SENIN
KORAN MADURA
1 SEPTEMBER 2014 | No. 0431 | TAHUN III ECERAN Rp 3.500 LANGGANAN Rp 70.000
1
0328-6770024 JUMAT 29 AGUSTUS 2014 | No. 0430 | TAHUN III www.koranmadura.com
Bebaskan Hartarti Murdaya Komitmen SBY Berantas Korupsi Rendah JAKARTA-Komitmen Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dalam menegakkan hukum dan memberantas korupsi pada akhir masa jabatannya dinilai rendah. Hal itu terbukti dari pembebasan bersyarat kader Partai Demokrat yang sudah dihukum Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Hartarti Murdaya. Padahal, menjelang perayaan 17 Agustus 2014 lalu, SBY menegaskan bahwa dialah yang terdepan dalam memberantas korupsi di negeri ini.
Demikian ditegaskan Koordinator Divisi Hukum Indonesia Corruption Watch, Emerson Yuntho di Jakarta, Minggu (31/8). Dia menanggapi kebijakan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia yang membebaskan bersyarat istri Murdaya Po tersebut. "Pidato SBY klaim paling depan dalam berantas korupsi, tetapi nyatanya paling depan bebaskan koruptor," ucapnya. Menurut Emerson, pembebasan bersyarat yang diberikan oleh Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia kepada bos PT Hardaya Inti Plantation tersebut sebagai cacat hukum karena tidak sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor
99 Tahun 2012 Perubahan Hartati karena ini cacat hukum dan masih dalam perdebatan," Kedua atas Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 imbuhnya. Dia berpendapat, ada tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan kejanggalan dalam proses Pemasyarakatan. pembebasan bersyarat tersebut. Berdasarkan Peraturan PemerMenurutnya, dalam PP 99/2012, pembebasan intah Nomor 99 Tahun 2012, "hadiah" bebas bersyarat semestinya dilakukan dengan mebersyarat harus meKPPU menuhi syarat adan menuhi syarat adanya Surati OJK rekomendasi dari Direkomendasi dari DiEkonomi rektorat Jenderal Lemrektorat Jenderal Lemhal 5 baga Pemasyarakatan. baga Pemasyarakatan. Selain itu, pihak yang Selain itu, pihak yang mendapat pembebasan diberikan pembebasan bersyarat harus kooperatif dalam bersyarat juga harus kooperatif dalam penuntasan kasus yang penuntasan kasus yang menjermenjeratnya. "Selama ini kita atnya. "Kita minta Menkum Ham tak melihat Hartati memebuhi cabut pembebasan bersyarat
persyaratan itu," ujar Emerson. Kejanggalan lain, menurut Emeron, adalah waktu pemberian "hadiah" tersebut. Bila alasan terpidana telah menjalani 2/3 masa hukumannya, sedianya Hartati baru dapat dibebaskan pada November ini. Dalam menyikapi hal ini, ICW berencana mendatangi Komisi Pemberantasan Korupsi untuk mempertanyakan keabsahan dari pembebasan bersyarat yang diterima Hartati. Hartati adalah Direktur Utama PT Hardaya Inti Plantation dan PT PT Cipta Cakra Murdaya (CCM). Wanita yang pernah menjadi Dewan Pembina Partai Demokrat itu terbukti
melakukan tindak pidana korupsi secara bersama-sama dan berkelanjutan dengan memberikan uang senilai total Rp 3 miliar kepada Bupati Buol Amran Batalipu terkait kepengurusan izin usaha perkebunan di Buol, Sulawesi Tengah. Hartati mulai ditahan di Rumah Tahanan Pondok Bambu pada 12 September 2012. Pada 4 Februari 2013, majelis hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta menjatuhkan vonis 2 tahun 8 bulan penjara dan denda Rp 150 juta subsider kurungan 3 bulan penjara Hartati. Ia mendapat vonis bebas bersyarat terhitung sejak 29 Agustus 2014. =GAM/ABD/AJI