DARI SUDUT SEKRE KMDG, Majalah
adalah bagian dari program kerja Departemen
Hubungan Masyarakat (Humas) Keluarga Mahasiswa Diploma Teknik Geomatika (KMDG) SV - UGM. Majalah
merupakan sarana bagi
mahasiswa Teknik Geomatika untuk menyalurkan bakat sekaligus aspirasi. Berbagai topik seputar dunia Geomatika dan topik-topik yang membangun lainnya mengisi majalah ini. Majalah ini merupakan cetakan pertama dan menandakan keberhasilan Kabinet “Bangkit Berevolusi�. Membuktikan bahwa peran himpunan mahasiswa dalam menyalurkan bakat dan aspirasi cukup besar. Sebagai cetakan pertama, majalah ini mungkin banyak kekurangan. Namun menjadi yang pertama berarti menjadi sejarah. Harapan kami kedepannya bahwa program kerja Majalah ini tidak berhenti begitu saja dalam kabinet ini. Semoga kedepannya di sudut sekre KMDG tercinta, akan terus berhembus nafas idealism dan produktivitas. Selamat membaca dan mengkritisi, kami tak lelah menampung kritik dan saran. SALAM IDEALISME dan PRODUKTIVITAS!
TIM REDAKSI
REDAKSI Pelindung Atika Audia Firdusi
Pemimpin Umum Novandi Resya Riandika
Pemimpin Redaksi dan Editor Riska Aprilia Kuswati
Koordinator Majalah Nugroho Qiyada Timor
Penulis Anni Syahida Dwi Kuswiwin Nugroho Qiyada Timor Nuryanto Wibowo Rhegie Wiganda Riska Aprilia Kuswati
Ilustrator Adetya Zona Wilantara Muhammad Reza Chandra Kusuma
Layouter Rifqi Oktavianto
Produksi Rifqi Oktavianto Ichsan Wibowo Hadi
Dari Sudut Sekre KMDG Redaksi Daftar Isi BRAINSTORMING Pendidikan Teknik Geomatika di Indonesia – hal 6
SPATIAL Penggunaan GIS dalam Pertanahan – hal 11
BINGKAI JURNAL Peran Surveyor Bagi Dunia Maritim – hal 14
MOTIVASI Para Srikandi di Jajaran Kabinet Kerja Jokowi-JK – hal 17
KMDG BANGKIT BEREVOLUSI – hal 21 SOSOK Berjuta Prestasi, Berkembang dalam Organisasi – hal 23
KOMIK – hal 25 SOLUTI Kapal Tanpa Awak Pengukur Kedalaman: Karya Dosen Solutif Silang Disiplin Ilmu – hal 28 5
Pendidikan Teknik Geomatika di Indonesia Artikel oleh: Rhegie Wiganda / Ilustrator: Adetya Zona W
P
endidikan Geomatika di Indonesia ditawarkan pada tiga tingkatan utama yaitu universitas, politeknik, dan SMK. Pendidikan Geomatika tersebut lebih diarahkan kepada survei pertanahan. Munculnya komputer untuk kebutuhan dalam menyimpan, mengelola dan geo-reference data, membuat pola pendidikan Geomatika berubah. Semuanya itu berdampak pada pembuatan peta yang sekarang bisa dicapai secara realtime. Dengan adanya perubahan ini terjadi penekanan dari pendidikan Geomatika. Geomatika yang dianggap sebagai integrasi teknik berbasis teknik dan aplikasi tradisional untuk mendapat suatu posisi. Karena perubahan tersebut terjadi penekanan pada profesi surveyor untuk menguasai berbagai aplikasi dan alat pengukuran modern. Pendahuluan Teknik Geodesi adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang bentuk dan ukuran bumi baik di daratan maupun di lautan serta penggambaran rupa bumi atau yang lebih dikenal dengan pemetaan. Dalam bahasa yang berbeda, Teknik Geodesi merupakan cabang dari matematika terapan yang
6
melakukan pengukuran dan pengamatan posisi yang pasti dari titiktitik di muka bumi serta ukuran dan luas dari sebagian besar muka bumi, bentuk dan ukuran bumi, dan variasi gaya berat bumi dari pengukuran, analisis, pengelolaan, penyimpanan serta penyajian deskripsi dan lokasi dari
data yang berbasis muka bumi (umumnya disebut data spasial). Teknik Geomatika di Indonesia ditawarkan pada tingkatan yaitu universitas, politeknik dan SMK. Pada ketiga tingkatan ini akan menghasilkan tenaga kerja survei professional. Sejarah Teknik Geomatika Sejak zaman dahulu, ilmu Geodesi digunakan oleh manusia untuk keperluan navigasi. Secara signifikan, kegiatan pemetaan bumi sebagai bidang ilmu Geodesi telah dimulai sejak banjir Sungai Nil (2000 SM) oleh Kerajaan Mesir Kuno. Perkembangan Geodesi yang lebih signifikan lagi pada saat manusia mempelajari bentuk bumi dan ukuran bumi lebih dalam oleh tokoh Yunani, Erastotenes yang dikenal sebagai bapak Geodesi. Pada abad 18 pengetahuan tentang pendalaman Pulau Jawa sangat kurang, terlebih daerah diluar Jawa. Pada saat pemerintahan Gouverneur General Daendels, diletakan dasar untuk pengukuran di Pulau Jawa. Pada tahun 1809 diangkat juru-juru ukur yang diambil sumpah untuk mengisi personil dalam organisasi “Biro Zeni� dalam gerakangerakan militer. Semua pejabat militer dan sipil mendapat instruksi untuk mengadakan pengukuran dan pemetaan, terutama kepada para perwira Zeni diberi tugas pengukuran dan waterpassing dengan menggunakan peta-peta laut sebagai dasar pembuatan peta. Setelah selesai peperangan di Jawa (Perang Diponegoro tahun 1825-
1830) timbul kebutuhan yang meningkat akan kebutuhan data geografi dan peta topografi yang lebih lengkap dari wilayah Hindia Belanda terutama ditujukan untuk pembuatan peta pertahanan Pulau Jawa. Pada awal abad ke-19 di Eropa terdapat anggapan bahwa pekerjaan pengukuran triangulasi harus dilakukan terlebih dahulu sebelum dilakukan pekerjaan pemetaan. Anggapan ini baru dianut di Indonesia pada akhir abad ke-19, walaupun antara tahun 1839 hingga tahun 1848 Junghuhn telah membuat triangulasi pertama di Indonesia yang dijadikan dasar untuk pengukuran dan pemetaan di Pulau Jawa. Dari hasil pengukuran yang dilakukan dapat dihasilkan tiga peta dengan skala peta yang bervariasi. Peta-peta buatan Junghuhn tersebut tidak pernah dicetak, sebab disusul oleh pembuatan peta dengan skala 1:70.000 oleh Vander Welde tahun 1845, dan peta buatan Leclerq pada tahun 1850 dengan skala peta 1 : 100.000. Pada tahun 1864 dibentuk Topografisch Bureau en der Militaire Verkeuningen di bawah kesatuan Zeni dengan tugas pengukuran topografi di Pulau Jawa. Pada tahun 1874 Bureau ini dialihkan menjadi Topografische Dients (Dinas Topografi) di bawah staf umum angkatan darat, pada tahun 1907 dipisahkan lagi dari staf umum untuk menjadi bagian yang berdiri sendiri yang dikenal dengan nama “IXde
Afdeeling van let Department van Oorlog� (Afdeeling ke-9 dari
7
Departemen Peperangan) atau lazim disebut dinas topografi militer. Pada tahun 1883 dibentuk brigade triangulasi sebagai bagian dari dinas topografi militer untuk meneruskan pekerjaan triangulasi di Pulau Sumatera dan pulau-pulau lainnya. Brigade ini dipimpin oleh Dr. J.J.A Mueller. Sejak tahun 1913 Brigade dipimpin oleh Prof. Ir. J.H.G. Schepers dan diserahi tugas survei Geodesi untuk seluruh Kepulauan Indonesia (triangulasi, pengamatan astronomi, sipat datar teliti di Jawa). Menjelang pecahnya perang Dunia II, pimpinan Brigade Triangulasi adalah Prof. Ir. P.H. Poldevaart, sehingga praktis pimpinan dan staf Brigade ini (merupakan bagian terpenting pada dinas topografi militer) adalah sarjana-sarjana yang berstatus pegawai sipil (burgelijk ambtenaar). Selama perang Dunia II dimana pemerintah Hindia Belanda menyerah tanpa syarat kepada tentara Jepang. Kantor Topographische Dients dipindahkan dari Jakarta ke Bandung dengan nama kantor diubah menjadi Sokuryo Kyoku yang berarti kantor pengukuran. Pada tanggal 28 September 1945 setelah Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya, Sokuryo Kyoku direbut dari tangan Jepang, dan diubah namanya menjadi Jawatan Topografi Republik Indonesia dipimpin oleh Ir. Soetomo Wongsotjitro (kemudian dikenal sebagai Guru Besar pada bagian geodesi, Fakultas Teknik Universitas Indonesia) yang bernaung dibawah Kementerian Pertahanan. Hal ini ditetapkan dengan ketetapan pemerintah Republik Indonesia No. 46
8
tanggal 26 April 1946, kedudukan Jawatan ini bermula ada di Malang kemudian pindah ke Solo pada tahun 1947, dan akhirnya pindah ke Yogyakarta pada tahun 1949. Berdasrkan surat keputusan KASAD No. Skep/691/VII/1986, tanggal 26 April 1946 ditetapkan sebagai hari lahir Corp Topografi TNI-AD. Pada tahun 1964 pemerintah Indonesia mengadakan pekerjaan survei dan pemetaan yang berhubungan dengan wilayah kekuasaan negara, yaitu dalam penertiban tapal batas internasional antara Irian Barat dengan Papua Nugini. Pada tahun 1966 dan 1967 dilaksanakan Expedisi Cendrawasih – II, yaitu pekerjaan mencari dan menandai meridian seperti yang disebutkan dalam perjanjian tapal batas antara delegasi Indonesia dengan Australia. Tim Indonesia terdiri atas unsur Dinas Geodesi dari Topografi AD yang dipimpin oleh Kolonel CZI Ir. Pranoto Asmoro dan ITB dibawah pimpinan Dr –Ing, Ir. J. Soenarjo. Batas wilayah Indonesia ini ditandai dengan 14 tugu perbatasan berupa piramida terpancung tinggi 160 cm memanjang dari utara ke selatan sampai Fly River pada meridian 1410 00’ 00” BT dan dari Fly River ke selatan pada posisi 1410 01’ 01” BT. Teknis dan Teknologi Pendidikan Di Indonesia sendiri masih sedikit universitas yang memiliki jurusan Teknik Geodesi, namun kebutuhan akan sarjana geodesi masih sangat banyak, jadi selama kita mau berusaha pasti pekerjaan itu akan
datang pada kita. Beberapa universitas yang memiliki jurusan Teknik Geodesi antara lain UGM, ITB, UNDIP, dan ITS. Kuponiyi (1998) mengidentifikasi empat daerah khusus dalam AAQZS pekerjaan Geomatika. Daerah ini adalah: 1. Akuisisi data spasial melalui Survei dibantu komputer, analitis dan digital fotogrametri, penginderaan jauh, konversi peta analog dan geospasial lainnya data ke dalam bentuk digital menggunakan digitalisasi manual dan scanning, dan data atribut metode pengumpulan. 2. Manajemen data spasial yang membutuhkan pengetahuan tentang desain database dan penciptaan, sistem manajemen database, transfer data dan pertukaran data, query spasial, statistik, dll. 3. Kartografi dan visualisasi geoinformation, berurusan dengan format data dan penyajian informasi, dan 4. Infrastruktur dan manajemen informasi Geospasial, berurusan dengan aspek-aspek seperti standar tata keruangan, kebijakan GIS, isu-isu implementasi.
Nasional (LAPAN), Bappeda, Departemen Pertambangan dan Energi, Departemen Kehutanan, Departemen Perhubungan, Kimpraswil, Departemen Pekerjaan Umum, Bappeda, Bappenas, Lembaga Riset (BPPT, LIPI), dan lain-lain). 2. Industri Swasta (PT. Surveyor Indonesia, PT. Aneka Tambang, PT. Timah, Freeport, Pertamina, Caltex, Total Indonesia, Slhumberger, Kontraktor Bangunan (Wijaya Karya), Konsultan Teknik, dan lainlain). 3. Dosen 4. Dan lain-lain.
Peluang Kerja Di Pendidikan Teknik Geomatika Bidang Kerja Lulusan Teknik Geodesi adalah: 1. Lembaga Pemerintahan (Badan Pertanahan Nasional (BPN), Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal), Lembaga Penerbangan dan Antariksa
a. Pendanaan yang tidak memadai serta Kurangnya Fasilitas Masalah pendanaan yang tidak memadai merupakan masalah yang paling utama dalam pengembangan ilmu kegeomatikaan di Indonesia. Dalam Teknik Geomatika modern membutuhkan hardware dan
Masalah Pendidikan Teknik Geomatika yang di Hadapi Indonesia Meskipun perubahan penekanan dari survei ke Geomatika oleh perguruan tinggi dan industri untuk memperluas kesempatan kerja bagi profesi Geomatika, ada beberapa faktor penyebab kemunduran besar dalam pendidikan geomatika di Indonesia. Faktor-faktor ini adalah pendanaan yang tidak memadai serta kurangnya fasilitas dan tidak tersedianya tenaga pengajar yang memadai.
9
software yang menunjang dalam dalam pekerjaan. Diantara hardware itu termasuk A0 digitizers, scanner, komputer kecepatan tinggi, penerima GPS, Total Station. Sementara beberapa perangkat lunak yang digunakan adalah CAD dan GIS software. Sementara software-software tersebut sulit didapat karena harganya terlalu mahal. b. Tidak tersedianya tenaga pengajar yang memadai. Sebagian besar tenaga pengajar hanya mengajari dan fokus pada survei tradisional. Disamping itu, perlu dilatih pula pengetahuan Geomatika di dunia modern. Meskipun jumlahnya cukup besar namun tenaga pengajar harus dilatih untuk mengikuti teknik modern. Oleh karena itu ada kebutuhan mendesak untuk menghasilkan tenaga pengajar yang menguasai teknik tradisional untuk dasar pengukuran dan teknik modern dalam pengolahan dan analisis data. Kesimpulan Banyak aspek dalam profesi Geomatika yang dapat di tekuni, diantaranya manajemen data spasial dan akuisisi data spasial. Prospek kerja teknik geomatika juga sangat luas. Menanggapi hal demikian, tidak perlu terlalu khawatir jika jurusan ini tidak terkenal atau tidak dikenal. Ternyata banyak lembaga kerja yang dapat dengan mudah jurusan ini masuki
10
dengan mempunyai kemampuan yang mumpuni tentunya. Perkembangan pendidikan Teknik Geomatika di Indonesia cukup pesat. Namun Kendala muncul seperti, pendanaan fasilitas yang kurang memadai sehingga pendidikan kegeomatikaan di Indonesia hanya terpaut pada teknik tradisional saja. Selanjutnya yaitu masalah tenaga pengajar yang tidak cukup banyak menguasai teknik modern dalam pendidikan kegeomatikaan.
Penggunaan GIS dalam Pertanahan Artikel oleh: Dwi Kuswiwin / Ilustrator: Adetya Zona W
Geographic Infornation System (GIS) atau dalam bahasa Indonesia disebut Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan sistem yang terhitung masih cukup baru dalam bidang teknologi informasi dan perkomputeran. Akan tetapi dampak penggunaannya di era perkembangan informasi yang kian cepat dapat dirasakan manfaatnya, baik secara langsung maupun tidak langsung oleh institusi pemerintah, swasta maupun sektor pribadi. Penggunaan GIS dalam bidang pemetaan merupakan awal dari penggunaannya di bidang lain dari sektor pemerintah hingga sektor pribadi. Termasuk pula dalam bidang pertanahan yang identik dengan pendaftaran tanah, pajak bumi bangunan hingga analisis penggunaan tanah dan tata letaknya. Pentingnya informasi tentang tanah harus didukung oleh sistem informasi yang mampu memberikan kemudahan dari mulai merekam data, menyimpan, mengecek, mengintegrasi, editing, analisis serta penyajiannya. Tanah merupakan salah satu syarat berdirinya suatu negara, maka sistem yang mendukung data kepemilikan yang kokoh harus tepat. Peter Wyatt dan Martin Ralphs dalam bukunya GIS in Land and Property
Management menyebutkan bahwa “Successful market economics depend on national systems for secure ownership of land property in which all who or work in the country can have confidence.� Hal tersebut mengindikasikan bahwa ekonomi pasar yang berhasil adalah ketika pemerintah mampu menjamin kepemilikan tanah dan properti. GIS adalah sistem yang dapat menyajikan data tentang bidang tanah, penggunaan dan kepemilikannya. GIS didesain untuk menangani, mengatur, dan menampilkan data yang tereferensi geografis. Garis besar masalah data dan informasi yang mengharuskan penggunaan GIS adalah perundangundangan dan isu administratif dari managemen informasi. Hal tersebut mengacu pada hak cipta dan perundang-undangan perlindungan terhadap data, masalah dalam pengaksesan data, pembatasan dalam penggunaan dan persetujuan perijinan. Isu teknis manajemen informasi pun dipertimbangkan, seperti kualitas data dan tingkat kepercayaannya, penggunaan dan standar yang diadopsi dan manajemen data yang bermasalah. Isu-isu tersebut sering ditemukan dalam sistem managemen
11
data pertanahan di Indonesia seperti adanya sertifikat ganda dalam satu bidang tanah. Maka dengan GIS yang terintegrasi dengan sistem informasi pertanahan, data kepemilikan tanah dapat dicek secara berkala dan menyeluruh. Informasi pertanahan pada saat ini telah dapat diakses secara online. Fitur pengecekan dan informasi bidang-bidang tanah telah diluncurkan oleh BPN dan beberapa instansi serta akademisi pun mulai mengembangkan sistem informasi pertanahan online, baik melalui website maupun aplikasi mobile. Perkembangan informasi yang semakin pesat menyebabkan arus permintaan data secara online semakin meningkat, baik untuk sekedar untuk memperoleh informasi ataupun untuk kepentingan tindak lanjut sistem infromasi pertanahan berbasis online. Tentunya tanpa mengaikan perlindungan data. Pertimbangan tata guna lahan adalah pertimbangan yang meliputi kesesuaian bentang tanah dengan penggunaan tertentu dengan pertimbangan penggunaan dan hasil yang wajar serta kelestarian lingkungan sekitarnya. Mengacu pada hal itu maka perlu adanya analisis terhadap kesesuaian penggunaan lahan dan kelestarian lingkungan. Dalam GIS, dapat digunakan fungsi analisis dengan fungsi algoritma atau dengan operasi biner secara digital maupun dengan cara scoring yang lebih sederhana. Kriteria dan tata cara penetapam nilai skor dalam penggunaan lahan telah diatur dalam
12
SK Menteri Pertanian No. 837/KPTS/UM/11/1980 dan No. 683/KPTS/UM/8/1981 dengan melalui berbagai tahap mulai dari peninjauan lokasi, pengumpulan dan verifikasi data, penyajian hasil hingga analsisis Dengan berbagai keunggulan dari GIS terdapat pula beberapa kekurangan. Kekurangan GIS untuk pertanahan adalah apabila terjadi salah pemasukan dan salah pemodelan seperti masukan data atribut yang salah ataupun nilai scoring yang tidak sesuai standar yang ditetapkan. Khususnya dalam hal SDM masih banyak ditemui operator GIS bukanlah orang yang benar-benar paham terhadap GIS. Maka hal-hal yang demikian dapat diatasi seiring bertambahnya tenaga ahli dibidang GIS. Di hampir semua lembaga, tetap diperlukan managemen informasi pertanahan untuk kepentingan administratif dan perencanaan. Sistem infomasi pertanahan yang berbasis nasional menjadi hal yang menangani fungsi layanan nasional yang membagikan data tanah dan properti yang komprehensif dan dapat diandalkan secara cepat dan lebih murah untuk lembaga yang membutuhkan. Melihat lebih dari dua puluh lima tahun penggunaan GIS pada managemen informasi properti dan pertanahan, potensi yang besar terjadi pada masa yang akan datang ialah berkembangnya “pasar informasi� manajemen data properti dan
pertanahan. Metode baru dalam eksplorasi data, penggunaan GIS berbasis internet yang terus berkembang termasuk dalam ranah aplikasi mobile. Hal tersebut akan menghasilkan keuntungan yang signifikan di masa depan apabila semakin terjangkaunya harga software dan hardware yang digunakan untuk pemetaan dan analisis geografis. Peningkatan skill dan pengorganisasian ahli GIS untuk bekerja bersama dalam pasar baru informasi pertanahan akan mendukung upaya untuk menghasilkan keuntungan yang signifikan. Sumber: Buku “GIS in land and property management� Peter Wyatt and Martin Ralphs.
13
Artikel oleh: Anni Syahida / Ilustrator: Adetya Zona W
Negara maritim adalah negara yang sebagian besar wilayahnya merupakan perairan, dimana luas daratan lebih kecil daripada luas lautnya. Indonesia merupakan negara maritim terbesar di dunia. Berbicara tentang peran surveyor dalam kemaritiman dan kelautan erat kaitannya dengan Survei Hidrografi. Survei Hidrografi adalah survei pemetaan topografi bawah air. Ada tiga aspek survei hidrografi yaitu Coastal Hydrography, Off-Shore Hydrography, dan Oceanic Hydrography. Aplikasi hidrografi yaitu (1) keselamatan pelayaran dimana tiap negara wajib memetakan alur pelayarannya, (2) pemetaan dan pencarian sumber daya laut (perikanan, mineral, migas, dsb), (3) rekayasa sipil yang meliputi pemasangan kabel laut, pemasangan anjungan pengeboran/produksi migas dengan menggunakan alat Theodolit untuk kontrol dan pemasangan pipa bawah air. Banyak dari pekerjaan survei yang membutuhkan peran surveyor, contohnya peranan survei hidrografi dalam eksplorasi minyak lepas pantai. Minyak dan gas bumi merupakan salah satu sumber energi yang sangat dibutuhkan saat ini. Kebutuhan masyarakat akan bahan bakar yang tidak dapat diperbarui ini semakin
14
meningkat seiring bertambahnya penduduk di bumi dan semakin meningkatnya penggunaan transportasi serta perkembangan industri-industri yang membutuhkan gas sebagai sumber energi. Semakin tinggi tingkat penggunaannya semakin menipis ketersediaan cadangan minyak dan gas bumi. Cadangan minyak di darat yang mulai menipis, dari situlah adanya pekerjaan eksplorasi minyak di lepas pantai. Dalam melakukan eksplorasi minyak di laut dibutuhkan metode dan perencanaan yang bagus serta biaya yang mahal, sehingga dilakukan survei hidrografi. Survei hidrografi berperan baik saat proses eksplorasi maupun eksploitasinya. Beberapa macam survei yang dilakukan dalam proses eksplorasi yaitu penentuan posisi di laut, survei batimetri, pengamatan pasut, pengukuran pola dan kecepatan arus dan gelombang, pengukuran sifat-sifat fisis air laut dan pengambilan contoh sedimen. Penentuan posisi di laut merupakan kegiatan survei yang sangat krusial. Sebelum melakukan survei, kita harus mengetahui posisi dan arah kapal bergerak sehingga saat melakukan survei kapal bergerak pada jalur yang sudah ditentukan. Alat yang digunakan yaitu GPS untuk penentuan posisi realtime secara differensial.
Apabila penentuan posisi tersebut tidak bagus, maka akan berpengaruh pada survei lainnya dan dalam proses eksplorasi minyak. Survei batimetri dilakukan untuk mendapatkan data kedalaman dan konfigurasi/topografi dasar laut. Alat yang digunakan yaitu Multibeam Echosounder. Pola pancarannya melebar dan melintang terhadap badan kapal. Setiap beam akan mendapatkan satu titik kedalaman hingga jika titik tersebut digabungkan, akan membentuk profil dasar laut. Pengamatan pasut atau pasang surut air laut dilakukan untuk mendapatkan koreksi kedalaman hasil batimetri. Alat yang digunakan yaitu pressure type tide gauge yang ditempatkan di kedalaman tertentu, sehingga alat tersebut nantinya akan merekam perbedaan tekanan, yang nantinya memberikan data perubahan
tinggi air laut. Pengukuran pasut ini dilakukan selama proses survei batimetri. Pengukuran arus dilakukan untuk mendapatkan data kecepatan dan pola arus yang digunakan untuk keperluan perencanaan kekuatan infrastruktur yang akan dibangun. Pengukuran sifat fisis air laut dilakukan menggunakan CTD untuk mengukur suhu, salinitas, tekanan, kedalaman, dan densitas. Laut Indonesia yang luas, namun SDM belum dimanfaatkan secara optimal. Indonesia masih membutuhkan banyak tenaga ahli untuk bisa memanfaatkan laut sebagai tulang punggung perekonomian bangsa. Indonesia hanya memiliki tiga keahlian di laut, diantaranya Angkatan Laut (TNI AL), pelaut dan perikanan. Padahal masih banyak lagi tenaga ahli yang dibutuhkan seperti tenaga ahli
15
hukum maritim, tenaga pariwisata bahari, ahli obat-obatan laut, sosiologi dan antropologi masyarakat pesisir, penerbangan maritim, dan lain sebagainya. Perlu adanya ahli hukum maritim karena semua perbatasan Indonesia lebih panjang yang berbatasan dengan laut daripada darat, dengan luas laut mencapai 5,8 juta kilometer persegi. Minimnya SDM di bidang maritim karena adanya paradigma bahwa profesi sebagai pelaut sebagai bidang yang sulit. Maritim merupakan payung besar dengan hukum laut sebagai pelindung yang menaungi semua yang ada di laut. Maritim bukan saja berbicara mengenai kelautan dan perikanan karena keduanya merupakan bagian kecil dari maritim sementara konteks maritim begitu luas. Setidaknya, SDM yang bekerja di sektor maritim dapat dikelompokkan dalam tujuh kategori, yaitu (1) sebagai pelaut kapal niaga domestik maupun asing, (2) sebagai penangkap ikan di kapal domestik maupun asing, (3)sebagai pelaut pada pelayaran rakyat, (4) nelayan, (5) tenaga kerja pada eksplorasi laut lepas pantai, (6) karyawan yang bekerja di ekotourisme, dan (7) karyawan di bidang pelabuhan. Indonesia bukan tidak mungkin dapat berkembang sebagai bangsa maritim yang besar jika memiliki SDM berkualitas. Bahkan data statistik Internasional Seafarers Suppliers 2011, menempatkan Indonesia pada urutan ketiga dari sepuluh negara penyedia pelaut dunia. Didorong asumsi pasar kerja di bidang maritim yang terus
16
berkembang, mengingat era maritim sedang di dorong oleh pemerintah saat ini, maka potensi pengembangan SDM di bidang kemaritiman diharapkan berjalan maksimal. Variabel utama dalam pengelolaan sumber daya kelautan adalah dengan melakukan pencerdasan atau pembangunan SDM. Membangun pendidikan formal kemaritiman yang masuk dalam kurikulum pendidikan nasional, wawasan kemaritiman melalui organisasi kepemudaan yang berkecimpung di bidang maritim.
Para Srikandi di Jajaran Kabinet Kerja Jokowi – JK Artikel oleh: Riska Aprilia Kuswati / Ilustrator: Adetya Zona Wilantara
(Sumber foto: liputan6.com)
“
Srikandi, sebuah simbolisasi perempuan tangguh. Bukan karena dilahirkan sebagai seorang perempuan Ia menjadi lemah nan pasrah. Bukan Srikandi ketika harus menyerah dan tanpa bertindak. Tidaklah karena atas nama perempuan, ia berdamai dengan kodratnya. Bukan alasan bernama kelemahan perempuan, ia harus berada di belakang layar.�
N
ama Srikandi tak lagi asing di telinga masyarakat Indonesia. Setiap pergerakan dan pencapaian atas nama perempuan selalu dikaitkanan dengan Srikandi. Srikandi adalah satu-satunya senapati
perempuan yang terjun dalam perang 18 hari Barathayuda dalam kisah Mahabaratha. Srikandi menjadi ikon bagi perempuan tangguh. Perempuan yang tak menjadi lemah
17
karna kodratnya, namun membuktikan bahwa perempuan mampu berbuat untuk negaranya. Srikandi tak hanya ada dalam kisah epos Mahabharata, namun Indonesia juga memiliki banyak Srikandi dengan busurnya masingmasing. Salah satunya adalah Raden Ajeng Kartini, seorang perempuan anggun dengan mahakarya luhur yang tak pernah dilupakan dalam sejarah. Ia adalah pelopor kebangkitan perempuan pribumi. Ibu kita semua, Ibu Kartini telah melahirkan buah pikiran emansipasi perempuan. Kerja kerasnya dalam mengangkat derajat perempuan, lambat laun melepaskan para perempuan pribumi dari jerat feodalisme. Berkat Kartini sebagai representasi Srikandi Indonesia, kini semakin banyak perempuan tangguh yang sukses dalam bidangnya masingmasing. Kedudukan perempuan yang dahulu hanya dianggap sebagai “pendukung pembangunan� kini mulai berubah. Perempuan semakin banyak mengambil posisi strategis dalam pembangunan. Hal tersebut didukung sepenuhnya oleh pemerintah melalui konstitusi UUD 1945 pasal 30 ayat (1) bahwa tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam pembangunan. Namun bukan berarti pasal tersebut ditafsirkan bahwa lakilaki dan perempuan benar-benar sama melainkan dalam kontruksi pembangunan, pria dan perempuan adalah mitrasejajar yang harmonis dan saling melengkapi.
18
Sepertinya presiden ke-7 Indonesia, Ir. Joko Widodo memahami betul pentingnya partisipasi perempuan dalam pembangunan. Usai pelantikan Kabinet Kerja 2014-2019 pada tanggal 27 Oktober 2014, Presiden mengumumkan 34 menterinya. Diantara 34 menteri tersebut terdapat 8 menteri perempuan. Meskipun jumlahnya sangat tidak seimbang dengan jumlah menteri laki-laki namun setidaknya mengalami peningkatan dibandingkan Kabinet era Presiden Susilo Bambang Yudhyono yang berjumlah 5 orang. Wakil Presiden Jusuf Kalla mengungkapkan bahwa 8 menteri perempuan tersebut bukanlah suatu kebetulan atau sekedar pengisi jumlah kursi minimum dalam kabinet. “Memang mereka punya kemampuan� ungkapnya di kantor Wakil Presiden usai pelantikan kabinet. Hal tersebut membuktikan bahwa para Srikandi yang duduk di jajaran Kabinet Kerja Jokowi-JK memang pantas berkat prestasi dan pencapainnya. Kedelapan Srikandi dalam jajaran Kabinet Kerja tersebut adalah Prof. Nila Djoewita Anfasa Moeloek sebagai menteri kesehatan, Prof. Yohana Yembise sebagai menteri pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, Retno Lestari Priansari Marsudi sebagai menteri luar negeri, Rini Mariani Soemarno sebagai menteri badan usaha milik negara, Susi Pudjiastuti sebagai menteri kelautan dan perikanan, Khofifah Indar Parawansa sebagai menteri sosial, Puan Maharani sebagai menteri koordinator
bidang pembangunan manusia dan kebudayaan dan Siti Nurbaya sebagai menteri lingkungan hidup dan kehutanan. Ibarat Srikandi dengan busurnya dalam setiap perang, delapan Srikandi Indonesia tersebut juga memiliki keahlian dan prestasi sebagai busur dalam usaha kerja kerasnya membangun bangsa. Mereka mempunyai deretan prestasinya masing-masing sebelum menjabat sebagai menteri. Deretan prestasi mereka bahkan tak akan mencukupi jika hanya dijabaran dalam sepenggal alinea.
Salah satu Srikandi yang menyita perhatian penulis adalah menteri luar negeri Indonesia, Retno Lestari Priansari Marsudi. Ibu dari dua anak yang merupakan alumni Universitas Gadjah Mada ini merupakan menteri luar negeri
perempuan pertama. Beliau juga merupakan orang Indonesia pertama yang memperoleh penghargaan Order of Merit dari Raja Norwegia. Selain itu, beliau pernah menjabat sebagai Direktur Jendral Eropa dan Amerika yang bertanggung jawab mengawasi hubungan Indonesia dengan 82 negara di Eropa dan Amerika. Kesan tegas namun tetap tenang terlihat ketika beliau menjelaskan permasalahan yang berkaitan dengan kementriannya. Lain halnya dengan Retno Marsudi yang mengawali karir dari jalur akademisi, Susi Pudjiastuti sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan
mengawali karirnya dari jalur non akademisi. Berawal dari pengusaha hingga ditunjuk sebagai menteri, beliau mempunya kisah perjuangan hidup yang begitu menginspirasi. Berkat perjuangan dan kerja kerasnya, beliau mendapatkan berbagai penghargaan
19
yang tak terhitung jumlahnya. Salah satunya yaitu mendapatkan penghargaan Award for Innovative Achievements, Extraordinary
Leadership and Significant Contributions to the Economy, APEC 2011. Kesan nyentrik, tegas namun apa adanya ada pada Srikandi yang satu ini. Tak akan ada habisnya apabila kita menengok deretan prestasi dari kedelapan Srikandi dalam jajaran
20
Kabinet Kerja Jokowi-JK ini. Perjuangan dengan berbagai pencapaian mereka menjadi oase tersendiri bagi idealisme perempuan Indonesia. Mereka membuktikan bahwa perempuan memiliki kemampuan luar biasa dan tak bisa dipandang sebelah mata begitu saja. Penulis berharap para Srikandi ini tak hanya mampu duduk dalam suatu jabatan strategis namun juga bisa membuat perubahan yang nyata kepada bangsa.
Pengurus KMDG Periode 2015/2016 Kabinet Bangkit Berevolusi
VISI: Terwujudnya KMDG UGM yang bermanfaat dalam iklim organisasi yang solid, aktif, dan kontributif. MISI: 1.
Mempererat rasa kekeluargaan antar anggota KMDG UGM 2015.
2.
Menjalin hubungan yang harmonis dengan warga, pengelola prodi, alumni, dan lembaga relasi KMDG UGM.
3.
Mengoptimalkan potensi mahasiswa Teknik Geomatika UGM dalam aspek akademis dan keilmuan keteknikan.
4.
Mengoptimalkan potensi mahasiswa Teknik Geomatika UGM dalam aspek non-akademis yaitu dalam fungsi pembinaan serta peminatan pada olahraga, seni, dan IT.
5.
Mengoptimalkan KMDG UGM 2015 dalam fungsi pelayanan terhadap warga Teknik Geomatika UGM.
6.
Mengoptimalkan peran mahasiswa Teknik Geomatika UGM di bidang pengabdian masyarakat.
7. Mengoptimalkan KMDG UGM 2015 sebagai penggugah sikap kritis dan objektif warga pada isu-isu yang terjadi di internal maupun eksternal Teknik Geomatika UGM.
Herman Herfiantoko (KETUA KMDG) UMUM KMDG) Romano Matius Danang ESW (SEKJEND KMDG)
Viny Widiyanti (BENDAHARA KMDG) KMDG)
Dina Luthfiana (SEKRETARIS KMDG)
Resyana Hanif (BENDAHARA KMDG)
Tio Prahatsya WP (SEKRETARIS KMDG)
)
Atika Audia F (KEPALA DEPARTEMEN HUMAS)
PROGRAM KERJA
PROGRAM KERJA
Aktifasi Website KMDG Social Media on duty English for Fun Pengelolaan majalah dinding (mading) Launcing Kepenguran KMDG Periode 2015 Blusukan ke SMK Stembayo Dialog Prodi Visit to HMJ Sapa Alumni Pelepasan wisuda periode Agustus Geoshare Buletin / Majalah
Tyara Aliffatul Z (KEPALA DEPARTEMEN SOSMAS)
Sekunda Pragmantya (KEPALA DEPARTEMEN PPM)
Musyawarah anggota Pembuatan rompi ukur Pelatihan AutoCAD LD Pelatihan Web GIS Tes TOEGL Short Course Sosialisasi PKM Galaksi 2015 Pemilu Oprec KMDG periode 2016/2017 Sertijab kepengrusan kmdg Korsa KMDG angkatan 2015 Bank soal Geomatika Belajar Kantin Kejujuran English club Kunjungan Industri
Salfariz Hadit (KEPALA DEPARTEMEN MINKAT)
PROGRAM KERJA
Jumat beramal Geomatika Ta’lim Geomatika silaturahim Geomatika mengabdi (IMGI) PMKT (persekutaun mahasiswa Kristen teknik)
PROGRAM KERJA
Latihan Rutin Pengadaan Sarana prasarana Olahraga Tanggap Event TROFEOGEMATICS DIES NATALIS KE-14 KMDG
Artikel oleh: Riska Aprilia Kuswati
Sosok satu ini sudah tak asing lagi di lingkungan mahasiswa Teknik Geomatika, Sekolah Vokasi UGM. Herman Herfiantoko, pemuda kelahiran kabupaten dengan seribu pantai nan elok yaitu Gunungkidul, Yogyakarta tepatnya 27 Mei 1995. Anak pertama dari 2 bersaudara ini merupakan alumni SMA N 1 Semanu, Gunungkidul yang kini menjadi mahasiswa angkatan 2013 Teknik Geomatika UGM. Redaksi sosok berkesempatan mengenal lebih dalam pemuda yang terkenal dengan karakter yang cerdas dan bersahaja ini. Herman kecil seperti anak lain pada umumnya pada awalnya memiliki cita-cita sebagai dokter. Beranjak saat duduk di bangku SMA, kecintaanya terhadap buah karya anak bangsa membuat impiannya berubah, ia berkeinginan sebagai pengusaha batik. Impian yang berubah-ubah merupakan suatu hal yang wajar bagi setiap orang. Ketika ditanya apa cita-cita selepas lulus nantinya, pemuda yang duduk di semester 6 ini menjawab bahwa ia ingin menjadi surveyor sekaligus wirausahawan kuliner kelak.Sosok Herman tak hanya cerdas, berbagai deretan prestasi pun telah berhasil ia
“Aku mampu sekalipun aku tak mampu� cetak. Selain memecahkan rekor sebagi mahasiwa yang mempunyai IPK 4.00 hingga semester ini, Ia juga berhasil memenangkan berbagai kompetisi. Bahkan kompetisi tingkat internasional sekalipun dapat ia raih seperti Finalis 3rd International Conference on
Education and Social Science Turkey Paper Competition 2016 dan Big 15 ASEAN Paper Competition on International Conference for ASEAN Science and Technology Students 2015.
Tak hanya itu, pemuda ini pun tak sepi dari deretan prestasi nasional seperti 10 besar Lomba Geospasial Inovatif
23
Nasional KMTG UGM 2015, Juara 2 Liga Proposal PKM SV UGM 2015, Semifinalis APAIDEMU PERTAMINA 2014, Juara 1 Karya Inspiratif “Knowing Every Part of Ourselves” SP2MP Ditmawa UGM 2013. Selain terkenal akan sosok yang berprestasi, orang-orang mengenalnya sebagai sosok yang aktif berorganisasi. Ia mengenal organisasi sejak duduk di bangku SMP saat bergabung dalam OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah). Namun fokus organisasinya justru saat di perkuliahan ini. Baginya mendapat julukan “mahasiswa” bukan hanya dimanfaatkan untuk duduk menimba ilmu di kelas. Terjun di berbagai organisasi baik internal ataupun eksternal membuat dirinya semakin banyak belajar. “Banyak cerita dalam organisasi, berkembang dalam keberagaman” tuturnya ketika ditanya apa yang membuat menarik dari sebuah organisasi. Bukan hal yang mengherankan jika dirinya terpilih sebagai ketua KMDG UGM periode 2014/2015. Sebagai pemimpin dari Kabinet “Bangkit Berevolusi” ini, Ia telah banyak memberikan nafas kebangkitan dan revolusi bagi keluarga Teknik Geomatika. Di mata para staf jajarannya, sosok Herman merupakan pemimpin yang baik. Tak hanya pandai bersuara dalam orasi, Ia juga selalu total dalam setiap keputusannya. Menurutnya banyak pengalaman berharga dari posisinya sebagai pemimpin KMDG. Salah satunya yaitu saat berada di posisi tertekan, Ia harus mengambil keputusan diantara
24
kemauan mahasiswa dan jajaran pengurus prodi, bolak-balik ke gedung Sekolah Vokasi untuk berdiskusi dengan prodi lain disaat teman-teman pulang ke kost-an, serta merelakan waktu istirahat untuk memikirkan sesuatu yang mungkin tidak dipikirkan mahasiswa lain. Di penghujung masa kepengurusannya di KMDG 2014/2015 berakhir, Ia mengungkapkan harapannya “Semoga KMDG selalu ada, karena KMDG sudah menjadi rumah bagi kita semua. Sekencang apapun badai ingin merobohkan KMDG, tetaplah bersatu dan lindungi. KMDG tak terlihat namun selalu berjuang menjadikan kalian solid, aktif dan kontributif. Terus belajar kawan, Salam Bangkit Berevolusi! Bangga Diploma Geomatika!”. Sosok Herman Herfiantoko memang patut dijadikan teladan. Ia adalah representasi mahasiswa produktif. Dalam akhir sesi wawancara, Ia mengungkapkan harapannya pada diri sendiri “Semoga saya tidak pernah lelah belajar dan evaluasi diri sendiri dalam keadaan apapun, memandang kedepan dan berpegang teguh pada agama demi masa depan dunia dan akhirat” pungkasnya.
Artikel oleh: Riska Aprilia Kuswati
(Dokumentasi : Nugroho Qiyada Timor)
“Kolaborasi ilmu dan pengetahuan yang diterapkan pada karya ini merupakan bukti bahwa perpaduan disiplin ilmu mampu menghasilkan karya yang harmonis dan solutif.�
Sepekan lalu, bertempat di Laboratorium Hidrografi, Teknik Geodesi dan Geomatika, Universitas Gadjah Mada redaksi kami menemui salah satu dosen di jurusan Teknik Geodesi dan Geomatika, UGM. Dosen yang memiliki nama lengkap Abdul
28
Basith, ST., M.Si., Ph.D. ini, adalah salah satu dosen pakar bidang hidrografi sekaligus mengajar pada mata kuliah tersebut. Tujuan kami menemui beliau adalah berbagi ilmu berkaitan dengan hasil karya beliau yaitu kapal tanpa awak untuk pengukuran kedalaman
atau survei batimetri. Dengan bantuan dana research dari Fakultas dan kolaborasi dengan dosen dari disiplin ilmu lain, beliau memulai proyeknya. Wahana yang memiliki panjang 1,1 meter, lebar 70 cm, dan tinggi 30 cm ini memiliki komponen utama yaitu alat pengukur kedalaman, pencatu daya dan sistem navigasi kapal serta dilengkapi dengan komponenkomponen pendukung lainnya. Kapal tanpa awak tersebut dapat dioperasikan secara manual ataupun autopilot bergantung pada kondisi lapangan yang akan diukur. Untuk daerah dengan perairan tenang dan sedikit halangan seperti waduk, kapal dapat dioperasikan secara otomatis atau autopilot. Sedangkan pada perairan yang tidak tenang seperti laut dengan gelombang yang tinggi atau pelabuhan dengan beberapa kapal yang lalu-lalang, kendali dilakukan oleh operator di darat atau manual. Jika dilakukan pengukuran di tempat dengan gelombang tinggi, maka waktu ideal pengukuran adalah di pagi hari dimana ombak masih cukup tenang. Kapal tanpa awak ini dirakit dan didesain dengan melibatkan beberapa disiplin ilmu. Disiplin ilmu yang terlibat yaitu ilmu geodesi, ilmu elektronika, ilmu permesinan dan disiplin-disiplin ilmu lain. Beberapa dosen dan
mahasiswa pun turut menyumbang dalam terciptanya hasil karya tersebut. Kapal tersebut sudah digunakan untuk pengukuran dan uji coba di beberapa tempat seperti Waduk Sermo, Embung Tambakboyo, dan terakhir di Pantai Sadeng. Sejauh ini kapal tersebut telah di presentasikan di Annual Engineering Seminar (AES) 2014 Fakultas Teknik UGM dan Pameran Maritim yang di selenggarakan di Gedung Grha Sabha Pramana (GSP). Saat menjadi bagian dari kedua acara bergengsi tersebut, respon yang didapatkan cukup menggembirakan. Beberapa tertarik dengan prototype yang dipamerkan dan menanyakan bagaimana sistem kerja, kemampuan dan penggunaannya sampai pada harga yang ditawarkan. Akan tetapi, beliau menuturkan bahwa untuk memasuki pasar, kapal tersebut belum sanggup. Hal tersebut dikarenakan harus dilakukan beberapa penyempurnaan pada kapal tersebut sehingga kapal tersebut benar-benar siap digunakan dan konsumen pun puas akan produk yang dibeli. Keakuratan yang dimiliki kapal tersebut saat ini mencapai 5 meter jika kondisi perairan se dang baik. Selanjutnya penelitian yang sedang
29
berlangsung pada kapal tersebut adalah meningkatkan akurasi posisi horizontal absolute menggunakan jaringan CORS. Dalam tahap penelitian tersebut beliau bekerja sama dengan dosen Teknik Godesi UGM yang menguasai bidang aplikasi GPS yaitu Dedi Atunggal SP., ST., M.Sc. Rencananya pada kapal tersebut akan dipasang sebuah sistem selayaknya smartphone android sehingga bisa menerima koreksi CORS. CORS kemudian dikoneksikan ke GPS lalu terakhir GPS akan menerima koreksi tersebut. CORS yang digunaan bisa menggunakan CORS yang terletak di jurusan atau daerah tertentu seperti di Bantul. Kemudian setelah didapatkan pencapaian-pencapaian terhadap karya tersebut, beliau juga menyampikan harapan kedepannya untuk kapal tersebut. Harapannya adalah suatu saat kapal tersebut dapat didesain dengan sistem engine sehingga digunakan bahan bakar semisal bensin. Dikarenakan, kapal tersebut saat ini masih mengandalkan baterai dan daya tahan setiap satu baterai hanya mampu menghidupkan
30
kapal sekitar 2 jam. Maka akan menjadi suatu pemborosan apabila daerah yang diukur berkategori luas. Sehingga apabila menggunakan system engine diharapkan pengukuran akan lebih praktis dan kapal dapat beroperasi dengan durasi yang lebih lama. Meskipun karya tersebut bukan kali pertama di Indonesia, namun karya tersebut sangat membantu dalam pengukuran ataupun pembelajaran. Kolaborasi ilmu dan pengetahuan yang diterapkan pada karya tersebut merupakan bukti bahwa perpaduan disiplin ilmu mampu menghasilkan karya yang harmonis dan solutif. Ketika ditanya apakah harapan pribadi dosen yang akrab disapa pak basith ini, beliau menyampaikan bahwa beliau berharap agar peminat bidang hidrografi semakin banyak. Mahasiswa diharapkan meramaikan klub hidrografi yang memang sudah terbetuk di jurusan Teknik Geodesi. Karya-karya di bidang hidrografi diharapkan juga semakin banyak dihasilkan.