1
SENIN 1 APRIL 2013 NO. 0086 | TAHUN II Koran Madura
SENIN
Harga Eceran Rp 2500,- Langganan Rp 50.000,-
1 APRIL 2013
g PAMANGGHI
Tahun Pemilu 2014
APBN Naik Menjadi Rp 1.900 Triliun JAKARTA-Pemerintah memastikan nilai belanja Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) pada 2014 akan mengalami kenaikan yang cukup signifikan sekitar Rp 1.900 triliun. Angka ini meningkat dibandingkan APBN 2013 sebesar Rp 1.683 triliun. Salah satu pemicu kenaikan anggaran 2014 adalah meningkatnya belanja anggaran untuk penyelenggaraan pemilihan umum (pemilu). “Dari apa yang dipaparkan, anggaran belanja kita meningkat, bahkan Rp 1.900 triliun dengan defisit dijaga di bawah 2 persen,” kata Menko Perekonomian Hatta Rajasa di Jakarta, Kamis (28/3) Hatta tidak membantah pada tahun 2014 kemungkinan besar akan lebih banyak belanja anggaran yang dikeluarkan pemerintah. “Karena itu, kita akan bahas bersama DPR. Apalagi, spending (belanja/pengeluaran) kita lebih banyak untuk belanja modal, dan belanja barang menurun dibandingkan 2012. Untuk hal yang bisa kita tunda dan tidak langsung berkaitan belanja barang, pelayanan publik akan dialihkan belanja modal,” tambahnya Beberapa minggu lalu, pemerintah akan menganggarkan dana sekitar Rp16 triliun untuk penyelenggaraan Pemilu 2014 dalam APBN 2014. “Buat Pemilu (anggarannya) kurang lebih Rp16 triliun,” kata Menteri Keuangan (Menkeu) Agus D.W. Martowardojo, (18/3) lalu. “A n g g a r a n khusus (untuk penyelenggaraan Pemilu 2014) yang sudah disiapkan. Tentu akan dimasukkan ke nota keuangan, tapi tidak dimasukkan resource envelope untuk meyakinkan anggaran itu tersedia,” tegasnya. Anggaran untuk penyelenggaraan Pemilu tahun 2014 ini memang tercatat lebih besar dibandingkan dengan anggaran Pemilu tahun 2009 lalu. Sebagai catatan, pada Pemilu 2009, pemerintah mengalokasikan anggaran sebesar Rp19,67 triliun. Anggaran sebesar itu terbagi dalam biaya persiapan penyelenggaraan Pemilu yang dialokasikan pada APBN 2008 sebesar Rp6,67 triliun serta penyelenggaraannya sebesar Rp13 triliun yang masuk dalam APBN 2009. Dalam realisasinya, anggaran yang digunakan lebih kecil dari anggaran yang sudah ditetapkan. Dari total biaya persiapan yang dialokasikan sebesar Rp6,67 triliun tersebut, realisasinya hanya mencapai Rp1,9 triliun. Sementara itu, dari total penyelenggaraan Pemilu yang anggarannya dialokasikan sebesar Rp13 triliun hanya terealisasi sebesar Rp8,5 triliun. (gam/cea)
JELANG PELAKSANAAN UN
Soal Bocor Akan Mudah Dilacak Surabaya- Mendikbud Mohammad Nuh menegaskan soal ujian nasional 2013 yang bocor akan mudah dilacak, karena soal UN 2013 memiliki “barcode” (tampilan sekuriti). “Dengan adanya ‘barcode’ akan mudah diketahui mana soal yang bocor, namun soal UN 2013 juga sulit bocor, karena memiliki variasi soal yang lebih banyak dari tahun lalu,” katanya di Surabaya, Minggu. Ia mengemukakan hal itu setelah melakukan Sosialisasi Kurikulum 2013 dan Peresmian Gedung Pascasarjana Universitas PGRI Adi Buana Surabaya yang dihadiri ratusan guru PGRI se-Jawa Timur. Mantan Rektor ITS Surabaya itu mengharapkan para siswa SD, SMP, SMA, dan sederajat untuk khusyuk mengerjakan soal UN 2013, karena variasi soal UN yang dikerjakan dalam satu ruang akan berbeda semuanya. “Saya tahu sekarang sudah beredar bocoran soal UN, tapi dari mana bocoran itu, karena soal UN 2013 saja belum selesai dicetak, kok sudah bocor, lalu dari mana bocoran itu,” katanya. Dalam arahan pada Sosialisasi Kurikulum 2013, Mendikbud menegaskan bahwa mata pelajaran akan mengalami perubahan pendekatan, karena tujuan Kurikulum 2013 bukan hanya pengetahuan, tapi sikap dan ketrampilan. “Untuk itu, pendekatan yang sinergis antara pengetahuan, sikap, dan ketrampilan itu akan ada dalam kurikulum baru itu. Misalnya, mata pelajaran IPA yakni Biologi, Kimia, dan Fisika yang akan menginduk ke mata pelajaran Biologi, kemudian mata pelajaran IPS yakni Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi yang akan menginduk ke mata pelajaran Geografi. Itu karena target kita bukan hanya pengetahuan,” katanya. (ant/kub/beth)
Jamu Madura Oleh : MH. Said Abdullah
Anggota DPR RI Asal Madura
M
ant/saiful arif
KARAPAN ANTI KEKERASAN. Seorang joki memacu kecepatan sapi miliknya pada lomba karapan sapi tanpa kekerasan di Lapangan SKEP Bangkalan, Madura, Jawa Timur, Minggu (31/3). Lomba sebagai pelestarian budaya Madura anti kekerasan tersebut diikuti sebanyak 48 peserta.
Peraturan Pencalegan Berbenturan Dengan UU ? DPR Desak KPU Revisi Peraturan KPU Tentang Pencalegan JAKARTA-Komisi II DPR merekomendasikan agar Peraturan KPU (PKPU) Nomor 7 Tahun 2013 tentang Pencalegan harus diubah karena peraturan itu berbenturan dengan UndangUndang (UU). Dalam Peraturan KPU disebutkan, kepala desa yang ingin menjadi calon anggota legislatif harus mengundurkan diri. “Aturan ini melawan hukum karena membuat norma baru dari UU,” kata Wakil Ketua Komisi II F-PDI Perjuangan, Arif Wibowo di Jakarta, Kamis (28/3). Seperti diketahui, peraturan KPU yang mensyaratkan kepala desa dan perangkat desa harus mengundurkan diri jika menjadi caleg itu tertuang dalam peraturan KPU No 7 Tahun 2013 Pasal 19 huruf i angka 4 Peraturan KPU No. 7 Tahun 2013. Menurut dia, keputusan KPU melalui PKPU yang mengatur bahwa kepala desa dan perangkat desa harus mengundurkan diri dalam pencalonan anggota DPR, DPD dan DPRD untuk Pemilu 2014 adalah perbuatan melawan hukum. Pasalnya, KPU tidak berwenang membuat norma baru terkait syarat calon selain
yang telah ditetapkan dalam UU No 8 Tahun 2012. Dalam pasal 51 ayat (1) huruf k jo Pasal 51 ayat (2) huruf h UU 8 Tahun 2012 tentang Pemilu, tidak ada aturan kepala desa atau perangkat desa harus mengundurkan diri jika ingin menjadi caleg. “Terkait Kepala Desa dan Perangkat Desa, tidak dikategorikan sebagai jabatan yang wajib mengundurkan diri dalam Undang-undang, mengingat maksud pembuat undang-undang terkait ‘badan lain yang anggarannya bersumber dari keuangan negara’ adalah mengacu kepada lembaga-lembaga negara ad hoc yang pembentukannya berdasarkan undangundang dan anggarannya bersumber dari keuangan negara,” ungkap dia. Dia menuturkan kewenangan atributif yang diberikan
UU No 8 Tahun 2012 adalah kewenangan agar KPU mengatur terkait tata cara teknis pencalonan dan tidak boleh bertentangan dengan undangundang atau membuat norma baru yang tidak bisa dipertanggungjawabkan secara hukum. “Harus diingat bahwa KPU adalah bukan lembaga pembuat Undang-undang, melainkan lembaga penyelenggara pemilu yang memiliki kewajibanhanya menjalankan Undang-undang. Karena KPU tidak berwenang menentukan norma hukum baru berupa penambahan syarat mengundurkan diri dari jabatannya untuk Kepala Desa dan perangkat desa,” ungkap Arif. Karena itu tegas dia, jika KPU hendak mengatur hal-hal yang lebih teknis terkait pencalonan maka KPU cukup menentukan syarat bahwa Kepala Desa dan Perangkat Desa menandatangani pernyataan ‘bersedia mengundurkan diri dari jabatannya apabila terpilih sebagai anggota DPR, DPD atau DPRD. “Ditambah surat pemberitahuan kepada Bupati/ Walikota terkait pencalonannya dan ketentuan cuti kampanye bagi kepala desa dan per-
angkat desa yang ditetapkan sebagai calon dalam pemilu DPR, DPD dan DPRD,” ucap politisi PDI Perjuangan itu. Hak Konstitusional Lebih lanjut, Arif meminta KPU mempertimbangkan hak konstiusional bagi setiap individu untuk dapat dicalonkan. “Kemudian persyaratan 30 persen keterwakilan perempuan sebagai bentuk affirmative action dalam daftar bakal calon legislatif, Komisi II meminta agar KPU mengumumkannya kepada publik menangani terpenuhi atau tidaknya persyaratan yang dimaksud dengan tanpa sanksi pembatalan kepesertaan partai politik dalam daerah pemlhan tertentu,” jelas dia. Selain itu, sambung Arif, minimnya kader perempuan akan memicu petinggi parpol untuk memenuhi syarat tersebut secara tidak demokratis dengan memasukkan istri, anak perempuan, keluarganya dalam daftar calon dengan alasan pemenuhan syarat minimal kuota bakal calon perempuan. “Ini akan merusak demokrasi,” tegas dia. (gam/ cea/beth)
KENAIKAN TDL
YLKI: Pengaduan Pemadaman Masuk Lima Besar
JAKARTA- Pengaduan masyarakat terhadap pemadaman listrik dari hari ke hari semakin meningkat bahkan menduduki peringkat lima besar dalam daftar pengaduan yang diterima Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) selama tiga bulan terakhir. Ironisnya, PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) yang menyediakan
listrik bagi publik, tetap tidak berupaya maksimal. “Pemerintah musti utamakan pasokan gas untuk PLN. Karena bahan bakar berpengaruh terhadap biaya produksi,” kata Ketua Harian YLKI, Tulus Abadi di Jakarta,Minggu,(31/3) Menurut Tulus, pemadaman listrik yang terjadi selama tiga bulan belakangan
kebanyakan dipicu oleh masalah bahan bakar. Maka dari itu, kenaikan TDL tahap II yang dilakukan mulai 1 April ini harus dibarengi dengan komitmen pemerintah untuk menjamin pasokan bahan bakar untuk pembangkit listrik. Di sisi lain, kata Tulus lagi, PLN didorong untuk mengurangi konsumsi bahan bakar minyak (BBM) untuk menekan biaya pokok produksi (BPP). Walaupun pemakaian BBM untuk bahan bakar sekitar 10, kalau dirupiahkan 21% porsinya. Mesti ditekan agar penggunaan BBM lebih kecil, tapi Pemerintah harus konsisten pasok gas ke PLN,” tambahnya Dikatakan Tulus, pengaduan pemadaman listrik selama tiga bulan ini kebanyakan terjadi di Sumatra Utara dan Kalimantan. Berdasarkan pengaduan konsumen, lanjut Tulus, pemadaman listrik dilakukan tanpa ada pemberitahuan. “Dari segi pelayanan, pengaduan dari pemadamam yang tidak diinformasikan itu termasuk lima besar pengaduan,” jelasnya. Terkait penaikan TDL per 1 April nanti, Tulus menilai dari sisi normatif tidak dipermasalahkan Lantaran sudah ditetapkan pemerintah bahwa kenaikan TDL akan dinaikkan per tiga bulan. Namun demikian, pemerintah perlu memerhatikan dampak sosial ekonomi dari kebijakan tersebut. (gam/cea)
enyebut jamu Madura pasti imajinasi dan persepsi yang berkembang terkait persoalan orang dewasa, terutama wanita. Sebuah brosur promosi wisata pernah secara khusus mengenalkan soal jamu Madura. Tentu saja, mungkin biar seru diembeli hal-hal berbau erotis. Misalnya, karena sering minum jamu muncul istilah Women of Madura is very hot. Jelas jamu Madura ini jika dipelajari latar belakangnya bukan persoalan erotisme murahan. Semangatnya lebih merupakan upaya menjalin keintiman dan keharmonisan suami istri. Dan secara kultural di kalangan masyarakat Madura –tidak hanya yang berlatar belakang ningrat- memang ada perhatian turun temurun pada persoalan dewasa itu. Tentu saja, saya tak ingin mengulas aspek seksiologinya walau mungkin akan sangat menarik dan menggoda jika dibaca. Sorotan pada jamu Madura, ingin saya singgung lebih terkait pada persoalan pengembangan dari aspek ekonomi; pada penggalian potensi bisnis, yang diakui belum sepenuhnya tergarap baik. Sebagai produk jamu Madura sudah punya apa disebut USP (Unique Selling Preposition). Sekurangnya jamu Madura sudah punya brand. Karena setiap menyebut jamu di negeri ini, bahkan konon di beberapa negeri jiran seperti Malaysia, Singapura dan Thaeland, yang terkait kepentingan kebutuhan suami-istri, selalu yang mengemuka jamu Madura. Banyak jamu dari daerah lain, termasuk yang beredar Jamu Madura itu di pasaran sudah sangat luas. Namun terkenal, tinggal semua biasanpengembangan ya lengkap dengan kebu- dan pengelolaan tuhan berbaproduk secara gai penyakit. lebih serius Jamu Madura, agak berbeda. Setiap menyebut jamu Madura arahnya pada satu hal saja: untuk kebutuhan orang dewasa. Secara marketing melihat brand dan branding yang melekat serta berkembang luas di tengah masyarakat, sangat prospektif. Masyarakat sudah mengenal, mengetahui jamu Madura itu untuk apa? Lalu kualitasnya juga sudah diketahui sangat manjur; terbukti sangat terkenal untuk urusan sangat khusus itu. Masalahnya, mengapa potensi produk rumahan yang sudah menyebar dan terkenal itu belum tergarap serius. Terkesan berkembang hanya dari tangan ke tangan, dari mulut ke mulut dan belum dijadikan salah satu ikon produk lokal Madura. Dalam tahun-tahun belakangan ini, memang sudah ada garapan produk rumahan khas Madura, seperti goreng jagung, kripik singkong, gayam, krupuk panttola yang rasanya sungguh lezat dan sebenarnya dari segi kualitas mengalahkan produk dari kawan-kawan kita di Palembang. Produk-produk itu baru beranjak dan mulai dikenal kualitasnya oleh masyarakat daerah lain. Jamu Madura itu sudah sangat terkenal namun penggarapan belum serius. Sudah ada pasar, ada imej positif, ada brand dan branding, tinggal pengembangan dan pengelolaan produk lebih serius. Potensi ekonomi melihat jangkauan kepopulerennya sangat prospektif alias menjanjikan. Saya pikir perlu ada perhatian dan pembinaan pemerintah daerah terutama terkait pengelolaan produk agar bisa lebih menarik pada kemasan serta tampilan. Standar kesehatan juga perlu perhatian agar jamu Madura tetap dengan kekhasannya sebagai produk herbal, bebas dari bahan kimia. Nama sudah melambung, tinggal bagaimana menggarap produk agar lebih cantik dana terasa manfaatnya. Itu saja. =
PAGAR Ketika merantau ke Ambon, Nahrawi buka warung makan. Sekali waktu datang anak muda Ambon makan. “Barusan sayur apa? Enak betul,” katanya. “Itu sayur paku atau pakis.” “Woh, kemarin beta makan sayur bambu (rebung.red), hari ini sayur paku. Nanti saat Beta buang air besar yang keluar pagar,” tuturnya sambil tertawa keras.
Cak Munali