6 minute read

CERITA MEREKA

Next Article
LAPORAN UTAMA

LAPORAN UTAMA

Bagaimana cara bapak mengatur manajemen waktu bapak selama ini?

Tentunya dalam manajemen waktu, saya membagi masing-masing kegiatan tersebut dan saya berikan alokasi sesuai dengan kontennya, waktu, dan konvensi secara proporsional. Semua tindakan akan direncanakan, tetapi ketika memang ada yang sifatnya insidental yang segera membutuhkan waktu penyelesaian, itu pun juga bisa kita miliki. Strateginya adalah dengan merencanakan, mengagendakan, kemudian memberikan porsi secara proporsional.

Advertisement

Seberapa penting perencanaan bagi manajemen waktu menurut Bapak?

Strategi (perencanaan) menurut saya sangat penting dan hukumnya mutlak, sehingga intinya harus ada. Dalam sebuah pencapaian, perencanaan persentasenya kurang lebih 30— 40%. Hal ini dikarenakan kesuksesan pelaksanaan tergantung dari perencanaan. Ketika rencana dibuat ala kadarnya, maka hasilnya kurang baik, bahkan kadang-kadang tidak bisa terlaksana atau hancur-hancuran. Jadi, intinya bagi saya sendiri, perencanaan atau planning itu menduduki 40% dari sekian kegiatan. Bagaimana perjuangan Bapak selama ini untuk mencapai apa yang telah Bapak terima hingga sekarang, salah satunya menjadi Guru Besar UM?

Kalau sebagai Guru Besar, terdapat beberapa capaian yang perlu dipenuhi, di antaranya secara akademis, pengalaman, dan prestasi. Untuk mencapainya on the track saja. Semua persyaratan yang ada harus dipenuhi secara optimal, tidak main-main dan tidak setengah-setengah. Misalnya, harus punya jurnal internasional sekian, maka kita bilang yang memang betul-betul bagus dan punya nilai. Belajar dari pengalaman, semua itu tidak terlepas dari perencanaan. Kemudian, pengalaman yang pernah didapatkan ini juga harus diarahkan sesuai dengan bidang kita, baik secara akademis maupun pengalaman yang lain supaya nanti bisa mendukung. Selain persyaratan-persyaratan utama jurnal, saya ada beberapa paten-paten aktual. Paten itu juga saya arahkan sesuai dengan kompetensi, yaitu pada Teknologi Tepat Guna (TTG). Jadi, strategi yang digunakan untuk menjadi Guru Besar, antara lain planning kapan kita akan merencanakan pengajuan Guru Besar, persyaratan-persyaratan kita penuhi secara optimal, dan pengalaman akademis atau pengalaman lain yang mendukung. Apa hambatan dalam meraih pencapaian Bapak selama ini?

Kalau masalah sistem yang dibangun perguruan tinggi, saya merasa itu sudah bagus, tetapi hambatan itu datang dari kami sendiri. Contoh riilnya adalah saya memilih jurnal yang saya anggap bisa digunakan untuk kenaikan pangkat dan bisa diterbitkan, ternyata malah tidak bisa dinilai sebagai persyaratan. Menurut saya, secara umum tidak ada hambatan berarti, hanya dari kami kurang jeli saja dalam menentukan sebuah pilihan. Sehingga, saya kira dari pengalaman saya sendiri itu dapat menjadi pelajaran bagi teman-teman untuk tidak bertindak seperti itu. Di samping sebagai Guru Besar bidang (TTG), Bapak juga berhasil menghantarkan UM meraih prestasi HaKi, bolehkah sedikit bercerita bagaimana cara mencapainya?

Intinya semua berawal dari planning. Kalau melihat dari chart HaKi pada tahun 2013, hanya terdapat satu atau dua saja. Maka, perlu direncanakan untuk membuat atmosfer akademis UM akrab dengan HaKi. Langkah awal yang dilakukan adalah sosialisasi dengan mengirim tenaga-tenaga fungsional dan dosen-dosen untuk belajar HaKi. Dalam mengakselerasi, kita datangkan DJKI untuk melatih dan menyosialisasikan HaKi, jenisnya, dan bagaimana cara mengusulkannya. Sekarang, masingmasing dosen tahu tentang HaKi, artinya mereka sudah akrab dan familier dengan hal itu. Grafik saat ini, track-nya sudah tidak datar, tetapi naik secara eksponensial. Hanya dalam dua tahun, kita sudah punya dua ribu lebih hak cipta. Sementara itu, untuk paten memang cukup sulit, di 2020 kita menerbitkan 90 paten dan di tahun 2021 kita menerbitkan sebanyak 140. Jadi, setiap tahun naik, walaupun paten granted-nya memang lama. Namun, kita upayakan setiap tahun ada yang granted. Itu membuat UM menjadi kompetitor yang diperhitungkan oleh perguruan tinggi lain. Artinya, secara internal kita perkuat dan secara eksternal kita cari pembanding serta strategi untuk memperkuat internal kita. Dengan kesuksesan yang berhasil Bapak raih selama ini, bolehkah Bapak sedikit menceritakan latar belakang pendidikan Bapak?

Saya bukan lulusan SMA, melainkan STM. Tapi, saya berkomitmen bahwa kepemilikan ilmu itu penting dari

tholabul ilmu dan apa pun ilmunya yang penting berkah. Kemudian, S1 saya masuk di IKIP Malang, dulu di FPTK atau Fakultas Pendidikan Teknologi Kejuruan. Dulu, saya mendapat beasiswa sejak semester tiga. Jadi, S1, S2 dan S3 saya mendapatkan beasiswa. Saya dulu mengikuti berbagai organisasi, seperti Pramuka, organisasi mahasiswa penulis yang waktu itu mulai berdiri, dan Perisai Diri. Lalu, S2 saya ke Mekanisasi UGM dan S3 juga sama di Teknik Pertanian atau Agriculture Engineering. Pencapaian S3 saya alhamdulillah lulus dan mendapatkan sertifikat cumlaude dari UGM. Latar belakang saya seperti itu, tetapi saya memiliki tekad bulat bahwa semua ilmu yang kita pelajari suatu saat akan berguna, ilmu akademis ataupun agama. Kemudian, ditambah dengan beberapa kursus, misalnya kursus tentang penelitian. Bagaimana Bapak menyelesaikan tantangan dan masalah dalam mencapai keberhasilan?

Tantangan tentu ada, karena setiap orang pasti memilikinya. Makanya, dalam menghadapi tantangan itu kita mesti punya strategi penyelesaiannya, dan kita akan punya banyak strategi penyelesaian kalau kita punya kompetensi. Kita akan punya kompetensi ketika kita sering meningkatkan kompetensi tersebut melalui berbagai cara, seperti banyak belajar, mencoba, dan berkomunikasi. Jadi jangan membatasi diri dan merasa cepat puas, tetapi juga harus balance antara dunia dan akhirat. Siapakah tokoh penting yang dianggap berpengaruh besar dalam kesuksesan Bapak saat ini?

Kalau tokoh penting Insyaallah orang tua. Orang tua selalu memberi motivasi yang selalu saya pakai, yaitu niatkan bahwa perjuangan adalah ibadah dan berakit-rakit ke hulu berenang renang ke tepian di mana dalam peribahasa berarti bersakit sakit dahulu bersenang senang kemudian. Kalau istilah orang Jawa, “Loro saiki nggak loro saiki” yang berarti kalau tidak sakit sekarang nanti juga bakalan sakit. Selain itu, ada istilah lain, “Cincing nggak wurung teles, ndang dibyuri sisan” yang artinya kita jangan lari dari masalah, tetapi harus menyelesaikan masalah secara memuaskan dan tidak merugikan orang lain. Saya menganggap kedua orang tua saya merupakan tokoh terpenting yang selalu memotivasi saya di samping ilmu-ilmu agama yang dibekalkan. Selain itu, beberapa kolega yang sebenarnya bukan saya sebut tokoh, tetapi selalu memberi dukungan. Untuk tokoh lainnya, saya pikir tidak ada. Kita cukup berguru pada Al-Quran dan hadis karena di dalamnya terdapat ilmu untuk membekali diri kita. Menurut Bapak, apa tips and trick untuk berhasil dalam mencapai sesuatu?

Kalau untuk tips dan trik yang dapat kita lakukan adalah dengan banyak komunikasi dengan berbagai pihak yang mendukung kita, mempersiapkan rencana dalam melakukan sesuatu, selalu menambah skill, baik itu hard skill maupun soft skill, dan jangan menganggap remeh ilmu yang kita dapat. Suatu saat ilmu yang kita dapat itu akan terintegrasi menjadi satu pengetahuan, menjadi satu ilmu yang utuh untuk menyelesaikan masalah. Selanjutnya, jangan melihat orangnya, tetapi lihat, amati, atau pelajari apa yang disampaikan olehnya. Terakhir, adalah jangan langsung suuzan kepada guru kita atas ilmu yang diberikannya.

Apa harapan Bapak untuk Universitas Negeri Malang ke depannya?

Sekarang, UM telah naik status dari PTN-BLU menjadi PTN-BH. Harapan saya di antaranya, di samping membekali keilmuan kepada dosen-dosennya secara akademis, ada satu hal penting yang mungkin perlu diraih, yaitu peningkatan ilmu kewirausahaan atau entrepreneurship. Harapan saya adalah bagaimana UM ke depan bisa memperoleh income generating unit yang artinya tidak hanya memperoleh income dari SPP mahasiswa. Jadi, UM harus bisa mengomersialkan hasil akademis, baik dari hasil penelitian, hasil pengabdian, maupun dari hasil karya mahasiswa menjadi income. Satu lagi adalah kita tidak hanya merancang anggaran terpaku sebatas pada anggaran yang ada, tapi kita bisa merancang anggaran berbasis aktivitas yang dilakukan. Sebenarnya, UM sudah seperti itu, tetapi hanya perlu ditingkatkan lagi.

Apa pesan yang ingin Bapak sampaikan kepada Mahasiswa UM?

Untuk pesan, saya rasa pengalaman yang saya dapatkan bisa menjadi salah satu rujukan, misalnya menuntut ilmu jangan disepelekan, menambah kegiatan di luar akademis yang mendukung akademis, menyelesaikan masalah jangan ditunda segera komunikasikan dengan ahlinya, jadikan teman Anda sebagai mitra dalam berbagai hal seperti belajar dan berdiskusi, dan ambil peluang untuk meningkatkan kinerja kita, karena itu akan bermanfaat dalam dunia kerja. Pengalaman merupakan salah satu poin penting yang terkadang tidak terpikirkan oleh mahasiswa. Terkadang, (mahasiswa) hanya memikirkan bahwa ingin kuliah yang penting lulus. Maka, jadilah mahasiswa yang mempunyai bekal untuk selanjutnya di dunia kerja. Nuriyatul

This article is from: