e Paper Koran Madura 13 Februari 2014

Page 1

KAMIS

KORAN MADURA

13 FEBRUARI 2014 | No. 0300 | TAHUN III ECERAN Rp. 3.500 LANGGANAN Rp. 70.000

1

0328-6770024 KAMIS 13 FEBRUARI 2014 | No. 0300 | TAHUN III www.koranmadura.com

Usai Diperiksa Soal Alkes

Atut Bungkam JAKARTA-Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) kembali memeriksa Gubernur Banten, Ratu Atut Chosiyah, sebagai tersangka dalam dugaan tindak pidana korupsi alat kesehatan Pemerintah Provinsi Banten, Pengacara Ratu Atut meminta agar posisinya kliennya tidak dipojokkan.

“Kita meminta KPK bersikap fair dalam pemeriksaan yang menyangkut Bu Atut,” pinta pengacara Ratu Atur, Firman Wijaya di Jakarta, Rabu, (12/2). Kader Partai Golkar itu diperiksa dalam kapasitas sebagai tersangka dugaan pemerasan kasus alat kesehatan (Alkes) Provinsi Banten.”Yang bersangkutan diperiksa sebagai tersangka,” kata Kabag Pemberitaan dan Publikasi Priharsa Nugraha. Atut sudah tiba di KPK sekitar pukul 10.00 WIB. Tidak ada pernyataan yang terlontar dari tokoh wanita berjilbab itu. Sementara itu, pengacaranya, menyatakan bahwa kliennya siap memberikan keterangan yang diketahui mengenai perkara itu kepada penyidik KPK. “Tapi kita berharap Bu Atut tidak dipojokkan ya,” katanya sebelum masuk mendampingi Atut. Atut sendiri mengenakan rompi tahanan KPK itu tampak diam. Dia enggan memberikan komentar kepada awak media dan langsung masuk ke loby gedung KPK. Raut wajahnya pun seperti datar menghadapi sejumlah pertanyaan awak media. KPK menjerat Atut sebagai tersangka kasus dugaan korupsi terkait pengadaan sarana dan prasarana alat kesehatan di lingkungan pemerintah Provinsi Banten tahun anggaran 2011-2013. Dia dikenakan Pasal 2 ayat (1) dan atau Pasal 3 Undang-undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi juncto Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP. Setelah itu, KPK memberikan sangkaan baru terhadap Atut yaitu Pasal 12 huruf e atau Pasal 12 huruf a atau b atau Pasal 5 ayat (2) atau Pasal 11 UU pemberantan Tindak Pidana Korupsi. Penerapan pasal baru kepada Atut berkaitan dengan tugas dan fungsinya sebagai Gubernur Banten. Pasal 12 huruf e berbunyi pegawai negeri atau penyelenggara negara yang dengan maksud menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum atau dengan menyalahgunakan kekuasannya memaksa seseorang memberikan sesuatu, membayar, atau menerima pembayaran

dengan potongan atau untuk mengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri. Sedangkan sisanya merupakan pasal suap dan gratifikasi. Firman berdalih kliennya tidak tahu menahu mengenai proyek Alkes di Banten. “Beliau tidak tahu menahu soal proyek ini. Ya tetapi sangat tergantung dengan pemeriksaan dan arah pembuktian yang akan diberikan KPK,” ujarnya. Atut juga tak pernah mengarahkan atau mengatur-ngatur tentang proyek. Karena itu, Firman menegaskan, yang bertanggung jawab penuh dalam pengadaan itu adalah Kepala Dinas Kesehatan, Pemprov Banten, yakni Djaja Budi Suhardja. “Sebagai Gubernur (Atut) bukan eksekutor, tetapi pengguna anggaran dan kuasa pengguna anggaran ada di Kepala Dinas Kesehatan. Tanggung jawab pidana anggaran, ada pada kuasa pengguna anggaran. Nah disini posisi eksekutor penting. Yah nanti akan dilihat kemana alur dan aliran dana ini,” terang dia. =GAM/ABD

Atut Dalam Jerat Hukum Status Tersangka kasus dugaan korupsi terkait pengadaan sarana dan prasarana alat kesehatan di lingkungan pemerintah Provinsi Banten tahun anggaran 2011-2013. Pelanggaran Pasal 2 ayat (1) dan atau Pasal 3 Undangundang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi juncto Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP. Sangkaan Pelanggaran Baru Pasal 12 huruf e atau Pasal 12 huruf a atau b atau Pasal 5 ayat (2) atau Pasal 11 UU pemberantan Tindak Pidana Korupsi


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.