1
SELASA 2 JULI 2013 NO.0150 | TAHUN II Koran Madura
SELASA
Harga Eceran Rp 3.500,- Langganan Rp 70.000,-
2 JULI 2013
g PAMANGGHI
WARGA SYIAH MADURA MENGGELAR AKSI DI DEPAN ISTANA JAKARTA- Sejumlah warga kaum Syiah yang menjadi korban kekerasan di Sampang, Madura, melakukan aksi di depan Istana Negara, Jakarta, Senin (1/7). Aksi mereka yang sengaja datang dari Surabaya dengan bersepeda selama 16 hari tersebut untuk meminta perhatian atas tindakan diskriminatif yang diterima kaum Syiah di Sampang. Seperti dibertikan, warga syiah di Kabupaten Sampang yang sudah berbulan-bulan berada di GOR Kabupaten setempat akhirnya direlokasi ke Kabupaten Sidoarjo Kamis (20/6). Pemerintah Sampang memilih merelokasi mereka untuk menghidari bentrok berkepanjangan di desa asal mereka di Desa Blu’uran Kecamatan Karangpenang dan Desa Karanggayam Kacamatan Omben. ant/reno esnir
OLAHRAGA
Maradona Siap Melatih Timnas Indonesia SURABAYA- Diego Armando Maradona menyatakan siap melatih Tim Nasional Indonesia jika PSSI menunjuknya serta tidak ada pelatih kepala di tim. “Saya siap dan mau menjadi pelatih di sini, tetapi dengan syarat tidak ada pelatih kepala yang sedang menjabat. Sebab, saya menghomati tentang persoalan itu,” ujar Maradona di sela konferensi pers kedatangannya di Surabaya, Senin. Ia mengaku memiliki niat membangun sepak bola Indonesia menjadi lebih baik dan disegani. Bahkan, jika PSSI serius meminangnya, mantan Pelatih Timnas Argentina itu su-
dah menyiapkan segalanya untuk membuat Timnas Indonesia maju. Pria berusia 52 tahun tersebut juga mengaku, dengan berbekal pengalaman puluhan tahun sebagai pemain maupun pelatih, dirinya ingin membangun tim sepak bola Indonesia yang kuat, baik dari sisi teknik maupun mental, dalam bermain bola. Menurut dia, persoalan dan permasalahan penting yang dialami pesepak bola Asia mayoritas karena faktor mental dan kedisplinan. Seperti yang dia amati ketika melatih sebuah klub di Qatar tahun lalu, Al Wasl. (ant/fiq)
Politisi DPR Laporkan ICW ke Bareskrim JAKARTA-Dua politisi DPR, Ahmad Yani (F-PPP) dan Syarifuddin Sudding (F-Hanura) akhirnya melaporkan aktifitas Indonesia Corruption Watch (ICW) Donal Fariz dan kawan-kawan ke Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Polri. Laporan ini dilakukan karena data yang dirilis ICW tidak didukung fakta dan dapat mengarah pada kampanye hitam alias black campaign menjelang Pemilu Legislatif 2014. Hari ini kami sebagai warga negara Indonesia membuat laporan ke polisi atas dugaan pidana penghinaan, pencemaran nama baik, membuat keterangan palsu, memprovokasi rakyat tidak memilih kami,” kata Wakil Ketua F-PPP, Ahmad Yani di Jakarta, di Gedung Bareskrim Polri, Jakarta Selatan, Senin (1/7). Menurut Yani, data yang dipublish IWC ini tidak akurat. “Kategorinya tidak pas dan tidak benar, ini sangat berbahaya, dia cenderung melakukan kampanye negatif, black campaign. Karena itu, kami laporkan sahabat kami yang Jumat merilis nama-nama, termasuk kami berdua. Kami dikategorikan sebagai orang yang tidak punya komitmen dalam pemberantasan korupsi,” kata dia. Laporan bernomor Tbl/294/ VII/2013/Bareskrim itu melanggar pasal pencemaran nama baik dan undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik. “Laporkan
PEMILIHAN UMUM
Hasil Pemilu 2014 akan Terkumpul dalam Waktu 24 Jam JAKARTA - Komisi Pemilihan Umum (KPU) berjanji mampu menghimpun data hasil penghitungan suara pada Pemilu 2014 dalam 24 jam setelah ditutupnya Tempat Pemugutan Suara (TPS). “Untuk mempercepat informasi penghitungan suara, KPU menargetkan dalam
waktu 24 jam semua sertifikat hasil penghitungan suara (C1) sudah sampai di KPU Kabupaten/Kota,” kata Ketua KPU, Husni Kamil Manik di Jakarta, Senin (1/7) Data hasil Pemilu 2014 tersebut, kata Husni, adalah terkumpulnya semua sertifikat hasil penghitungan suara (C1). Dia mengatakan, pada saat menunggu penghitungan manual oleh Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) dan rekapitulasi
atas dugaan tidak pidana, penghi- dibusukkan nama saya?” terangnya. naan, pencemaran nama baik, memSementara itu, Sudding memperbuat keterangan palsu. Itu mempro- tanyakan keakuratan data ICW. Menvokasi rakyat agar tidak memilih urutnya, data tersebut merupakan kami di Pemilu yang akan datang,” opini. Sudding justru mengaku ingin terang Yani lagi. kinerja KPK semakin meningkat dan Dalam data ICW, Yani yang bukan menghambat upaya pembermendukung upaya revisi antasan korupsi seperti yang Undang-undang Komisi dituduhkan ICW. Data ICW Pemberantasan Korupsi BERITA tersebut, lanjut Sudding, (KPK) diduga ingin metelah merugikan pribadinya, TERKAIT lemahkan kewenangan keluarga, dan partai. “Jangan Halaman 12 KPK. Atas dasar itulah, kita bermain pada opini. Ada maka dirinya dimasukan sarananya yang tepat. Saya dalam daftar 36 caleg dari keluarga, konstituen berkomitmen rendah terhadap pem- menelepon itu, Bapak masalah apa?” berantasan korupsi. “Itu saya tidak terang Sudding. tahu siapa motif dibalik ini. Apakah Sementara itu ICW mengaku siaada orang, karena saya gencar bong- pa meladeni laporan yang dilakukan kar korupsi besar, baik di dapil saya dua anggota DPR RI itu. Sebab ICW atau Republik ini atau koruptor seja- mengaku memiliki dasar yang kuat. ti itu dibelakangnya mendorong agar (gam/cea/beth)
yang dilakukan Panitia Pemungutan Suara (PPS) dan Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK), maka petugas di kabupaten/kota sudah dapat melakukan entry (memasukkan) data C1. “Kami memilih kabupaten/kota sebagai basis entry data, karena ruangannya lebih besar dan publik dapat melihat secara langsung proses entry datanya yang dilakukan petugas,” kata Husni. Dia mengatakan, akses informasi dari KPU yang dibuka seluas-luasnya kepada publik hanya terbatas pada tahapan penyelenggaraan Pemilu. Sementara itu, ujar Husni, informasi terkait peserta Pemilu yang juga menjadi kebutuhan publik bisa diakses oleh media massa yang memiliki
peran lebih strategis. Menurut Husni, media massa bisa membedah secara mendalam tentang visi, misi dan program dari setiap partai dan menjelaskan perbedaan partai yang satu dengan yang lain. Koordinator Sinergi Masyarakat untuk Demokrasi Indonesia (Sigma), Said Salahuddin menduga, KPU dan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) telah melanggar kode etik sebagai penyelenggara Pemilu dalam penyelesaian aduan. “Partai harus melaporkan KPU dan Bawaslu ke Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP). KPU dianggap membuat kebijakan di luar yurisdiksinya, yaitu menghapus dapil,” paparnya. (gam/cea/beth)
Lahan Oleh : Miqdad Husein
Kolumnis, tinggal di Jakarta
Babe Benyamin S, dalam serial Si Doel Anak Sekolahan pernah melontarkan kalimat kocak. “Duit kagak kenal saudara,” katanya. Karena uang seseorang bisa tak peduli ikatan persaudaraan. Yang penting dan di atas segalanya adalah uang. Begitulah, sindir pelawak hebat itu. Sebelumnya, di tahun 1975 raja dangdut Rhoma Irama berteriak nyaring. “Sering karena rupiah, jadi pertumpahan darah. Sering karena rupiah saudara jadi pecah,” ungkap Rhoma pada lirik lagu Rupiah. Lagu yang populer pada tahun 1975 itu, sangat pas menggambarkan tentang pengaruh uang dalam kehidupan sehari-hari. Dalam konteks moral ada joke agak nakal. Konon laki-laki makin kaya makin nakal; perempuan makin nakal makin kaya. Konteks joke yang sebenarnya serius itu memperlihatkan pertama tentang mudahnya laki-laki tergelincir bila berlimpah uang; sedang yang kedua menggambarkan karena uang seseorang bisa kehilangan kendali melakukan segala cara untuk mendapatkannya. Di belantara politik ada logika yang entah benar entah Sering karena salah. Bahrupiah, jadi wa dengan pertumpahan kekuasaan sedarah seorang bisa mengeruk uang. Lalu dengan uang, seseorang bisa mendapatkan kekuasaan. Atmosfirnya agak berbeda. Ada saling ketergantungan. Bisa bolak balik. Tetapi intinya uang sering menjadi sasaran pada setiap mereka yang berkuasa, bila sejak awal niatnya jauh dari mengabdi. Lalu bila memiliki uang, seseorang bisa membeli atau memperoleh kekuasaan. Setelah berkuasa, yang pertama dilakukan bagaimana mengembalikan modalnya. Hubungan uang dan kekuasaan, mungkin yang paling memberi dampak luar biasa. Persoalannya menyangkut publik, masyarakat luas. Kadang ketika seseorang merasa kekuasaan yang -tentu saja- menjadi alat mempergemuk pundipundi terganggu, ia dengan segala acara akan berusaha mempertahankannya. Yang ingin merebutpun, bersikap sama. Ujungnya tentu saja konflik yang melibatkan masyarakat luas. Dalam konteks kekuasaan formal, terlihat jelas peta persoalannya. Hukum bisa secara tegas menyelesaikan. Namun yang sulit diatasi ketika perebutan kekuasaan disamarkan berbagai asesoris atau simbol-simbol. Apalagi bila simbol itu berupa agama dan suku. Pengentalan emosi sangat terasa sehingga penyelesaian rasional melalui institusi hukum misalnya, menjadi sangat sulit. Kadang diam-diam penuntasan melalui proses hukum digerogoti melalui manipulasi yang seakan-akan kepentingan agama dan suku. Banyak konflik di negeri ini sebenarnya berlatar belakang kepentingan uang dan kekuasaan yang disamarkan seakan sebagai konflik agama dan suku. Intinya tetap pertarungan pengaruh, menyangkut lahan hidup. Ya lahan hidup. Agama dan ikatan kesukuan diselewengkan, disalahgunakan sebagai amunisi konflik untuk menyamarkan kepentingan kekuasaan dan uang. Urusannya terkait perut dan maaf, termasuk juga yang di bawah perut. Manusia memang bukan malaikat. Butuh uang dan mungkin kekuasaan. Itu sah asal melalui jalan terang dan tidak menggunakan alat suci bernama agama, dan ikatan kekerabatan suku serta lainnya. =
Dicatat “Dik, tolong bikinkan teh manis, pakai gula sedikit saja. Tehnya agak kentel ya. Jangan lupa dicatat biar tidak lupa,” kata orang tua laki-laki Matrawi, pada istrinya. “Saya ingat. Masih belum pikun,” jawab sang istri sambil tertatih ke dapur. Sesaat kemudian datang membawa kopi susu panas, langsung disodorkan pada suaminya. “Tuh kan, lupa pesanan saya,” tegor sang suami, yakin. “Lho pesanan bapak apa tadi?” “Saya tadi minta sirup pakai susu sedikit,” jelasnya, yakin.
Cak Munali