SENIN
23 FEBRUARI 2015 | No. 0551 | TAHUN IV ECERAN Rp 3.500 LANGGANAN Rp 70.000
KORAN MADURA
1
SENIN 23 FEBRUARI 2015 |0328-6770024 No. 0551 | TAHUN IV koranmadura@gmail.com
Melawan Abbott
DENGAN KOIN JAKARTA-Gerakan “Coin for Australia” (Koin untuk Australia) yang mengatasnamakan Koalisi Pro Indonesia menyerukan kepada masyarakat untuk lebih peduli pada harga diri bangsa Indonesia. Sikap Australia menentang hukuman mati yang menimpa warganya di Indonesia dipandang sinis oleh beberapa pihak, sebab dalam kasus Bom Bali beberapa tahun lalu Australia mendukung hukuman mati bagi Amrozi cs.
Tony Abbott Perdana Menteri Australia
“Jangan mau harga diri kita ditawar oleh Tony Abbott (Perdana Menteri Australia),” ujar koordinator aksi Andi Sinulingga di Bundaran HI, Jakarta, Minggu. Dalam aksi turun ke jalan di Car Free Day tersebut, ia menjelaskan bahwa koin-koin tersebut digunakan untuk membayar atas komentar Tony Abbott yang menyinggung bangsa Indonesia, khususnya terkait tragedi Tsunami Aceh. “Sejumlah bantuan uang dari Australi ketika tsunami tidak akan bisa membeli harga diri bangsa Indonesia,” kata Andi. Ia juga menginginkan hukuman mati kepada warga Australia yang terbukti bersalah terkait kasus narkoba tetap dilaksanakan. Sebelumnya, secara tidak diduga PM Abbott kembali meminta pembatalan eksekusi sambil mengungkit tentang pemberian bantuan oleh Australia kepada Indonesia saat terjadi tsunami Aceh pada 2004. “Jangan lupa beberapa waktu lalu ketika Indonesia dilanda tsunami, Aus-
tralia mengirimkan bantuan satu miliar dolar. Kami juga mengirimkan pasukan untuk bantuan kemanusiaan,” kata Abbott. Menteri Luar Negeri RI Retno LP Marsudi menanggapi dengan mengatakan bahwa Pemerintah Indonesia mengerti posisi Pemerintah Australia yang berupaya membela hak warga negaranya yang akan menjalani hukuman mati. Namun, Menlu menegaskan bahwa hukuman mati itu murni merupakan masalah penegakan hukum di Indonesia dan tidak ditujukan kepada negara, bangsa, maupun warga negara tertentu. Standar Ganda Di lain sisi, beberapa pengamat menilai penolakan Australia terhadap hukuman mati yang akan dilaksana pada warganya di Indonesia sebagai “sikap standar ganda”. Sebab sikap tersebut baru mereka ungkapkan saat warganya sendiri terancam hukuman mati. “Dahulu saat Amrozi cs hendak dihukum mati, mereka justrus mendukung dan bergembira. Apa artinya ini bukan plin-plan?” ujar Chairil Anwar, salah satu pengamat politik di Madura. =ANT/AFUT