Kombinasi 30 Mei 2009

Page 1

Edisi 30

Mei 2009


Kombinasi | Komunitas Membangun Jaringan Informasi | Edisi ke 30 Mei 2009

2

tim kerja >>

Editorial

Editor Tim penulis

: :

Foto Cover Lay out Ilustrasi

: : :

Ade Tanesia Saiful Bakhtiar, Yossy Suparyo, Ranggoaini Jahja, Budhi Hermanto, Niken Lestari, Darisman, Bambang Sugiharto. Bambang Triatmojo (Duotone Photography) Duotone Media Dani Yuniarto, Hardoko

Alamat Redaksi: Jl Ngadisuryan no. 26 Yogyakarta 55133 Telepon/fax: 0274-418929 email: office@combine.or.id Kombinasi diterbitkan oleh Combine Resource Institution atas dukungan Ford Foundation.


3

Para pegiat radio komunitas mempertanyakan syarat akta pengesahan dari Dinas Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat (Kesbanglinmas) Kota atau Kabupaten dalam pengajuan izin siaran. Persyaratan ini membuat radio komunitas harus mengeluarkan uang yang tidak sedikit untuk mengurus semua proses adminisitratif. Di Kota Bandung, Kesbanglinmas meminta Surat Keterangan Domisili dari Lurah dan Camat. Untuk mendapat tandatangan Lurah harus membayar 250 ribu dan Camat 250 ribu. Mereka berharap FRB (Forum Rapat Bersama) antara Pemerintah (Depertemen Komunikasi dan Informasi [Depkominfo] dan Komisi Penyiaran Indonesia Daerah [KPID] Jawa Barat (3/2/2009) akan menyelesaikan ketidakpastian perizinan lembaga penyiaran komunitas selama ini (Rakita, Bandung)

FMM Kyai Kampung Memasuki Putaran ke-27 Sabtu (2/2/2009) Forum Minggu Manis (FMM) telah menginjak putaran ke27. Kegiatan ini dilaksanakan di Mushola Sabilul Muttaqin, Cikuya, Desa Kutasari, Cipari. FMM merupakan acara rutin selapanan yang telah berjalan selama dua tahun dan dilaksanakan secara bergilir dari masjid ke masjid di empat desa di wilayah Kecamatan Cipari bagian utara, yaitu Caruy, Kutasari, Sidasari, dan Mekarsari. Forum ini merupakan wahana komunikasi dan

silaturahmi antar kyai masjid dan mushola, untuk menyikapi persoalanpersoalan keagamaan dan kemasyarakatan yang muncul di tengah masyarakat. Persoalan-persoalan tersebut kemudian diagendakan untuk dibahas dalam forum tersebut, kemudian ditinjau dari aspek Fiqh keagamaan. Permasalahan-permasalahan itu juga disikapi dengan mempertimbangkan aspek sosial budaya yang ada di wilayah masingmasing. (Forum Warga Kecamatan Cipari, Cilacap)

JRKL Kembangkan Teknologi Wajan Bolik Jaringan Radio Komunitas Lampung (JRKL) dan Combine tengah kembangkan jaringan RT/RW net untuk menyebarluaskan pemanfaatan sistem informasi dan komunikasi di wilayah siar radio komunitas. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, JRKL dan Combine mengadakan pelatihan perakitan wajanbolik dan instalasinya (12/2/2009). JRKL berhasil merakit 5 unit wajanbolik yang telah lolos dalam pengujian. Saat wajanbolik diujicobakan, beberapa orang yang kebetulan lewat di jalan raya menyempatkan diri untuk melihat dan berdiskusi tentang kertarikan mereka dengan wajanbolik. (JRKL, Bandar Lampung).

Kombinasi | Komunitas Membangun Jaringan Informasi | Edisi ke 30 | Mei 2009

Izin Radio Terganjal Birokrasi yang Berbelit

Info Sekilas


4 Remaja Sesaot Sebarkan Infomasi Lewat Radio Komunitas Di Desa Sesaot, Kecamatan Narmada-Linsar, Lombok, para remaja menyebarkan informasi lewat radio komunitas. Pada 3 Januari 2009, Radio FOREST FM, singkatan dari Frekuensi Otonom Radio Sesaot resmi berdiri. Melalui Radio Forest ini masyarakat bisa mengetahui tentang perkembangan Desa Sesaot dan sekitarnya, terutama informasi masalah pertanian. Penyebaran informasi seputar masalah pertanian sangat berarti bagi masyarakat sebab sebagaian besar warga bercocok tanam di dekat di hutan. Remaja Sesaot juga bisa menyalurkan bakat-bakat mereka. Program acaranya dikemas dalam dialog interaktif dan berita masalah yang berkembang di desa. (Forest FM, Lombok)

kelompok masih belum jelas hingga hari ini. PT Minarak Lapindo Jaya (MLJ), penanggungjawab pembayaran tanah dan bagunan milik korban lumpur yang dibik in PT Lapindo Brantas, tak juga menuntask an tanggungjawabnya. MLJ terus saja mengulur-ulur waktu. Skema pembayaran diubah-ubah. Yang teranyar, pelunasan 80 persen dicicil per bulan 30 juta. Tim 16 Perumahan Tanggulangin Anggun Sejahtera I (Tim 16 Perum TAS I), yang 3 Desember 2008 lalu harus menandatangani kesepakatan skema cicilan 30 juta per bulan itu, kecewa. Ribuan massa dari Perumtas I ini sempat mendemo Istana Negara (2-3/12/2008) untuk menuntut pembayaran 80 persen sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun 2007, yakni paling lambat satu bulan sebelum masa kontrak rumah habis. Kini, warga pantas kecewa, meskipun masa kontrak rumah sudah habus tapi belum ada kejelasan atas penyelesaiaan masalah ini (Kanal News Room, Sidoarjo)

KPID NTB Kunjungi Bragi FM

Guru Demam Emas, Siswa Terlantar

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Nusa Tenggara Barat (NTB) berharap radio komunitas tidak menyiarkan kampanye para kontestan Pemilihan Umum (Pemilu) 2009. Demikian diungkapkan H. Hajar AS, Anggota KPID NTB ketika mengunjungi Radio Komunitas Bragi FM. KPID mengharapkan lembaga penyiaran berperan mendidik masyarakat sadar politik, memahami mekanisme Pemilu dengan sistem baru, serta menjaga situasi yang nyaman di wilayahnya. Kunjungan KPID NTB yang disambut akrab oleh puluhan pendengar Bragi FM. KPID juga berjanji akan memprogramkan pelatihan bagi para penyiar radio komunitas. (Bragi FM, Lombok)

Tambang emas di Kabupaten Bombana tak hanya memberikan gairah baru bagi warga setempat, tapi juga warga di kabupaten lainnya. Akibat demam emas Bombana, para siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) Satu Atap Saponda, Kecamatan Soropia, Kabupaten Konawe, dari kelas 1-3 sekolah ini tidak belajar matematika karena salah seorang gurunya pergi mendulang emas. SMPN Satu Atap Saponda memang kekurangan tenaga pengajar. Selama ini kegiatan belajar mengajar difasilitasi oleh 5 guru yang semuanya berstatus honorer. Hingga hari ini belum ada upaya serius yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Konawe untuk menambah tenaga pengajar sekolah ini.Kepala Sekolah SMPN Satu Atap Saponda mengatakan untuk menghadapi ujian nasional Maret nanti, masih meragukan persiapan siswasiswinya. ( Tridharma Fm, Sulawesi Tenggara)

Anak-anak Juga Bisa Jadi Jurnalis

Kombinasi | Komunitas Membangun Jaringan Informasi | Edisi ke 30 | Mei 2009

Info Sekilas

MAGELANG. Radio Komunitas DRR FM membuat terobosan dengan melatih anak-anak menjadi jurnalis (22/2/2009). Pelatihan yang difasilitasi oleh KARINA KAS, Radio Komunitas Balai Budaya Minomartani Yogyakarta, dan Studio Audio Visual PUSKAT tersebut bertujuan untuk memberikan pengetahuan dini terhadap bencana. Anak-anak diajak untuk mengamati, mengerjakan, mendengar, dan mengingat-ingat sesuatu yang pernah mereka alami. Setelah itu mereka dituntun menuangkan ide yang didapat ke dalam cerita yang dituliskan pada buku catatan. Selanjutnya peserta membacakan ceritanya pada teman-teman. (Rumah Pelangi, Magelang)

Penertiban Frequensi Radio Jangan Diskriminatif Jaringan Radio Komunitas Sumatera Utara (Jarkomsu) menghimbau aparat Balai Monitoring (Balmon) Frekuensi Klas II Medan, Dinas Perhubungan Provinsi, dan Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Sumatera Utara agar dalam melakukan pembersihan penggunaan frekuensi radio siaran yang tidak mengantongi izin tidak diskriminatif atau tebang pilih. Menurut Ketua Jarkomsu Tohap P. Simamora (16/2), jumlah radio siaran yang tidak memiliki ISR cukup banyak, termasuk radio siaran yang sudah mengudara lebih dari 10 tahun. Namun, pihak Balmon yang bekerja berdasarkan Undang Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi terlihat bertindak diskrimatif. Karena tidak semua lembaga penyiaran yang melanggar ketentuan UU No 36 Tahun 1999 ditertibkan atau disegel. (Jarkomsu, Medan)

Penggantian Aset Korban Tak Kunjung Beres Pilihan pembayaran ganti rugi boleh beda, tapi nasib tetap sama: terpuruk. Nasib ganti rugi rumah dan bangunan korban Lapindo dari berbagai

Film CALL ON dibedah Lewat Talkshow K a r a n g Ta r u n a A R J U N A 1 5 Juminahan mengadakan pemutaran Film CALL ON dan Talkshow di Kampung Juminahan Kelurahan, Tegalpanggung, Danurejan (9/1/2009) bek erjasama Komunitas Double-D Film kerjasama dengan KPAD (Komisi Penanggulangan HIV-AIDS ) Kota Yogyakarta, dan Radio Komunitas Suara Malioboro. kegiatan ini diharapk an meningkatkan kesadaran, pemahaman dan kepedulian masyarakat. MAsyarakat dapat berpartisipasi dalam upaya pencegahan dan penanganan masalah HIV dan memberikan ruang dukungan bagi ODHA (Orang dengan HIV-AIDS) untuk mengurangi stigma masyarakat terhadap ODHA' (Radio Suara Malioboro, Kota Yogyakarta.


5

Info Sekilas

I n i s i a t i f P e r b a i k i L a y a n a n P u b l i k L e w a t R a d i o K o m u n i t a s B u k u i n i d i r a n c a n g s e b a g a i s e b u a h p a n d u a n b a g ip a r a p e g i a t R a d i o K o m u n i t a s u n t u k m e n y u s u n p r o g r a m r a d i o y a n g b e r t u j u a n u n t u k m e n d o r o n g p e n i n g k a t a n k u a l i t a s p e l a y a n a n p u b l i k d i m a s i n g m a s i n g k o m u n i t a s n y a .R a d i o k o m o n u i t a s s e b a g a im e d i a k o m u n i k a s id a n i n f o r m a s ik o m u n i t a s b e r k e p e n t i n g a n u n t u k m e n d o r o n g t e r c i p t a n y a p e l a y a n a n p u b l i k y a n g b a i k , a d i l , d a n m u r a h .

P e l a y a n a n p u b l i k y a n g b u r u k m e r u p a k a n s a l a h s a t u b e n t u k p e n y i m p a n g a n d a n p e n y a l a h g u n a a n w e w e n a n g .I s t i l a h t e p a t n y a m a l a d m i n i s t r a s i . M a l a d m i n i s t r a s ia d a l a h t i n d a k a n a t a u p e r i l a k u p e n y e l e n g g a r a a d m i n i s t r a s i n e g a r a d a l a m p e m b e r i a n p e l a y a n a n p u b l i k y a n g b e r t e n t a n g a n d e n g a n k a i d a h s e r t a h u k u m y a n g b e r l a k u a t a u m e n y a l a h g u n a k a n w e w e n a n g y a n g m e n i m b u l k a n k e r u g i a n s e r t a k e t i d a k a d i l a n .

S e b a g i a n b e s a r s u m b e r t u l i s a n d i s u s u n d a r i p e n g a l a m a n p e n g a l a m a n n y a t a p a r a p e g i a t r a d i o k o m u n i t a s d ip e l b a g a it e m p a t ,s e p e r t i Y o g y a k a r t a ,B a n d u n g ,M a k a s a r ,K e n d a r i ,T o r a j a , I n d r a m a y u ,d a n C i l a c a p .T i d a k s e m u a p e n g a l a m a n y a n g t e r t u l i s m e r u p a k a n k i s a h s u k s e s ,a d a p u l a p e n g a l a m a n y a n g m a s i h m e n d a p a t h a m b a t a n ,t e r u t a m a h a m b a t a n d a r i p e m e r i n t a h a n l o k a l .

R a k o m t e l a h m e m b u k t i k a n p a d a k h a l a y a k m e m i l i k i k o n t r i b u s ib a g ip e n i n g k a t a n p e l a y a n a n p u b l i k , t e r u t a m a d it i n g k a t d e s a d a n k e c a m a t a n .R a d i o k o m u n i t a s s e p e r t i A n g k r i n g a n ,P a n a g a t i ,d a n T e r a s m e n u n j u k k a n l e m b a g a i n i m e n j a d i c o r o n g k o m u n i t a s a t a u w a r g a t e r k a i t d e n g a n i s u i s u p u b l i k s e p e r t i p e l a y a n a n k e s e h a t a n ,p e n d i d i k a n ,d a n p e l a y a n a n a d m i n i s t r a s i k e l u r a h a n .M a t e r i s i a r a n d a p a t b e r u p a t a l k s h o w , l a p o r a n p a n d a n g a n m a t a , m a u p u n s e k a d a r m e m b a c a p e s a n d a r i a n g g o t a k o m u n i t a s n y a .

P e l a y a n a n p u b l i k m e r u p a k a n i s u y a n g s a n g a t d e k a t d e n g a n w a r g a a t a u a n g g o t a k o m u n i t a s . K e h a d i r a n b u k u i n i d i h a r a p k a n d a p a t m e m p e r k a y a B a i k a t a u b u r u k n y a p e l a y a n a n p u b l i k a k a n m e n g e n a id i s k u r s u s r a d i o k o m u n i t a s m a u p u n b e r d a m p a k l a n g s u n g p a d a k o m u n i t a s . p e l a y a n a n p u b l i k .C o n t o h c o n t o h y a n g d i s a j i k a n P e l a y a n a n p u b l i k , s e p e r t i p e n c a t a t a n s i p i l ( s u r a t d a l a m b u k u i n i d i h a r a p k a n m e n j a d i i l u s t r a s i u n t u k k e l a h i r a n ,s u r a t m e n i k a h ,k a r t u k e l u a r g a ,K a r t u d a p a t m e n g e m b a n g k a n R a k o m d a n m e d i a l a i n u n t u k T a n d a P e n d u d u k ,s u r a t k e m a t i a n ) ,s e k t o r d i s e m i n a s i y a n g l e b i h t e p a t d a n e f e k t i f s e s u a i e n g a n k e s e h a t a n ( a s k e s k i n , p e l a y a n a n r u m a h s a k i t ) , p e n d i d i k a n ( b i a y a o p e r a s i o n a l s e k o l a h , k e b u t u h a n d a n k o n d i s i m a s y a r a k a t y a n g d i h a d a p i o l e h b e r b a g a i k o m u n i t a s . s u m b a n g a n p e m b i a y a a n p e n d i d i k a n ) , d a n p e r i z i n a n ( s u r a t i z i n m e n g e m u d i , s u r a t i z i n p e n d i r i a n u s a h a ) b a n y a k t e r j a d i s a l a h u r u s s e h i n g g a m u n c u l k o r u p s i d a n k o l u s i . J u d u l R a d i o K o m u n i t a s d a n P e l a y a n a n P u b l i k | P e n u l i s Y o s s y S u p a r y o d a n S a i f u l P e l a y a n a n p u b l i k y a n g b a i k m e r u p a k a n c i r i d a r i t a t a p e m e r i n t a h a n y a n g b a i k ( g o o d a c h t i a r | P e n e r b i t C R I , Y o g y a k a r t a E d i s i p e r t a m a , J a n u a r i 2 0 0 9 | D i m e n s i 1 6 x 1 6 g o v e r n a n c e ) .K u a l i t a s p e l a y a n a n p u b l i k m e n j a d i p a r a m e t e r b a g a i m a n a a p a r a t u rB c m ; 1 3 0 h l m . p e m e r i n t a h m e m b e r i k a n p e l a y a n a n k e p a d a r a k y a t . M e n g a p a d e m i k i a n ? S a l a h s a t u t u g a s d a n w e w e n a n g p e m e r i n t a h a n a d a l a h p e n y e l e n g g a r a a n p e l a y a n a n p u b l i k u n t u k k e p e n t i n g a n u m u m .

Kombinasi | Komunitas Membangun Jaringan Informasi | Edisi ke 30 | Mei 2009

D i U d a r a B e r j a y a A t a s i A n c a m a n B e n c a n a p a r a k o r b a n . S e m u a i n i s i a t i f b e r a s a l d a r i w a r g a m e m b u k t i k a n k e c e r d a s a n k o m u n i t a s H i d u p d i w i l a y a h y a n g r e n t a n s a a t b e r h a d a p a n d e n g a n b e n c a n a . b e n c a n a ,w a r g a b u t u h p e n g e t a h u a n c u k u p t e n t a n g C o n t o h m e n a r i k d a p a t A n d a b a c a d a r i p e n g a l a m a n w a r g a s a a t g e m p a d i K e p u l a u a n p e n g u r a n g a n r i s i k o b e n c a n a . S a l a h M e n t a w a i .U m u m n y a ,w a r g a M e n t a w a im e m a n t a u p e r k e m b a n g a n i n f o r m a s i s a t u l a n g k a h p e n g u r a n g a n r i s i k o b e n c a n a d a r i t e l e v i s i . S a y a n g n y a , t e l e v i s i t i d a k m e n y i a r k a n b e r i t a b e r i t a l o k a l s e c a r a b e n c a n a y a n g s a n g a t m e n e n t u k a n d e t a i ls e h i n g g a m e m u d a h k a n w a r g a u n t u k m e n d i s t r i b u s i k a n b a n t u a n d a n a d a l a h p e n g e l o l a a n i n f o r m a s i d a n p e r t o l o n g a n .S a a t i t u l a h w a r g a m e l a k u k a n k e r j a k e r j a p e n g e l o l a a n i n f o r m a s i k o m u n i k a s i .S e b e l u m b e n c a n a b e r b a s i s l o k a l m e l a l u i r a d i o , s p a n d u k , p a m f l e t , d a n l a i n l a i n s e b a g a i a c u a n u n t u k t e r j a d i ,i n f o r m a s i d a n k o m u n i k a s i b e r t i n d a k s e c a r a t e p a t . b e r p e r a n s e b a g a im e d i a H a l s e r u p a d i l a k u k a n o l e h K o m u n i t a s L e r e n g M e r a p i . S a a t t e r j a d i n y a l e t u s a n g u n u n g , p e n y a d a r a n a k a n p e n t i n g n y a R a d i o K o m u n i t a s d i L e r e n g m e r a p i s a l i n g b e r k o m u n i k a s i m e l a l u i t e k n o l o g i i n t e r n e t . p e n g u r a n g a n r i s i k o b e n c a n a . P a d a T e k n o l o g i i n i m e m b u k a r u a n g b a g i w a r g a m e r a p i u n t u k m e n g e t a h u i i n f o r m a s i s a a t b e n c a n a ,i n f o r m a s id a n e n t i n g t e r k a i t d e n g a n n a s i b n y a . R a d i o m e n y i a r k a n b e r i t a b e r i t a s e c a r a l a n g s u n g . k o m u n i k a s ib e r f u n g s is e b a g a i p S a a t r a d i o r u s a k m e r e k a m e n c e t a k ( p r i n t i n g ) b e r i t a d a l a m b e n t u k k o r a n s e l e m b a r . s i s t e m p e r i n g a t a n d i n i .S e t e l a h P e n g a l a m a n p e n g a l a m a n d i a t a s p e r l u d i s e b a r l u a s k a n s e b a b p e r s o a l a n u t a m a t e r j a d i n y a b e n c a n a ,i n f o r m a s i d a n b e r k a i t a n d e n g a n p e n g e l o l a a n b e n c a n a b e r m u l a d a r i d i k e s a m p i n g k a n n y a a k s e s k o m u n i k a s im e m b e r i k a n i n f o r m a s i s e b a g a i h a k d a s a r w a r g a n e g a r a . I n f o r m a s i y a n g c e p a t , a k u r a t , d a n t e p a t d u k u n g a n p a d a p e n a n g a n a n s a s a r a n m e r u p a k a n d a s a r u n t u k b e r l i n d u n g d a n s e l a m a t d a r i a n c a m a n b e n c a n a . t a n g g a p d a r u r a t ,r e h a b i l i t a s i ,d a n r e k o n s t r u k s i . " I n i b u k u m e n a r i k . M a t e r i i s i n y a s p e s i f i k , d i t u l i s d a r i p e n g a l a m a n r a d i o k o m u n i t a s a a t b e n c a n a m e n g u s i k . " S e l a m a t m e m b a c a . B u k u i n ib e r i s id o k u m e n t a s i s p e n g a l a m a n p e n g a l a m a n b e r b a g a ip i h a k y a n g m e n g e l o l a u d u l B u k u : M e n g u d a r a M e n j a w a b A n c a m a n : G e l i a t R a d i o K o m u n i t a s d a l a m m e d i a i n f o r m a s id a n k o m u n i k a s i J e n a n g g u l a n g a n B e n c a n a | P e n u l i s : A f r i z a l d k k . | P e n y u n t i n g : A h m a d N a s i r d k k . d a l a m k e r j a k e r j a p e n a n g g u l a n g a n b e n c a n a ,k h u s u s n y a r a d i o k o m u n i t a s .S a a tP P e n e r b i t : C o m b i n e R e s o u r c e I n s t i t u t i o n Y o g y a k a r t a | E d i s i : 1 , J a n u a r i 2 0 0 9 | b e n c a n a r a d i o k o m u n i t a s m e n j a d i p u s a t k e g i a t a n w a r g a , s e p e r t i p e n c a t a t a n k o r b a n , | U k u r a n : 1 5 x 2 2 c m ; x i i + 2 1 2 h l m p e n g a t u r a n d i s t r i b u s i l o g i s t i k , m e d i a i n f o r m a s i w a r g a , d a n m e n g u r a n g i k e c e m a s a n


6

Tutprial

B

log adalah kependekan dari Weblog, istilah yang pertama kali digunakan oleh Jorn Barger pada Desember 1997. Jorn Barger menggunakan istilah Weblog untuk menyebut kelompok website pribadi yang selalu dimutakhirkan secara kontinyu, berisi tautan-tautan ke website lain yang dianggap menarik, dan disertai dengan komentar-komentar. Blog kemudian berkembang mencari bentuk sesuai dengan kemauan para pembuatnya (Blogger). Blog yang pada mulanya merupakan “catatan perjalanan” seseorang di internet, yaitu tautan ke website yang dikunjungi dan dianggap menarik, kemudian menjadi jauh lebih menarik daripada sebuah daftar tautan. Para Blogger biasanya juga tidak lupa meninggalkan komentar-komentar “cerdas” di blog yang telah dikunjungi, pendapat-pendapat pribadi, dan bahkan mengekspresikan sarkasme mereka pada tautan yang mereka buat. Dari komentar-komentar tadi biasanya Blog kemudian menjadi jendela yang memungkinkan setiap orang “mengintip” isi kepala dan kehidupan sehari-hari dari penciptanya. Blog adalah cara mudah untuk mengenal kepribadian seseorang Blogger. Topik-topik apa yang dia sukai dan tidak dia sukai, apa yang dia pikirkan terhadap tautan yang dia pilih, apa tanggapannya pada suatu isu. Seluruhnya biasanya tergambar jelas dari Blog-nya. Pada awalnya, blog sangat sulit berkembang karena diperlukan keahlian dan pengetahuan khusus untuk membuat website seperti kemampuan membuat dan mengubah file html, sehingga hanya orang tertentu yang mampu membuat blog seperti administrator sistem dan perancang web. Pesatnya perkembangan blog dimulai pada1998. Ada banyak penyedia blog gratis yang dapat dibuat sendiri seperti blogger, movable type, dan Wordpress. Kini Blogger punya banyak pilihan penyedia layanan blog. Tinggal apakah kita bisa menggunakannya dengan optimal sebagai media informasi, yang tidak hanya berguna bagi diri, tetapi juga untuk orang lain.

Blog

Manfaat

Sebagai Media

Kombinasi | Komunitas Membangun Jaringan Informasi | Edisi ke 30 | Mei 2009

Oleh Hendra

Informasi


7

Blog sudah seharusnya di isi dengan hasil karya tulisan-tulisan. Bingung ingin membuat tulisan apa di blog? Kalimat ini sering terlontar ì Artikel 'How To / Bagaimana nge-Blog': Tulisan tentang how-to, kiat, tips dan tutorial mengenai topik tertentu adalah salah satu contoh yang paling rajin disambangi pembaca. Idenya bisa Anda gali dari mana saja, baik itu dari forum-forum diskusi, blogwalking ataupun dari pengalaman Anda sendiri. ì Posting Berupa Daftar: Bikinlah daftar mengenai hal-hal yang ringan dan mudah dicerna. Rancanglah out-line-nya dengan baik sehingga Anda juga nyaman saat menuliskannya. ì Tulis tentang Kampanye: Menulis tentang kampanye-kampanye tertentu, misalkan kampanye-kampanye global, hari peringatan, dan lain sebagainya. Biasanya posting tentang ini akan menarik perhatian komunitas yang bergelut di bidang ini. ì Wawancara: Jika Anda benar-benar buntu, dan anda punya akses ke sejumlah orang tokoh atau selebritas, ajak mereka chatting, telepon dan wawancarai mereka. Beberapa orang melakukan hal itu secara natural. Kunci untuk wawancara yang baik adalah menanyakan apa yang ingin diketahui oleh pembaca blog Anda. Berikut beberapa langkah dalam menyiapkan sebuah wawancara yang hebat: (1) Lakukan riset; (2) Siapkan pertanyaan sebelumnya, jangan menanyakan hal-hal yang teringat saja; (3) Kirimkan pertanyaan Anda sebelumnya; (4) Materi wawancara adalah tentang diri orang yang akan diwawancarai, bukan tentang Anda; (5) Berikan pertanyaan-pertanyaan terbuka, bukan yang sekadar butuh jawaban ya/tidak; (6) Cobalah bernteraksi, jangan hanya melancarkan pertanyaan, tetapi ciptakan percakapan yang mengalir; (7) Berterima kasihlah pada orang yang anda wawancara, terutama untuk waktu yang telah dia berikan. Juga tanyakan apakah ada yang ingin dia sampaikan atau ingin dia tambahkan. ì Review: Tulisan review sangat menarik sepanjang produk atau jasa yang akan Anda review itu ingin diketahui oleh orang banyak. Tulislah review dengan tepat dan bukan menulis surat penjualan. Pilih kriteria yang benar-benar bekerja. ì Studi Kasus: Jika Anda dapat menulis sesuatu dari pengalaman dunia nyata — apalagi dari pengalaman Anda sendiri, studi-studi kasus akan menjadi sangat berguna. Informasi yang sama dapat dibuat dalam bentuk how to (kiat-kiat). Misalnya, Anda bisa menuliskan pengalaman Anda tentang “Bagaimana mendapatkan 100 dolar pertama dari blog”. Hasil Riset: Riset adalah cara yang efektif dalam mendapatkan sumber penulisan. Gunakan polling terbuka dan software survei, ajukan beberapa pertanyaan yang ingin Ada ketahui jawabannya. Ketika Anda sudah memiliki beberapa tanggapan, analisa hasilnya. ì Tren: Amati tren yang terjadi di niche Anda, dan pastikan Anda menulis dan mendokumentasikannya dengan baik. Jika niche blog Anda tentang software, saya kira hampir setiap baru ada peluncuran software baru yang menarik ditulis dan layak disuguhkan untuk pembaca blog Anda. ì Provokatif: Jika Anda punya ide dan bahan-bahan yang memadai, artikel-artikel yang provokatif dan kontroversial terkadang cukup ampuh dalam mengundang arus kunjungan (traffic). Tapi ingat, jangan menawarkan sensasi murahan (karena tanpa ada data atau argumen yang kuat) karena itu hanya akan mengorbankan reputasi Anda. ì Tanyai Pembaca: Umpan balik dari pembaca adalah sumber inspirasi yang tak habis-habisnya. Jadi tanyai mereka dan dorong mereka untuk menanggapi. tautan: ayongeblog.com id.wikipedia.org/wiki/Blog

Kombinasi | Komunitas Membangun Jaringan Informasi | Edisi ke 30 | Mei 2009

Tips Mulai Ngeblog Berikut beberapa tips yang mungkin bisa dipertimbangkan: ì Mulailah dari bawah dulu (start small!). ì Jangan terlalu terbebani dengan kuantitas tertentu seperti yang dilakukan para blogger yang sudah terkenal. Jika Anda baru bisa menulis sekali dua minggu, silahkan, lanjut saja. ì Tulislah topik yang Anda senangi. ì Cobalah menulis mengenai hal-hal yang benar-benar Anda minati. Jangan memaksakan topik yang kebetulan berhasil ditulis oleh blogger lain dan sukses. Jika Anda senang menulis soal fashion, misalnya, mengapa Anda harus menulis soal games? Jika Anda senang menulis soal musik mengapa Anda harus menulis soal gadget? ì Risetlah terlebih dahulu. Apapun topik yang akan Anda tulis, coba diriset dulu bahan-bahannya — apakah lewat mesin pencari ataupun blog-walking. Ini bermanfaat untuk mendapatkan perspektif untuk artikel yang akan anda tuliskan. ì Lakukan evaluasi. Setelah tiga bulan, coba evaluasi lagi langkahlangkah di atas: apakah frekuensi posting bisa ditingkatkan jadi sekali seminggu; dan pelajari statistik kiriman-kiriman mana saja (dari topik besar yang Anda tulis) yang paling disenangi pembaca blog Anda: hal itu bisa terlihat dari komentar yang masuk (link-backs) dari blog lain. Lakukan hal serupa, pada tiga bulan berikutnya. ì Jadi, agar sebuah blog bisa berjalan dengan “normal”, diperlukan paling tidak kurva belajar selama sekitar enam bulan. Tidak ada sukses yang didapat dalam semalam. Bahan untuk dimuat di Blog?

Tutorial


8

Tutprial Utama

Kombinasi | Komunitas Membangun Jaringan Informasi | Edisi ke 30 | Mei 2009

GIMP, Software Handal untuk Desain Grafis GNU Image Manipulation Program atau yang lebih dikenal dengan sebutan GIMP adalah perangkat lunak untuk manipulasi grafik berbasis raster. GIMP berjalan pada desktop GNOME dan dirilis dengan lisensi GNU General Public License. Pada awalnya GIMP dikembangkan untuk Desktop X11 yang berjalan di platform UNIX. Namun saat ini software ini sudah diporting ke beberapa platform sistem operasi yang lain, yaitu MS Windows dan Mac OS.

s a r t s lI u

r o t u t i

y n l ia

? a


? a y n l ia r o t u t i

Kombinasi | Komunitas Membangun Jaringan Informasi | Edisi ke 30 | Mei 2009

s a r t s lI u

Tutorial 9


10 Utama

Mendidik Pe Melalui Radio Komu Oleh Ade Tanesia

H-1 Baliho Caleg Masih Terpampang!

Kombinasi | Komunitas Membangun Jaringan Informasi | Edisi ke 30 | Mei 2009

D

emikian judul berita yang dikirim oleh Radio Komunitas Bragi FM, Lombok, di portal suarakomunitas.combine.or.id. Radio Komunitas sebagai salah satu akses informasi dan komunikasi di daerahnya tidak bisa tinggal diam melihat perilaku para calon legislatif (caleg) dan partai politik yang tidak sesuai dengan aturan. Ade Rachmawati, pengelola Radio Komunitas Pesona FM dari Lombok, Nusa Tenggara Barat, menceritakan tentang tingkah laku para caleg. Misalnya ada caleg yang memanfaatkan acara hajatan sebagai ajang kampanyenya dengan cara menyumbangkan satu grup musik. Sebelum hajatan dimulai, maka si caleg memakainya untuk kampanye. Menurut Ade, modus ini cukup efektif, tapi yang dipertanyakan apakah hal ini menyalahi aturan atau tidak mengingat modus ini dipraktekkan saat sebelum masa kampanye. Bragi FM dan sejumlah radio komunitas dari Lombok merupakan salah satu peserta dari workshop Radio Komunitas & Pemilu pada 16-20 Maret 2009 di Jogjakarta. Workshop yang digelar oleh Friedrich Ebert Stiftung bekerja sama dengan Combine Resource Institution ini melibatkan 20 pengelola radio komunitas dari Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Tenggara. Persoalan lokal yang dikemukakan oleh para pengelola radio komunitas ini menunjukkan bahwa sebenarnya mereka ingin berperan dalam mengawal pemilu, tetapi masih ada rasa takut dan kebimbangan mengingat UU Penyiaran Komunitas melarang keterlibatan radio komunitas dalam pemilu. Imam Azis dari Komisi Pemilihan Umum Pusat (KPU Pusat) dalam presentasinya menguraikan betapa pentingnya sosialisasi dari berbagai media, terutama radio komunitas, yang langsung bersentuhan dengan komunitasnya untuk sosialisasi pemilu. Pada pemilu 2009 banyak perubahan yang bisa jadi membingungkan masyarakat. Misalnya perubahan istilah coblos menjadi contreng. Itu sudah persoalan tersendiri, dan dikhawatirkan akan terjadi banyak kesalahan yang menyebabkan kartu suara tidak sah. Istilah contreng lebih dikenal di kawasan Jawa Barat, sementara daerah lain mempunyai kata lain seperti centang. Belum lagi masalah teknis, seperti 700 juta lembar surat suara akan dicetak dengan mesin web yang punya kelemahan, yaitu presisinya tidak terlalu baik, dan juga noda dari mesin cetaknya selalu ada. Hal ini bisa

memicu konflik di kalangan masyarakat, terutama saat terjadinya pemungutan suara. Dalam konteks inilah, akses informasi dan komunikasi yang langsung menyentuh komunitas, seperti radio komunitas, sangat dibutuhkan. Mengingat ketidak jelasan peraturan mengenai peran radio komunitas dalam pemilu, Bimo Nugroho Sekundatmo dari Komisi Penyiaran Indonesia menegaskan bahwa radio komunitas sebenarnya bisa “bermain�dalam arena yang lebih luas, artinya dalam UU nomor 32 tahun 2002 tersebut dapat dicermati apa yang boleh dan tidak boleh. Sebagai contoh, apakah radio komunitas boleh mengundang calon legislatif untuk talkshow? Menurut Bimo Nugroho Sekundatmo program semacam ini sah asalkan calon yang dihadirkan lebih dari satu, dan radio tidak berpihak pada salah satu calon. Sebagai contoh seandainya suatu talkshow yang sudah dirancang dengan beberapa narasumber, ternyata yang datang hanya satu orang, maka penyiar dapat memposisikan dirinya berlawanan dengan narasumber (caleg) yang sedang diwawancarai tersebut. Ini adalah salah satu siasat agar radio komunitas tetap mampu menjaga netralitasnya. Radio komunitas juga harus memiliki etika untuk memaparkan calon-calon legislatif yang bagus dari partai apapun. Peran rakom juga bisa melakukan pendidikan kepada masyarakat dengan memaparkan politisi busuk, yaitu mereka yang telah terpilih pada pemilu sebelumnya dan saat diberikan kekuasaan justru melanggar. Bhekti Nugroho dari Dewan Pers juga menambahkan bahwa dalam undang-undang dikatakan bahwa Lembaga Penyiaran Komunitas wajib menumbuhkan demokratisasi, sehingga pendidikan pemilu adalah bagian dari proses tersebut. Sehingga berpedoman pada pasa ini maka sudah seyogyanya radio komunitas meneruskan kepeduliannya terhadap proses pemilu di Indonesia. Imbauan dari kedua pembicara agar rakom tetap berperan aktif dalam proses pendidikan politik ini justru dipertanyakan oleh Rasidi dari Bragi FM, Lombok. Ia mempertanyakan apakah sudah ada persamaan persepsi antara KPI dan KIPD mengenai aturan peran rakom dalam pemilu. Sering kali di tingkat pusat diperbolehkan, tetapi di tingkat daerah tidak diperbolehkan.? Rasidi mempertanyakan kesepahaman antara KPI dan KPID sehingga radio komunitas tidak ragu dalam berperan di proses


11

Utama

milih nitas Radio komunitas lain juga telah berpartisipasi dalam pemilihan kepala desa, seperti Radio Murakabi FM yang terletak di lingkar Waduk Sermo, Kulonprogo, Jogjakarta telah mempraktekkan bagaimana memberikan informasi yang berimbang melalui dialog Caloncalon Kepala Desa Hargowilis dengan tujuan masyarakat Desa Hargowilis dapat memilih Calon yang mampu memimpin desanya. Hal ini juga dipraktekkan oleh Radio komunitas Angkringan yang mengawal proses pilurdes di Desa Timbulharjo, Kecamatan Sewon, Kebupaten Bantul dari proses pencalonan, kampanye sampai pemilihan. Radio komunitas terbukti membantu panitia pemilihan untuk menyukseskan pemilihan kepala desa di Timbulharjo tersebut, yang mencolok adalah pada saat perhitungan suara, Radio komunitas Angkringan menjadi media center yang salahsatu fungsinya menginformasikan perolehan suara melalui on air (siaran) atau off air (kegiatan non siaran). Menanggapi berbagai kasus di tingkat lokal ini, Bimo mengungkapkan bahwa dibutuhkan keberanian untuk bertahan pada radio komunitas. Ia memberikan contoh sebuah radio di Tual, Maluku Tenggara, yang tetap bersiaran meskipun ditekan oleh bupatinya. Kebertahanan ini perlu disertai dengan kekuatan memegang prinsip kode etik jurnalistik seperti mengedepankan kejujuran, sportif, dan berita yang seimbang dan adil. *** Sumber: “Posisi Radio Komunitas Dalam Pemilu 2009� oleh Mart Widarto

Kombinasi | Komunitas Membangun Jaringan Informasi | Edisi ke 30 | Mei 2009

pemilu. Kasus di tingkat lokal memang beragam, misalnya Herman dari Radio Komunitas Kendari, Sulawesi Tenggara mengatakan bahwa dirinya pernah mengkritisi salah satu calon legislatif yang menyumbang sebuah mesjid. Tidak lama kemudian ia didatangi aparat yang menginterogasinya dengan sederet pertanyaan seperti legalitas radio komunitasnya, naungan dari medianya.


12

Utama

Partisipasi tan

Kombinasi | Komunitas Membangun Jaringan Informasi | Edisi ke 30 | Mei 2009

Udara cerah malam itu (27/03/2009), menambah semangat warga Pedukuhan Kowen Desa Timbulharjo Kecamatan Sewon Kabupaten Bantul untuk menghadiri acara sosialisasi Pemilu 2009. Mereka bersemangat, karena malam itu akan diputar film Laskar Pelangi. Lho? Ya, sosialisasi pemilu malam itu memang memutar film Laskar Pelangi. Film itu sengaja diputar untuk menarik perhatian warga sekitar Pedukuhan Balong untuk datang pada acara sosialisasi pemilu 2009. Setelah warga yang hadir sudah cukup banyak, maka penjelasan tentang pemilu segera dilaksanakan oleh Panitia Pemilu tingkat Desa (PPS). Strategi ini cukup efektif menarik perhatian warga, terbukti dengan banyaknya warga yang hadir dalam acara itu. Yang menarik, sosialisasi semacam ini akan dilakukan secara bergiliran di 4 pedukuhan lain di desa Timbulharjo, yaitu pedukuhan Balong, Kepuhan, Sorogenen, Sewon. Model sosialisasi pemilu dengan memanfaatkan layar tancap sebagai medianya, merupakan gagasan Media Komunitas Angkringan. Gagasan ini berawal dari keprihatinan terhadap minimnya sosialisasi mengenai tata cara pemilu 2009 di desa Timbulharjo. Berbagai peraturan baru mengenai pemilu cukup memusingkan pemilih, khususnya orang tua dan pemilih pemula. Sementara jumlah panitia pemilih yang terbatas tidak mampu melayani kebutuhan informasi bagi 15.051 pemilih yang terdaftar di Timbulharjo. Menyikapi situasi ini, Angkringan melakukan berbagai upaya untuk memberikan informasi mengenai pemilu bagi warga Timbulharjo. Sejak bulan Februari hingga Maret 2009, Angkringan menerbitkan buletin yang berisi profil calon legislatif (caleg), terutama yang mempunyai daerah pemilih di Desa Timbuharjo. Buletin yang terbit 2 mingguan ini, memuat profil, visi-misi, rekam jejak dan kontak person para caleg. Tak hanya itu, Buletin Angkringan juga memuat artikel mengenai strategi kampanye caleg, fenomena golongan putih (golput) hingga foto poster caleg atau bendera partai politik yang mengabaikan estetika dan etika


13

Utama

pa menjadi Partisan: Potret Peran Madia Komunitas Angkringan dalam Pemilu 2009

lingkungan. Aspirasi warga berkaitan dengan pemilu juga ditampilkan dalam buletin tersebut. Selain melalui buletin, Angkringan juga menggelar talkshow interaktif dengan para caleg tersebut di Studio Radio Angkringan. Talkshow dilaksanakan setiap malam rabu minggu ke 2 dan ke 4, menghadirkan nara sumber dua orang caleg dengan dipandu oleh kru Angkringan. Caleg yang menjadi nara sumber adalah caleg yang profilnya telah dimuat di buletin. Dengan demikian, ada kesinambungan antara buletin dan radio. Dalam acara ini, warga diberi kesempatan untuk berinteraksi langsung dengan para caleg melalui telepon atau layanan pesan pendek. Antusiasme warga dalam mengikuti talkshow ini terlihat dari banyaknya penelpon atau pengirim sms. Dalam durasi 1 jam, tercatat 10-15 penelepon dan pengirim sms, untuk setiap seri talkshow. Perlu diketahui, hingga pertengahan bulan maret, Radio Angkringan telah menggelar 4 kali seri talkshow. Dengan demikian, sebanyak 40-60 pertanyaan dan komentar telah dikirim oleh warga kepada caleg dan Angkringan. Sebuah jumlah yang cukup lumayan, untuk acara talkshow interaktif dengan tema politik di level desa. 'Prestasi politik' angkringan

Setahun sebelum Pemilu 2004, Desa Timbulharjo melaksanakan hajatan politiknya, yaitu pemilihan lurah Desa. Proses pemilihan lurah desa pada bulan Februari-Maret 2003, adalah sebuah proses pemilihan pemimpin yang paling transparan yang pernah dilakukan di desa itu. Hal ini dikarenakan keseluruhan proses –mulai dari pencalonan sampai dengan pengumuman kepala desa terpilih- disiarkan secara langsung oleh radio ini. Masyarakat dilibatkan dalam proses melalui teknologi komunikasi yang mereka miliki, seperti telepon, short messages services (SMS), surat, bahkan ada yang sengaja datang ke studio untuk menyampaikan pendapat atau keluhan. Kedekatan secara geografis dan psikologis terhadap Radio Angkringan membuat masyarakat desa ini menjadikan studio sebagai semacam posko pemilihan lurah. Intensitas interaksi yang sangat tinggi selama kegiatan tersebut menyebabkan penyimpangan yang terjadi juga dapat segera diatasi. Politik uang yang biasanya marak, dapat ditekan, karena radio ini dengan gencar melakukan “pembusukan� politik uang. Selain itu, tindakan kekerasan atau intimidasi yang sering dilakukan untuk mempengaruhi pemilih, berhasil ditekan. Partisipasi ... Yes! Partisan ... No! Apa yang dilakukan oleh Angkringan agaknya telah menepis prasangka

Yang terjadi di Angkringan tidak demikian. Sebagai makhluk politik (homo politicus), para pengelola Angkringan mempunyai kepentingan politiknya sendiri. Beberapa orang bahkan menjadi pengurus partai politik atau organisasi massa. Namun, mereka menanggalkan identitas dan atribut politiknya ketika mereka memasuki pintu sekretariat Angkringan. Mereka sangat menyadari bahwa Angkringan adalah media milik warga Timbulharjo, bukan milik golongan atau kelompok tertentu. Dengan memosisikan diri sebagai media informasi warga Timbulharjo, hak warga untuk mendapatkan informasi lengkap tentang urusan politik terpenuhi. Melalui pemuatan profil caleg di buletin, warga diajak untuk mengenali calon wakil mereka di legislatif. Jika informasi yang ditampilkan dirasa kurang pas, warga diberi kesempatan untuk mengkonfirmasi langsung melalui talkshow. Pemuatan profil caleg ini juga memberi kesempatan pada warga untuk menilai sendiri, apakah rekam jejak, visimisi dan janji caleg telah sesuai dengan kenyataan. Terbukti, ketika Angkringan menerbitkan salah satu profil caleg, muncul keberatan dari warga karena informasi yang disampaikan dalam profil tersebut dianggap tidak sesuai dengan kenyataan. Keberatan itu disampaikan secara lisan kepada salah satu pengelola Angkringan. Mensikapi hal ini, Angkringan telah menyediakan ruang-ruang bagi warga untuk melakukan konfirmasi atau melayangkan protesnya, baik lewat talkshow atau surat pembaca. Sayangnya, ruang-ruang tersebut belum dimanfaatkan secara maksimal. Demokrasi mensyaratkan adanya partisipasi masyarakat dalam berbagai bentuk. Menyampaikan informasi lengkap tentang urusan politik merupakan salah satu upaya media komunitas dalam memberikan pendidikan politik kepada masyarakat, sekaligus menjalankan amanat demokrasi tersebut. Dengan memberikan informasi yang lengkap, diharapkan masyarakat menjadi paham mengenai situasi yang sedang mereka alami sehingga dapat membuat keputusan politik yang cerdas. Inilah peran strategis media komunitas, yaitu ketika mampu menjadikan dirinya sebagai media pendidikan dan artikulasi politik rakyat tanpa harus terjebak dalam kepentingan partai politik. ***

Kombinasi | Komunitas Membangun Jaringan Informasi | Edisi ke 30 | Mei 2009

Memberikan informasi mengenai urusan politik, merupakan salah satu upaya Angkringan sebagai saluran informasi warga Timbulharjo. Upaya ini telah lama dilakukan oleh Angkringan, dalam berbagai kesempatan. Pada pemilu tahun 2004, Angkringan telah melakukan hal serupa, yaitu memanfaatkan film dan layar tancap sebagai media sosialisasi. Tata cara mencoblos yang baik dan benar menurut aturan, tentu sulit sekali jika hanya diucapkan melalui media auditif seperti radio. Masyarakat memerlukan contoh visual. Maka Angkringan menggunakan layar tancap keliling untuk menjelaskan seluk beluk pemilu kepada warga desa.

buruk yang sempat mengemuka mengenai posisi media komunitas (terutama radio), khususnya menjelang pemilu. Pada tahap awal proses pesta demokrasi dilakukan, media komunitas sempat 'dicurigai' akan menjadi media partisan yang dikuasai oleh kepentingan politik tertentu. Padahal UU Penyiaran 2002 secara tegas telah menyatakan bahwa eksistensi lembaga penyiaran komunitas ini memang harus jauh dari kepentingan politik tertentu (partisan) dan siarannya lebih diorientasikan bagi kepentingan komunitasnya. Dalam sebuah diskusi mengenai posisi media komunitas (khususnya radio) dalam pemilu pada bulan Juli 2008, sempat muncul kekuatiran akan ketidakmampuan pengelola media komunitas dalam menjaga netralitasnya. Belum lagi potensi konflik yang akan muncul akibat gesekan kepentingan di tingkat warga. Perbedaan kepentingan politik antara pengelola, warga dan peserta pemilu lainnya (partai, caleg, capres dll), jika tidak ditangani dengan baik akan menimbulkan konflik yang besar.


14

Utama

Radio Komunitas di NTB

Dilarang Berkampanye Kombinasi | Komunitas Membangun Jaringan Informasi | Edisi ke 30 | Mei 2009

Matinya Kran Informasi Bagi Warga

P

emilihan Umum (Pemilu) 2009 diharapkan lebih berkualitas dari Pemilu sebelumnya yang salah satunya ditandai dengan terpilihnya wakil rakyat yang berkualitas pula. Untuk menjadikan pemilu berkualitas tersebut sangat diperlukan media massa untuk memberikan informasi yang seluas-luasnya dan seadil-adilnya. Media massa cetak, elektronik memang memegang peranan penting untuk itu. Surat kabar dengan berita tentang Pemilu dan kampanye para Calon Legislatif (Caleg) dan partai. Demikian pula radio dan televisi yang memperdengarkan suara dan penyampaian visi dan misi para calon anggota dewan dan partai ketika berkampanye. Sehingga media massa pada setiap Pemilu juga mengeruk keuntungan yang berlimpah dari iklan dan oplah. Koran-koran menjadi bersemangat, televisi, dan radio menjadi bergembira namun bagaimana dengan radio komunitas? KPI (Komisi Penyiaran Indonesia) Daerah Propinsi NTB melarang Radio Komunitas untuk bersiaran Kampanye Pemilu 2009. �Dasar sial radio komunitas, hari gini larangan terus� Direktur Radio Komunitas Bragi FM mengungkapkan kekesalannya saat menerima surat dari KPI NTB bernomor 04/KPID NTB/2009 tanggal 20 Januari 2009. Melalui surat itu dengan tegas dan bertuliskan tebal melarang radio komunitas siarkan kampanye. Tidak ada alasan teori, kecuali alasan hukum yang menunjuk UU No. 10 tahun 2008 dan peraturan KPU (Komisi Pemilihan Umum) No. 19 tahun 2008. Surat KPID NTB yang ditandatangani Ketua Desk Pemilu Drs. H. Hadjar AS itu juga melarang setiap lembaga penyiaran bersikap partisan atau berpihak terhadap peserta Pemilu dalam menyelenggarakan siaran kampanye. KPID NTB mewajibkan setiap lembaga penyiaran menyediakan waktu yang cukup bagi siaran Pemilu, bersikap adil dan proporsional terhadap seluruh peserta Pemilu, membuka peluang akses yang sama kepada semua peser ta Pemilu untuk ber hubungan dengan lembaga penyiaran. Dilarangnya radio komunitas bersiaran Kampanye Pemilu 2009 bukan masalah uang, tapi lebih dari bagaimana radio komunitas berperan memberikan informasi yang seluasluasnya dan seadil-adilnya untuk mencerdaskan pemilih untuk memilih para wakilnya yang berkualitas dan sesuai dengan hati nuraninya. "Kita juga (radio komunitas. red) berpartisipasi dalam memberikan pendidikan politik kepada warga wilayah layanan radio komunitas," lanjut Rasidi lagi.


15

Utama

Jika kesuksesan Pemilu diukur dengan tingginya partisipasi, namun hal tersebut tidak berbanding lurus dengan upaya sosialisasi KPU Pusat maupun daerah. Terlebih dengan adanya ketakutan yang berujung pada larangan peran radio komunitas dalam sosialisasi Pemilu menjadikan semakin sedikitnya kran informasi bagi warga.

Kombinasi | Komunitas Membangun Jaringan Informasi | Edisi ke 30 | Mei 2009

Sementara itu Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Nusa Tenggara Barat (NTB) memastikan radio komunitas tidak menyiarkan kampanye para kontestan Pemilihan Umum (Pemilu) 2009. Demikian diungkapkan H. Hajar AS, Anggota KPID NTB ketika mengunjungi Radio Komunitas Bragi FM beberapa hari lalu. Hajar AS mengatakan KPID NTB telah meminta semua pelaku penyiaran komunitas agar patuh pada aturan dalam melakukan siaran Pemilu 2009 KPID NTB mengaku telah mengirimkan surat panduan kepada semua Lembaga Penyiaran dalam menyiarkan tentang Pemilu secara berimbang. KPID juga mengharapkan Lembaga Penyiaran berperan mendidik masyarakat sadar politik, memahami mekanisme Pemilu dengan sistem baru, serta menjaga situasi yang nyaman di wilayahnya.Selain itu, "Saya meminta warga agar berperan dalam pemantauan lembaga penyiaran yang menyiarkan tentang pemilu. Apabila ada ada pelanggaran dapat melaporkannya kepada KPID NTB di Jalan Udaya Mataram," ujar Hajar AS. Di tempat terpisah, untuk semakin melihat peran media dalam Pemilu, Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) cabang NTB, rabu (25/2) mengadakan seminar dengan tema “Peran pers pada Pemilu legislatif dan Pilpres.” Tampil sebagai pembicara pada acara tersebut, Badrun AM, Ketua KPID NTB, ketua Panitia Pengawas Pemilu (PANWASLU) NTB, Yan Marli. Menurut Badrun AM, Survei KPID NTB terhadap 800 responden di daerah menyebutkan, 10 persen pemilih termasuk dalam kategori pemilih rasional, 30% merupakan pemilih mengambang. Sementara sebanyak 60 persen masuk dalam pemilih irasional. “Hanya 50% pemilih yang memilih karena ada istilah kekuatan politik dan lainnya lebih pada kecenderungan kekerabatan politik,” jelas Badrun dihadapan peserta seminar yang terdiri dari wartawan media cetak dan elektronik serta empat perwakilan parpol yang datang. Badrun juga mengatakan, peran media massa dalam menyukseskan Pemilu sangat besar dan mutlak. Oleh karena itu pihaknya akan melakukan inventarisir terhadap sejumlah media yang telah menyiarkan dan mempublikasi tentang Pemilu yang selanjutnya akan berkerjasama secara aktif melibatkan KPUD dalam mengekspos pemilu secara lebih luas, “yang perlu dilakukan media massa sesuai peran dan fungsinya adalah melakukan sosialisasi pemilu dengan mengedepankan independensi,” ujarnya. Sementara itu, Wakil gubernur NTB, Ir.Badrul Munir,MM, saat ditemui radio Gitaswara FM, di tempat terpisah mengatakan, kesadaran partisipasif masyarakat NTB dalam hal politik yakni untuk menggunakan hak pilih sangat tinggi, sehingga angka golput pada pemilu 2009 diperkirakan akan lebih kecil. Tingginya partisipasi masyarakat Bumi Gora dapat dilihat dari keberhasilan selama pemilu 2004, “Jika diukur dari angka golongan putih (golput) yang terjadi selama pemilu pilpres 2004 hingga pilkada yang cenderung mengecil, terlebih jika kita membandingkan dengan daerah lain. Maka tingkat kesadaran masyarakat NTB dalam partisipasi politik relatif cukup tinggi namun perlu sosialisasi yang lebih luas terutama dengan sistem pemilu yang lebih sulit kali ini,” tegas Badrul. Jika kesuksesan Pemilu diukur dengan tingginya partisipasi, namun hal tersebut tidak berbanding lurus dengan upaya sosialisasi KPU Pusat maupun daerah. Terlebih dengan adanya ketakutan yang berujung pada larangan peran radio komunitas dalam sosialisasi Pemilu menjadikan semakin sedikitnya kran informasi bagi warga. Tidakkah kalau semakin banyak informasi yang diperoleh dari berbagai media termasuk radio komunitas akan menjadikan pemilih selektif menentukan pilihannya?. Pertanyaan sederhana ini mungkin belum menyentuh hati nurani penentu kebijakan. Semoga di lain waktu bisa berubah!. (Dedet Azhari/Bragi FM dan Lalu Supriyadi Gitasawara FM)


16

Komuniti

Andai

Laskar Pelangi

Kombinasi | Komunitas Membangun Jaringan Informasi | Edisi ke 30 | Mei 2009

Ditonton War

F

ilm Laskar Pelangi barangkali berkah bagi bangsa ini. Saat kegalauan dan getirnya hidup bagi kaum papa, muncul film yang memberikan inspirasi bagi semua orang tentang kemauan dan kerja keras. Di film tersebut digambarkan betapa seorang anak miskin bernama Lintang, berjuang demi suatu cita-cita untuk terus belajar dan bekerja membantu orangtua dalam situasi yang sesulit apapun tanpa keluhan dan pada akhirnya menjadi teladan bagi teman-temannya. Idealnya film Laskar Pelangi ini diputar disekolah yang berada di pulau-pulau terpencil untuk memberikan motivasi inspirasi bagi tunas-tunas bangsa. Di Kota Makassar Sulawesi Selatan, ada sebuah pulau yang hanya berjarak kurang lebih 1,5 kilometer dari pusat kota. Namun akses pendidikan di tempat itu kurang memadai. Selain karena keterbatasan infrastruktur pendidikan, kuatnya stigma mengenai mata pencaharian sebagi nelayan dianggap sebagai pilihan terbaik bagi masyarakat setempat. Pulau Lae-lae adalah sebuah pulau kecil yang berpenduduk kurang lebih 2000 jiwa. Dari Kota Makassar, pulau ini hanya berjarak sekitar 1,5 km dengan perjalanan 15 menit menggunakan perahu. Sekitar 400 kepala keluarga menghuni pulau ini dengan mata pencarian sebagai nelayan. Namun, dibalik keindahan pulau yang masuk dalam wilayah


17

Komuniti

ga Pulau Lae-Lae kecamatan Ujung Pandang ini, tingkat pendidikan masyarakat terbilang rendah karena kuatnya anggapan mendahulukan tradisi mencari uang sebagai nelayan di tempat itu. Keadaan ini, juga tidak didukung dengan infrastruktur pendidikan yang hanya memiliki satu bangunan sekolah dasar. Seorang warga pulau lae-lae bernama Daeng Nompo mengaku sejak dahulu hingga sekarang, umumnya warga tidak begitu peduli dengan tingkat pendidikan yang ada. "Saya tidak tamat sekolah, hanya sampai kelas lima karena ikut membantu orang tua cari uang", ungkap Daeng Nompo. Sebagai keluarga dengan latar belakang nelayan tulen, Daeng Nompo hanya bersekolah hingga kelas lima Sekolah Dasar. Persoalan ekonomi dan sulitnya mengakses pendidikan menjadi alasan kuat bagi orang tuanya untuk tidak melanjutkan sekolah. Hingga kini Daeng Nompo menjadi nelayan dengan menyewakan beberapa perahu kepada nelayan lain di pulau itu. Daeng Nompo beranak pinak di tempat itu dan dikenal sebagai salah seorang sepuh warga pulau Lae-lae.

Namun semangat warga untuk sekolah belum seluruhnya padam. Ada beberapa oranng yang melanjutkan sekolah hingga tingkat SMA. Mereka pergi sekolah dengan menggunakan perahu ke Kota Makasar. Ibu Ratna salah satunya. Perempuan berusia tigapuluan tahun ini bercerita semasa SMP hingga SMA, setiap pagi dia harus merogoh kocek sekitar 20 ribu rupiah untuk membayar ongkos perahu dan biaya angkot ke Kota Makassar. Ibu Ratna beruntung karena ingin melanjutkan sekolah setinggi mungkin. Saat ini dia berprofesi sebagai guru honor di sekolah dasar Inpres Lae-lae sambil melanjutkan pendidikan di Universitas terbuka di Kota Makassar. " Susah memang menumbuhkan kesadaran pentingnya pendidikan disini, tapi kalau bukan kita siapa lagi," ujar Ibu Ratna Sebagai warga asli Pulau Lae-lae, Ibu Ratna mengakui masalah pendidikan masih minim disadari oleh para orang tua. Selain masalah biaya warga lae-lae umumnya beranggapan bahwa melaut sudah bisa mencukupi kebutuhan hidup seseorang. Tak jarang ibu Ratna sebisa mungkin menumbuhkan minat belajar para siswanya untuk tetap bersemangat sekolah. Salah satunya dengan bercerita perihal teman sekolahnya yang kini merantau menjadi pelaut. Paling tidak dengan begitu, menjadi seorang pelaut mengharuskan mereka menamatkan sekolah setingkat SMU lalu mendaftar di sebuah sekolah pelayaran. "karena masyarakat disini identik dengan pelaut, saya harus meyakinkan anak murid saya untuk menjadi seorang pelaut bisa juga dilakukan dengan bersekolah setinggi mungkin. Alhamdulillah sekarang teman saya itu sudah berlayar keluar, dan bisa dibilang berhasil."

Tetapi beberapa diantara ratusan anak-anak yang ada di Pulau Lae-lae juga memiliki benih semangat seperti Ibu Ratna. Muhammad Ary Ramadani misalnya. Murid kelas lima sekolah dasar Inpres lae-lae ini adalah salah satu murid yang pandai. Beberapa teman, dan guru di SD lae-lae mengenal Ary-sapaan akrab Muhammad Tri Ramadan sebagai bocah yang pandai dan penuh dengan aktivitas di luar sekolah. Mengaji dan membantu orang tua adalah aktivitas lain Ary selain bersekolah. Selain itu Ary juga sehari-hari mengikuti Les di luar jam pelajaran sekolah yang diasuh oleh ibunya sendiri. Ari adalah bocah yang periang. Setiap pulang sekolah seharihari Ari, mengahabiskan waktunya bersama teman sebayanya. Bermain bola sehabis pulang mengaji di sore hari. Ibu Mariati, orang tua Ari, cukup hatihati membimbing anaknya. Tak jarang dia harus mengajar anaknya sendiri yang masih berusia sepuluh tahun itu. Mariati sadar pentingnya pendidikan suatu saat akan mengangkat hidup mereka kelak. “Insya Allah saya akan mendukung anak saya untuk meraih cita-citanya.� Kata ibu mariati. Ibu Mariati adalah warga pendatang di Pulau itu. Ibu Mariati hanya bersekolah hingga tingkat SMP di Kota Makassar. Namun sejak menikah dengan warga asli di pulau Lae-lae, kini dia menetap di pulau itu dan menghabiskan waktunya dengan membuka warung menambah penghasilan. Sebenarnya untuk mencermati rendahnya minat warga Pulau Lae-Lae untuk menyekolahkan anak-anaknya hingga level perguruan tinggi. Pertimbangan mereka tidak bisa dikatakan sebagai kebodohan, tapi ada alasan yang rasional. Sistem pendidikan di negeri ini cenderung seragam, dan jarang sekali yang mempertimbangkan lingkungan alam dan sosial untuk mengolah materi pengajaran. Bagi orang tua di Pulau Lae-Lae, pelajaran yang diberikan tidak ada manfaatnya secara langsung dalam kehidupan mereka sebagai nelayan. Seandainya materi pelajaran yang diberikan lebih pada peningkatan kapasitas mereka sebagai nelayan, misalnya teknologi kelautan yang lebih baru, mungkin para orang tua akan mempunyai visi yang lebih luas. Sering kali pelajaran tidak mempunyai kaitan dengan konteks kehidupan mereka, sehingga pengetahuan itu tidak bisa dipraktekkan. Seyogyanya kurikulum pendidikan nasional mempertimbangkan konteks lokal sehingga ilmu yang berkembang sesuai dengan potensi lingkungan. Jika demikian, maka Warga Pulau LaeLae bisa menjadi ahli dan doktor di bidang kelautan. ***

Kombinasi | Komunitas Membangun Jaringan Informasi | Edisi ke 30 | Mei 2009

Di Pulau Lae-lae, setiap warga yang menamatkan sekolah dasar, cenderung melaut sebagai nelayan untuk membantu orang tua mereka. "Di sini sangat sedikit yang menjadi pegawai. Kebanyakan orang luar yang bekerja sebagai pegawai". ungkapnya. Dari ribuan penduduk Pulau Lae-Lae, selain menjadi nelayan,ada pula yang merantau meskipun dengan berbekal ijazah SD. Dengan bekal itu, kebanyakan warga hijrah ke Kota Makasar untuk menjadi pembantu rumah tangga.

Keinginan kuat ibu ratna untuk bersekolah dijalaninya dengan tegar. Berbagai halangan dan rintangan seringkali menimpanya. Pernah suatu ketika semasa SMP, dia menyebrang menggunakan perahu menuju sekolah di makassar. Saat itu ombak yang keras menghantam perahu itu hingga terbalik dan membuatnya terkatungkatung di laut. Beruntung Ibu Ratna selamat dan hingga kini semangat untuk tetap melanjutkan pendidikan masih tertanam kuat dalam dirinya. Cita-citanya hanya satu, ingin mengabdi di tempat asalnya menjadi guru SD di Pulau Lae-lae.


Kombinasi | Komunitas Membangun Jaringan Informasi | Edisi ke 30 | Mei 2009

18 Komuniti


19

Komuniti

Bertahan di Masa Krisis Oleh Bambang Sugiharto

S

masyarakatnya tidak mau terjebak dengan kesalahan TPS (tidak tepat sistem) dan TDS (top down system). Tidak tepat sasaran, disebutnya, bisa karena sistem yang tidak mendidik, yang akhirnya akan menimbulkan matinya center. Yaitu matinya kreativitas dan semangat kerja. “Sebab, bantuan gratis selain tidak mendidik juga akan mematikan inisiatif warga,” sebutnya. Modal usaha yang dikucurkan Pemkab Bantul ini tentunya bisa pula dimanfaatkan masyarakat miskin untuk bergerak di bidang usaha perdagangan atau industri kecil lainnya. Karena itu program membantu rakyat miskin melalui cara pengembangan ekonomi lokal semacam ini, bisa dicontoh pemerintah pusat. Tidak malah melalui cara memberikan BLT (bantuan langsung tunai) yang bisa menjadikan masyarakat justru malas bekerja. Namun melalui BLI (bantuan langsung investasi) seperti dirasakan manfaatnya bagi keluarga miskin di Bantul ini.

Kombinasi | Komunitas Membangun Jaringan Informasi | Edisi ke 30 | Mei 2009

iang itu Sabari (52) tampak tak mempedulikan ingar-bingar deru motor arak-arakan peserta kampanye pemilu. Meski rombongan massa kampanye melintas tepat di dekat sawah garapannya, ia tetap sibuk menyelesaikan hasil panennya. “Biar saja mereka yang muda-muda mengikuti kampanye. Bagi kami yang tua-tua ini yang penting nanti datang ke TPS untuk menggunakan hak pilih kami,” ujar Sabari sembari merontokkan padi yang baru saja dipanen, Rabu (l8/3). Di Bulak Paker yang terletak di pinggir Jalan Parangtritis, Bantul, Yogyakarta inilah Sabari bersama puluhan petani miskin lainnya mencoba menggantungkan harapan hidup dari bercocok tanam padi. Mereka kembali menoleh terjun di dunia pertanian, dengan bergabung di kelompok tani (kelomtan) Dadimulyo I Bantul. Sabari adalah salah satu korban dampak krisis global. “Saya dulu bekerja di industri kerajinan kecil. Namun krisis ekonomi rupanya berpengaruh pada menurunnya produk ekspor hasil kerajinan di tempat kerja kami,” ucap bapak dua anak ini getir. Para petani di Kelurahan Mulyodadi, Kecamatan Bambanglipuro, Bantul yang tak punya sawah garapan ini membentuk kelomtan beranggotakan l5 orang. Begitu juga Kelomtan Dadimulyo II juga beranggotakan l5 orang. Kelompok ini selanjutnya masing-masing menyewa seluas 1 hektar lahan pertanian milik kas desa untuk ditanami padi. Harga sewa lahan Rp 8 juta/tahun.kelompok. Modal untuk sewa lahan persawahan memanfaatkan kucuran dana program “gerbang daya” atau gerakan kebangkitan dan pemberdayaan masyarakat yang diluncurkan Pemkab Bantul, belum setahun ini. “Jadi ini merupakan kredit lunak yang dipinjamkan ke kelompok kami,” tutur Sabari. Ia menjelaskan, saat itu per-anggota kelomtan menerima pinjaman Rp 1 juta, sehingga satu kelompok menerima sejumlah Rp l5 juta. Lalu, yang Rp 8 juta digunakan untuk menyewa 1 hektar lahan milik kas desa, dan Rp 7 juta sisanya diperuntukkan sebagaipengadaan benih padi, mengolah lahan dan pembelian pupuk serta membayar upah penggarap sawah. “Yang menggarap sawahjuga kami-kami sendiri dari kelompok, dan dibayar dari uang kami sendiri,” tuturnya. Para anggota kelompok ini akan menerima upah menggarap sawah Rp l0 ribu, jika bekerja di sawah garapannya sejak pukul 7 pagi sampai 10 siang. Dan, akan menerima bayaran Rp 30 ribu, bila bekerja sejak pukul 7

pagi hingga sore hari. “Itulah pendapatan harian yang kami terima,” tutur Sabari yang didampingi salah seorang kelompoknya, Pawiro Suwarto. Selain memperoleh hasil dari menggarap sawah, Sabari di rumah tinggalnya juga punya sambilan beternak itik. Sedangkan Pawiro yang sudah usianya menapak kepala enam, tak kalah semangat dalam mencari tambahan penghasilan. “Saya kalau tidak menggarap di sawah, mencari uang di pasar sepeda,” tutur makelar sepeda bekas ini. Bulak Paker terletak di Kelurahan Mulyodadi, Bantul, sekira 20 Km arah selatan Kota Yogyakarta. Selama ini Kelomtan Dadimulyo I dan II sudah dua kali memanen hasil hasil padi yang cukup melimpah. Karena setelah dihitung-hitung, dari modal kucuran dana Rp l5 juta per-kelompok, akan meraih hasil dua kali lipat atau Rp 30 juta setahun (tiap kali masa panen menghasilkan sekitar Rp 10 juta). Sehingga dalam dua kali panen saja sudah mampu untuk mengembalikan modal pinjaman. “Mereka menanam padi jenis IR-64 ini bisa menghasilkan tiga kali panen dalam setahun,” kata Lurah Mulyodadi, Nur Susanto yang ikut bangga melihat kekreatifan warganya. Untuk itulah Ketua Kelomtan Mulyodadi I, Surasno bertekad untuk memperjuangkan aspirasi anggota kelompoknya yang minta agar program “gerbang daya” ditindaklanjuti. Karena model seperti ini dirasakan mampu memberdayakan dan mensejahterakan keluarga miskin. Wakil Bupati Bantul, Sumarno Prodjosumantri menjanjikan, semangat Pemkab Bantul dalam upaya mengatasi dan menanggulangi kemiskinan


20

Komuniti

Jetisharjo

Kembalikan Wajah Ramah Kali Code

Kombinasi | Komunitas Membangun Jaringan Informasi | Edisi ke 30 | Mei 2009

Oleh Ade Tanesia

eskipun tinggal di pinggir Kali Code yang kini semakin tercemar, warga RW 07 dari Kampung Jetisharjo, Jogjakarta masih bisa menikmati air bersih dari mata air yang letaknya di tebingtebing Kali seberang kampung. Dulu jika hendak membutuhkan air, warga harus pergi menyeberang Kali , tapi kini mata air telah disalurkan lewat pipa-pipa ke rumah penduduk. Sayangnya mata air utama yang menjadi andalan warga sempat rusak akibat longsor. Warga pun tidak tinggal diam, mereka melakukan kerja bakti untuk menyelamatkan mata-mata air tersebut. Mereka membangun bis beton untuk dijadikan penampungan mata air sebelum tertutup talud. Kelak bis beton ini akan dijadikan penampung mata air yang sebelumnya tertutup talud. Warga RW 07 tidak sendirian, tetangganya di RW 06 juga terkena longsor. Belik mata air yang dibangun dengan susah payah oleh penduduk juga ikut ambruk diterjang air. Sukmanto, pemuda yang bekerja sebagai pengangkut sampah di kampungnya, harus merelakan sejumlah pohon yang ditanamnya bersama pemuda kampungnya di pinggir Kali . Bersama Punjul, pekerja di koperasi UPN (Universitas Pembangunan Nasional), ia telah menjalankan penghijauan di kampungnya. �Sejak ada talud semua pohon ditebangi, sekarang rasanya jadi panas sekali. Akhirnya kita para pemuda di sini mencari bibit pohon dan menanamnya di tepi Kali , seperti pohon pisang, pohon waru. Tapi sekarang semuanya musnah ditelan banjir�, ungkap Punjul. Mereka pun ingin mengadakan penghijauan di sebidang tanah sempit di atas kali, tapi sayangnya pemilik tanah tidak memberikan ijin. �Kami sudah tanam pohon beringin, tapi yang punya tanah ndak mendukung�, lanjut Punjul. Bagi warga pinggir Kali Code, datangnya banjir adalah hal yang biasa. Tetapi musibah longsor masih tergolong baru sehingga warga belum siap untuk menghadapinya. Hari ini Kali Code memang tidak seramah dulu. ***

M


21

kawasannya luput dari pelayanan kebersihan pemerintah seperti TPS (tempat pembuangan sampah). Kini layanan pembuangan sampah sudah masuk sampai ke rumah di pinggir Kali . Di pinggir Kali pun dipasang tulisan-tulisan larangan membuang sampah di Kali , larangan untuk menyetrum dan meracun ikan. Kini warga pun sudah mempunyai IPAL (instalasi pengolahan Air limbah) komunal dimana seluruh limbah rumah tangga di tampung di sebuah wadah dan sebelum dibuang ke Kali sudah diproses dahulu melalui bakteri. Disamping menyadarkan warga akan kebersihan lingkungan, forum ini juga menggerakkan warganya untuk menanam beragam tumbuhan, termasuk mempertahankan dan menghidupkan lagi rumpun bambu di pinggir Kali untuk mengembalikan habitat kali yang mulai punah. Sebenarnya melakukan penghijauan di kawasan Kali Code cukup mudah, tanahnya masih subur dan masih ada sumber mata air bersih di kawasan ini. Mata air ini bisa dijumpai terutama di sepanjang Kali Code bagian utara. Sayangnya setelah di bangun talud, banyak mata air yang hilang. Kampung Jetisharjo misalnya, dulu masih memiliki sekitar 20 sumber mata air, tetapi kini hanya tinggal 4 mata air. Kini agar mata air yang tersisa tidak terbuang begitu saja, Forum Masyarakat Code Utara berupaya membangun bak penampungan dan membuat pompa yang bisa mengalirkan air ke rumah penduduk. Dulu mereka hanya memakai pompa sederhana untuk melayani 8 kepala keluarga. Sejak tahun 2001, Forum ini mendapat bantuan pompa yang lebih besar dari pemerintah, sehingga mata air ini bisa disalurkan ke 65 kepala keluarga. Sekarang layanan mata air tersebut dinamakan Tirtakencana. Untuk mendapatkan fasilitas ini warga tentunya harus membayar beban listrik pompa. Harganya tetap lebih murah daripada langganan air di PDAM Tirtamarta milik pemerintah, sehingga masyarakat lebih senang memakai sumber mata air ini. Untuk memelihara kecintaan warga terhadap Kali Code, maka Forum Masyarakat Code Utara, sejak tahun 2001 telah menghidupkan kembali upacara bersih desa yang disebut Merti Code yang diadakan setiap tahun pada bulan Juni. Dalam bahasa Jawa Merti berasal dari kata Memetri yang berarti memelihara atau melestarikan. Dengan lingkungan yang asri, Totok Pratopo berangan agar kawasan pinggir Kali Code kelak menjadi tujuan wisata. Ia membayangkan Kali Code bisa menjadi tujuan pariwisata dan mampu meningkatkan pendapatan warganya. ”Jadi selain memelihara Kali , perekonomian masyarakat nantinya juga bisa terangkat. Saya tahu bahwa butuh waktu panjang untuk membangkitkan sebuah kampung yang terlanjur bercitra buram. Tapi kami pasti bisa mempercepatnya”, ujarnya bersemangat. ***

Kombinasi | Komunitas Membangun Jaringan Informasi | Edisi ke 30 | Mei 2009

“Kali Code memang sudah rusak, tetapi kami ingin agar kerusakan lingkungannya tidak lebih parah. Apa yang sudah ada ingin kami pelihara,” tandas Totok Pratopo, ketua Forum Masyarakat Code Utara. Perkataan Totok Pratopo tidak main-main, karena kini pemukiman di wilayahnya sungguh asri dengan rimbunnya tanaman yang diupayakan warga. Rumah yang masih punya halaman menanam tumbuh-tumbuhan, sementara rumah tak berhalaman menggantung pot-pot bunga di berandanya. Di sepanjang pinggir Kali juga tersedia akses jalan dengan pagar pengaman. Konon masyarakat dengan rela urunan membeli bambu dan konblok untuk membangun akses jalan dan pagar pengaman. Untuk mengurangi biaya, mereka pun secara suka rela memberikan tenaganya. Melihat keseriusan warga, baru pihak pemerintah membantu dengan pembuatan pagar besi. Menurut Totok Pratopo, perhatian pemerintah terhadap lingkungan Kali Code biasanya dimulai dari masyarakat lebih dulu. Tak adanya penataan kawasan dari pemerintah menyebabkan lingkungan Kali Code berkembang tak terarah. Dulu banyak orang yang bisa mendirikan bangunan di tanah wedi kengser, yaitu tanah di pinggiran Kali . Setelah tanah itu sudah berubah jadi pemukiman padat, pemerintah mengeluarkan peraturan bahwa badan Kali code harus selebar 20 meter dan harus disisakan tanah selebar 3 meter yang disebut garis sempadan Kali . Lalu bagaimana jika kini badan Kali sudah menciut hingga 16 meter, sementara di pinggirnya sudah dipadati rumah penduduk. Untuk kebersihan Kali pun, pemerintah pun tidak mengantisipasinya dari awal, sehingga Kali terlanjur tercemar oleh limbah rumah sakit, hotel, perusahaan percetakan, perusahaan penyamakan kulit, pembuatan tahu, dan lain-lain. Tentu tidak mudah bagi masyarakat, apalagi yang hidup di bawah garis kemiskinan, untuk mengurus lingkungan yang terlanjur rusak. Pada tahun 2001, Totok Pratopo lalu berinisiatif membentuk Forum Masyarakat Code Utara (FMCU), sebuah forum yang terdiri dari pengurus RT, RW dan ibu-ibu PKK dari kampung Jetisharjo (RW 05, RW 06, RW 07) kelurahan Cokrodiningratan dan kampung Terban RW 01 kelurahan Terban. “ Forum ini sesungguhnya bertujuan menggerakkan masyarakat untuk menjaga dan mengembalikan kualitas hidup di Kali Code yang lebih baik”, tegas pria yang kini menjadi ketua RW 07 di kampung Jetisharjo. Forum Masyarakat Code Utara memulainya dengan mempertahankan tradisi kerja bakti membersihkan Kali yang sudah dimiiliki masyarakat. Selama ini warga pinggir Kali dianggap biang keladi pencemaran Kali akibat buangan limbah rumah tangganya. Namun menurut Totok, masyarakat yang tinggal di pinggir Kali bukannya tidak mau membuang sampah di darat, tetapi mereka terpaksa membuang ke Kali karena

Komuniti


22

Telusur

Batas Konferensi Video Memangkas

dengan

Kombinasi | Komunitas Membangun Jaringan Informasi | Edisi ke 30 | Mei 2009

"Saya Fitri, Asal Sarwodadi, Kawunganten. Sekarang saya di Hongkong, bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Senang berjumpa dengan hadirin semua. Jan rasane Hongkong-Cilacap dadi perek banget yah....(Rasanya jarak Hongkong-Cilacap dekat sekali yah..)"

S

etelah mengenalkan diri,raut muka Fitri terlihat berseri-seri. Tidak pernah terbayang olehnya, dia bisa berdiskusi dengan ratusan warga dan pejabat teras daerahnya, terlebih posisinya yang jauh dari tanah air. Tepuk tangan menggema dari para hadirin yang mengikuti konferensi video. Senin (16/2/2009) program layanan warung internet Pusat Teknologi Informasi (PTI) Mahnetik dibuka secara resmi untuk umum. Waktu operasional PTI Mahnetik mundur dari rencana, Januari 2009, akibat pengiriman perangkat komputer baru tiba pada 31 Januari 2009. Acara tersebut mendapat apresiasi hangat dari para hadirin. Selain warga, tampak hadir Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Cilacap yang mewakili Bupati. Beberapa anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPPRD) Kabupaten Cilacap juga duduk di barisan menebar senyum. Lalu, Camat dan Sekretaris Camat Sidareja beserta beberapa Kepala Desanya, datang lebih awal. Pembukaan PTI Mahnetik dibuat seperti talkshow dengan format konferensi video. Talkshow dipandu oleh Ahmad Mutaqin, Manajer Program PTI Mahnetik Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Nahdlatul Ulama (LAKPESDAM NU) Cilacap. Saat konferensi video dengan Mimie dan Fitri--keduanya tenaga Kerja Indonesia di Hongkong, Renata dari Yayasan Tifa-Jakarta, dan Sita dari Microsoft Indonesia yang berada di Jakarta ikut dalam obrolan lewat teknologi yang sama.

Kepala Desa Sidamulya, Khusnun, mengaku terkesan dengan acara konferensi video. Sebelumnya, ia beranggapan internet merupakan teknologi elit, setelah ikut acara PTI Mahnetik ia ingin belajar internet. "Tolong nanti saya di ajari ya mas, harus lho," ujarnya. Pendirian PTI Mahnetik ini menjadi hal baru bagi warga sebab menawarkan banyak program yang menarik. Salah satu layanannya adalah Rumah Internet (Mahnet). Motonya adalah "pusat akses internet termurah se-Indonesia dan bisa nego". Maksudnya, pengelola menetapkan angka sewanya sebesar Rp 2.000,- per jam, apabila pengguna tidak punya uang cukup bisa ditawar hingga Rp 1.000,- per jam sembari mengajukan alasannya. Bila mereka tidak mampu membayar seribu, bisa diganti dengan senyum aja, syaratnya tersenyum manis dan difoto. Kehadiran CTC Mahnetik di Cilacap mempunya daya tarik tersendiri. Tidak hanya Khusnun dan jajaran pemerintahan Cilacap yang tertarik untuk mendapatkan manfaat internet, para pemuda yang tergabung dalam Pemuda Karangtaruna Cinangsi bekerjasama dengan CTC Mahnetik pun mengadakan pelatihan Komputer dan internet gratis di CTC. Kegiatan ini berlangsung selama 1 bulan, yang diikuti oleh 42 peserta. 42 peserta tersebut di bagi menjadi 8 kelas yang akan masuk bergantian tiap harinya. Satu kelas terdiri dari 5-6 orang. Kegiatan ini diselenggarakan karang taruna dalam rangka meningkatkan pengetahuan masyarakat terutama generasi muda mengenai teknologi informasi. "Sebenarnya yang mendaftar banyak, cuman untuk gelombang pertama ini kita hanya bisa menampung 40 orang dulu," ucap Edi, Ketua Pemuda Karangtaruna Cinangsi. Biaya untuk pelatihan yang sebesar Rp 25.000 per orang akan menjadi beban karang taruna. Sementara CTC akan memberikan keringanan setiap 5 orang peserta dibebankan pembayarannya hanya 4 orang saja. Pelatihan Komputer dan internet menjadi salah satu program CTC Mahnetik Cilacap yang bertempat di Kota Sidareja rutin dilakukan perekrutannya per bulan. Dengan biaya yang relatif murah diharapkan masyarakat mampu untuk memanfaatkan fasilitas yang ada dengan maksimal Pengelolaan informasi-informasi di atas selanjutnya akan dikemas menjadi masukan penting bagi lembaga pelayanan publik di Kabupaten Cilacap. Jadi, PTI Mahnetik menjadi pusat informasi alternatif yang berguna bagi warga, pemerintah, dan TKI.


23

Telusur

Eksistensi Atap

Rumbia di Tangan Kartowinangun "Namaku Kartowinangun. Aku salah satu pengrajin rumbia di Desa Ciklapa. Dua puluh empat tahun menganyam atap warga."

S

rumahnya yang menganyam. Ongkos anyam tergantung dari harga per lembar rumbia. Jika ukuran lebar 1 meter ia jual ke bandar Rp 900,-/lbr, maka ongkosnya adalah Rp 90,-/lbr. jika ukuran lebar 80 cm maka ongkosnya menjadi Rp 60,-/lembar. Jadi hitungannya adalah 10 persen dari harga jual ke bandar. Menurut Karto, para pembeli atap rumbia adalah pengrajin batu bata. Mereka menggunakan daun rumbia untuk atap gubuk pembakaran batu bata. Pembeli lainnya datang dari Jogjakarta, mereka manfaatkan atap rumbia untuk hiasan pesta-pesta perkawinan. Kartowinangun sadar lambat laun kebutuhan akan atap daun rumbia semakin kecil. Dunia modern lebih mengenal bahan-bahan atap yang terbuat dari beton dan seng. Tapi dengan berbagai k e t e r b a t a s a n pengetahuan yang dimilik inya, K ar to tetap menjalani bisnis alam yang telah diturunkan keluarganya. Lewat jalan hidup ini Kartowinangun menjaga bumi tetap asli dan tak tercemar. Setelah tak terpakai, atap rumbia akan terurai menjadi pupuk bagi bumi.

Kombinasi | Komunitas Membangun Jaringan Informasi | Edisi ke 30 | Mei 2009

ejak 1985, Kartowinangun (53) memenuhi kebutuhan hidupnya berbekal k e t e r a m p i l a n m e n g a ny a m d a u n rumbia. Anyaman daun rumbia dapat digunakan sebagai atap rumah, dinding rumah, dan lain sebagainya. Tanaman rumbia dikenal dengan sebutan daon atau k ajang. Pohon daon hidup sumbur di sepanjang pinggir rawa yang mengepung Desa Ciklapa. Ciklapa merupakan salah satu desa di kawasan Kecamatan Kedungreja, K abupaten Cilacap. Desa ini dikenal sebagai desa yang kaya akan daun rumbia. Di sepanjang anak Sungai Cibereum yang membelah desa, daun rumbia tumbuh subur, Banyak warga yang menjadi pengrajin rumbia. Namun, sebagian besar pengrajin sudah lanjut usia, seperti Kartowinangun. Bapak dari 9 anak ini mengaku bisnis rumbia ini mampu memenuhi tuntutan kebutuhan. Suatu kali, dia coba beralih ke beberapa pekerjaan, seperti nelayan dan pekerja bangunan. Tapi lama kelamaan ia merasa bahwa jalan hidupnya tetap ada di bisnis atap rumbia. "Penghasilannya tidak seberapa, Saya membeli daun rumbia dari penduduk 1 gulungnya Rp 11.000,- Dari satu gulung tersebut paling-paling hanya memperoleh 30 lembar anyaman. Satu anyaman kita jual seharga Rp 600,- sampai Rp 900,- ke bandar. Belum lagi biaya bambu dan ongkos menganyam warga yang ikut membantu menganyam. Jadi, hanya bisa paspasan aja,� ungkap Kartowinangun. K ar towinangun biasanya memberik an pekerjaan anyaman pada tetanggatetangganya. Ia hanya memotong ukuran daun, kemudian istri dan anaknya serta para ibu rumah tangga di sekitar


, i s a m r o f n I r a k u t r Tetap Be n a a m a s r e b e K a g Menja

a g r a W


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.