Kronik edisi 100

Page 1

th.XIII/19 Desember 2015

100

Unika Soegijapranata

edisi digital

“NATAL”: REVOLUSI MENTAL Sugeng Krismis (Jawa), atau Wilujeng Natal (Sunda), atau Selamat Natal, atau Selamat Krismas (Malaysia), atau Maligayang Pasko (Filipina), atau Merry Christmas (Inggris), atau kata yang lain dalam bahasa dan dialek yang berbeda telah lazim dijadikan ucapan bagi umat Kristen di akhir tahun, khususnya di bulan Desember. Meski ada sebagian komunitas tertentu yang ‘mengharamkan’ ucapan tersebut, akan tetapi secara umum ucapan tersebut telah menjadi ucapan yang ‘taken for granted’ dalam memberikan apresiasi, toleransi, rasa bersaudara, bahkan pengakuan terhadap rasa bahagia, suka, senang, dan riang yang dirasakan oleh umat Kristen. Suasana kebahagiaan, kesukaan, kesenangan, dan keriangan tersebut menjadi sangat logis karena ucapan tersebut juga berpautan dengan masa untuk mensyukuri berbagai perjuangan di tahun yang telah berlalu serta harapan baru terhadap perjuangan di tahun yang akan datang. Oleh karena itu, ucapan Sugeng Krismis (Jawa), atau Wilujeng Natal (Sunda), atau Selamat Natal, atau Selamat Krismas (Malaysia), atau Maligayang Pasko (Filipina), atau Merry Christmas (Inggris) didampingkan dengan ucapan Sugeng Warsa Enggal (Jawa), atau

Wilujeng Taun Enggal (Sunda), Selamat Tahun Baru (Indonesia/Malaysia), atau Maligayang Bagong Taon (Filipina), atau Happy New Year (Inggris), atau yang lain. Pada kesempatan ini kami ucapkan Selamat Natal 25 Desember 2015 bagi para pembaca yang merayakan dan Selamat Tahun Baru 01 Januari 2016 untuk semuanya. Di bulan Desember tahun 2015 ini setiap mall dan super-market, bahkan beberapa mini-market dan lembagalembaga tertentu, telah menampilkan berbagai hiasan, hadiah dan ‘komoditi natal’ serta mengumandangkan instrumen atau lagu-lagu rohani Kristiani untuk menyemarakkan suasana Natal yang membahagiakan, menyukakan, menyenangkan, dan meriangkan tersebut. Memang, secara lahir suasana Natal adalah suasana yang dipenuhi oleh berbagai kebahagiaan, kesukaan, kesenangan, dan keriangan. Dalam memperingati hari Natal, secara lebih jauh Mgr. Albertus Soegijapranata (patron Universitas Katolik Soegijapranata) mengajak agar umat katolik untuk berani melakukan perubahan dalam diri dan dalam komunitas masingmasing, perubahan dari habitus lama ke habitus baru. Beliau menyitir kalimat Kronik Edisi 100/Th.XIII

dalam Bahasa Latin dalam sebuah pesan Natal (tanpa tahun): “...tempora mutantur, nos autem cum illis: zaman itu berubah, kitapun turut berubah pula... sebab masa dan manusia itu saling mempengaruhi.” Akan tetapi “...meskipun segala sesuatu yang bersifat fana, sementara, dan duniawi, baik di sekitar kita maupun pada diri kita sendiri, berubah terus menerus, di dalam hati kita terdapatlah suatu kehasratan dan kerinduan yang tak berubah, tetapi tetap tinggal sama sepanjang hidup”. Hasrat dan kerinduan yang tidak berubah bagi manusia adalah: kebahagiaan yang sempurna dan sejati. “Bukanlah pengetahuan, bukanlah kekayaan, bukanlah kehormatan, yang memberikan kebahagiaan (sempurna dan sejati?) kepada manusia, akan tetapi persatuan di antara manusia dan Tuhan yang erat dan mesra... Dalam persatuan itulah manusia merasa bahagia, sebab bersatu dengan sumber hidup, bersatu dengan sumber kebenaran, dengan sumber kebaikan dan keindahan”. Sungguh, sebuah ajakan yang sangat menyentuh nurani dan imani kita. Dalam konteks itulah Yesus lahir di dunia, untuk bersatu dengan umatnya, bersatu dalam kesusahan, bersatu 19 Desember 2015

1


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.