Lorong-Lorong Desa

Page 1

Catatan Kritis Seorang Pewarta Warga

Lorong-Lorong Desa

Yossy Suparyo

OpenBook Open Knowledge for All

1


Seluruh tulisan dan foto dalam buku ini dilisensikan dalam bendera Creative Common (CC). Siapapun bisa mengutip, menyalin, dan menyebarluaskan sebagian atau keseluruhan tulisan dengan menyebutkan sumber tulisan dan jenis lisensi yang sama, kecuali untuk kepentingan komersil.

2


Catatan Kritis Seorang Pewarta Warga

Lorong-Lorong Desa

Yossy Suparyo

OpenBook Open Knowledge for All 2010

3


Lorong-Lorong Desa Catatan Kritis Seorang Pewarta Warga

Penulis Yossy Suparyo Edisi 1, Oktober 2010 Penerbit

OpenBook Jl. Veteran Gg. Janur Kuning 11A, Pandeyan, Umbulharjo, Kota Yogyakarta 83 Yogyakarta 55161 Telp/Fax. +62 274 372378 E-Mail: office@infest.or.id Website: http://infest.or.id E-Book : http://issuu.com/infest

Katalog Dalam Terbitan (KDT) Suparyo, Yossy Lorong-Lorong Desa: Catatan Kritis Seorang Pewarta Warga—Suparyo, Yossy—Yogyakarta: OpenBook, 2010 140 x 210 mm; 100 hlm. 1. Perdesaan

2. Sosial

3. Teknologi Informasi

i. Judul

ii. Pengarang

iii. Penerbit

4


Penulis

Yossy Suparyo Aktif menulis karya jurnalistik dan pengembangan perangkat lunak yang berbasis sumber terbuka (open source). Alumnus Jurusan Ilmu Perpustakaan dan Informasi-Universitas Islam Negeri Yogyakarta (2002) dan Jurusan Teknik Mesin-Universitas Negeri Yogyakarta (1997). Bekerja sebagai Staf Manajemen Pengetahuan CRI dan Ketua Badan Pengawas INFEST Yogyakarta.

5


6


Pengantar Penulis Informasi merupakan hak dasar bagi setiap warga. Masyarakat internasional menetapkan tanggal 28 September sebagai hari hak untuk tahu internasional atau international

right to know day. Pengakuan informasi sebagai hak dasar menunjukkan informasi sangat penting sebagai pembuka jalan bagi terjaminnya pelaksanaan hak-hak asasi, seperti hak atas pendidikan, hak untuk hidup sejahtera, dan berpartisipasi dalam proses demokratisasi. Lemahnya akses dan pemanfaatan informasi suatu komunitas menyebabkan komunitas tersebut terpinggirkan dan menjadi korban dari berbagai kemajuan. Rachman (2007:2) mengatakan permasalahan kesenjangan informasi bukan saja menunjukkan kemiskinan ekonomi tapi juga kemiskinan sosial politik. Warga tidak dapat menyampaikan aspirasi serta tidak mengetahui adanya kebijakan yang berdampak kepada mereka. Warga juga tidak cukup paham untuk bisa terlibat dalam pengambilan keputusan sehingga muncul diskriminasi dan dominasi oleh kelompok atau pihak yang menguasai informasi. Penelitian yang dilakukan oleh Harris dan Rajora (2006) 7


tentang pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk tata pemerintahan dan pengentasan rakyat dari kemiskinan di India menunjukkan sebagian besar warga yang miskin secara ekonomi adalah mereka yang tidak memiliki akses terhadap informasi. Karena itu, keduanya berkesimpulan TIK merupakan alat yang efektif untuk memerangi kemiskinan sehingga mesti diterapkan secara masif dan meluas. Pendapat Harris dan Rajora sesuai dengan konsep masyarakat komunikatif yang diidamkan oleh Habermas (Budiman, 1996:4). Masyarakat komunikatif dibayangkan sebagai masyarakat yang memiliki kesadaran dan kebutuhan terhadap informasi sebagai sumber kekuatan (power). Dengan informasi, masyarakat dapat mengambil keputusan bagi dirinya sendiri, bertindak secara kritis dalam upaya memperbaiki keadaan dan mengatasi masalahnya sendiri, serta mampu terlibat dalam proses-proses sosial dan politik termasuk dalam mengambil keputusan publik yang dilakukan komunitasnya. Dari penjelasan di atas, melek informasi (information lite-

racy) merupakan prasyarat utama terciptanya masyarakat yang komunikatif. Pendit (2008: 124) mengatakan melek informasi, berarti bisa mengakses sumber-sumber informasi, bisa menyeleksi informasi sesuai kebutuhannya, bisa menganalisis informasi secara kritis, dan bisa mengelola informasi. Tanpa bekal melek informasi, publik hanya menjadi bulan-bulanan pasar dan penguasa teknologi informasi.

8


Lalu, muncullah kegiatan infomobilisasi oleh warga. Melalui infomobilisasi warga melakukan perubahan dengan menggali permasalahan, kebutuhan, potensi, struktur komunikasi dan informasi yang mendorong perbaikan kehidupan mereka. Selamat Membaca.

Umbulharjo, 5 Oktober 2010 Yossy Suparyo Penulis

9


10


Daftar Isi Pengantar Penulis ~ 7 Daftar Isi ~ 11

Ekonomi ~13 Kaum Bersarung di Ladang Karet ~ 15 Lengo Klentik Versus VCO ~ 23 Cincau: Benteng Petani Pasca Gagal Panen ~ 27 Sentra Usaha Jamu Cilacap Siaga Satu ~ 31 LE Semerlang: Plasma Ekonomi di Puncak Bukit ~ 35

Media Massa ~ 45 Internet, Media Paling Bebas di Malaysia ~ 47 Televisi Komunitas dan Keberaksaraan Media ~ 51

Tata Pemerintahan ~ 65 Desa Jangan Ditekan Pasang Internet ~ 67 Mendinginkan Pemandian Air Panas ~ 71 Warga Rawaapu Menunggu Apur Dikeruk ~ 73 Angka Merah Pelayanan Publik di Patimuan ~ 75 Akhirnya Kejari Cilacap Periksa Sekda ~ 79

11


Lingkungan ~ 11 Segara Anakan Sekadar Hikayat ~ 83 Siaga Satu Segara Anakan ~ 89

Tenaga Kerja ~ 91 Lagi, TKW Asal Cilacap Disiksa ~ 93 TKW Asal Jeruklegi Dibunuh Majikan ~ 97 ITCenter Hubungkan TKI dengan Keluarga ~ 101

Kesehatan ~ 105 Wabah Hepatitis Serang Rawaapu ~ 107 Cuci Tangan Cegah Virus Hepatitis ~ 111 Sehatkan Warga Lewat Khasiat Jahe ~ 113 Lonceng Kematian Para Peminum Jamu ~ 117

Teknologi Informasi ~ 119 Empat Alasan Ajarkan Open Source ~ 121 Simpemdes versus Lurahsoft ~ 125 Yogyakarta Siap Migrasi ke Open Source ~ 133

Agama ~ 137 FPI Bringas Karena Polisi Memble ~ 139 Amrozi Cs Bukan Pejuang Islam ~ 141

12


Ekonomi Kaum Bersarung di Ladang Karet Lengo Klentik Versus VCO Cincau: Benteng Petani Pasca Gagal Panen Sentra Usaha Jamu Cilacap Siaga Satu LE Semerlang: Plasma Ekonomi di Puncak Bukit

13


14


30 Mei 2008

Kaum Bersarung di Ladang Karet

Selain Valentine Day, bulan Februari memiliki makna khusus bagi warga Cigintung, bulan ini menandai gerakan pembebasan petani dari jerat tengkulak. Membebaskan petani dari jerat tengkulak adalah awal gerakan Kompak, Komunitas Petani Karet Desa Cigintung. Berbekal gelontoran dana dari Lembaga Kajian dan Pengembangan Manusia Nahdlatul Ulama (Lakpesdam NU), 27 ang15


gota Kompak dapat melunasi hutangnya pada para tengkulak. Setelah itu, mereka menata organisasi dan meningkatkan posisi tawar untuk menentukan harga. Cigintung adalah salah satu desa di wilayah Kecamatan Wanareja, letaknya di bagian barat Kabupaten Cilacap. Dari Kota Cilacap dapat ditempuh dengan angkutan umum CilacapWanareja sekitar 2,5 jam karena jalanan yang dilalui banyak berlubang dan bergelombang. Selain itu, perjalanan bisa juga ditempuh melalui kereta api kelas ekonomi turun di Stasiun Kecamatan Cipari, lalu disambung dengan angkutan perdesaan sekitar 1 jam. Sebagai organisasi modern, Kompak berdiri Februari 2007. Namun, sebagai komunitas Kompak telah diinisasi sejak 14 tahun yang lalu. Perintisnya adalah Muhammad Daldiri, seorang guru ngaji jebolan sebuah pesantren di Banyuwangi, Jawa Timur. Lulus dari pesantrennya, Daldiri menjadi guru mengaji di sebuah pesantren di Cilongok, Banyumas. Di pesantrennya ia mengajar ribuan santri yang datang dari beragam daerah, termasuk dari Majenang dan Wanareja. Suatu saat ia dipanggil oleh kiainya dan diberi amanah untuk mengembangkan siar agama di Wanareja. Lalu, ia dijodohkan dengan seorang santri asal Cigintung dan kini ia dikaruniai tiga anak. Tekstur geografis Cigintung adalah perbukitan, di atasnya terhampar ladang palawija, umbi-umbian, cengkeh, dan kelapa. Secara ekonomi, sebagian besar warga Cigintung hi-

16


dup di bawah garis kemiskinan, terlebih setelah harga cengkeh anjlog. Pada 1990-an, para pemuda menjadi kuli atau pembantu rumah tangga (PRT) di kota sebab mereka hanya jebolan sekolah dasar. Warga desa Cigintung punya tradisi keagamaan yang kuat, sebagian besar penduduknya adalah jamiah Nahdlatul Ulama. Dengan reputasi guru ngaji di pesantren, Daldiri segera diminta menjadi pengasuh pengajian, dari anak-anak, remaja, ibu-ibu, hingga umum. Untuk menghidupi keluarganya, Daldiri mengolah ladang dan membuka warung yang menjual aneka keperluan sehari-hari dan barang-barang kelontong.

Menginisasi Menanam Karet Desa Cigintung juga berbatasan dengan PT. Perkebunan Nusantara (PTPN), sebuah perusahaan negara yang mengolah perkebunan karet ribuan hektar karet. Melihat harga karet yang cukup tinggi, terbersit dalam pikir Daldiri untuk menanam pohon karet di ladangnya. Usaha ini sempat ditertawakan oleh sebagai warga lainnya, terlebih saat ia menjual tanahnya di Banyumas untuk modal membeli tanah di Cigintung yang rencananya ia ditamani karet. “Saya sering mengamati kerja-kerja pengolahan karet di PTPN. Lalu, saya jual tanah di Banyumas untuk beli tanah di sini. Setelah tujuh tahun, pohon karet yang saya tanam bisa

17


dinikmati hasilnya. Akhirnya, petani lainnya coba meniru, ladang yang tadinya ditanami cengkeh, kelapa, dan umbiumbian lalu berpindah ke karet,�ungkapnya. Pada 1996, pohon karet milik Daldiri mulai dapat disadap. Ketika itu hasilnya memang belum seberapa. Menjelang Idul Fitri, harga karet terus naik dan ia mendapat pemasukan lumayan banyak sehingga ia menjadi satu-satunya warga yang dapat membeli kendaraan bermotor di desanya. Lalu, warga lain tertarik mengikuti langkah Daldiri, satu per satu petani Cigintung mulai menanam pohon karet. Sekarang 99% warga Cigintung telah beralih profesi dari penyadap gula kelapa menjadi penyadap karet. Awal-awal menanam karet, kendala utama petani adalah minimnya pengetahuan tentang dunia perkaretan. Selain kualitas bibit yang rendah, cara tanamnyapun tidak beraturan. Pohon-pohon karet yang tumbuh juga tidak dirawat dengan baik. Pemupukan pun nihil. Hal itu disebabkan karet belum menjadi tumpuan utama hidup mereka. Sebagian besar petani masih mengutamakan menanam padi gogo atau ubi di sela-sela pohon karet. Selain itu, produksi gula kelapa menjadi mata pencaharian lain warga desa. Dengan naiknya kebutuhan rumah tangga banyak petani karet yang hutang pada tengkulak. Karena terikat hutang mau tak mau mereka harus menjual hasil karetnya pada sang tengkulak. Dalam penentuan harga petani tidak memiliki posisi tawar sedikit pun sehingga harga karet stagnan.

18


Bebaskan Petani dari Jerat Tengkulak Kondisi di atas jelas membuat Daldiri gelisah. Ia mencoba mendekati para petani. Caranya, setelah shalat Isya' biasanya para jamaah tidak langsung pulang, tetapi saling bercengkrama ngalor-ngidul. Orang Cigintung menyebutnya sebagai lailatul ijtima’. Mereka saling bercengkrama perihal akar masalah yang penghambat petani. Daldiri mengusulkan pembentukan organisasi karet agar semua masalah petani bisa dibicarakan bersama-sama. “Awalnya petani agak ragu, tapi setelah kita saling bertukar argumen, mereka secara sukarela bersepakat membentuk Kompak,�ujarnya. Sebagai jamiah NU, Daldiri menghubungi Lakpesdam untuk membantu segala tetek bengek pendirian organisasi maupun manajemen pengelolaannya. Dari hasil fasilitasi Lakpesdam disimpulkan akar penyebab miskinnya petani adalah rendahnya harga jual karet. Harga jual karet rendah sebab petani tidak memiliki kebebasan menjual produk sebab terjerat hutang pada para tengkulak. Karena itu, langkah awal yang mendesak adalah mencari cara mengeluarkan petani dari jerat hutang para tengkulak. Pucuk dicinta ulam tiba, Lakpesdam menyepakati pinjaman dana lunak tanpa bunga pada Kompak. Dengan dana tersebut, para petani karet anggota Kompak dapat melunasi hutangnya pada tengkulak. Sekarang hasil produksi karet tidak

19


lagi dimonopoli oleh tengkulak, Kompak bisa memasarkan sendiri sehingga harga jual meningkat. “Produk karet Cigintung memiliki mutu yang baik, terlebih para petaninya mau berpikir maju dengan mendirikan organisasi jadi Lakpesdam mengapresiasinya dengan pinjaman. Kebetulan lembaga memiliki projek pemberdayaan ekonomi warga,� ujar Syaiful Mustain, Manajer Program Lakpesdam Cilacap. Setelah satu tahun lebih lepas dari jerat tengkulak, petani karet mulai merasakan dampaknya. Harga karet yang sebelumnya hanya Rp 18.000,-/kg meningkat menjadi Rp 22.500/kg. Selain itu, melalui pelatihan dan kunjungan ke kelompok petani karet yang lebih maju produktivitas petani juga meningkat. Sekarang ini Kompak mengelola pohon karet produktif kurang lebih 5.200 pohon. Rata-rata petani dapat menghasilkan 120 kg karet mentah. Jadi, rata-rata petani memiliki penghasilan Rp 2.700.000,-

Mushola sebagai Pos Pemberdayaan Warga Keberhasilan Kompak tidak dapat dilepaskan dari peran kegiatan keagamaan warga. Kegiatan-kegiatan keagamaan dijadikan wahana warga untuk membahas permasalahan kemasyarakatan dan perekonomian. Warga Cigintung memiliki jadwal-jadwal pertemuan berdasarkan kegiatan rutin keagamaan seperti Yasinan tiap malam Jumat, Pengajian Muslimat tiap Jumat pagi, dan forum-forum Bashul masail.

20


“Menurut para ulama, umat Islam dianjurkan supaya menjadi orang yang mampu secara keduniaan tetapi hatinya tidak tergantung pada urusan dunia (hububdunya). Kita mencari dunia untuk kesejahteraan hidup, terlebih jika harta yang kita dapatkan bisa menjadi modal ibadah itu kan bagian dari ibadah itu sendiri,”ujar Daldiri. Jika ada petani ingin bertukar pikiran dan informasi biasa mereka datang ke mushola. Mereka saling bercerita tentang masalah mereka, misalnya “kok, karet saya seperti ini, sudah dipupuk, diberi anu, tapi masih seperti ini, dan lain-lain. Daldiri sementara ini menjadi narasumber utama, di samping beberapa pengurus lainnya. “Jika saya mampu menjawab maka segera saya menerangkan, tetapi jika tidak Kompak menghubungi orang yang lebih pinter atau meminta lakpesdam membawa persoalan ini kepada ahlinya,” terangnya sembari tersenyum lebar.

21


22


11 September 2008

Lengo Klentik Versus VCO Suatu saat saya kelepasan ngomong menyebut minyak goreng dengan istilah lengo klentik. Beberapa teman langsung menyebutku dengan kata ndeso. Lengo klentik dipandang sebagai produk inferior dan dekat kaum miskin. Lucunya, di kota-kota ada istilah Virgin Coconut Oil (VCO) yang menjadi primadona di dunia agrobisnis. Lengo klentik dan VCO sebenarnya sama saja, yaitu minyak yang terbuat dari kelapa. Mengapa mereka dipahami berbeda? Inilah paradok dunia modern. Di desa, terutama di Jawa, minyak goreng menjadi produk rumah tangga. Warga memarut daging kelapa dan santannya menjadi bahan baku lengo klentik. Proses pembuatan lengo klentik cukup sederhana. Kelapa diparut dan diambil santannya kemudian dipanaskan hingga airnya menguap dan tinggal padatan yang menggumpal. Gumpalan padatan ini disebut blendo. Minyak dipisahkan dari blendo dengan cara penyaringan. Blendo masih banyak mengandung minyak sehingga masih bisa diambil minyaknya dengan cara diperas. Blendo sebagai residu atau ampas pembuatan lengo klentik memiliki ra23


sa yang manis dan baunya harum. Blendo sering dibuat sambal atau teman makan getuk hangat. Lengo klentik memiliki fungsi yang beragam. Bisa buat goreng-goreng, nyayur, bahkan bisa buat pelicin saat kerikan. Selain itu, lengo klentik banyak dijadikan minyak rambut. Supaya wangi ditambahi daun kaca piring dan bunga, seperti kenanga dan melati, lalu namanya menjadi lengo bacem. Lengo bacem itu ampuh mencegah tumbuhnya uban. Tetangga saya telah berumur 50 tahun belum tumbuh uban karena rajin menggunakan minyak rambut ini. Di era kekinian muncul istilah VCO atau minyak perawan. Setelah saya membaca buku, bagaimana membuat VCO ternyata tak beda dengan proses membuat lengo klentik yang dipraktikkan ibu-ibu di pedesaan. Santan dipanaskan dalam suhu sekitar 100-110 derajat Celcius. Pada suhu itu, protein yang berikatan dengan air pun akan pecah. Selanjutnya, protein akan mengalami denaturasi (rusak). Dengan demikian, protein yang mengikat lemak (minyak) dari santan kelapa akan rusak juga. Minyak kelapa ini kemudian akan bebas dari ikatan-ikatan emulsi dengan protein sebagai emulgatornya. Dengan lepasnya ikatan-ikatan tersebut, minyak akan mengumpul tersendiri. Sementara protein pun akan berkumpul menjadi satu. Protein tersebut dikenal dengan nama blendo. Nah, sama kan dengan cara membuat lengo klentik, istilah dan bahasanya saja yang ilmiah.

24


Jika prosesnya sama mengapa lengo klentik harganya murah sementara VCO lebih mahal puluhan kali lipat. Untuk 100 ml VCO bisa mencapai harga Rp 60.000,- sementara lengo klentik hanya Rp 1.000 per 100 ml atau Rp 10.000 per kilogram. Ibaratnya, satu keturunan beda nasibnya. Mungkin orang Indonesia suka membeli barang karena namanya yang aneh, yaitu Virgin Coconut Oil. Jangan-jangan kata virgin (perawan) yang bikin mahal? Ups!

25


26


10 Oktober 2008

Cincau: Benteng Petani Pasca Gagal Panen

Dua musim warga Desa Rawaapu, terutama Dusun Cikuning dan Cikadim, gagal panen. Meski di sepanjang areal persawahan ada saluran irigasi tersier dan cacingan, tapi air tak kunjung merambahnya. Hasilnya, tanaman padi perlahan mengering sebelum berbuah. Akibat kekurangan air, alihalih petani dapat memetik hasil tapi justru mereka merugi. 27


Mereka telah mengeluarkan banyak uang untuk membayar jasa traktor, membuat persemaian benih, membayar buruh tanam, dan membeli pupuk. Menurut Wikarta (53), warga Dusun Cikuning, peristiwa sebenarnya dapat diatasi apabila pengelolaan air diatur secara adil. Dusun Cikuning dan Cikadim yang terletak di ujung desa tidak mendapat jatah air karena desa-desa sebelahnya menggunakan air secara berlebih. Mereka terus membuka pintu air meski jatahnya sudah habis. Wikarta menyesalkan petugas pengairan yang tidak memberikan tindakan apapun atas peristiwa ini. Saat warga kedua dusun itu mempertanyakannya justru petugas mengeluh para petani susah diatur. Petugas juga tidak berani mengambil langkah karena takut memancing tindakan kekerasan dari warga. “Ah, itu alasan saja. Mereka kan mengemban tugas resmi negara, jadi mengapa mesti takut. Mereka mencari-cari alasan untuk menutupi ketidakbecusannya,�ujar Wikarta. Untuk menghidupi kebutuhan keluarga, para petani yang gagal panen tak kurang akal. Mereka mengembangkan tanaman Cincau di pekarangan ataupun tanah tegalan yang mereka miliki. Hasilnya pada musim kemarau April-September mereka menuai hasilnya. Tanaman Cincau adalah bahan baku untuk membuat Es Cincau yang laris manis pada musim kemarau.

28


Tanaman Cincau dapat tumbuh tanah kering, seperti pekarangan. Cara menanamnya sangat mudah yaitu lewat metode stek. Batang tanaman Cincau dipotong 50-70 cm dan ditanam dengan jarang 50 x 50 cm. Setelah dua minggu tanam biasanya sudah tumbuh tunas daun pada batangnya. Pada saat itu petani akan memberi pupuk kandang pada rumpun-rumpun tanaman Cincau supaya tumbuh dengan subur. Setelah 3 bulan, tanaman Cincau bisa dipanen untuk kali pertama. Petani akan memetik daun-daunnya untuk bahan baku pembuatan Jelly Cincau. Agung (28) adalah salah seorang pemuda yang mengembangkan tanaman Cincau. Alumnus Teknik Sipil UGM mengaku membudidayakan Cincau setelah ia berhenti dari tempat kerjanya. Menurutnya, setelah panen pertama, tiap 6 minggu daun-daun Cincau siap dipetik kembali. Setiap minggu ia mengirim 400-700 kg daun Cincau ke Surabaya, Tuban, Gresik, dan Sidoarjo. Ia biasanya membeli daun Cincau dari tetangga-tetangganya yang mengikuti jejaknya. Tiap luasan 50 ubin bisa menghasilkan 400-500 kg daun Cincau. Daun-daun itu dijual dengan harga Rp 1200,- per kilogram. Jadi, apabila tanaman Cincau dipanen tiap 1,5 bulan, maka ada 8 x 400 x Rp 1.200,- = Rp 3.480.000 per tahun. “Lumayan, saya dapat memberikan uang kiriman buat dua adik saya yang tengah kuliah di Yogyakarta dari hasil Cincau,�ujarnya.

29


Petani mendapat penghasilan yang lumayan di saat mereka gagal panen karena ketidakbecusan pemerintah mengatur kebijakan pengairan.

30


28 November 2008

Sentra Usaha Jamu Cilacap Siaga Satu

Sentra usaha jamu di Desa Gentasari, Kecamatan Kroya, Cilacap terancam gulung tikar. Kasus 32 produk jamu Cilacap yang diduga mengandung bahan kimia obat (BKO) 2001, yang berhenti penyidikannya akan dibuka kembali dan dilakukan penyidikan ulang. Kepala Kepolisian Wilayah Banyumas, Bay Salamuddin, sebagaimana dikutip dari Kedaulatan Rakyat (27/11/2008) telah memerintahkan Kepolisian Resort Cilacap untuk melaku-

31


kan penyidikan ulang. Kasus ini muncul setelah Balai Pengawasan Obat dan Makanan (Balai POM) 2001 menemukan 32 produk jamu yang diduga bermasalah sehigga mengeluarkan Public Warning KB POM nomor 11.066.2001 tertanggal 26 November 2001 yang berisi 32 produk jamu yang membahayakan konsumen. Dari 32 produk jamu tersebut, lima di antaranya diproduksi oleh perusahaan yang dimiliki oleh Bupati Cilacap, Probo Yulastoro. Dalam publik warning tersebut, Balai POM juga menginstruksikan agar jamu tersebut dimusnahkan dan membatalkan nomor registrasi karena bertentangan dengan Undang-Undang (UU) Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan dan UU No 8/1999 tentang Perlindungan Konsumen dengan ancaman hukuman lima tahun penjara dan denda Rp 2 miliar. Setelah tujuh tahun berjalan, hingga kini belum ada tindak lanjut atas public warning dari pihak kepolisian. Para warga berpendapat lambatnya tindakan polisi terkait dengan posisi Probo Yulastoro sebagai orang nomor satu di Kabupaten Cilacap. Pembukaan kembali kasus jamu untuk dilakukan penyidikan ulang menurut Bay Salamuddin, membuktikan kepolisian serius bekerja. Tindakan ini juga menepis penilaian dari warga yang menyatakan posisi seseorang menjadikannya kebal hukum. Siapapun yang melakukan pelanggaran harus ada sanksi hukumnya. Tn (24), warga Gentasari yang bekerja sebagai tenaga medis

32


di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Purwokerto, menyetujui tindakan polisi untuk menindaklanjuti proses hukum. Tapi, menurutnya polisi lebih mengambil langkah nyata dibanding berkoar-koar di media. Menurut Tn, tindakan tersebut murni permasalahan hukum, yaitu ada pengusaha yang memproduksi jamu dengan kandungan bahan berbahaya. “Silakan polisi cepat ambil tindakan hukum, tapi tak perlu berkoar-koar. Tindakan itu bisa menimbulkan citra buruk bagi produk lainnya yang bermutu,�ujar alumnus jurusan ilmu kesehatan di sebuah PTN di Semarang ini. Tn menambahkan akibat tindakan pengusaha jamu yang nakal, banyak pengrajin jamu lainnya terkena dampaknya. Usaha pemasaran jamu yang dikelola oleh keluarganya hampir bangkrut karena konsumen terpengaruh dengan pemberitaan di media massa. Ibaratnya, karena nila setitik, rusak susu sebelanga. Kini, tradisi dan pondasi usaha jamu tradisional warga Desa Gentasari dihancurkan oleh segelintir orang yang ingin mengeruk kekayaan secara cepat.

33


34


22 Desember 2008

LE Semerlang, Plasma Ekonomi di Puncak Bukit

Pada setiap zaman, sebagian besar manusia menghadapi suatu persimpangan. Satu jalan menuntun pada kekecewaan dan keputusasaan yang mendalam. Jalan lainnya menuntun manusia pada suatu kebinasaan total. Hanya mereka yang sudi menempuh jalan kebijaksanaan yang mampu memilih arah yang benar. Woody Allen dalam How to Get Ideas

35


Cinangsi, Desa di Puncak Bukit “Selamat Datang di Desa Cinangsi� tertulis di tembok tugu berukuran 1,5 x 2 meter, di tepi jalan yang menghubungkan Kecamatan Karangpucung dengan Sidareja. Tugu itu terlihat kusam, catnya pun luntur di sana-sini. Siapapun Anda bila kebetulan melewati jalan ini, periksalah rem dan gas Anda, apakah masih berfungsi dengan baik. Anda akan melalui areal perbukitan berliku-liku, licin, dan bergelombang. Cinangsi adalah salah satu desa di Kecamatan Gandrungmangu, Kabupaten Cilacap. Dengan kontur wilayah perbukitan, sebagian besar warga bermatapencaharian petani, pengrajin gula kelapa, budidaya bunga dan penggergajian kayu. Para petani Cinangsi menanam ketela pohon, jagung, kacang-kacangan, dan palawija lainnya di lereng-lereng bukit. Selain itu, ada warga yang menjadi pedagang yang membuka warung di sepanjang jalan raya yang membelah desa. Desa Cinangsi termasuk daerah pinggiran. Untuk menuju kota kabupaten, warga harus menempuh perjalanan selama 2,5 jam dan mengeluarkan ongkos pergi-pulang sekitar lima puluh ribu rupiah. Sebagian besar wilayah Cinangsi juga masih berupa pekarangan dan ladang-ladang yang ditumbuhi pohon berkayu, seperti jati, kelapa, mahoni, sengon, dan albasiah. Meski fasilitas listrik telah memasuki desa ini, tapi setelah pukul 21.00 suasana sangat sepi karena banyak pemuda

36


desa yang pergi ke luar daerah. Setamat Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) atau ada yang hanya setingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), pemuda desa langsung mengadu nasib di kota besar, seperti Purwokerto, Jakarta, Tangerang, Bekasi dan Surabaya. Begitu besarnya arus urbanisasi menyebabkan desa hanya dihuni oleh anak-anak dan orang dewasa. Pemuda yang tertinggal umumnya pengangguran atau membantu usaha yang dikembangkan orang tuanya. Menjadi buruh di kota bukan satu-satunya pilihan pemuda. Kini, bekerja di luar negeri menjadi harapan sebagian besar warga. Meski berprofesi sebagai pembantu rumah tangga

(house keeper), tetapi pilihan ini memberikan solusi perbaikan ekonomi warga. Rumah-rumah tembok bergaya Mediteranian menjadi simbol kisah sukses para buruh migran. Meski cerita kegagalan banyak dialami, seperti korban penipuan dan kekerasan majikan, jumlah warga yang menjadi buruh migran terus meningkat. Kondisi Desa Cinangsi di atas, turut melatarbelakangi lahirnya Lembaga Ekonomi Sentra Ekonomi Masyarakat Ilalang, disingkat LE Semerlang. Lembaga ini berdiri pada 7 Maret 2007, dipelopori oleh para pemuda di Desa Cinangsi. Tujuannya untuk menumbuhkan dan memberdayakan sentrasentra ekonomi yang berbasis sumber daya desa. Ahmad Fadli, Direktur LE Semerlang, mengatakan angka pengangguran usia produktif di desanya terus meningkat. Se-

37


bagian besar mereka memiliki latar pendidikan yang lumayan, yaitu sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA). Karena itu, ia mengambil inisiatif untuk membuat lapangan kerja baru yang berfungsi ganda, menampung tenaga kerja usia produktif dan merangsang pertumbuhan ekonomi desa yang mandiri.

Tumbuhkan Unit Produksi dan Kuasai Pasar Belajar dari pengalaman lembaga lain di sejumlah daerah, LE Semerlang tidak memulai dengan membuat unit produksi. Mereka mempelajari seluk-beluk pemasaran, baik pasar desa maupun kecamatan. Lalu, mereka membentuk tim kecil yang bertugas melakukan survei pasar di Pasar Desa Cinangsi. Fadli, yang sehari-harinya bergerak di usaha ritel, menjadi ketua tim. Ada tiga hal yang diselidiki, (1) mengetahui asal barang yang diperdagangkan di Pasar Desa Cinangsi; (2) mendata jenis komoditas yang laku atau potensial diterima pasar; dan (3) mengkaji metode penentuan harga yang dilakukan oleh pedagang. Hasil survei tersebut digunakan sebagai landasan pembuatan program kerja dan aktivitas yang akan dilakukan. Selanjutnya LE Semerlang memfasilitasi kelompok pemuda di belakang Balai Desa Cinangsi untuk membudidayakan jamur tiram. Sebenarnya produksi jamur tiram telah dimulai selama tiga tahunan. Tapi karena beberapa kendala, mereka berhenti

38


produksi. Lalu, LE Semerlang menghidupkannya kembali. Pengelolaannya dilakukan oleh sebuah tim yang beranggotakan lima pemuda. Modal awal berasal dari patungan anggota, sementara itu LE Semerlang bertugas sebagai lembaga pemasaran. Setelah satu tahun berdiri, unit produksi jamur tiram menjadi tumpuan pencaharian lima pemuda. Setiap hari mereka bisa memanen jamur 5-10 kilogram dengan harga jual Rp 10.000,- per kilogram. Pemasaran jamur relatif mudah, mereka cukup menitipkankan pada pedagang sayur di pasar desa. Apresiasi konsumen juga tinggi sehingga jamur selalu ludes terjual. Meskipun dengan modal yang sangat terbatas, unit produksi jamur bisa memperoleh pemasukan antara 23 juta rupiah per bulan. Kemudahan usaha produksi jamur tiram adalah semua bahan bakunya dapat diperoleh di Desa Cinangsi. Mereka tidak terpengaruh dengan situasi perekonomian makro sebab mampu memutus ketergantungan pada bahan pabrikan. Mereka menjaga jumlah produksi agar tidak melebihi daya tampung pasar yang ada. Harga jual jamur pun menjadi stabil. Saat ini, LE Semerlang akan memasarkan produk-produk industri rumah tangga seperti tempe dages, kripik singkong, sale pisang, lanting, dan aneka makanan ringan lainnya. Perlahan namun pasti, Pasar Desa Cinangsi akan menjadi etalase produk lokal. Pada akhirnya, seperti kata Soekarno,

39


prinsip berdikari akan terwujud. Warga desa mampu membangun kekuatan ekonomi secara mandiri. Meskipun LE Semerlang baru mengelola unit usaha kecil, tetapi kegiatan mereka menginspirasi warga lainnya untuk melakukan hal serupa. LE Semerlang juga melakukan pendampingan kelompok-kelompok ekonomi mikro di delapan desa, antara lain usaha ternak kambing dan pengrajin rotan di Kecamatan Karangpucung, petani karet di Kecamatan Wanareja, peternak lele di Kecamatan Cipari, dan pendampingan pedagang kecil di Kecamatan Nusawungu dan Kesugihan. Prestasi unit usaha jamur di Desa Cinangsi diakui secara luas. Terbukti pada akhir tahun 2007, LE Semerlang menyabet peringkat satu lomba kelompok pemuda pelopor wirausaha yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kabupaten Cilacap. Mereka berhak mewakili Kabupaten Cilacap untuk mengikuti lomba di tingkat Provinsi Jawa Tengah.

Semerlang dan Pengetahuan Lokal Selain pendampingan sektor ekonomi produktif, LE Semerlang juga menggarap pemetaan ekonomi desa. Mereka menggandeng Lembaga Pemberdayaan dan Pembangunan Masyarakat Desa (LPPMD) Desa Cinangsi untuk membuat dokumentasi potensi ekonomi desa lewat program Mengenal Desa Sendiri (MDS), yang diwujudkan lewat pembuatan film berdurasi sekitar 20 menit. Sambutan meriah dari warga tampak saat pemutaran film itu di Balai Desa Cinangsi.

40


Pertengahan 2008, LE Semerlang mengembangkan aktivitas tukar-menukar informasi melalui metode jurnalisme warga (citizen journalism). Tujuannya untuk mengeksplorasi pengetahuan dan kearifan lokal di desa. Para pemuda dilatih menuliskan peristiwa-peristiwa yang terjadi di sekitarnya sebagai upaya melatih kepekaan mereka pada situasi dan kondisi lokal. Lewat jurnalisme warga, warga lebih mengetahui kekuatan daerah sendiri dan memulai komunikasi yang lebih cerdas dengan warga lainnya. Kegiatan jurnalisme warga di Desa Cinangsi dikembangkan bersama-sama Combine Resource Institution (CRI) Yogyakarta sebagai pengelola situs suarakomunitas.com sebagai saluran informasi akar rumput. Warga memublikasikan peristiwa di sekitar mereka menjadi berita menarik. Berita itu menjadi media pengarusutamaan gagasan dan kearifan lokal. Akhirnya, ide-ide kreatif warga pun menjadi sumber pengetahuan lokal. Produk jurnalisme warga menjadi alternatif bacaan di tengah arus besar informasi media massa yang hanya dikuasai oleh pemodal besar. Selain mampu memberi informasi dari sudut pandang lokal, jurnalisme warga dengan media publikasinya, memberi kesempatan yang sama kepada warga untuk bisa mempromosikan jasa dan hasil produksi.

Lewati Tantangan dan Halangan Prestasi yang diraih LE Semerlang bukan tanpa tantangan

41


dan halangan. Tak sedikit kegagalan yang sempat mereka rasakan. Masalah berasal dari warga sendiri maupun dari pihak pemerintah. Tantangan pertama adalah pola pikir warga. Umumnya, warga enggan mengikuti perkembangan pasar. Unit produksi yang dimiliki warga biasanya turuntemurun atau meniru usaha orang lain yang sukses. Karena itu, ide membangun unit produksi yang berbasis pasar sulit diterima. Sebagai contoh, saat LE Semerlang melakukan survei pasar sempat menjadi bahan tertawaan. Ada yang berceloteh sok terpelajar, sok intelek, dan sebagainya. Padahal survei pasar sangat diperlukan sebelum memproduksi barang dan jasa. Warga baru menerima konsep tersebut setelah LE Semerlang dapat membuktikan kesuksesannya dalam membangun unit produksi jamur tiram. Kedua, pemerintah desa kurang mendukung akses modal bagi kegiatan ekonomi warga. Saat musyawarah pembangunan masyarakat desa (Musrenbangdes) misalnya, pemberdayaan unit usaha warga kurang mendapat tanggapan. Pemerintah desa (kepala desa dan perangkat desa) masih beranggapan pembangunan selalu berwujud fisik, seperti jembatan, jalan, dan gedung. Hasil pemetaan ekonomi desa lewat program MDS tidak menjadi dasar pembuatan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (RAPBDes). Peluang pasar bagi produk-produk warga sebenarnya sangat menjanjikan. Selama ini, pasar desa masih dikuasai oleh pemain lokal sehingga produk-produk industri rumah

42


tangga setempat bisa dipasarkan. Sementara itu, pasar kecamatan telah dikuasai oleh pemodal besar dan jaringan waralaba yang memasarkan produk-produk pabrikan dan barang impor. Pasar kecamatan menjadi sulit diakses karena dikuasai oleh industri besar. Akhirnya, produk-produk warga menjadi terpinggirkan. Desa sebagai Pilar Ekonomi Pemerintah seharusnya mengambil kebijakan yang lebih memihak warga dengan membuka akses pasar bagi produk lokal. Bila ekonomi desa kuat maka ekonomi kerakyatan akan tercipta dengan sendirinya. Tumbuhnya perekonomian kerakyatan akan mengurangi arus urbanisasi. Toh, sumber pendapatan ada di daerah mereka sendiri. Setidaknya, LE Semerlang merupakan salah satu anak bangsa yang menjadi contoh. Masih ada kepercayaan diri dan harapan masa depan perekonomian kerakyatan ditengah krisis keuangan global sekarang ini. UU No. 32 Tahun 2004 bab XI mengenai desa, mengamanatkan kerjasama antara pemerintah desa bersama masyarakatnya untuk mengelola potensi sumberdaya lokal yang dimiliki. Inisiasi warga membangun perekonomiannya, seharusnya mendapat dukungan dan penghormatan setinggi-tingginya. Potensi ekonomi desa memberi peluang terbukanya lapangan kerja bagi warga . Revitalisasi desa harus menjadi landasan kebijakan pemerintah. Desa, jauh pada asalnya merupa-

43


kan daerah otonom dan bahkan ada lebih dahulu dari negara ini. Setiap warga negara berasal dari desa. Desa tidaklah lagi pantas menjadi pinggiran, tetapi adalah pilar perekonomian negara.

44


Media Massa Internet, Media Paling Bebas di Malaysia Televisi Komunitas dan Keberaksaraan Media

45


46


9 September 2008

Internet, Media Paling Bebas di Malaysia

Perubahan politik sulit tercipta di Malaysia karena pemerintah memiliki kekuatan kontrol di semua lini, tak terkecuali media massa. Pemerintah memiliki hak untuk memberi dan mencabut permit (izin terbit), sehingga isi pemberitaan media massa bisa dikendalikan. Internet adalah satu-satunya media yang tidak bisa dikontrol oleh pemerintah sehingga media ini sering digunakan untuk memublikasikan ide-ide perubahan. Demikian pendapat Farish A. Noor, Profesor Sejarah dan Ilmu Politik dari Nanyang Technical University (NTU), Singapura pada diskusi AJI Damai di Kedai Ijo, Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi), Yogyakarta (8/9). Menurutnya, internet akan membawa perubahan besar sebab infrastruktur jaringan nirkabel sudah merata hingga ke pelosok desa. “Di Malaysia, wifi (jaringan nirkabel) sudah menjangkau ke kampung-kampung sehingga warga bisa akses internet dengan mudah. Pertukaran ide dan diskusi tentang perubahan politik sering dilakukan lewat internet,� jelasnya. 47


Surat kabar, tabloid, dan majalah masih dikendalikan oleh pemerintah. Setiap tahun pengelola media massa harus memperbaharui izin terbit. Pemerintah sangat getol mencabut izin terbit bagi media yang memberitakan peristiwa-peristiwa yang mengkritik pemerintah. Surat kabar yang paling besar oplahnya adalah Utusan Malaysia yang menjadi corong pemerintah. Sementara itu, untuk tabloid yang terkenal adalah Mastika yang berisi tentang berita-berita kriminal, hantu, dan perselingkuhan. Kini Malaysia tengah mengalami puncak ketegangan politik identitas (perkauman). Seluruh partai politik di Malaysia mengusung identitas ras, seperti Melayu, China, dan India. Sekarang ini dominasi dipegang oleh ras Melayu sehingga dalam buku-buku pelajaran di sekolah ras China dan India tidak memiliki peran dalam pembentukan negara-bangsa Malaysia. Politik identitas juga telah maujud dalam sistem permukiman sehingga muncul kompleks permukiman Melayu, China, dan India. “Meski di Malaysia banyak kaum, tetapi pergaulan antarkaum sangat terbatas. Kaum Melayu membuat permukiman sendiri, China dan India juga melakukannya. Sangat mungkin ada anggota kaum yang seumur hidupnya tidak pernah berhubungan dengan kaum lainnya. Misalnya, di permukiman India mereka membina (membuat, red) sekolah, tempat ibadah, lapangan kerja, dan pasar sendiri. Pergaulan dan pernikahan hanya dilakukan sesama kaum mereka,� jelas Farish.

48


Ia kagum dengan Indonesia yang mampu membentuk identitas bangsa dengan simbol keanekaragaman. Ribuan suku bisa hidup bersama, walaupun ada konflik antarras bisa diselesaikan. Kebebasan berpendapat dan berekspresi dijunjung tinggi. Ia heran dengan para sarjana Indonesia yang pulang dari luar negeri tapi justru memelopori politik identitas. Mereka tidak menyadari politik identitas di negara asalnya sendiri sering kali menjadi biang kerok masalah.

49


50


22 Desember 2008

Televisi Komunitas dan Keberaksaraan Media

“Televisi bagai anak pertama dalam keluarga, semuanya serba menjadi pusat perhatian.” Garin Nugroho “Menerima penghargaan dari televisi, sama saja dengan menerima ciuman dari seseorang yang aroma nafasnya tak sedap.” Mason William

51


Perbincangan peran televisi di Indonesia kembali menghangat setelah Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) mengumumkan sepuluh siaran TV yang patut diwaspadai sebagai hasil analisis lembaga ini atas isi dan materi tayangan televisi (Jumat, 9/5/2008). Tayangan-tayangan tersebut dinilai bermasalah sebab mengandung (1) unsur kekerasan (fisik, sosial, dan psikologis) baik dalam bentuk tindakan verbal maupun non verbal; (2) pelecehan terhadap kelompok masyarakat maupun individual; dan (3) penganiayaan terhadap anak serta tidak sesuai dengan norma-norma kesopanan dan kesusilaan. Dalam siaran persnya, KPI menyebut Cinta Bunga (SCTV),

Dangdut Mania Dadakan 2 (TPI), Extravaganza (Trans TV), Jelita (RCTI), Mask Rider Blade (ANTV), Mister Bego (ANTV), Namaku Mentari (RCTI), Rubiah (TPI), Si Entong (TPI), dan Super Seleb Show (Indosiar) masuk sebagai tayangan yang patut diwaspadai. Sayang, sebagian pihak masih mensinyalir keputusan KPI tersebut, ditumpangi kepentingan-kepentingan pihak tertentu, terutama kepentingan pertarungan bisnis dan ekonomi. Secara pribadi, penulis tidak memiliki kecurigaan ini. Penulis yakin, sosok Prof. Dr. Arief Rahman, wakil ketua Dedy Nurhidayat Ph.D, dan anggota Dr. Seto Mulyadi, Dra. Nina Armando MSi, Bobby Guntarto, MA, dan Ir. Razaini Taher dengan bantuan 11 orang analis lainnya memiliki objektivitas tinggi. Namun, analisis dan evaluasi yang dikeluarkan oleh KPI masih meninggalkan kesan parsial, sebab tayangan televisi yang bias kekerasan, pelecehan, dan menodaan harkat kemanusiaan tidak hanya di sinema

52


elektronik (sinetron) dan tayangan hiburan lainnya. Ada tayangan yang mengklaim sebagai hasil-hasil kerja jurnalistik —yang tentunya semestinya memperhatikan prinsip-prinsip jurnalistik—namun memperontonkan tindakan antijurnalistik, seperti Buser, Halo Polisi, Patroli, dan TKP tidak mendapatkan bahasan yang proposional. Acara berita-berita kriminal di atas jelas-jelas menampilkan aksi kekerasan secara langsung dan nyata. Menurut penulis, berita-berita kriminal ini lebih berpotensi membahayakan dibandingkan dengan sinetron, yang kita semua tahu hanyalah hasil rekaan belaka. Pada kenyataannya KPI tidak memasukkan tayangan berita kriminal sebagai tayangan yang patut diwaspadai. Maka tidak berlebihan, bila ada kalangan yang “menuduh” ada pihak-pihak tertentu yang memanfaatkan KPI untuk kepentingan pribadi mereka. Terlepas dari pro dan kontra atas hasil analisis KPI di atas, kegelisahan masyarakat atas materi tayangan televisi, khususnya televisi komersil sudah ada. Sikap KPI semoga membawa angin segar bagi perbaikan kualitas isi tayangan televisi dan masukan yang konstruktif bagi insan pertelevisian. Terlebih dalam kurun tiga tahun terakhir ini, dunia pertelevisian di Indonesia berkembang sangat pesat. Bertambahnya jumlah stasiun televisi dari 5 menjadi 11 dalam waktu yang singkat menunjukkan keberadaan televisi sebagai salah satu industri media massa “favorit”. Rendahnya kualitas isi tayangan sebenarnya menjadi keluhan hampir seluruh negara. Di negara-negara Barat yang

53


menerapkan gaya hidup liberal sekalipun masih ada kritikan yang dilayangkan oleh masyarakat terkait dengan ‘kepantasan’ isi tayangan. Bahkan, di beberapa negara inisiasi keberaksaranan media (literacy media) telah menjadi kajian khusus yang diakomodasi dalam kurikulum pendidikan resmi. Keberaksaraan media mirip dengan keberaksaraan informasi (information literacy), yaitu seperangkat ketrampilan yang diperlukan untuk mencari, menelusur, menganalisis dan memanfaatkan informasi yang ada dalam media massa untuk kepentingan kemaslahatan publik. Tulisan ini mengupas wacana keberaksaraan media atau melek media sebagai langkah strategis analisis hubungan antara masyarakat dan media massa—terutama televisi— untuk menegaskan pembelajaran, pemberdayaan, dan peningkatan kecerdasan masyarakat melalui pengelolaan dan pemanfaatan informasi. Gagasan ini tepat dikembangkan oleh pegiat media komunitas, agar tidak terjebak dalam cara pandang (paradigm) yang salah dalam menerapkan beragam inisiasi di masyarakat. Dus, usaha pengembangan televisi komunitas sendiri sebenarnya adalah keberaksaraan media—di mana media memiliki keterkaitan yang erat dengan komunitasnya—yang tercermin dalam semboyannya, dari komunitas, oleh komunitas, dan untuk komunitas.

Menonton Televisi Sebagai Praktek Konsumsi Pasca reformasi 1998, iklim kebebasan media menemui puncaknya. Sebelumnya pemerintah memang memberikan

54


izin siar (1990-an) untuk stasiun televisi swasta, yakni TPI, RCTI, dan SCTV melakukan siaran, namun ketiganya masih di bawah kendali kekuasaan rezim. Hermanto (2007:244) menulis media direduksi menjadi instrumen politik sehingga fungsi media sebagai alat kontrol sosial tidak bisa berjalan. Bahkan, televisi swasta berfungsi tetap sebagai corong pemerintah. Situasi berbeda muncul setelah diterbitkannya Surat Keputusan Menteri Penerangan No. 286/SK/Menpen/ 1999 yang memberikan izin bagi lima stasiun TV baru, kemungkinan adanya layanan TV berbayar (kabel), dan muncul inisiasi TV lokal sebagai usaha mengakomodasi kepentingan daerah di era otonomi daerah. Namun terbukanya kran kebebasan di atas tidak segera menjamin kebebasan masyarakat mendapatkan informasi yang mencerdaskan. Insan pertelevisian, terutama swasta, justru terjebak untuk memproduksi program-program yang hanya memenuhi selera pasar. Meski pendapat ini jelas berlebihan karena masih ada tayangan-tayangan yang baik, tetapi acara hiburan dan infotainmen membanjiri susunan acara TV. Hal ini disebabkan pendirian televisi swasta lebih didasari oleh semangat berbisnis sehingga tujuan utama mereka adalah mencari keuntungan sebanyak-banyaknya. Di sisi lain, masyarakat pemirsa TV belum terbentuk sehingga mereka tidak berdaya dan menerima apa saja yang ditayangkan oleh stasiun-stasiun TV. Jumlah jam siaran masing-masing stasiun televisi mencapai lebih dari 20 jam sehari. Apabila sebelas stasiun televisi da-

55


pat diakses semua maka ada sekitar 220 jam tayang program per sehari. Padatnya jam tayang menyebabkan aktivitas menonton televisi dapat dikatakan sebagai sebuah tindakan konsumsi. Menurut Lull (1998:5-6) keberhasilan televisi menyebarkan budaya konsumerisme karena ia mampu memerankan dua fungsi sekaligus, yaitu pencitraan (imago-

logy) dan ideasi. Pencitraan mensosialisasikan gaya hidup melalui iklan, sinetron, kehidupan selebriti, dan program acara lainnya yang glamor. Ideasi berhasil membius pemirsa pada mimpi-mimpi yang tidak realistis sehingga batas antara fakta dan citra sangat kabur. Situasi ini menghasilkan budaya instan. Bahkan televisi menjadi panutan baru bagi masyarakat layaknya agama. Televisi mengajarkan norma, adat, tradisi dan keyakinan yang mudah diamini oleh publik. Asumsi ini dikuatkan oleh penelitian Budiman (2002) yang membahas apa yang dilakukan oleh pemirsa (audiens) terhadap televisi dan bagaimana mereka memperlakukan televisi dalam kehidupan mereka sehari-hari. Hasilnya, ada empat hubungan yang terjadi antara pemirsa dan televisi. Per-

tama, menonton televisi adalah tindakan menjalin dan/atau memutuskan ikatan interpersonal. Dengan menonton televisi orang sekaligus dapat mempererat atau sebaliknya merenggangkan jalinan komunikasi antar-pribadi satu dengan yang lain. Kedua, menonton televisi adalah mendapatkan beraneka pengalaman: bersantai, belajar, bermain, mengasuh, dan lain-lain. Ketiga, dengan kehadiran suaranya sebagai suara latar (background noise), tindakan menonton televisi adalah sekaligus menjadikannya sebagai teman yang

56


setia yang bisa dijadikan sebagai interlokutor, seperti halnya manusia. Keempat, yang tidak kalah penting, menonton televisi adalah sekaligus tindakan mengelola kekuasaan. Hal ini terlihat bukan saja dari tindakan monopoli perangkat r e-

mote control, melainkan juga dari penggunaan televisi untuk mengawasi dan mendisiplinkan orang lain, sampai dengan perkara yang menyangkut perbedaan selera. Lebih lanjut aktivitas menonton televisi dikemas dalam konteks spasio-temporal yang jalin-menjalin dengan alur rutinitas sehari-hari. Dengan kata lain menonton televisi dianggap sebagai bagin yang koheren dari jadwal aktivitas sehari-hari yang membuat orang merasa betah berlama-lama menonton televisi. Bungin (2001:216-217) mengatakan aktivitas yang ada di televisi berhungan erat dengan realitas sosial masyarakat pemirsanya. Hal ini terjadi karena televisi menjadi model simulasi, yaitu penciptaan model-model kehidupan yang nyata meski tanpa asal-usul yang realistis. Melalui model simulasi ini individu terjebak dalam satu ruang yang disadarinya sebagai nyata, walaupun sesungguhnya semu atau maya.

Relasi Kuasa Televisi dan Pemirsa Model komunikasi antara televisi dan pemirsanya sangat beragam sebab setiap individu memiliki perbedaan, terutama aspek selera (taste). Pemirsa televisi bisa memutuskan satu atau dua program favoritnya secara acak atau sebaliknya sangat sentimentil. Selera juga dipengaruhi oleh pel-

57


bagai aspek misalnya umur, jenis kelamin, profesi, dan pendidikan. Contohnya, film cerita drama percintaan, baik yang dikemas dalam sinetron maupun telenovela cenderung digemari oleh kaum perempuan; sementara film-film laga atau silat digemari kaum laki-laki. Program olahraga dan informasi sosial politik lebih banyak disukai oleh laki-laki; sementara para perempuan lebih memilih program infotainmen di seputar dunia selebriti dan persoalan kerumahtanggaan (Budiman, 2002:109). Selain perbedaan selera, kuasa atas makna merupakan poin yang disoroti oleh Chomski (2005:6). Menurutnya televisi mampu merekonstruksi makna dengan halus sehingga masyarakat pemirsa tidak menyadari jika dirinya tengah diarahkan. Fakta di televisi semestinya dipahami sebagai hasil dari olahan para awak televisi. Meskipun para insan pertelevisian telah menerapkan teknik-teknik jurnalistik yang presisi, kita tidak dapat mengatakan bahwa fakta tersebut adalah fakta yang sebenarnya. Kepentingan di balik media sangat berpengaruh pada hasil informasi yang disajikan. Sebagai contoh, tahun 1998, sosok Soeharto dilukiskan sebagai seorang musuh bangsa karena dituduh melakukan korupsi, kolusi dan nepotisme. Sebaliknya pada tahun 2008 saat Soeharto jatuh sakit hingga meninggalnya, materi pemberitaan televisi melukiskan sebagai pahlawan bangsa dan bapak pembangunan. Di sinilah kepentingan atau relasi kuasa di balik media sangat mempengaruhi fakta yang muncul di televisi. Myrdal (1988:12-13) mengatakan seobjektif apapun fakta di media tetaplah faktor penilaian, emosi, dan ca-

58


ra pandang seseorang mampu mencampuri realitas yang tercipta. Pendapat serupa disampaikan oleh Chomsky lewat kisah Bajak Laut dan Armada Pasukan Angkatan Laut. Alkisah suatu saat bajak laut dapat ditangkap oleh armada pasukan angkatan laut. Lalu bajak laut berkata: “ Mengapa saya

yang kecil disebut sebagai perampok, sementara Anda yang mengambil upeti dalam jumlah besar disebut sebagai pahla-wan.� Kisah ini menunjukkan bagaimana peristiwa yang sama dapat dimaknai berbeda.

Keberaksaraan Media (KM) sebagai Upaya Kritisme Isi Media Keberaksaraan media (media literacy) muncul untuk menjawab dampak dari buruknya kondisi pertelevisian di Indonesia, khususnya televisi komersil. Bukan rahasia lagi banyak masyarakat yang mengeluhkan dampak negatif dari tayangan televisi, seperti mempertontonkan tindakan kekerasan, pelecehan seksual, pornografi, konsumerisme, dan budaya instan, terutama bagi anak-anak dan remaja. Selain itu, KM juga membongkar memunculkan budaya baru pada masyarakat melalui televisi. Misalnya, televisi ritualism. Seperti penjelasan Lull di atas, budaya ini telah mengubah kebiasaan masyarakat. Televisi dianggap telah menjadi media yang memberikan kontribusi terbesar dalam proses produksi dan distribusi budaya populer (Lull, 1998:9). Salah satu minat utama dalam kajian televisi adalah pada tayangan drama. 59


Drama adalah salah satu program televisi yang tak pernah habis ditayangkan. Di hampir semua stasiun televisi, tayangan drama (apapun nama atau bentuknya, mulai dari sinetron, opera sabun, telenovela, hingga melodrama) selalu mendapat tempat di waktu tayang utama (prime time). Tayangan ini juga menempati posisi yang tinggi dalam perhitungan rating siaran televisi. Selain memberi suntikan iklan yang besar bagi stasiun televisi, tayangan drama juga menjadi acuan bagi sejumlah media cetak, yang menyediakan dirinya sebagai media ‘resensi’ drama televisi. Di Indonesia, menurut Andari dan Swastika (2008), tayangan drama awalnya dibanjiri produk impor, seperti telenovela atau serial dari mancanegara. Ketika diputuskan rasio tayangan lokal dan impor adalah 70:30 (70% produksi dalam negeri, 30% impor), maka sejak itulah sinetron dalam negeri semakin banyak diproduksi. Tayangan drama dan sinetron telah membawa dampak tersendiri bagi penontonnya, terutama remaja putri dan ibu-ibu rumah tangga. Dampak itu terutama sekali terlihat pada perubahan gaya hidup dan kriteria-kriteria yang ada di dalamnya. Sebagai contoh, serial drama impor Meteor Garden telah mengubah penilaian remaja tentang bagaimana pria tampan itu. Wajah-wajah “oriental� ala Asia Timur, kini mulai mendapatkan tempat, sama posisinya dengan anggota-anggota boyband Barat. Remaja perempuan memproyeksikan impian mereka atas karakter tertentu yang seharusnya dimiliki seorang lelaki melalui tokoh-tokoh dalam drama tersebut baik secara fisik maupun perilakunya.

60


KM di Indonesia lebih dikenal dengan istilah Melek Media. KM merupakan sebuah perspekif yang digunakan secara aktif ketika, individu mengakses media dengan tujuan untuk memaknai pesan yang disampaikan oleh media. KM menyatakan media literacy adalah kemampuan untuk menganalisis pesan media yang menerpanya, baik yang bersifat informatif maupun yang menghibur. Allan Rubin dalam KIDIA (2006) menawarkan tiga definisi mengenai media literacy. Pertama dari National Leadership Conference on Media Literacy, yaitu kemampuan untuk mengakses, menganalisis, mengevaluasi dan mengomunikasikan pesan. Kedua, dari ahli media, Paul Messaris, yaitu pengetahuan tentang bagaimana fungsi media dalam masyarakat. Ketiga, dari peneliti komunikasi massa, Justin Lewis dan Shut Jally, yaitu pemahaman akan batasan-batasan budaya, ekonomi, politik dan teknologi terhadap kreasi, produksi dan transmisi pesan. Rubin juga menambahkan definisi-definisi tersebut menekankan pada pengetahuan spesifik, kesadaran dan rasionalitas, yaitu proses kognitif terhadap informasi. Fokus utamanya adalah evaluasi kritis terhadap pesan. Media literasi merupakan sebuah pemahaman akan sumber-sumber dan teknologi komunikasi, kode-kode yang digunakan, pesan-pesan yang dihasilkan serta seleksi, interpretasi dan dampak dari pesan-pesan tersebut. KM penting dilakukan karena media massa, terutama televisi, merupakan sarana yang sangat efektif untuk mentransfer nilai dan pesan yang dapat memengaruhi khalayak

61


secara luas. Bahkan, televisi dapat membuat orang kecanduan. Kini, media audio visual ini telah menjadi narkotika sosial yang paling efisien dan paling bisa diterima. Interaksi masyarakat, terutama anak-anak, terhadap televisi, sangat tinggi. Idealnya seorang anak hanya menonton tayangan televisi paling banyak dua jam sehari. Namun di Indonesia, setiap anak dapat menonton televisi selama 3,5 – 5 jam sehari. Anak-anak tidak hanya menonton tayangan yang memang ditujukan bagi mereka, tetapi juga tayangan yang belum pantas untuk mereka tonton. Kondisi ini terjadi tanpa pengawasan yang ketat dari orang tua. Saat ini pendidikan melek media yang ada di Indonesia, masih sebatas gerakan-gerakan yang belum terstruktur. Gerakan-gerakan tersebut dilakukan melalui seminar, road show, dan kampanye-kampanye mengenai melek media. Namun, gerakan-gerakan ini baru bisa dilakukan dalam skala kecil. Pendidikan melek media tidak cukup bila disampaikan hanya dalam seminar berdurasi dua jam, atau dalam kampanye dan roadshow selama seminggu. Akibatnya, upaya-upaya memperjuangkan pendidikan melek media belum dapat dirasakan oleh semua pihak secara luas (Kidia, 2006).

Televisi Komunitas dan Infomobilisasi Informasi semestinya menjadi hak dasar warga negara sebab kesenjangan informasi memiliki keterkaitan yang erat dengan keterbelakangan, kemiskinan, dan ketidakberdayaan suatu masyarakat. Kesenjangan informasi menjauhkan ko-

62


munitas atau masyarakat dari beragam keuntungan menggunakan informasi. Rachman (2007:6) mengatakan lemahnya akses dan pemanfaatan informasi akan menyebabkan keterpinggiran dan ketertinggalan masyarakat dari berbagai kemajuan pembangunan yang tersedia. Logikanya, kesenjangan informasi akan melahirkan kebijakan- kebijakan yang tidak aspiratif sebab masyarakat tidak cukup memiliki pemahaman untuk bisa terlibat dalam pengambilan keputusan. Bahkan, masyarakat bisa menjadi korban diskriminasi dan dominasi dari kelompok kelompok atau pihak yang menguasai informasi. Masyarakat membutuhkan saluran akses atas informasi untuk pemaknaan atas kondisi yang ada dan pemberdayaan diri. Masyarakat akan berdaya bila memiliki kesadaran dan kebutuhan informasi bisa menjadi sumber kekuatan (po-

wer). Masyarakat menggunakan informasi untuk mengambil keputusan yang baik bagi dirinya sendiri, bertindak secara kritis, untuk memperbaiki keadaan dan mengatasi masalahnya, terlibat dalam proses-proses sosial dan politik termasuk dalam proses pengambilan keputusan publik yang dilakukan atas komunitasnya. Lalu, bagaimana membangun saluran-saluran arus informasi yang tepat bagi masyarakat akar rumput? Kajian ini akan melahirkan cara pandang yang tepat dan tidak terjebak pada nalar eksploitatif yang diterapkan oleh saluran informasi sebelumnya. Dari pengalaman COMBINE Resource Institution (CRI) melakukan inisasi, pendampingan, dan dukungan

63


bagi media-media informasi komunitas, dirumuskan proses dialog menjadi pondasi saluran informasi apapun yang akan dibuat. Proses dialog mensyaratkan komunikasi yang bersifat dua arah dan meletakkan keterlibatan aktif masyarakat dalam setiap tahapan dan proses. Lebih jauh lagi, masyarakat bisa saling melakukan pertukaran gagasan, pengetahuan, informasi, secara aktif sehingga melahirkan satu kearifan yang bersifat lokal (local wisdom). Setiap pihak yang terlibat dalam dialog adalah subjek yang memiliki persepsi, pengetahuan, dan pengalaman. Upaya yang paling mungkin adalah mengelola pengetahuan secara intensif. Pemanfaatan teknologi informasi dapat mempercepat sistemisasi informasi dan pengetahuan yang ada di masyarakat. Melek informasi atau literasi informasi merupakan keterampilan penting bagi komunitas. Membludaknya informasi harus menjadi tantangan untuk menata kehidupan yang lebih baik. Ketrampilan untuk mencari, ketrampilan untuk menemukan kembali, ketrampilan untuk menganalisis dan memanfaatkan informasi perlu ditanamkan. Di sinilah televisi komunitas menempati posisi penting. Terlalu sempit jika alasan inisiasi TV Komunitas menjadi kompetitor TV swasta. Infomobilisasi dapat menjadi domain kerja TV Komunitas karena memberikan kontribusi bagi pemberdayaan masyarakat untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang ada di masyarakat. Sebaliknya, jika pendirian TV komunitas memiliki semangat yang sama dengan TV swasta, alih-alih memberikan solusi bagi masalah komunitas, tapi menjadi masalah itu sendiri.

64


Tata Pemerintahan Desa Jangan Ditekan Pasang Internet Mendinginkan Pemandian Air Panas Warga Rawaapu Menunggu Apur Dikeruk Angka Merah Pelayanan Publik di Patimuan Akhirnya Kejari Cilacap Periksa Sekda

65


66


30 Mei 2008

Desa Jangan Ditekan Pasang Internet

Sejumlah desa di Kabupaten Cilacap menolak program internet desa yang dikemas dalam Sistem Informasi Pemerintahan Desa atau Simpemdes yang dirancang oleh Pemerintah Kabupaten Cilacap. Selain tak sesuai dengan kebutuhan desa, sejumlah desa menolak program itu juga karena diminta menganggarkan kegiatan tersebut dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa. Padahal program Simpemdes itu sendiri belum diatur dalam surat keputusan apa pun oleh Pemkab Cilacap. Kepala Desa Sidasari Sutrisno yang merupakan salah seorang kepala desa di Kecamatan Cipari, Minggu (2/3), mengatakan, hampir seluruh kepala desa di Kecamatan Cipari menolak program Simpemdes itu meskipun setiap desa nantinya akan menerima kucuran dana hingga Rp 48,5 juta sebagai dana penunjang program tersebut. “Kami belum membutuhkan teknologi internet karena yang kami butuhkan sekarang ini adalah perbaikan jalan dan jembatan. Itu yang terpenting. La wong, jaringan teleko67


munikasi saja masih minim,” ucapnya. Sutrisno mengatakan, selain tak sesuai dengan kebutuhan desa, program Simpemdes itu juga belum ada ketetapan hukumnya. “Terlebih untuk prosedur pelaksanaan, tujuan program itu sendiri juga belum ada. Bagaimana kami mau menerima program ini, apalagi menganggarkannya,” katanya. Sekretaris Desa Padangsari di Kecamatan Majenang, Warso Hadi juga mengaku telah menerima instruksi dari pihak Kecamatan Majenang agar program Simpemdes itu segera dianggarkan di dalam APBDes. “Aturan hitam di atas putihnya saja belum ada, tapi malah disuruh menganggarkan. Karena itu, sampai sekarang kami masih bingung. Kami belum berani menganggarkannya,” tuturnya. Sikap serupa juga disuarakan Sekdes Mulyasari Ahmad Aryono. “Seperti apa programnya pun kami belum tahu. Sumber daya manusianya juga belum ada,” ujarnya. Anggota Komisi A Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Cilacap Arwani Amin membenarkan adanya penolakan tersebut, namun DPRD Cilacap masih belum bisa membuat keputusan apa pun karena belum ada kata sepakat dari setiap anggota dewan.

68


“Sebetulnya kalau ada kata sepakat dari lima orang anggota saja, kami bisa mengajukan hak interpelasi kepada Pemkab Cilacap. Kenapa hal ini sampai terjadi. Tapi karena belum ada kata sepakat, kami harus menunggu perkembangan selanjutnya,� tuturnya.

69


70


5 September 2008

Mendinginkan Pemandian Air Panas

Pemandian Air Panas Cipari benar-benar memprihatinkan. Dari sepuluh kamar yang ada, hanya dua kamar yang berfungsi. kamar mandi lainnya rusak parah, bahkan beberapa di antara bak mandi, tertutup tanah. Kondisi bangunannya rusak. Atap genteng banyak yang ambrol. Di halaman ada dua tempat berteduh, tapi kondisinya nyaris tak berbentuk. Pemandian Air Panas Cipari di Kecamatan Cipari. Dari Kota Cilacap berjarak sekitar 75 Km atau 2 jam ditempuh lewat perjalanan darat. Hingga kini objek wisata ini dibiarkan

mangkrak, tidak ada perbaikan apapun. Bahkan kerusakan pada bangunan yang berbentuk leter L makin parah. Menurut Syaiful Mustain, Pegiat Forum Warga Cipari, air panas mengalir dari lubang mirim sumur. Pada 1930-an, Belanda sangat getol mengeksplorasi kekayaan alam. Cipari diduga daerah penghasil minyak sehingga dilakukan pengeboran. Setelah dibor yang keluar justru semburan air panas sehingga proyek eksplorasi dihentikan. 71


Objek wisata air panas berupa bangunan berbentuk leter L. Bangunan itu terdiri dari 10 kamar mandi yang ukurannya bervariasi. Dua kamar mandi induk berukuran 4Ă—4 meter dan delapan kamar mandi lainnya berukuran 4Ă—2 meter. Para pengunjung datang ke air panas karena air di lokasi itu mengandung belerang dapat menyembuhkan penyakit, terutama penyakit kulit. Banyak pengunjung yang datang merasa cocok, semua penyakit yang dideritanya dapat sembuh. Mereka yang mandi air panas tersebut biasanya tidak hanya satu kali, tetapi sampai beberapa kali agar penyakitnya cepat sembuh. “Para pengunjung yang datang dikenai bea masuk sebesar Rp 1.500 per orang. Pengunjung banyak pengunjung yang mengeluh karena ditarik tiket tapi bangunan tidak diurus,â€? ujarnya.

72


4 September 2008

Warga Rawaapu Menunggu Apur Dikeruk

Empat tahun warga Desa Rawaapu, Kecamatan Patimuan, Kabupaten Cilacap, menunggu proyek pengerukan Apur. Pada 2004 mereka telah meminta pemimpin Proyek CitanduyCiwulan di Banjar, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, untuk merehabilitasi saluran pembuangan air (apur) di desa mereka. Keinginan warga itu ditindaklanjuti pihak desa. Saat itu, Kepala Desa Rawaapu, Didi Syahdiana, mengirim surat bernomor 611.4/54/2004 ke pemimpin proyek. Surat tembusan surat diketahui dan ditandatangani Camat Patimuan Sujono SIP serta dikirim ke Bupati dan DPRD. Kini saluran apur sudah sangat dangkal. Pada musim hujan apur sudah tak dapat mampu menampung air sehingga wilayah di sekitarnya pun terkena banjir. Dua musim terakhir, petani tak bisa panen karena lahan tergenang air. Di Desa Rawaapu sendiri ada dua lahan pertanian berupa rawa, yaitu Rawa Buaya Mati di Dusun Kalenanyar dan Rawa Cilangsur di Dusun Cikadim dengan luas sawah itu 800 Ha.

73


Warga menginginkan pihak proyek segera mengeruk seluruh endapan lumpur di sepanjang saluran. Bila semua endapan lumpur dikeruk, saluran 12,5 km itu menjadi bersih. Pada musim hujan air dari saluran mengalir ke laut dengan lancar. Tanah yang dikeruk juga bisa dimanfaatkan untuk meninggikan jalan sehingga sarana transportasi di Desa Rawaapu lebih lancar.

74


27 November 2008

Angka Merah Pelayanan Publik di Patimuan

Senin (3/11) pukul 11.30, saya datang ke Kantor Kecamatan Patimuan untuk melakukan perpanjangan KTP. Tepat 16 November 2008, masa berlaku KTP saya habis. Sesuai dengan peraturan yang tertera di KTP, 14 hari sebelum KTP habis diharapkan warga memperbaharui. Memasuki kantor Kecamatan segara saya mencari papan informasi tentang bagaimana pembuatan Kartu Tanda Penduduk (KTP). Sesuai dengan Kepmenpan Nomor 26 tahun 2004, setiap unit pelayanan instansi pemerintah wajib memublikasikan mengenai prosedur, persyaratan, biaya, waktu, standar, akta atau janji, motto pelayanan, lokasi serta pejabat/petugas yang berwenang dan bertangung jawab sebagaimana telah diuraikan di atas. Namun, dua papan informasi yang ada tak menyampaikan informasi secuilpun perihal layanan-layanan yang diselenggarakan oleh kecamatan. Lalu, saya masuk ke loket pelayanan bertanya pada petugas. 75


Saya bertanya bagaimana cara membuat KTP dan apa saja persyaratannya. Saya mengeluarkan surat pengantar dari pemerintah desa dan kartu keluarga (KK). Petugas lalu bertanya,”Kamu ada foto? Kamera di sini rusak sudah 2 hari ini. Jika tidak punya, silahkan foto di luar dulu.” “Wah, jika dua hari kamera rusak apa tidak dicarikan alternatif?” saya coba bertanya, “kebetulan saya bawa kamera digital mungkin bisa membantu, setelah jepret bisa langsung ditransfer.” “Gak bisa, semua harus dilakukan oleh dan dengan alat petugas. Anda bawa foto gak?” sergah petugas. “Ya, kebetulan saya bawa,” sembari menyerahkan berkas dan selembar foto 3×4. “Tiga puluh ribu, mas,” petugas segera menyebutkan angka biaya yang harus dibayar. Saya mengeluarkan uang lima puluh ribuan. Petugas memasukkannya dalam laci, seraya memberi dua lembar sepuluh ribuan, sembari mempersilakan saya menunggu di luar, tepatnya emperan, sebab tidak ada fasilitas untuk antri atau menunggu. “Maaf, tidak ada kwitansi?” tanyaku. “Saya tadi telah membayar, mengapa saya tidak dikasih tanda bukti,” lanjutku.

76


“Gak ada kwitansi mas, nanti kalau selesai mas saya panggil,� sergahnya. “Bukan begitu. Bukankah setiap transaksi harus ada tanda bukti?� saya coba protes. Tapi petugas acuh tak acuh seraya melayani lainnya. Di emperan ada puluhan warga yang duduk di lantai menunggu panggilan. Ada yang mengurus KTP, KK, dan lainlain. Ia coba bertanya pada beberapa warga, berapa rupiah mereka membayar dan apakah diberi kwitansi. Untuk satu layanan, beberapa warga membayar dengan berbeda. Si pemuda Rp 30 ribu, Si Kardi membayar Rp 20 ribu, Si Warni membayar Rp 25 ribu. Mengapa satu layanan harganya berbeda? Ada dua kesalahan fatal yang dilakukan oleh Kecamatan Patimuan. Pertama, mereka tidak menyediakan sumber rujukan yang dipersiapkan oleh lembaga ini sehingga warga dapat mengakses setiap layanan secara jelas. Prosedur dan tata cara layanan hanya dapat akses apabila warga bertanya pada petugas layanan, sayangnya penjelasan antara satu petugas dengan petugas lainnya simpang siur alias tidak sama. Padahal, aturannya kepastian dan rincian biaya pelayanan publik harus diinformasikan secara jelas dan diletakkan di dekat loket pelayanan, ditulis dengan huruf cetak dan dapat dibaca dalam jarak pandang minimum 3 (tiga) meter atau disesuaikan dengan kondisi ruangan.

77


Kedua, tidak adanya penerapan sistem pelayanan yang akuntabel. Hal ini terlihat dari tidak adanya kwitansi sebagai tanda bukti pembayaran dan jumlah biaya yang dibayarkan juga tidak sama. Setiap transaksi pelayanan publik harus memberikan kwitansi pembayaran. Bahkan untuk menjamin transparansi mengenai biaya dilakukan dengan mengurangi semaksimal mungkin pertemuan secara personal antara pemohon/penerima pelayanan dengan pemberi pelayanan. Unit pemberi pelayanan seyogyanya tidak menerima pembayaran secara langsung dari penerima pelayanan. Pembayaran hendaknya diterima oleh unit yang bertugas mengelola keuangan/Bank yang ditunjuk oleh Pemerintah/unit pelayanan. Di samping itu, setiap pungutan yang ditarik dari masyarakat harus disertai dengan tanda bukti resmi sesuai dengan jumlah yang dibayarkan.

78


27 Oktober 2008

Akhirnya Kejari Cilacap Periksa Sekda Kejaksaan Negeri Cilacap telah memeriksa Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Cilacap, Suprihono, terkait dugaan korupsi senilai Rp 1,8 miliar untuk pembebasan lahan bagi pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di Desa Bunton, Kecamatan Adipala, Kabupaten Cilacap. Kepala Seksi Pidana Khusus Kejaksaan Negeri (Kejari) Cilacap Try Ary Mulyanto mengatakan telah memeriksa Suprihono dua kali. Suprihono diperiksa sebagai Ketua Tim Sembilan, yakni tim yang menangani pembebasan lahan. Selain, Sekda Kejari Cilacap berencana memanggil Asisten I Setda Cilacap Eddy Hidayat dan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan

Daerah

Cilacap

Adjar

Mugiono

( Kompas,

27/10/2008). Namun, sampai saat ini, Kejari Cilacap belum dapat menetapkan tersangka dalam kasus itu. Sejauh ini, baru dua orang yang diduga kuat terlibat tindak korupsi, yakni Camat Adipala PJ dan Sekretaris Desa Bunton Als. Sejak pemeriksaan berlangsung pada Agustus lalu, total saksi yang telah

79


diperiksa sebanyak 45 orang. Triadi, pegiat Pelosokdesa, mengatakan langkah pemeriksaan Suprihono menunjukkan langkah maju penegakan hukum di Cilacap. Menurutnya, apabila Kejari serius menuntaskan kasus korupsi Bunton maka masyarakat tidak perlu berharap KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) untuk turun tangan. “Warga Cilacap mendukung penuh penuntasan kasus korupsi tanpa pandang bulu. Semua orang, apapun jabatannya, di depan hukum sama,� jelasnya.

80


LINGKUNGAN Segara Anakan Sekadar Hikayat Siaga Satu Segara Anakan

81


82


5 September 2008

Segara Anakan Sekadar Hikayat

Era 1980-an Cilacap-Kalipucang ditempuh dengan jalur transportasi air. Ada 15 kapal besar berkapasitas hingga 300 orang beroperasi di sepanjang jalur ini. Ada juga ratusan Compreng yang meramaikan jalur ini. Namun, sedimentasi di Segara Anakan menyebabkan jalur transportasi menjadi sempit dan dangkal. Kapal pun menghilang. Sebagian besar armada transportasi dikelola oleh Dinas Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan (ASDP) Kabupaten Cilacap dan Ciamis. Kapal terbuat dari besi seperti kapal ferry, bedanya panjang dan besarnya lebih kecil dibanding kapal-kapal yang beroperasi di transportasi selat. Di badan kapal tertulis kata TA dilanjutkan dengan nomor serinya sehingga warga menyebutnya dengan kapal TA-1, TA-2, dan seterusnya. Selain itu, ada juga armada yang dikelola oleh perusahaan swasta, seperti kapal Kasih Sayang dan Sundawa. Dulu, kapal-kapal tersebut menjadi primadona angkutan pe83


nyeberangan. Jam keberangkatan dibagi menjadi pagi dan siang. Di pagi hari, jadwal dimulai 07.00, 08.00, dan 09.00. Untuk siang 11.00, 12.00, 13.00. Selain mengangkut warga yang berpergian, kapal-kapal itu juga sering mengangkut penumpang turis manca negara yang berlibur di Pantai Pangandaran maupun Yogyakarta. Tak jarang para turis mampir di Cilacap dan Banyumas untuk mengunjungi objek wisata Benteng Pendem dan Batu Raden. Kini, semua jalur itu sudah punah. Setiap tahun jutaan meter kubik lumpur yang terbawa arus Sungai Citanduy dan Sungai Cimeneng mengendap di kawasan ini. Sedimentasi di laguna Segara Anakan menyebabkan transportasi laut terkendala. Sejak 2000 Dinas Angkutan Sungai, Danau, dan Perairan (ASDP) Cilacap telah menghentikan armadanya untuk jalur Cilacap-Kampung Laut-Kalipucang sehingga transportasi ke tiga desa di Kampung Laut, yaitu Desa Ujung Gagak, Klaces, dan Ujung Alang nyaris terputus.

Pilih Jalur Darat Saat ini warga Kampung Laut hanya dapat mengandalkan kapal compreng. Compreng adalah sebutan bagi perahu yang terbuat dari papan kayu menggunakan mesin tempel dengan daya kecil. Kapal compreng bisa mengangkut maksimal 16 orang. Jenis angkutan ini mendapat izin resmi dari Dinas Perhubungan Kabupaten Cilacap untuk mengangkut penumpang.

84


Namun, sebagian besar armada Compreng hanya beroperasi pada hari-hari yang dimanfaatkan warga untuk berbelanja. Jalur Kampung Laut ke Kalipucang hanya ramai di hari Senin dan Kamis, sementara jalur ke Cilacap Sabtu dan Minggu. Di luar waktu-waktu itu, para pengelola Compreng memilih libur karena sepinya penumpang. Mereka memanfaatkan armadanya untuk mengangkut kayu bakar, mencari air bersih, atau dibiarkan tertambat di pangkalan. Tidak menentunya armada laut membuat masyarakat memilih jalur darat. Banyak warga Ujung Alang memilih mengendarai sepeda motor menyusuri jalan setapak sepanjang Pulau Nusakambangan lalu menyeberang ke Cilacap. Awalnya jalan-jalan di Pulau Nusakambangan dibuat untuk menuju beberapa Lembaga Pemasyarakatan. Kini, masyarakat umum ikut memanfaatkannya. Dari pelabuhan timur Nusakambangan kita tinggal menyebarang ke Pelabuhan Sentolo Kawat dengan jarak kurang dari 1 Km. Jalur darat ternyata lebih efektif. Bila menggunakan jalur air (Compreng) mereka membutuhkan waktu sekitar 1,5 jam, melalui jalur darat (sepeda motor) cukup dengan 30-45 menit. Namun, jalur darat baru dapat dilalui dengan sepeda motor sehingga untuk sarana angkutan besar, warga tetap menggunakan armada Compreng.

Sedimentasi Segara Anakan Usaha menyelamatkan Segara Anakan telah dilakukan sejak

85


dulu. Pada 1931, De Haan, seorang pejabat Pemerintah Kolonial Belanda telah menaruh perhatian pada tingginya tingkat sedimentasi. Kini, kekhawatiran De Haan menjadi kenyataan. Perairan yang terletak di selatan Cilacap dan berbatasan dengan Pulau Nusakambangan di sebelah timur dan wilayah Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, itu nyaris tinggal hikayat. Cepatnya sendimentasi dapat dilihat dari penyempitan Segara Anakan. Badan Pengelolaan Kawasan Segara Anakan (BPKSA) mencatat wilayah perairan Laguna Segara Anakan pada 1903 masih 6.450 Ha. Namun pada 1939, luasnya tinggal 6.060 Ha. Sekitar 1971, luas Segara Anakan menyusut lagi menjadi 4.290 Ha. Pada 1992, luas perairan yang tersisa tinggal 1.800 Ha (Barnabas: 2008). Besarnya pengaruh sedimentasi dengan cara yang lebih sederhana, yaitu penyempitan pintu arus pertemuan antara Samudera Hindia dengan laguna di Plawangan. Pada 1990 lebarnya masih mencapai 240 meter, setelah dua dasa warsa selanjutnya menjadi 60 meter. Kedalamannya pun menjadi semakin dangkal, mulai dari minus 0,63 meter sampai 4,6 meter.

Rintis Wisata Lingkungan Habis compreng, terbitlah masalah. Minimnya penumpang umum membuat para pengelola compreng memutar otak. Pada 2004, Forum Warga Kampung Laut merintis jalur wisa-

86


ta lingkungan. Mereka menawarkan paket wisata lingkungan mangrove dan aneka ragam biota laut. Para wisatawan akan diajak menelusuri laguna dengan perahu Compreng. Forum warga telah menawarkan paket wisata ini ke sekolahsekolah. Kerusakan hutan mangrove akibat penebangan kayu mangrove secara liar. Pada 1995 hutan mangrove masih seluas 9.804 ha, saat ini tinggal 7.553 ha. Semua itu terjadi karena tidak ada pendidikan lingkungan yang diajarkan di bangku-bangku sekolah. Wisata lingkungan akan mendorong anak-anak sekolah, mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi untuk belajar mengamati fenomena lingkungan. Segara Anakan menyimpan sejumlah keunikan. Kawasan mangrove di Segara Anakan merupakan kawasan terluas yang mendukung kehidupan minimal 85 jenis burung, termasuk 160–180 Bangau Bluwok (mycteria cinerea) dan 25 Bangau Tongtong (leptoptilos javanicus). Keduanya tercatat sebagai burung terancam punah. Di samping itu, hutan mangrove merupakan surga bagi berbagai spesies ikan, udang, dan kepiting yang menjadi andalan para nelayan Kampung Laut.

87


88


22 Desember 2008

Siaga Satu Segara Anakan

Laguna Segara Anakan menyimpan sejumlah keunikan. Tempat ini memiliki kawasan mangrove yang masih tersisa di Jawa. Kawasan mangrove di Segara Anakan adalah kawasan terluas di wilayah paling padat penduduk di Indonesia. Menurut Wartati, Pegiat Radio Gema Nusa FM, kawasan mangrove itu mendukung kehidupan minimal 85 jenis burung, termasuk 160 – 180 bangau bluwok (mycteria cinerea) dan 25 bangau tongtong (leptoptilos javanicus) – keduanya tercatat sebagai burung terancam punah. Kehidupan bu-

89


rung air dapat menjadi indikator kehidupan hayati Segara Anakan.Sayangnya, kawasan Segara Anakan dari tahun ke tahun terus mendapat tekanan. Penebangan kawasan hutan mangrove terbukti menyebabkan luas hutan Segara Anakan terus menyusut. Dari 21.000 ha saat ini diperkirakan tinggal 6800 ha saja. Penyusutan hutan akan berdampak pada kehidupan dan populasi ikan, udang, dan biota laut lainnya. Lebih lanjut Wartati mengatakan pendangkalan terjadi akibat lumpur yang terbawa Sungai Citanduy dan beberapa sungai yang bermuara di situ. Pada 1970 luas Segara Anakan masih 4580 ha, tapi pada 1995 luasnya tinggal 1695 ha. Penumpukan sedimen Citanduy dan beberapa sungai lain selama bertahun-tahun mendangkalkan dan menyempitkan perairan Segara Anakan yang merupakan habitat ikan, udang, kerang totok, kepiting dan biota lainnya. Perairan Segara Anakan yang merupakan pertemuan muara Sungai Citanduy, Cimeneng, Cibeureum, Cikonde, dan beberapa sungai lainnya telah berubah akibat pendangkalan oleh lumpur Sungai Citanduy yang setiap tahunnya menyumbang 740.000 meter kubik lumpur dari total sedimen 1 juta meter kubik per tahun yang dibawa masuk sungai-sungai lain. Kini Radio Gema Nusa tengah mempromosikan peralihan dari nelayan tangkap ke nelayan budi daya. “Penyempitan segara anakan menyebabkan nelayan mesti beralih ke nelayan budi daya atau bertani,� ujarnya.

90


Tenaga Kerja Lagi, TKW Asal Cilacap Disiksa TKW Asal Jeruklegi Dibunuh Majikan ITCenter Hubungkan TKI dengan Keluarga

91


92


28 Juli 2008

Lagi, TKW Asal Cilacap Disiksa

“Niat hati mencari emas, tapi hujan batu di negeri orang,� pepatah itu tepat untuk melukiskan peristiwa naas yang dialami Radisem Binti Sumarjo (28), seorang tenaga kerja wanita (TKW) asal Tritih Lor, Jeruklegi. Saat ini terbaring di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cilacap sepulang bekerja di Selangor, Malaysia. Sekujur tubuhnya memar dan kakinya lumpuh akibat disiksa majikannya. Kini Radisem tergolek lemah di bangsal Dahlia ruang A, RSUD. Untuk membantu pernafasan dibantu selang oksigen, sementara di tangan kanannya terpasang selang infus. Menurut Manisem (30) kakak kandung korban yang menjaganya, Radisem baru bisa istirahat tadi pagi, setelah selama semalaman mulutnya meracau. Radisem seolah masih berada di Malaysia dan merasa ketakutan. Juli tahun lalu, Radisem meninggalkan tanah air dengan perasaan bangga. Ia akan menjadi TKW di Malaysia dan nantinya bisa membawa pulang Ringgit dalam jumlah banyak. Namun bukan Ringgit yang didulang, malah nasib buruk yang diterima. Beberapa hari yang lalu Radisem pulang da93


lam kondisi mengenaskan. Kepada keluarganya ia mengaku, pada dua bulan pertama bekerja di Malaysia, oleh majikan diperlakukan baik. Bahkan sang majikan menyuruh kepada Radisem untuk mengirim surat kepada keluarganya bahwa sudah mendapat majikan baik. Radisem pun segera mengikuti anjuran sang majikan untuk mengirim surat kepada keluarga di Indonesia. Menerima surat dari Radisem, pihak keluarga segera membalasnya. Namun hingga dua kali mengirim surat, belum ada kabar lagi. Ternyata mulai bulan ketiga hingga pulang ke tanah air Radisem sering disiksa oleh sang majikan dengan alasan mencuri uang milik sang majikan. Pukulan yang diterima Radisem hampir sekujur tubuhnya, mulai dari kaki, punggung, kepala bagian belakang bahkan lehernya sempat dicekik. Tak hanya sang majikan laki-laki yang menyiksa Radisem, majikan perempuan dan kedua anak laki-laki beserta adik laki-laki majikan secara bergantian menyiksa Radisem. Belum puas sampai disitu, Radisem pun tidak mendapat makan sesuai dengan porsi dan waktu. Makan kadang hanya sekali dalam sehari, bahkan bila ketahuan mandi pun akan dimarahi. Akibat sering tidak mandi, Radisem pun terserang penyakit kulit yang menambah penderitaan. Lantaran hampir setahun tidak ada kabar beritanya, pada akhir Juni 2008 keluarga Radisem coba menghubungi pihak PJTKI yang memberangkatkan. Ternyata kabar yang diterima dari Agen melalui PT Elkarim Makmur Sentosa sangat

94


mengejutkan. Radisem dikabarkan sakit dan akan dipulangkan. Radisem tiba ke tanah air melalui Bandara Adi Sumarmo, Solo, Jum’at (18/7) sekitar pukul 08.00 WIB yang dijemput oleh pihak PJTKI. Dari Solo selanjutnya dibawa ke Cilacap, namun tidak langsung ke rumah orang tua tetapi ditampung di penampungan PT. Elkarim Makmur Sentosa. Baru pada keesokan harinya, Sabtu (19/7) sekitar pukul 15.00 WIB Radisem tiba di rumah orang tuanya di Jalan Julangmas, RT 03/RW 02, Desa Trtitih Lor, Kecamatan Jeruklegi. Melihat kondisi kakinya yang nyaris lumpuh, pihak keluarga, Minggu (20/7)

melarikan

ke

RSUD

Cilacap

untuk

mendapat

perawatan. Meski peristiwa tragis sering menimpa TKW asal Cilacap, tapi Pemerintah Cilacap belum mengambil tindakan proaktif untuk menindaklanjutinya. Bahkan, untuk sekadar menengok si korban pun enggan.

95


96


16 September 2008

TKW Asal Jeruklegi Dibunuh Majikan

Nasib buruk kembali menimpa salah satu tenaga kerja wanita (TKW) yang tengah mengadu nasib di luar negeri. Siti Fatonah (28), TKW asal Desa Tritih Lor, Rt 3 Rw 10 Kecamatan Jeruklegi, dibunuh majikan laki-lakinya di tempat bekerjanya di Puchong, Selangor, Malaysia, Jum’at (12/9). Siti Fatonah yang diberangkatkan melalui PTKI PT Sukma Karya Sejati pada Oktober 2005 lalu, bukan satu-satunya

97


korban dalam pembunuhan tersebut. Majikan perempuan beserta anaknya juga turut menjadi korban kekejaman majikan laki-laki. Kasi Penempatan Tenaga Kerja Dalam dan Luar Negeri, Sutiknyo, mengatakan pihaknya mendapat laporan pembunuhan tersebut dari Atase Ketenagakerjaan KBRI di Selangor pada Jum’at kemarin. Sutiknyo menerangkan, pelaku yang juga majikan Siti Fatonah bernama Phoy Yew Yong, beralamat di Jalan 3/8, Taman Wawasan, Puchong Selangor. Dan saat ini telah ditahan di kepolisian setempat untuk menyelidiki motif pembunuhan tersebut. “Gaji, barang-barang dan dokumen TKW tersebut belum dapat diperiksa, karena rumah majikan yang dijadikan lokasi pembunuhan tersebut tertutup dan dijaga polisi,” tambahnya. Ditemui terpisah, mantan Kepala Cabang PT Sukma Karya Sejati (SKS) periode 2005-2006, Murilah alias Murni (31), mengatakan pihaknya akan bertanggung jawab untuk proses pemulangan jenazah tersebut meski sudah tidak lagi menjadi pengurus PJTKI tersebut. “Saat ini kita telah memberikan bantuan berupa uang duka kepada pihak keluarga korban,” kata Murni, Kepala Cabang PT Mitra Solusi Integritas, Senin (15/9).

98


Terkait dengan pembunuhan terhadapt TKW yang diberangkatkan oleh PT SKS tersebut, Murni mengatakan, pengurus pusat akan mengurus semua yang menjadi hak-hak korban, seperti gaji dan asuransi. Sementara itu, mendengar kabar anak ketiganya yang sedang merantau di Malaysia mati dibunuh sang majikan, kedua orang tuanya mengaku sangat terpukul. “Saya sudah diberi tahu sejak Sabtu (13/9) pagi kalau anak saya mati dibunuh oleh majikan,� kata Sanusi (55) ayah Siti Fatonah saat ditemui CilacapMedia.com di rumahnya, Senin (15/9) siang. Meski demikian, dia belum bisa bicara banyak lantaran belum tahu secara detail mengenai penyebab kematian yang menimpa anaknya. Sanusi berharap, pihak perusahaan dalam hal ini PT SKS yang telah memberangkatkan ke Malaysia untuk membantu kepulangan jenazah anaknya dan menuntaskan urusan sisa gaji anaknya. “Saya harap agar jenazah anak saya bisa segera dibawa pulang ke sini,� tuturnya lirih.

99


100


17 Desember 2008

ITCenter Hubungkan TKI dengan Keluarga

Pengiriman uang atau remittance Tenaga Kerja Indonesia (TKI) asal Cilacap selama kurun 3 tahun mencapai mencapai sebanyak Rp 578 milyar. Pada 2006 jumlah pengiriman sebanyak Rp 226 milyar, tahun 2007 sebesar Rp 271 milyar, dan tahun 2008 sebesar Rp 81 milyar. Menurut Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertran) Cilacap, Muhaji, angka itu merupakan hasil pengiriman 27.884 orang TKI yang tersebar di sejumlah negara Asia, Eropa, dan Amerika. Disnakerstran sendiri selama periode Januari-September 2008, telah memfasilitasi keberangkatan 6.967 TKI asal Cilacap ke pelbagai negara tujuan penempatan, seperti Malaysia, Arab Saudi, Taiwan, Singapura, Kuwait, dan Hongkong. Sedangkan pada 2006 dan 2007 masing-masing sebanyak 12.220 orang dan 8.697 orang, sehingga total jumlah penempatan TKI asal Cilacap di luar negeri yang terdaftar di kantor (Disnakertrans) Cilacap periode 2006-2008 mencapai 27.884 orang. Dari jumlah ter-

101


sebut hanya 6.263 orang yang pernah dilatih pada Balai Latihan Kerja Luar Negeri (BLKLN). Angka tersebut menunjukkan minimnya terobosan yang dilakukan Disnakertran Cilacap. Mengingat besarnya pengiriman uang sudah semestinya Pemkab memiliki perhatian khusus terhadap masalah ini, terutama masalah kekerasan, pelecehan seksual, perlindungan diri, dan pembelaan. Tahun 2008 bisa dikatakan tahun buram bagi para buruh migran, kasus Radisem (28) membuktikan Pemkab Cilacap hanya ingin menikmati pundi-pundi uang saja, tapi penderitaan mereka Pemkab menutup mata (mereketehe..) Mengutip Wisnu (2008) Pemkab Cilacap tidak memiliki aturan hukum yang melindungi warga dari tindakan kekerasan dan menjerat pelakunya ke meja hijau. Kekerasan kan terjadi karena ada ruang dan kesempatan. Parahnya, pemerintah cuek dan justru menyalahkan korbannya, misalnya TKW kita pendidikannya yang rendah, tidak becus dalam bekerja, dan lain-lain. Itu ada benarnya tetapi bukan faktor penyebab tetapi dampak. Pemerintah tidak mampu menyelenggarakan pendidikan yang terjangkau bagi warga miskin. Menurut saya, cara pandang ini harus kita hilangkan. Semestinya lembaga-lembaga yang bergerak di sektor buruh migran, seperti Dinas Tenaga Kerja, Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Indonesia (PJTKI), dan kantor imigrasi. Namun, lembaga-lembaga tersebut belum memiliki layanan informasi yang bisa diakses oleh para buruh migran dan calon

102


buruh migran. Akibatnya, mereka tidak memiliki bekal kemampuan akses dan saling bertukar informasi. Kondisi ini menempatkan buruh migran, calon buruh migran dan keluarganya pada posisi yang tidak menguntungkan. Alih-alih memiliki kemampuan mempengaruhi kebijakan, tapi justru menjadi korban kebijakan yang tentang buruh migran. Situasi di atas mendasari inisiatif Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Nahdlatul Ulama (Lakpesdam NU) Cilacap untuk melakukan kegiatan yang bertujuan untuk mengenalkan teknologi informasi sebagai alat komunikasi dan bertukar informasi. Sasaran kegiatan ini adalah buruh migran, calon buruh migran, keluarga buruh mirgan, dan para stakeholder dari pemerintah, swasta, dan lembaga swadaya masyarakat. Mereka dilatih mempergunakan teknologi informasi, mengemas informasi, menyusun lembar fakta, dan membangun saluran informasi buruh migran secara bersama-sama. IT Center dirancang sebagai titik akses (access point) bagi warga yang memiliki kepentingan dengan buruh migran. Apabila informasi tentang seluk beluk buruh migran dapat diakses oleh publik maka profesi sebagai buruh migran menjadi wilayah yang bisa dipantau oleh siapapun. Kita lihat tanggal mainnya.

103


104


Kesehatan Wabah Hepatitis Serang Rawaapu Cuci Tangan Cegah Virus Hepatitis Sehatkan Warga Lewat Khasiat Jahe Lonceng Kematian Para Peminum Jamu

105


106


31 Agustus 2008

Wabah Hepatitis Serang Rawaapu

Saat daerah lain tengah merayakan Hari Ulang Tahun (HUT) kemerdekaan dengan pentas seni dan lomba, Desa Rawaapu, Kecamatan Patimuan, justru berkabung duka dengan rentetan kematian warganya. Dalam seminggu setidaknya ada tiga warga meninggal dunia dengan ciri penyakit yang sama, yaitu perut mual, pucat kuning, dan perut membengkak. Menurut Warni (19), warga Rawaapu, warga desanya diduga terkena virus Hepatitis. Mesti telah banyak warga menjadi korban hingga kini belum ada usaha pemerintahan desa maupun dinas kesehatan untuk mengambil langkah pencegahan. Lokasi Desa Rawaapu sendiri jauh dari Puskesmas. Warga mesti menempuh jarak 15 Km ke kota kecamatan karena dua Puskesmas Pembantu yang dibangun di desa itu telah lama ditinggalkan tenaga medis. Berapa jumlah korban yang meninggal akibat virus ini belum dapat diketahui. Tapi untuk dua rukun warga di Dusun Cikuning ada lima orang menghembuskan nafas dalam se107


minggu terakhir. Letak rumah para korban berdekatan sehingga besar kemungkinan penularan penyakit akibat kontak fisik. Sampai berita diturunkan masih terdapat banyak penderita lain yang tidak mendapat penanganan semestinya. “Kemiskinan dan jauhnya pusat layanan kesehatan membuat warga hanya pasrah. Selama ini, mereka memilih pengobatan tradisional dan apa adanya,� jelas Warni. Sementara itu, Sugiyem (49), berpendapat penyakit itu muncul karena buruknya sanitasi keluarga dan minimnya air bersih. Menurutnya, masalah ini sebenarnya bukan hal baru, sayang Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Cilacap tidak menaruh perhatian kepada desa miskin di ujung arat Cilacap yang berbatasan langsung dengan Segara Anakan dan Jawa Barat ini. Ia menilai Pemkab tidak mengambil reaksi cepat padahal virus ini dapat menular. “Penderitaan masyarakat miskin justru ditambah dengan mahalnya biaya kesehatan di Puskesmas dan Rumah Sakit. Dinas Kesehatan Cilacap tidak tanggap dengan kejadian ini dan banyaknya daerah yang terkena wabah serupa,� ujarnya. Pernyataan Sugiyem ada benarnya. Selama ini Pemkab Cilacap meletakkan sektor kesehatan sebagai tulang-punggung pendapatan asli daerah (PAD), yaitu yang menyumbang 34% dari total PAD Kabupaten Cilacap.

108


Sungguh memilukan, hari kemerdekaan yang semestinya dirayakan dengan gembira berubah menjadi hari berkabung warga Desa Rawaapu. Ironisnya, banyak sanak saudara mereka menghembuskan nafas terakhir tanpa tersentuh tangan-tangan medis. Inikah Kemerdekaan?

109


110


4 September 2008

Cuci Tangan Cegah Virus Hepatitis

Banyaknya warga Desa Rawaapu yang meninggal karena virus hepatitis patut dicermati. Penularan hepatitis virus A merupakan jenis oral fecal transmission. Penularan penyakit ini erat hubungannya dengan perilaku higiene perseorangan. Hepatitis akut klinis merupakan penyakit yang diakibatkan adanya peradangan yang bersifat akut pada hepatosit karena adanya agen yang masuk ke dalam sel hepar tersebut. Secara klinis umumnya ditandai dengan panas, mual atau muntah, rasa penuh di perut dan ikterik. Hepatitis virus A merupakan virus yang sering menyerang masyarakat. Penyebaran hepatitis virus A biasanya karena faktor lingkungan, perilaku, genetika dan fasilitas kesehatan. Hepatitis A seringkali menyebabkan masalah di berbagai penjuru dunia, baik dalam bentuk epidemi, wabah, kasus luar biasa (KLB) maupun outbreak.

111


Praktek cuci tangan merupakan variabel penting dalam perilaku kebersihan diri, mengingat di daerah tersebut umumnya penduduk makan pakai tangan (tanpa sendok), yang dilakukan 3-4 kali sehari dan kebanyakan dari mereka tidak cuci tangan sebelum makan. Oleh karena itu praktek cuci tangan sebelum makan penduduk di daerah KLB tersebut perlu mendapat perhatian.

112


28 Oktober 2008

Sehatkan Warga Lewat Khasiat Jahe

Saat hujan rintik-rintik dan udara dingin mulai terasa wedhang ronde sangat digemari oleh warga Yogyakarta. Wedhang (baca: minuman) rondhe terbuat dari sari jahe, ditambah kacang tanah, roti, dan gula. Rasanya sedikit pedas dan bau jahe yang menyengat. Namun di balik rasanya yang pedas, jahe mengandung zat-zat yang berguna bagi tubuh manusia. Tak heran bila wedang (minuman) jahe, permen jahe, atau bandrek (minuman yang mengandung jahe) sangat populer. Manfaat jahe, menurut Sutinah, seorang tenaga medis di RSUD Margono, Purwokerto, sangat banyak. Jahe dapat merangsang pelepasan hormon adrenalin, memperlebar pembuluh darah, sehingga darah mengalir lebih cepat dan lancar. Tubuh pun menjadi lebih hangat, kerja jantung memompa darah lebih ringan. Akibatnya, tekanan darah menjadi turun. “Jahe mengandung dua enzim pencernaan yang penting. Pertama, protease yang berfungsi memecah protein. Kedua, 113


lipase yang berfungsi memecah lemak. Kedua enzim ini membantu tubuh mencerna dan menyerap makanan,� ujarnya. Lebih lanjut Sutinah mengatakan jahe sekurangnya mengandung 19 komponen bioaktif yang berguna bagi tubuh. Komponen yang paling utama adalah gingerol yang bersifat antikoagulan, yaitu mencegah penggumpalan darah. Jadi mencegah tersumbatnya pembuluh darah, penyebab utama stroke, dan serangan jantung. Gingerol diperkirakan juga membantu menurunkan kadar kolesterol. Selain gingerol, jahe juga dapat memblok serotonin, yaitu senyawa kimia pembawa pesan. Senyawa ini menyebabkan perut berkontraksi, sehigga timbul rasa mual. Misalnya pada orang yang mengalami mabuk perjalanan. Jadi, untuk mencegah mabuk perjalanan, ada baiknya minum wedang jahe sebelum berpergian. Bagi perempuan jahe bisa meringankan kram perut saat menstruasi atau kram akibat terlalu banyak mengkonsumsi makanan berlemak. Jahe mengandung antioksidan yang membantu menetralkan efek merusak yang disebabkan oleh radikal bebas di dalam tubuh. Jahe merupakan pereda rasa sakit yang alami dan dapat meredakan nyeri rematik, sakit kepala, dan migren. “Selain sehat mengkonsumsi wedhang ronde juga belajar menjadi konsumen cerdas karena di pasaran sekarang ba-

114


nyak beredar ratusan minuman ringan yang tidak sehat untuk berkonsumsi,� lanjut Sutinah sembari menawarkan mencoba wedhang ronde.

115


116


22 Desember 2008

Lonceng Kematian Para Peminum Jamu

Jamu itu sehat. Minim jamu itu baik untuk kesehatan dan bisa menyembuhkan berbagai penyakit. Saat harga obat pabrikan terus membumbung tinggi, jamu menjadi solusi pengobatan bagi warga miskin. Selain bermanfaat bagi penggunanya, jamu juga menjadi mata pencaharian bagi para pengelola kedai dan pekerja informal lainnya. Lihat saja para penjual jamu gerobak dan gendong kerap kita lihat di pinggir jalan atau di kawasan permukiman. Boleh dibilang dua 7 di antara 10 orang Indonesia pernah jamu. Di dunia medis, keberadaan jamu telah diterima layaknya obat etical atau obat yang diresepkan dokter. Kini, lebih dari seribu lebih perusahaan jamu besar dan kecil terus berkembang di Indonesia. Angka ini belum termasuk industri rumah tangga yang memproduksi jamu. Di balik tumbuh suburnya industri jamu, muncul jamu berbahan kimia di pasaran. Jamu jenis ini sangat berbahaya ba117


gi kesehatan. Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) menyatakan jamu berbahaya ini merupakan campuran sejumlah obat berbahaya tanpa ukuran yang jelas. Misalnya, obat aspirin untuk sakit kepala, sibutramin untuk pelangsing, sildenafil sitrat untuk keperkasaan pria, dan steroid untuk jamu rematik. Secara fisik, ciri-ciri jamu kimia ini susah dibedakan dibedakan dari jamu tradisional. Biasanya jamu oplosan ini sangat tokcer alias sangat terasa khasiatnya dan membuat rasa kantuk sangat hebat. Sedangkan jamu murni tak bisa sehebat itu karena sifatnya yang alami. Proses pencampuran jamu oplosan itu cukup mudah. Obatobatan digiling dengan sebuah mesin hingga halus. Setelah obat-obatan tersebut menjadi sebuah tepung halus, lalu dicampur dengan tepung jamu yang takarannya tidak jelas. Tak kalah dengan pabrikan jamu besar, pembuat jamu kimia itu lalu mengemas produknya dengan kemasan yang menarik sebelum dijual ke pasaran. Kuat dugaan, pasar jamu berbahan kimia ini mengalahkan pasar jamu tradisional resmi. Soalnya, jamu oplosan ini jauh lebih cespleng ketimbang jamu tradisional. Konon, omzet bisnis jamu kimia ini mencapai Rp 4 triliun per tahun, sedangkan omzet jamu tradisional hanya Rp 3 triliun per tahunnya.

118


Teknologi Informasi Empat Alasan Ajarkan Open Source Simpemdes versus Lurahsoft Yogyakarta Siap Migrasi ke Open Source

119


120


24 September 2008

Empat Alasan Ajarkan Open Source

Semester ini saya memfasilitasi mahasiswa di Jurusan Ilmu Perpustakaan dan Informasi, UIN Yogyakarta, untuk belajar open source. Sebagian besar mahasiswa sebenarnya pernah mendengar istilah open source, tapi belum ada mata kuliah yang memungkinkan penjelasan yang detail. Saya menggunakan distro Ubuntu 7.10 karena spesifikasi piranti keras tidak memungkinkan untuk instalasi sistem operasi yang terbaru. Pertanyaannya, mengapa open source perlu di pelajari di bangku perkuliahan (baca: sekolah)?

Pertama, perangkat lunak bebas biaya dapat menghemat biaya untuk sekolah. Ingat, walaupun di negara-negara yang paling kaya, sekolah-sekolah selalu kekurangan dana. Aplikasi open source memberikan kepada sekolah, seperti pemakai lain, kebebasan untuk meniru dan mendistribusikan kembali perangkat lunak, agar sekolah dapat memakai aplikasi ini di semua komputer yang mereka miliki. Di negaranegara berkekurangan, open source dapat membantu orang memasuki dunia digital.

121


Kedua, sekolah-sekolah seharusnya mengajar murid cara hidup yang akan menguntungkan masyarakat secara menyeluruh. Mereka seharusnya mempromosikan pemakaian perangkat lunak open source sebagaimana mereka mempromosikan pendauran ulang sampah. Apabila sekolah mengajarkan pemakaian aplikasi open source kepada murid, maka murid akan menggunakan aplikasi open source setelah mereka lulus. Hal ini akan membantu masyarakat secara keseluruhan untuk lepas dari dominasi korporat raksasa. Perusahaan-perusahaan ini memberikan sampel gratis kepada sekolah dengan alasan yang sama dengan perusahaan rokok yang mendistribusikan rokok gratis: untuk membuat anak-anak kecanduan. Mereka tidak akan memberikan diskon lagi kepada murid–murid tersebut setelah mereka dewasa dan lulus sekolah. Ketiga, Perangkat lunak open source memungkinkan pemakai untuk belajar cara kerja perangkat lunak. Saat muridmurid mencapai usia remaja, sebagian dari mereka ingin belajar semua yang ada di dalam komputer dan aplikasi yang mereka gunakan. Ini adalah usia di mana murid yang akan menjadi programmer handal belajar. Untuk belajar menulis coding dengan baik, murid -murid perlu membaca banyak coding dan menulis banyak coding. Mereka perlu mengerti program sebenarnya yang dipakai orang. Mereka akan sangat tertarik membaca source code yang mengoperasikan program yang mereka gunakan setiap hari. Aplikasi komersiil mencegah murid–murid yang haus ilmu dengan mengatakan “ilmu yang Anda inginkan adalah raha-

122


sia–tidak boleh dipelajari!”Perangkat lunak open source mendorong semua orang untuk belajar. Komunitas open

source menolak filosofi “penginjilan teknologi” yang menyebabkan publik tidak tahu cara kerja teknologi; kami mendorong murid-murid segala umur dan di segala situasi untuk membaca source code dan belajar sebanyak yang mereka inginkan. Sekolah-sekolah yang menggunakan aplikasi open source memungkinkan murid-murid berbakat programming untuk melakangkah lebih jauh. Keempat,untuk memakai aplikasi open source adalah kita memiliki ekspektasi bahwa sekolah seharusnya mengajarkan fakta-fakta dasar kepada murid, ilmu-ilmu yang berguna, akan tetapi tugas mereka tidak berhenti di situ. Misi paling fundamental milik semua sekolah adalah mengajarkan muridnya cara menjadi penduduk dan tetangga yang baik–untuk bekerja sama dengan orang lain yang membutuhkan bantuan. Di zaman komputer, hal ini berarti mengajarkan mereka untuk berbagi perangkat lunak. Terutama di sekolah dasar, seharusnya mereka mengatakan kepada murid-muridnya “apabila Anda membawa sebuah aplikasi ke sekolah, Anda harus membagikannya kepada anak-anak lain.” Tentunya, sekolah harus mempraktekkan apa yang diajarkan: semua aplikasi yang dipakai di sekolah harus tersedia kepada murid untuk dipakai, dibawa pulang dan dibagikan ke orang lain. Mengajarkan murid-murid untuk memakai aplikasi open

source dan berpartisipasi di komunitas open source adalah

123


pelajaran yang harus dipraktekkan. Semua tingkat edukasi seharusnya menggunakan aplikasi gratis.

124


31 Desember 2008

Simpemdes versus Lurahsoft

Tahun 2008, Kabupaten Cilacap memasuki era baru. Era ini ditandai dengan pemanfaatan teknologi komputer untuk mendukung kerja pemerintahan hingga tingkat desa. Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Cilacap menerapkan Sistem Informasi Manajemen Pemerintahan Desa, selanjutnya disebut Simpemdes. Kini, setiap desa di Kabupaten Cilacap memiliki satu perangkat komputer dan pencetak (printer) yang mendukung kerja-kerja pemerintahan di desa. Gagasan Simpemdes sebenarnya bukan hal baru. Saat ini pemerintah tengah gencar menerapkan sistem pemerintahan elektronik (e-government) untuk meningkatkan kinerja pelayanan publik. Teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dihadirkan agar para pelayan masyarakat (birokrat) bekerja secara transparan, cepat, dan murah. Namun, penerapan pemerintahan elektronik di setiap daerah berbedabeda. Ada yang serius, ada juga yang menjadikannya sekadar euforia atau proyek belaka.

125


Simpemdes hanyalah salah satu program penerapan pemerintahan elektronik di Kabupaten Cilacap. Sebelumnya, ada program lain di tingkat dinas dan kecamatan. Ide Simpemdes muncul agar roda pemerintahan dan pelayanan publik menjadi efektif dan efisien. Namun, pada kenyataannya proyek ini justru menjadi lahan subur korupsi, kolusi, dan nepotisme. Mengapa bisa demikian? Pertama, inisiatif Simpemdes masih bersifat top down (dari atas ke bawah). Pemkab mengeluarkan instruksi sementara Pemerintahan Desa (Pemdes)

sendiko dawuh dan dipaksa membiayainya. Jelasnya begini, proyek ini muncul pada Maret 2008 di mana desa dan kecamatan telah selesai melakukan Musyawarah Perencanaan dan Pembangunan (Musrenbang). Dari hasil Musrenbang, baik ditingkat desa maupun kecamatan, tak ada satu pun desa yang menyantumkan anggaran belanja Simpemdes. Lalu, Pemkab mengeluarkan Surat Edaran tentang Petunjuk Pemanfaatan Alokasi Dana Desa (ADD) yang salah satu poinnya menyatakan belanja TIK. Pada waktu yang bersamaan para camat untuk mengumpulkan para kepala desa untuk mengubah hasil Musrenbangdes. Pada pertemuan camat dan kepala desa, niat Pemkab untuk membuat proyek Simpemdes diutarakan. Secara tersirat, camat menekankan bila kepala desa tidak mengubah hasil Musrenbang maka Pemkab tidak akan mencairkan dana ADD. Dari pemaparan di atas, kita dapat menarik kesimpulan Simpemdes adalah ide Pemkab yang dipaksakan pada desa.

126


Bohong besar bila Simpemdes adalah bukti pembangunan yang dirancang dan dibiayai secara partisipatif oleh desa. Mengutip istilah AS Hikam, kenyataannya, Simpemdes adalah praktek otoriterisme birokratik (OB) yang menjadi ciri khas kepemimpinan represif Soeharto.

Kedua, dengan alokasi dana Simpemdes itu sebesar 48 juta, semestinya desa bisa melakukan tender sendiri. Tapi kenyataannya tender dikoordinasi oleh kecamatan dengan menggunakan sistem “tender semu�. Semua perusahaan (vendor) yang mengikuti tender telah direkayasa sedemikian rupa hingga hanya kelompok-kelompok yang memiliki kedekatan dengan penguasa yang memenangkannya. Kok bisa? Karena desa tidak mengetahui apa itu Simpemdes, apa bentuknya, perangkat teknologi apa yang dibutuhkan, dan lain-lain. Anehkan desa menganggarkan belanja desa untuk keperluan yang tidak mereka mengerti. Jadi, Pemdes hanya menurut kemauan Pemkab saja. Ibaratnya kepala-kepala desa seperti kerbau yang dicocok hidungnya, mereka menuruti apa kemauan tuannya: Pemkab Cilacap. Ketiga, dengan uang 48 juta, desa mendapatkan satu perangkat komputer dengan spesifikasi prosessor Pentium Dualcore, RAM 512 MB, Hardisk 80 GB, Monitor Flat 15 inchi, Chassing Lenovo, dan satu printer laser merek HP. Pemdes mendapatkan perangkat lunak SIMPEMDES sebagai aplikasi dukungan bagi kerja-kerja pemerintahan. Dalam hitungan penulis, perangkat teknologi seperti itu bisa didapat hanya dengan harga 13 juta. Maka, masih ada 35 juta yang men-

127


jadi dana siluman. Cilacap memiliki 269 desa dan 15 kelurahan, jadi ada 284 desa dan kelurahan. Maka, ada 284 x 35 juta = 9,94 Milyar yang dicurigai untuk diselewengkan. Bukti nyatanya adalah setiap kepala desa mendapatkan kucuran dana dua juta rupiah pasca tender.

Simpemdes=Sistem Pemborosan Desa Apakah belanja teknologi Simpemdes mesti membutuhkan dana yang besar? Jawabnya, tidak. Perlu diketahui bahwa untuk melaksanakan Proyek Simpemdes kita memerlukan tiga kebutuhan utama, yaitu perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software) dan pelatihan. Untuk pengadaan perangkat keras dengan spesifikasi seperti di atas, kita hanya membutuhkan dana sekitar 6 juta, angka itu sudah termasuk pembelian monitor. Untuk printer laserjet bisa didapat di pasaran sekitar 2,5 juta. Pilihan printer laser menurut penulis tidak efektif sebab desa akan sulit mencari toner tinta di wilayah mereka atau di kota kecamatan. Hemat penulis, sebaiknya kita menggunakan printer tinta dengan harga yang lebih murah. Untuk merek-merek tertentu printer seharga 1,5 juta sudah dilengkapi dengan teknologi scanner. Maka total belanja perangkat keras sebesar 6 juta ditambah 1,5 juta untuk printer jadi 7,5 juta. Untuk perangkat lunak dibutuhkan aplikasi sistem operasi

(operating system), apabila menggunakan Windows XP Pro-

128


fesional atau Window Vista maka dibutuhkan dana dua jutaan. Apabila menggunakan perangkat lunak berbasis sumber terbuka (open source) maka hanya membutuhkan dana sebesar lima ribu rupiah. Perangkat lunak berbasis sumber terbuka sangat murah dan handal, sayang tidak begitu banyak tenaga yang bisa mengoperasikan sistem operasi ini. Perangkat lunak SIMPEMDES dapat dibeli dengan harga sekitar 3 juta rupiah. Sebagai perbandingan, Desa Balairante di Kemalang, Klaten bisa mendapatkannya perangkat lunak seperti itu hanya dengan harga 600 ribu. Jadi, pengeluaran proyek Simpemdes menghabiskan dana sekitar 12,5 juta. Ditambah dukungan pemasangan dan pelatihan maka 13 juta sangat cukup. Berdasarkan penjelasan di atas, maka penerapan pemerintahan elektronik yang dilakukan Pemkab Cilacap jelas menghambur-hamburkan dana rakyat. Hal itu bertentangan dengan tujuan utama penerapan pemerintahan elektronik, yaitu menciptakan pelayanan publik yang efektif dan efisien. Pemkab Cilacap memahami pemerintahan elektronik sebatas belanja teknologi informasi dan komunikasi. Singkatnya, karena ada kegiatan belanja maka terciptalah transaksi; transaksi dapat direkayasa sedemikian rupa sehingga penguasa mendapatkan keuntungan dari aktivitas tersebut. Di sinilah praktek korupsi, kolusi, dan nepotisme tumbuh dengan subur.

129


Lurahsoft, Perangkat Lunak Gratisan yang Handal Apabila Pemkab sedikit kreatif maka penggunakan perangkat lunak gratisan bisa menjadi pilihan. Pemkab Jembrana membuktikan ide secara nyata. Pemanfaatan perangkat lunak IGOS yang didistribusikan secara gratisan oleh Kementerian Riset dan Teknologi bisa menjadi alternatif penghematan pengadaan perangkat lunak berbayar, contohnya Microsoft Windows. Untuk sistem menejemen informasi seperti SIMPEMDES juga bisa didapatkan secara gratis, misalnya Aplikasi Lurahsoft. Jadi,Pemdes cukup menganggarkan pembelian perangkat keras, sementara perangkat lunaknya menggunakan perangkat lunak gratisan karena menggunakan perangkat lunak berbasis sumber terbuka (open sour-

ce). Aplikasi Lurahsoft dikembangkan oleh Paulus Bambangwirawan. Lurahsoft lahir dengan swadana, karena hobi dan obsesi pengembangnya. Karena itu, lisensi Lurahsoft diserahkan ke publik (publicware atau copyleft) sehingga siapapun bebas mengunduh Lurahsoft secara gratisan. Awalnya software ini berjalan di sistem DOS (Disk Operating

System), lalu bersama mahasiswanya, Paulus mengembangkan Lurahsoft bisa berjalan pada sistem Microsoft Windows. Para mahasiswa mencari informasi yang dibutuhkan dan relevan dengan sistem manajemen informasi pemerintahan kelurahan untuk menyempurnakan aplikasi Lurahsoft. Lebih 130


dari itu, aplikasi menggunakan teknologi visual yang canggih dan memperhatikan penggunaan sistem identitas tunggal (SIN atau Single Identity Number) atau dulu populer dengan sebutan Nopen (Nomor Penduduk). Sistem yang dikembangkan Lurahsoft tak jauh beda dengan aplikasi SIMPEMDES di Cilacap. Bahkan, Lurahsoft bisa terus dikembangkan oleh siapapun karena aplikasi berbasis pada sistem sumber terbuka. Apabila Pemkab dan Pemdes di Cilacap sepakat menggunakan aplikasi gratisan seperti Lurahsoft maka belanja Simpemdes hanya sebesar 8 juta. Angka itu lalu ditambah 2 juta untuk pelatihan intensif bagi perangkat desa yang akan menjadi tenaga yang mengoperasikan sistem tersebut. Jadi, total pengeluaran hanya 10 juta. Apabila mereka telah menganggarkan 48 juta untuk proyek Simpemdes maka Pemdes bisa menghemat sebesar 38 juta. Dana negara yang bisa diselamatkan ada sekitar 10,972 Milyar. Angka tersebut bisa dipergunakan untuk pengadaan provider internet, katakanlah Speedy versi Office yang setahunnya menghabiskan dana 9 juta rupiah. Lalu, fasilitas internet bisa dibagi ke lembaga-lembaga pendidikan seperti sekolah dasar dan lembaga pendidikan masyarakat, melalui teknologi wajanbolik sehingga banyak orang dapat menikmati fasilitas internet secara gratisan. Ada dua keuntungan yang didapat oleh Pemdes, pertama laporan kegiatan pemerintahan bisa dilakukan secara on-line

131


dan kerja-kerja pelayanan publik menjadi efektif dan efisien. Kedua, Pemdes juga mampu menciptakan pusat pembelajaran (learning center) sehingga masyarakat desa makin pintar dan produktif. Bukankan ini yang kita impikan bersama?

132


23 Desember 2008

Yogyakarta Siap Migrasi ke Open Source | Yogyakarta menyatakan siap migrasi menggunakan perangkat lunak sumber terbuka (open source). Proses migrasi ini akan didukung oleh tim yang dibentuk oleh Kementerian Riset dan Teknologi (Ristek) yang terdiri dari elemen perguruan tinggi, pegiat linux, dan lembaga pengembang perangkat lunak sumber terbuka. Sejauh ini, Tim Migrasi telah melakukan kegiatan persiapan, seperti sosialisasi, pendataan awal, dan persiapan desk bantuan (helpdesk). Demikian dikatakan Imron Fauzi, aktivis Yayasan Air Putih (YAP) Jakarta, dalam rapat koordinasi tim migrasi di kantor COMBINE Resource Institution (CRI) Yogyakarta (12/11/ 2008). Menurutnya, Provinsi Yogyakarta merupakan salah satu daerah yang menyatakan siap migrasi ke open source, selain Nangroe Aceh Darussalam (NAD). Untuk operasional kegiatan tersebut, kata Imron, Tim Migrasi DIY telah terbentuk terdiri dari CRI, Pemberdayaan Open Source Software Universitas Gajah Mada (POSS-UGM), dan Kelompok Peng-

133


gerak Linuk Indonesia (KPLI) Yogyakarta.“Gubernur Yogyakarta meminta Kementerian Ristek untuk memfasilitasi proses migrasi perangkat lunak yang digunakan di seluruh instansi pemerintah sebagai bentuk penghematan anggaran dan dukungan pada penggunaan perangkat lunak legal,� ujar Imron. Tahap pertama migrasi, hingga bulan April 2008, Tim akan melakukan migrasi pada 5 prosen komputer yang digunakan di Kantor Provinsi Yogyakarta, Kota Yogyakarta, dan Kabupaten Gunung Kidul. Tim akan mendukung proses migrasi dengan melakukan pelatihan, instalasi jaringan, dan pendampingan selama tiga bulan. “Sebagian tenaga teknis yang menangani alat-alat komputer di pemerintah belum mendalami seluk-beluk open

source sehingga setelah mendapatkan dukungan dan pendampingan mereka akan mahir menangani permasalahanpermasalahan yang terkait dengan sistem ini,� ungkap Mardhani dari POSS UGM yang menjadi tim sosialiasi migrasi ini. Informasi yang diperoleh dari Tim Migrasi, perangkat lunak yang akan digunakan adalah BlankOn, suatu perangkat lunak yang dikembangkan oleh para ahli komputer Indonesia yang diedarkan secara gratisan. BlankOn didistribusikan secara cuma-cuma oleh Kementerian Komunikasi dan Informasi sebagai buah karya anak negeri.

134


“BlankOn memiliki dukungan komunitas, helpdesk, dan repositori yang baik. Perangkat lunak ini juga dikenal memiliki kompatibilitas dengan berbagai perangkat keras yang beredar di pasaran. Tapi yang penting bukan BlankOn-nya tapi pemerintah bisa menggunakan perangkat lunak yang handal sehingga pelayanan publik akan lebih maksimal,� ungkap Akhmad Nasir, Direktur CRI Yogyakarta. Selain memigrasikan komputer di lingkungan pemerintah, Tim Migrasi akan berkantor di Jalan Ngadisuryan 26 ini, juga akan membantu migrasi komputer di unit usaha kecil, lembaga swadaya masyarakat, dan lembaga pendidikan. Dengan usaha ini diharapkan akan menimimalkan penggunaan perangkat lunak bajakan. Perlahan tapi pasti, Yogyakarta bisa menjadi cermin pengembangan perangkat lunak dalam negeri bagi daerah lain.

135


136


Agama FPI Bringas Karena Polisi Memble Amrozi Cs Bukan Pejuang Islam

137


138


12 September 2008

FPI Bringas Karena Polisi Memble

Akhir-akhir ini seluruh media massa meliput berita penyerbuan sekelompok massa yang menamakan diri FPI (Front Pembela Islam) pada peserta aksi peringatan lahirnya Pancasila di Monas, Jakarta. Kenapa FPI berani menyerbu dan memukuli peserta aksi di atas? Menurut beragam informasi ada di media massa, tindakan FPI dipicu oleh sikap Aksi Aliansi untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (AAKBB) yang menyerukan hak warga untuk bebas memeluk agama dan keyakinan. Sikap ini AAKBB dituduh membela para penganut Akhmadiyah oleh FPI. Ajaran Akhmadiyah menurut FPI meresahkan warga, terlebih mereka memposisikan pimpinan spiritual mereka Mirza Ghulam Akhmad seperti nabi. Karenanya penganut Ahmadiyah adalah sesat dan menodai kemurnian agama. Alasan FPI menyerbu jelas tidak masuk akal karena negara Indonesia bukan negara yang didasarkan atas suatu agama, sehingga kebebasan memeluk agama patut dihormati. Jika selama ini FPI menuduh Akhmadiyah membuat resah umat 139


Islam, jika kita teliti sebenarnya rating teringgi menebar fitnah, teror, dan kekerasan dipegang oleh FPI itu sendiri. FPI seringkali memukul, merusak, dan menganiaya orang-orang yang berbeda dengannya. Tindakan ini jelas mencoreng wajah umat dan menodai agama Islam. Tindakan FPI bertentangan dengan ajaran Islam yang rohmatan lil ‘alamin. FPI ibarat menjadi preman kecil yang suka merengek, menyalahkan orang lain, dan menyerang siapa saja yang tidak sama dengannya. Tindakan FPI jelas melanggar hukum dan sepatutnya para pelaku diberi sanski yang berat. Sayang, polisi sedari awal membiarkan tindakan FPI begitu saja. Dalam bahasa hukum, polisi telah lalai dengan tugasnya untuk menjaga dan melindungi hak-hak dasar manusia. Tindakan lalai ini telah berlangsung lama sehingga FPI makin menjadijadi. Tindakan FPI tak ubahnya seperti kelompok preman yang memakai jubah puti dan peci. Tindakan Polisi membiarkan tindakan melawan hukum yang dilakukan FPI menjadi kesalahan lembaga ini yang sangat fatal. Terlebih keterlibatan pucuk-pucuk pimpinan mereka yang memiliki keterkaitan, baik langsung maupun tidak langsung dengan lembaga ini. Karena FPI telah ribuan kali melakukan tindakan yang melawan hukum sebaiknya lembaga ini perlu diberikan sanski juga. FPI memaksakan kehendak pada orang lain dan menghalalkan tindakan kekerasan dalam aksi-aksinya. Maka, pimpinan Polri mesti bertanggung jawab secara hukum atas pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan oleh FPI.

140


Dibanding Ahmadiyah, tindakan FPI jelas lebih meresahkan umat. Selain, perilaku mereka yang brutal, FPI sering menganjurkan orang untuk menghalalkan segala cara untuk meraih sesuatu. Alasannya demi menyelamatkan umat dan menegakkan ajaran Allah di muka bumi. Ketika dikaji lebih jauh alasan itu dibuat hanyalah untuk mengaburkan kepentingan kelompok dan pribadi tertentu. Tindakan penyerbuan kepada markas FPI oleh sekelompok massa lainnya, misal Garda Bangsa maupun Banser, juga tidak dapat dibenarkan. Tindakan itu tak lebih beda dengan apa yang dilakukan FPI. Anehnya, polisi juga tidak melakukan tindakan apapun untuk menegakkan hukum bagi pelaku kekerasan. Maka Polisilah akar permasalahan utamanya. Oleh karena itu, sebaiknya Kapolri meminta maaf pada publik dan mengundurkan diri. Kapolri yang menggantikannya segera membuat kajian dan perombakan sistem pendidikan polisi, agar lebih profesional. FPI sebaiknya mengganti nama menjadi Front Pembela Ini-Itu (lumayan jadi usaha baru, mengurangi angka pengangguran karena kerja Ini-Itu akan menyerap tenaga kerja yang banyak. Ini baru Islami)

141


142


10 November 2008

Amrozi Cs Bukan Pejuang Islam

Ma’roef Amin (MA), Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) bidang fatwa makin usil. Ia menyatakan Amrozi, Muklas, dan Imam Samudra sebagai orang yang mati syahid. Syahid artinya mati dijalan Allah dan surga menjadi tempat yang layak baginya. Pernyataan ini jelas sangat membingungkan sebab faktanya ketiganya adalah pelaku pengeboman yang menewaskan ratusan orang meninggal, serta ribuan orang luka-luka. Terlebih, tak sedikit korban pengeboman itu adalah umat Islam. Menurut saya, tindakan MA baik pribadi maupun lembaga bisa menyesatkan umat Islam. Pertama, bagaimana mungkin seorang raja tega disebut sebagai syahid. Ini kan konyol. Tindakan Amrozi Cs jelas salah, baik di mata hukum positif maupun hukum Islam. Demi Allah, Al-Quran dengan jelas mengatakan seorang muslim yang menyakiti dan menghilang nyawa muslim lainnya, dosanya seperti membunuh seluruh umat manusia. Berangkat dari pijakan ini, pernyataan MA jelas menyesatkan umat Islam.

143


Kedua, tindakan Amrozi Cs termasuk aktivitas kriminal yang direncana sehingga ketiganya dapat disebut sebagai pelaku kriminal yang berbahaya. Dalam kajian klinis, tindakan ini hanya bisa dilakukan oleh psikopat ataupun orang yang mengalami disorientasi secara psikologis akut. Bagaimana nalar MA menyebut seorang psikopat yang tega membunuh ratusan orang sebagai syahid? Syahid lebih layak disandang oleh Radisem dkk, Tenaga Kerja Wanita (TKW) yang meninggal dianiaya majikan mereka. Radisem meninggal dalam kondisi perang di jalan Allah, yaitu mencari rizki yang halal untuk menghidupi keluarganya. Ketiga, penyataan MA sudah masuk dalam kategori sesat pikir. Cara berpikir yang digunakan MA tak beda dengan Syaikh Puji (SP), yaitu sama-sama menggunakan dalil sebagai dalih. Secara semena-mena keduanya mencomot dalil Al-Quran dan hadist sebagai dalil untuk membenarkan kesesatan yang sedang mereka kembangkan. Sebagai bagian dari umat Islam, saya menyatakan sebaiknya MUI disteril dari penyakit MA dan SP atau lembaga ini suatu saat hanya dimaknai sebagai Majelis Usil Indonesia. Amrozi dkk jelas bukan orang yang jihad dijalan Allah. Mereka hanya orang-orang yang menggunakan pakaian dan katakata mirip orang Islam yang mirip orang Islam. Tuhan orang Islam bukan Tuhan yang haus darah seperti Allah-nya Amrozi Cs. Allah SWT adalah Dia yang menciptakan langit dan bumi, yang menciptakan manusia berbangsa-bangsa, bersuku-suku, untuk saling mengenal dan berkerjasama.

144


Islam diturunkan tak lain dan tak bukan sebagai rahmat bagi seluruh alam, bukan Islam yang mengajarkan pembunuhan seperti yang diyakini oleh Amrozi Cs. Akhirnya, orang sesat seperti MA sebaiknya cepat angkat dari MUI karena hanya membuat citra Islam buruk!

145


146


147


Dengan informasi, masyarakat dapat mengambil keputusan bagi dirinya sendiri, bertindak secara kritis dalam upaya memperbaiki keadaan dan mengatasi masalahnya sendiri, serta mampu terlibat dalam proses-proses sosial dan politik termasuk dalam mengambil keputusan publik yang dilakukan komunitasnya.

OpenBook Jl. Veteran Gg. Janur Kuning 11A, Pandeyan, Umbulharjo, Kota Yogyakarta 83 Yogyakarta 55161 Telp/Fax. +62 274 372378 E-Mail: office@infest.or.id Website: http://infest.or.id E-Book : http://issuu.com/infest

148


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.