26112012

Page 1

KORAN MADURA SENIN 26 NOVEMBER 2012 NO.0001| TAHUN I

@KoranMadura

SENIN

26 NOVEMBER 2012

ratusan pengendara antre bbm di spbu Antrian panjang calon pembeli BBM bersubsidi jenis premium dan solar di SPBU di Kabupaten Sumenep hampir terjadi setiap hari pada waktu-waktu tertentu.

Satu Hati untuk Bangsa

mahfud md tak ingin pimpin mk lagi Mantan politis PKB dari Madura ini dikabarkan akan maju dalam Pemilu Presiden 2014 mendatang bersama Aburizal Bakrie.

>> halaman 04

>> halaman 02

Harga Eceran Rp 2500,- Langganan Rp 50.000,-

MENEGUHKAN IDENTITAS MADURA Desember mendatang, Said Abdullah Institute (SAI) kembali menggelar kongres kebudayaan jilid II setelah kongres sejenis 2007 lalu. Kongres ini sengaja digelar untuk menjaga kelestarian Budaya Madura yang selama ini disinyalir mulai dilupakan oleh masyarakat Madura. >> halaman 10

PAMANGGI

Siklus

Kota Gerbang Salam Sulit Air

Ummatan Wahidah Oleh: William Syukur

Kolumnis, tinggal di Jakarta

D

PAMEKASAN – Kesulitan air bersih masih dirasakan warga di sejumlah kecamatan di Kabupaten Pamekasan, Madura. Kemarau panjang yang terjadi tahun ini menyebabkan kantong-kantong air bersih mengalami kekeringan. Beberapa kecamatan yang masih mengalami kesulitan air bersih itu antara lain, Kecamatan Pademawu, Tlanakan, Proppo dan sebagian desa di Kecamatan Pasean. Warga di kecamatan itu, harus mendatangkan air dengan cara membeli atau mencari ke tempat lain yang masih memiliki persediaan. Museh, warga Dusun Kobarung, Desa Jarin, Kecamatan Pademawu, mengatakan pihaknya harus membeli air untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan harga Rp. 5 ribu setiap 25 liter. Air itu hanya digunakan sebagai air konsumsi. Sedangkan untuk mandi dan cuci, keluarganya menggunakan air sungai, atau menumpang di sumur warga yang masih memiliki persediaan air. Bupati Pamekasan, Kholilurrahman, menyatakan pihaknya masih tetap akan melakukan bantuan air bersih untuk wilayah rawan kekeringan. Bantuan itu akan tetap dilaksanakan hingga ada kepastian tidak ada lagi warga yang mengalami kesulitan air bersih. “Kami tatap akan menyalurkan bantuan itu meski sudah memasuki musim hujan. Sebab, sampai saat ini intensitas hujan masih rendah sehingga kebutuhan air bersih di wilayah yang mengalami kekeringan belum mungkin terpenuhi,” katanya. (aid/muj/abe)

Pemilukada

Polisi Kawal Cabup-Cawabup BANGKALAN - Ratusan aparat disiagakan untuk mengamankan penyampaian visi, misi, dan program pasangan calon bupati dan wakil bupati di di ruang paripurna DPRD (25/11). Ini dilakukan agar proses acara berlangsung damai. Informasi versi polisi, 450 aparat kepolisian disiagakan acara dalam acara ini. Mereka, berasal dari unsur Polres Bangkalan dan Polda Jatim. Polisi memeriksa undangan sebelum memasuki ruangan dengan metal detector. Di sekitar lokasi ini, 270 polisi siap siaga dari Polres Bangkalan (170 personel) dan 100 polisi dari Ditshabara Polda Jatim. “Pengamanan ini dari unsur gabungan,” kata Kabag Ops Polres Bangkalan Kompol Abd Rohim. Penyampaian visi, misi dan program diikuti tiga pasangan calon bupati dan calon wakil bupati Bangkalan. Mereka, KH Imam Buchori Cholil-R Zainal Alim, Nizar Zahro-Zulkifli, dan R Moh Makmun Ibnu Fuad yang berpasangan dengan KH Mondir Rofii. (rid/abe)

Caca colo’ Warga Antre BBM Tiap Hari di SPBU Mau beli aja kok repot ?! Pemilukada Jatim butuh Rp 1,8 Triliun Trus kita harus bilang Woww gitu ?? Kota Gerbang Salam Sulit air Pantesan, suhu politiknya makin panas

Sisi Lain

Perut bumi tak hanya berisi emas, tapi juga berisi batu bata untuk ditambang.

1

Koran Madura

s. bachri/koran madura

Simulasi - Polres Pamekasan sedang melakukan simulasi pengamanan tahapan pemilu kepala daerah setempat beberapa waktu lalu.

Rp 1 Triliun untuk

Pemilukada Jatim Pemprov Dibayang-bayangi Utang

SURABAYA - Gaung pesta demokrasi untuk memilih Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Timur periode 2013-2018 terdengar di mana-mana. Perhatian publik tertuju ke Jawa Timur karena anggaran pemilihan gubernurnya (pilgub) selangit. Untuk putaran pertama saja, nilainya hampir mencapai Rp 1 triliun atau tepatnya Rp 943 miliar dengan perincian KPU Rp 646 miliar, Bawaslu Rp 206 miliar, Polda Rp 78 miliar dan TNI Rp 13 miliar. Anggaran tersebut membengkak 2

kali lipat dari pilgub tahun 2008 lalu yang nilainya sebesar Rp 535 miliar. Anggota Komisi A DPRD Jawa Timur Jalaludin Alham mengatakan ada beberapa hal yang mempengaruhi besarnya biaya pilgub 2013. Selain jumlah pemilih dan TPS meningkat, honorarium petugas pemilu, mulai dari tingkat propinsi hingga desa naik drastis. “ Ini tidak bisa dikepras, karena memang variebelnya banyak,” kata Jalal. Pada pilgub 2013 mendatang, jumlah pemilih, TPS dan honor petugas pilgub meningkat tajam dibandingkan pilgub 2008 lalu. Berdasarkan data dari KPU Propinsi Jawa Timur, jumlah pemilih pada pilgub 2013 mencapai 32.548.385 jiwa atau naik 3.322.150 jiwa dari daftar pemilih tetap (DPT) 2008 yang mencapai 29.226.235 jiwa. Meningkatnya jumlah pemilih tersebut kemudian direspon dengan menambah jumlah tempat pemungu-

tan suara (TPS) dari 64.020 unit pada 2008 menjadi 72.611 unit tahun 2013 mendatang atau naik 8.591 unit TPS baru. Mengenai jumlah TPS, Jalal menegaskan jumlahnya tidak bisa dikurangi. Sebab, jika jumlah pemilih dalam satu TPS makin dipadat maka akan menyebabkan tingginya golput akibat rendahnya partisipasi pemilih. Mengapa? Apabila TPS dirampingkan, maka jaraknya dengan pemilih akan semakin jauh. “Pemilih akan malas datang ke TPS. Itu artinya mereka golput. Kalau golput besar, maka tidak mencerminkan demokrasi yang baik. Jadi kita upayakan agar jangan sampai hal itu terjadi,” tambah politisi berkumis tebal ini. Menurut Anggota KPU Propinsi Jawa Timur Najib Hamid, penambahan jumlah TPS ini jelas membutuhkan anggaran tambahan. “Sehingga dana pilgub tahun depan meningkat,” ujarnya singkat. (han/abe)

Jumlah Kecamatan Bertambah SURABAYA - Perbedaan lain antara pilgub 2008 dengan 2013 adalah jumlah kecamatan dan desa. Tahun 2008, kecamatan sebanyak 661 dan 8.505 desa, sedangkan tahun 2013 jumlah kecamatan 664 dan desanya menyusut menjadi 8503 karena 2 desa terendam lumpur lapindo. Agar kinerja dari petugas penyelenggara pemilu ini maksimal, honor yang mereka terimapun naik drastis. Untuk Ketua KPU Propinsi, tahun 2008 gaji perbulannya Rp 4,5 juta, anggota 3,5 juta, tahun 2013 ketua naik menjadi Rp 6,9 juta dan anggota Rp 5,6juta. Sementara untuk KPU kabupaten/kota, gaji ketuanya Rp 3 juta dan anggota Rp 2 juta pada tahun 2008 dan pada pilgub nanti Rp 4,5 juta untuk ketua dan anggotanya Rp 3,5 juta . Honor Ketua PPK (kecamatan) juga naik dari Rp 350 ribu menjadi Rp 1 juta, sedangkan anggotanya dari Rp 300 ribu menjadi Rp 800 ribu, ketua PPS dari Rp 160 ribu menjadi Rp 500 ribu, anggotanya dari Rp 140 ribu menjadi Rp 400 ribu. Untuk tingkat PPS, ada penambahan untuk posisi sekeratris dengan honor perbulan Rp. 300 ribu, urusan teknis dan keuangan masingmasing Rp 200 ribu, sementara Ketua KPPS dari Rp 140 ribu naik menjadi Rp 350 ribu dan anggotanya dari dari Rp 100 ribu naik menjadi Rp 300 ribu. Dana pilgub yang tersedia saat ini baru sekitar Rp 600 miliar yang dialokasikan dari APBD 2010 sebesar Rp 100 miliar dan APBD 2013 sebesar Rp 500 miliar, sementara sisanya masih dicarikan utangannya. Gubernur Soekarwo, S.H, M.Hum mengakui hingga kini belum menemukan jalan keluar untuk menutup kekurangan dana pilgub Rp 345 miliar untuk putaran pertama. Gubernur telah menugaskan Sekretaris Daerah Propinsi Jawa Timur Dr Rasiyo untuk mencarikan dana talangan.

Namun belum ada laporan anggaran dari Sekda mengenai jumlah dana yang terkumpul. Meski terkendala masalah dana, gubernur dalam berbagai kesempatan di Surabaya mengatakan, dirinya optimis pelaksanaan pemungutan suara untuk memilih pemimpin baru di Jawa Timur tersebut akan dilakukan sesuai jadwal yang ditetapkan KPU Propinsi Jawa Timur, yakni pada 29 Agustus 2013 mendatang. Karena kebingungan mencari dana untuk putaran pertama, pemprov, desk pilkada dan DPRD Jawa Timur belum membahas dana untuk putaran kedua. Sumber Koma di DPRD Jawa Timur menyebutkan anggaran untuk putaran kedua ini dibutuhkan sekitar Rp 700 miliar dan akan diambilkan

dari pendahuluan perubahan anggaran keuangan (PAK) 2013, Jika itu benar maka total anggaran yang dikuras untuk pilkada langsung ini hampir mencapai Rp 1,7 triliun. Menurut anggota Komisi C DPRD Jawa Timur Basuki Babussalam, pilgub Jatim dijadikan contoh karena satu-satunya propinsi yang anggaran untuk putaran pertamanya hampir menembus angka Rp 1 triliun. Gubernur mewacanakan berutang dari bagi hasil Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dengan kabupaten/kota untuk beberapa bulan, kemudian dibayar melalui P-APBD tahun 2013. Namun belum dipastikan karena masih menunggu pengesahan UU pemda yang tengah dibahas Komisi II DPR RI. (han/abe)

s.bahcri/koranmadura

Pak De- Gubernur Jawa Timur Soekarwo saat berjumpa dan berdialog dengan warga Madura tentang sumberdaya manusia masa depan.

alam berbagai diskusi tentang masalah kebangsaan belakangan ini, sering sekali saya mendengar orang-orang yang berkata dengan nada sangat pesimistis tentang masa depan negeri ini. Mereka bilang : Indonesia berkembang ke arah yang lebih buruk dari sebelumnya dalam hal toleransi. Mereka membeberkan banyak fakta – daftarnya cukup panjang – yang menguatkan tentang makin tingginya tingkat intoleransi terhadap perbedaan di dalam kehidupan masyarakat kita. Saya, dan mungkin termasuk sebagian besar dari anak-anak negeri ini, tidak terkaget-kaget lagi dengan pernyataan tersebut. Bagaimana tidak, konflik yang disertai kekerasan yang berlatarbelakang isu-isu primordial, terutama suku dan agama, sudah menjadi sajian rutin berbagai media massa sejak jatuhnya kekuasaan Presiden Soeharto. Konflikkonflik berbau SARA mudah sekali pecah di berbagai belahan Indonesia, menelan banyak korban jiwa dan meludeskan banyak harta benda. Sebab itu, saya tidak heran dengan hasil temuan Lingkaran Survei Indonesia yang dirilis baru-baru ini mengenai kehidupan antar-umat beragama di Indonesia. Dikatakan bahwa mayoritas masyarakat di Indonesia merasa tidak nyaman jika hidup berdampingan, dan bertetangga dengan yang berbeda, baik itu beda agama juga beda orientasi seksual. Sebanyak 15,1 persen responden mengaku tidak nyaman hidup berdampingan dengan tetangga berbeda agama. Angka intoleran terhadap aliran yang dianggap sesat lebih tinggi lagi. Sebanyak 41,8 persen mengaku tak nyaman bertetangga dengan aliran Syiah. Sedangkan 46,6 persen mengatakan tak nyaman dengan Ahmadiyah. Yang mengejutkan bagi saya dari temuan tersebut adalah meningkatnya toleransi masyarakat terhadap penggunaan kekerasan sebagai salah satu cara dalam menegakkan prinsip agama. Data dari Wahid Institute menguatkan temuan ini di mana jumlah kekerasan atas nama agama semakin meningkat dari tahun 2010 ke 2011, dari 62 menjadi 92 kasus. Mencermati banyaknya kasus intoleransi yang disertai dengan kekerasan yang merebak selama lebih dari satu dekade terakhir, pertanyaan yang mengusik adalah apa yang telah dilakukan oleh pemerintah dan politisi kita dalam meretas persoalan-persoalan yang terkait dengan perbedaan paham agama. Apa yang telah dilakukan oleh aparat penegak hukum untuk menciptakan kerukunan dan kedamaian di tengah masyarakat? Kebhinnekaan adalah karakter dasar dari masyarakat Indonesia. Negara ini dibangun di atas keserbaragaman suku, agama dan keyakinan, bahasa serta adat istiadat. Presiden Soekarno menandaskan: “Negara Republik Indonesia ini bukan milik sesuatu golongan, bukan milik sesuatu agama, bukan milik sesuatu suku, bukan milik sesuatu golongan adatistiadat, tetapi milik kita semua dari Sabang sampai Merauke!” Kalau pertikaian yang disertai kekerasan atas nama perbedaan agama, suku, atau apapun tetap berlangsung, maka kondisi ini mencerminkan kegagalan pemerintah. Ini berarti pemerintah tidak bisa mempertahankan Pancasila yang menjamin kebebasan berkeyakinan dan menjalankan ibadah menurut agama dan keyakinan masing-masing. Dan satu hal lagi, tidak ada gunanya berteriak mengenai toleransi dan pluralism, seperti yang diagung-agungkan selama ini, jika pemerintah masih membiarkan penganiayaan dan penindasan terhadap kelompok-kelompok minoritas. (*)

Polwan Kampanye Anti Kekerasan PAMEKASAN - Aktivis perempuan bersama anggota Polisi Wanita (Polwan) Polres Pamekasan di areal Arek Lancor. Mereka mengkampanyekan anti kekerasan terhadap perempuan dan anak. Para perempuan beda profesi itu membagikan selebaran. Isinya, mereka itu menyatakan keprihatinannya terhadap maraknya aksi kekerasan terhadap perempuan dan anak-anak. Aksi kekerasan itu, baik yang berbentuk tindakan kekerasan fisik maupun mental dan penghilangan kehormatan. Hingga pertengahan tahun ini, terjadi ratusan kasus kekerasan yang dialami perempuan dan anakanak di Indonesia. Dari kasus itu, terkesan kaum perempuan dan anak-anak masih diposisikan sebagai mahluk lemah dan mengalami penyiksaan fisik dan mental. “Kekerasan yang dialami perempuan tidak hanya kekerasan fisik saja, tetapi kekerasan mental,” kata Nining, anggota Polwan yang ikut dalam acara ini. Karena itu, atas nama kaum perempuan mereka menuntut agar segala bentuk kekerasan itu dihentikan. Kaum perempuan dan anak-anak tidak mau dijadikan alat untuk mencari keuntungan. Sosialisasi hari anti kekerasan terhadap perempuan dan anak ini dianggap sebagai salah satu cara untuk mensosilisaasikan antikekerasan pada perempuan dan anak melanggar hak dan martabat kemanusian. Kegiatan ini untuk penyebaran informasi tentang Undang Undang Perlindungan Perempuan dan Anak sebagai jaminan bahwa perempuan dan anak-anak harus dilindungi. (aid/abe)


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.