SELASA
KORAN MADURA
8 APRIL 2014 | No. 0337 | TAHUN III ECERAN Rp 3.500 LANGGANAN Rp. 70.000
1
0328-6770024 SELASA 8 APRIL 2014 | No. 0337 | TAHUN III www.koranmadura.com
DOA UNTUK PEMILU Ribuan santri berdoa saat Doa Bersama Untuk Pemilu 2014 di Pondok Pesantren Roudlotul Muhtadiin, Nalumsari, Jepara, Senin (7/4). Dalam doa bersama yang diikuti 2675 santri itu mereka berdoa agar pemilu dapat berjalan lancar dan damai serta Indonesia dapat menemukan para wakil rakyat yang amanah. ant/andreas fitri atmoko
Aroma Kecurangan Mulai Muncul Penyelenggara Pemilu Menjadi Calo Suara JAKARTA-Menjelang Pemilihan Umum (Pemilu) tinggal dua hari lagi beragam modus-modus kecurangan dilakukan oleh partai politik, caleg dan bahkan oleh penyelenggara pemilu sendiri. Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) mengaku mendapatkan laporan dari tiga elit partai politik bila penyelenggara pemilu di tingkat daerah menawarkan jasa. Mereka menawarkan bisa membantu mendulang perolehan suara asal ada imbalan segepok uang. “Ada beberapa daerah yang dilaporkan bahwa anggota KPU, dan petugas pelaksana itu menawar-nawarkan jasa pada caleg dan pimpinan parpol setempat. Tentu laporan seperti ini harus diterima secara rasional,” ujar Ketua DKPP Jimly Asshiddiqie di Kantor Bawaslu, Jakarta, Senin (7/4).
Namun Jimly enggan membeberkan 3 partai politik yang memberikan laporan terhadap dirinya. Yang jelas, tegas Jimly, ketiga partai itu tidak saling komunikasi dan tidak bekerja sama untuk menyampaikan informasi terhadap dirinya. Lebih jauh, Jimly juga eng-
gan membeberkan berapa besaran tawaran yang diminta oleh penyelenggara pemilu di tingkat daerah itu dengan menjadi calo suara. “Laporannya banyak, ada yang di daerah Jawa dan luar Jawa. Kami sarankan untuk menyampaikan laporan secara resmi,” katanya. Menurut Jimly, ada 3 partai politik yang mengeluhkan akan modus-modus calo yang dilakukan oleh penyelenggara pemilu. “Saya yakinkan pada pimpinan parpol ini gejala sporadis. Namun, untuk menjaga Pemilu 2014 yang berintegritas kami berpendapat mengambil langkah-langkah mengingatkan semuanya. Untuk
menjaga aturan hukum dan aturan kode etik yang sama-sama kita bangun dan kita praktikan,” pungkasnya. Senada dengan Jimly. peneliti Indonesia Corruption Watch (ICW), Abdullah Dahlan mensiyalir potensi kecurangan pemilu dipastikan masih besar. Karena itu, masyarakat lebih proaktif mengawasi penyelenggaraannya pada 9 April. “Proses pengawasan harus lebih ketat, ada yang tidak terjangkau pengawasan oleh media,” tegas Dahlan, dalam jumpa pers bersama lembaga pengawas pemilu di restoran Bakoel Koffie, Cikini, Jakarta, Senin (7/3). Menurut Abdullah, potensi terjadinya penyimpangan juga
cukup besar di wilayah yang kondisi geografisnya sulit dijangkau. “Pasca hari H biasanya terjadi pergeseran surat suara, dugaan manipulasi. Rekap yang dilakukan di TPS (tempat pemungutan suara) bisa berubah pada tingkatan selanjutnya,” jelasnya. Dia menambahkan, ada tiga tahapan yang menjadi prioritas dalam memperketat pengawasan kecurangan. Yakni, sebelum hari pencoblosan, pada saat pencoblosan, dan masa penghitungan suara. Potensi besar praktik curang dimungkinkan terjadi karena proses pemilihan legislatif yang panjang. Serta banyaknya partai dan caleg yang menjadi peserta. “Ini butuh waktu yang panjang, ini potensi juga titik rawan penyimpangan, transaksi jual beli suara,” tegas Abdullah. =GAM/ABD