75
th.XIII/13 Maret 2015
Dalam bahasa Latin terdapat kata simulacra yang jika diterjemahkan secara harafiah bermakna keseolaholahan/kemirip-miripan. Akhir-akhir ini simulacra menjadi sebuah fenomena. Banyak orang merajut popularitas, namun tidak ditopang dengan kejujuran. Bohong dijadikan alat untuk mendapat gelar, jabatan, pangkat maupun kekayaan. Maka boleh dikata apa yang mereka dapat itu tak lebih dari sebuah ‘simulacra’. Dunia pendidikan khususnya perguruan tinggi pun tak luput dari fenomena ini. Tahun 2008, Thomas Barlett, seorang jurnalis Amerika Serikat getol mewartakan wabah plagiarisme yang menulari kaum akademisi AS. Ia merilis berita bahwa Profesor Twitchell menjiplak sebagian artikel di Harvard Business Review untuk mengisi paragraf penting di buku Living It Up karangannya. Dalam berita tersebut Twitchell tidak sendirian. Tidak sedikit profesor di AS yang kasus penjiplakannya terkuak. Bahkan ada rektor yang ditengarai kuat tersandung dalam plagiarisme
ketika ia dulu menyusun disertasinya. Selain itu terkuak pula kasus-kasus yang melibatkan ketua jurusan, juga dengan jabatan profesor, yang terbukti membimbing penulisan karya mahasiswa yang sarat penjiplakan. Tak perlu jauh-jauh, beberapa dosen baik itu di universitas negeri terkemuka maupun di perguruan tinggi swasta di tanah air pun tersandung kasus ini. Skripsi Bebas dari Plagiarisme Berusaha untuk tidak terjerat dalam kasus plagiarisme, Perpustakaan Unika Soegijaprana mengadopsi sebuah sistem bebas plagiarisme. “Kita akan menggunakan sebuah Web Tool/ software untuk mendeteksi tindakan plagiarisme suatu karya dengan cara mencocokkan suatu teks dengan informasi yang terdapat di internet atau web repositories. Apabila ditemukan kecocokan kata dari suatu teks dengan sumber di internet maka software akan memberi warna pada kata-kata yang sama, alamat sumber di internet, dan prosentase tingkat kecocokan kata,” jelas Rikarda Ratih, Kepala UPT KRONIK EDISI 75/TH.XIII
Perpustakaan, yang diwawancarai via surat elektronik. Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa selama mengerjakan skripsi mahasiswa dapat mengecek apakah yang ditulisnya bebas plagiarisme. Untuk bisa melakukan pengecekan karya ilmiah tersebut mahasiswa harus mendaftar ke perpustakaan dengan petugas Multimedia di lantai 3, syaratnya membawa fotokopi KRS dan bukti pembayaran skripsi, untuk memperoleh login dan password. ” Bagi mahasiswa yang sudah memiliki login password, bisa mengupload karya ilmiah mereka di kelas milik dosen pembimbing masing-masing. Hasil deteksi karya ilmiah akan diakses, dianalisa dan diputuskan oleh dosen pembimbing,” imbuhnya. Dalam hal ini mahasiswa diajak untuk proaktif menggunakan fasilitas yang disediakan Perpustakaan ini. Sebab jika nanti skripsinya sudah dipublikasikan dan terbukti melakukan plagiarisme, konsekuensi yang didapat tidak ringan. Menurut Peraturan 13 Maret 2015
1