Aplikasi Manajemen. Volume 6. Nomor 1. April 2008

Rogers E. 1971. Diffusion of innovations. Free Press.

254


Glosarium Biaya adalah

: uang

yg dikeluarkan untuk melakukan

sesuatu atau pengeluaran untuk belanja Efektif

: dapat membawa hasil atau berhasil guna

Intensitas

:

keadaan

tingkatan

atau

ukuran

kesungguhannya Juragan

: sebutan orang upahan terhadap tauke, pemimpin (kapal), atau pengusaha

Komunikasi

: Suatu proses penyampaian pesan dari sumber ke penerima

Metode

: cara yang sistematis untuk mencapai suatu tujuan yang telah direncakan

Penyuluhan

: keterlibatan seseorang untuk melakukan komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sesamanya memberikan pendapat

sehingga

bisa

membuat

keputusan yang benar. Petani

:

perorangan warga Negara Indonesia beserta keluarganya atau korporasi yang 255


mengelola usaha di bidang pertanian, wanatani,

minatani,

agropasture,

penangkaran satwa dan tumbuhan di dalam dan disekitar hutan yang meliputi usaha hulu, usaha tani, agroindustri, pemasaran dan jasa penunjang. Pendekatan

: gaya tindakan dalam suatu sistem dan mewujudkan filosofi system

Pelatihan dan Kunjungan

: pendekatan yang dilakukan untuk

mendukung

pengembangan

penyuluhan kesederhanaan

yang

layanan

menekankan

tujuannya

untuk

mendorong petani untuk meningkatkan produksi tanaman Produksi Pertanian : Proses mengeluarkan hasil barang, baik berupa tanaman maupun hewan atau yg lain, yg dihasilkan oleh suatu usaha tani atau perusahaan pertanian Struktur

: cara sesuatu disusun atau dibangun dengan pola tertentu

256


Tradisional

: sikap dan cara berpikir serta bertindak yg selalu berpegang teguh pd norma dan adat kebiasaan yg ada secara turun-temurun

Transfer teknologi

: mengalihkan atau memindahkan metode ilmiah untuk mencapai tujuan praktis

Indeks

Efektif

: 29,30, 44

Juragan

: 215,216, 220

Metode

: 42, 60

Produksi pertanian

: 33

Pelatihan dan Kunjungan : 33 Pelayanan Informasi : 195 Struktur

: 29

257


258



Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.