2 minute read
PUSTAKA
lewat 59 menit pagi. “Sial, efeknya hanya bertahan 46 menit,” keluhku. Semesta alfa sangat berbeda dari semesta beta. Di semesta itu Lia dan Kyle masih hidup. Di semesta itu keluargaku utuh dan bahagia.
Hari minggu pukul 3 lewat 21 menit sore. Aku meningkatkan lagi dosis dan komposisi Celebre. Aku ingin kesadaran originalku dapat bertahan selama mungkin di sana, untuk menepati janjiku pada Kyle. Kami pergi ke peternakan milik kedua orang tua Lia di Iowa Barat. Aku dan Lia menonton Kyle yang bermain dengan domba yang digiring masuk ke dalam kandang bersama kakeknya. Aku mengalihkan pandang ke wajah Lia yang berbaur dengan siluet sore, melamun nikmati keindahannya. “Akhir-akhir ini kau tampak berbeda,” ucap Lia memecah lamunku.
Advertisement
Pandangan kami bertemu, gugup menjalari tubuhku seperti kali pertama aku menatap kedua mata itu. “Oh, benarkah?”
“Aku sering mendapatimu menatapku begitu dalam, dan di lain waktu kau menjadi dingin seperti biasanya,” sambung Lia. Aku menyadari Alfred di semesta ini sangat berbeda denganku, dia adalah versi diriku yang gagal meraih impian. Alih-alih menjadi ilmuwan pengembang Celebre, ia hanya seorang dosen biologi di universitas kecil di Canada. Meski begitu, kehidupannya sempurna, Lia dan Kyle masih hidup disini. Aku rela membuang segala pencapaianku hanya untuk mendapatkan hidupnya.
“Maaf jika sikapku akhir-akhir ini membuatmu takut,” ucapku.
Lia menggeleng, “Bukan begitu Al, aku merasa senang akan hal itu. Hanya saja aku merasadi balik tatapan kedua mata itu ada kesedihan yang tidak kau ceritakan padaku.” kata Lia. Mataku berkaca-kaca, kesedihan yang kusembunyikan perlahan meluap ke permukaan emosi. Aku yang telah kehilangannya dan Kyle, menjalani hidup penuh nestapa. Kupeluk Lia tanpa keraguan sedikitpun seperti kali pertama aku memeluknya, juga seperti saat terakhir aku memeluknya. Lia,aku mencintaimu. Di semesta manapun perasaan ini tetap sama.
Bunyi denting lonceng terdengar lagi. Kali ini lebih keras dari sebelumnya. Darah mengalirkeluar dari lubang telingaku. “Al, ada darah di telingamu,” cemas Lia. Aku mengusap darahku dengan lengan kemeja flanel yang kukenakan. Tidak, kumohon jangan sekarang!
Aku kembali ke semesta beta. Rasa sakit terasa disana-sini, aku hampir overdosis Celebre. Semua ini sia-sia. Tidak peduli berapa kali kompisisi obat ini kutingkatkan, pada akhirnya semestabeta akan menyeretku kembali padanya. Disaat-saat terakhir aku mengingat kembali percakapan terakhirku bersama Edward sebelum meninggalkan bar. “Ed, menurutmu apa yang mungkin terjadi jika tubuh original di semesta beta mengalami kematian ketika kesadaran original masih berada disemesta alfa?”
“Kesadaran versi lain dirimu yang terjebak dalam tubuh originalmu di semesta beta akan mati, sedangkan kesadaran originalmu yang berada dalam tubuh versi lainmu di semesta alfa tidakakan bisa kembali ke semesta asal untuk selamanya,” jawaban Edward dengan raut wajah heran.
Aku mengambil sisa Celebre dan dosis tinggi nekrotoksin dari laci lemari penyimpanan. Menyuntikkan keduanya ke pembuluh venaku. Ada jeda aktivasi diantara kedua obat itu, butuh waktu 3 menit untuk Celebre aktif. Nekrotoksin dengan dosis tinggi juga membutuhkan waktu 3 menit untuk mematikan tubuh manusia dewasa. Ini adalah perjudian terbesar dalam hidupku, entahaku akan mati setelah kesadaranku terlempar ke semesta alfa atau mati terlebih dahulu sebelum kesadaranku sempat terlempar. Aku adalah perwujudan kucing Schrodinger secara nyata.
Rasa sakit mulai menjalar perlahan ke seluruh tubuh. Kuambil nafas panjang dengan keduamata yang terpejam. “Lia, Kyle ... aku pulang.”