1
SENIN 2 SEPTEMBER 2013 NO.0189 | TAHUN II Koran Madura
SENIN
2 SEPTEMBER 2013
g PAMANGGHI
Kompetisi Oleh : MH. Said Abdullah
Anggota DPR RI asal Madura
Setiap kompetisi selalu ada yang menang dan kalah. Jika seri atau draw kompetisi itu akan diulang untuk mencari siapa pemenang, juga tentu siapa yang kalah. Begitulah. Selalu harus ditentukan siapa yang menang dan siapa yang kalah. Ini artinya, akan selalu ada dua keadaan berbeda pada setiap aktivitas bernuansa kompetisi. Siapapun yang maju ke arena tentu memahami kemungkinan berada di mana. Karena itu, seharusnya mereka yang maju ke gelanggang, dalam event bernuansa kompetisi harus siap menerima posisi atau keadaan di antara keduanya. Tidak hanya siap berada dalam kondisi bergembira, tetapi juga siap kecewa. Persoalannya jelas bukan menyangkut dua kondisi kejiwaan itu; bukan soal menang kalah. Namun bagaimana dalam diri setiap orang yang berada dalam situasi apapun bersikap legawa. Menerima secara lapang dada setelah seluruh proses telah mencapai final. Mungkin ada proses yang katakanlah terjadi keakan selalu ada salahan baik dua keadaan yang disenberbeda pada gaja maupun setiap aktivitas tidak. Tentu wajib ada kobernuansa reksi, perbaikompetisi kan dan sangat mungkin juga sanksi bila kesalahan itu sengaja memang ingin merusak kejujuran kompetisi. Artinya sikap “menerima” para pemain yang berada dalam arena kompetisi juga harus diikuti mekanisme dan sistem yang fair, jujur dan adil. Jadi para pelaksana kompetisipun dituntut konsistensi kejujuran, sikap adil, fair, profesional dan lainnya. Di luar pelaksana dan peserta kompetisi ada komunitas lain bernama partisipan atau katakanlah penonton, yang mendukung salah satu peserta kompetisi maupun yang bersikap netral. Kelompok terbesar inipun dituntut memiliki sikap sama: taat asas, mengetahui apapun resiko peserta kompetisi yang didukungnya. Mereka juga diharapkan bersikap dewasa terhadap hasil kompetisi yang sudah final –tentu tetap dengan keharusan koreksi dan sanksi pada siapapun yang mencoba merusak sebuah kompetisi. Tidak akan pernah menghasilkan sesuatu yang baik, dari aktivitas bernuansa kompetisi bila salah satu dari tiga kelompok yaitu peserta kompetisi, penyelenggara dan pendukung terseret bertindak di luar jalur atau ketentuan yang sudah berlaku. Ketiganya harus memiliki semangat, kejujuran, kedewasaan, tertib, jika aktivitas kompetisi diharapkan menghasilkan sesuatu yang katakanlah baik. Apalagi bila aktivitas bernuansa kompetisi itu bertitik tolak untuk sebuah kepentingan bersama, baik untuk peserta kompetisi, pendukung maupun bagi penyelenggara. Semangat kompetisi itu makin dituntut harus berbasis moral serta syang dikedepankan bukan semangat bertanding, tapi bersanding. Bukan berhadapan sebagai musuh tapi sekedar pasangan berdialog. Karena semangat permusuhan saling menghabisi, sedang semangat berdialog tak lebih sekedar mencari yang terbaik lalu kembali bersama; untuk kepentingan bersama. =
Ojek Suatu hari, Matrawi mencoba mengais rezeki dengan menjadi tukang ojek. Pada hari pertama ia diminta mengantar seorang ibu ke pelosok desa. Di tengah jalan Matrawi hanya diam. Sebab jalan benar-benar sepi dan betul-betul jauh. Sesampai di tujuan si ibu bertanya “Berapa Mas ongkosnya?” Tanpa disangka, bukannya mejawab Matrawi malah menangis. Melihat hal ini si Ibu langsung menyodorkan uang 50.000,-... Namun Matrawi tetap saja menangis. “Baiklah saya tambah” kata si Ibu sambil menyodorkan uang 30.000,Tapi Matrawi tetap saja menangis “Bu, Saya tidak ingat jalan mau pulang” kata Matrawi sesenggukan. Cak Munali
ant/andika wahyu
LAWATAN PRESIDEN. Petugas mengecek pesawat khusus kepresidenan Airbus A 330-300 milik Garuda Indonesia yang digunakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Minggu (1/9). Presiden beserta delegasi memulai lawatan ke-3 negara pada 1-7 September 2013 yakni guna menghadiri KTT ke-8 Forum G 20 di Rusia setelah sebelumnya melakukan kunjungan kenegaraan ke Kazakhstan dan Polandia.
SBY Jangan Hanya Diam JAKARTA-Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) diminta melakukan intervensi melalui dialog bersama para pelaku usaha terkait dengan berulangnya kenaikan inflasi yang selalu disumbang komponen volatile foods. Sebab berdasarkan data, angka inflasi pada Agustus 2013 akan menembus 1,2 persen (month-tomonth) yang lebih banyak dipengaruhi oleh volatile foods dan imported inflation. “Secara historical, tidak lazim kenaikan harga usai Lebaran disebabkan oleh volatile foods. Harusnya malah terjadi deflasi,” kata Direktur Indef, Enny Sri Hartati,di Jakarta, Minggu (1/9). Selain itu, lanjut dia, kontributor inflasi terbesar juga disumbang oleh kenaikan harga bahan baku industri yang saat ini lebih banyak diimpor. “Begitu terjadi depresiasi rupiah, sebagian besar perusahaan juga menaikkan harga barang hasil produksinya,” ujar Enny. Enny menjelas, tingginya inflasi lebih banyak terjadi di sektor riil, maka tidak akan mungkin Bank Indonesia (BI) bekerja sendiri untuk mengendalikan inflasi indeks harga konsumen (IHK). Pasalnya, kata dia, inflasi Agustus lebih banyak dipengaruhi oleh
harga-harga di sektor riil, sedangkan inflasi inti masih relatif terkendali. “Untuk jangka pendek ini, Presiden mesti bisa berdialog dengan stakeholder untuk membahas peningkatan angka inflasi yang selalu lebih besar dari volatile foods. Pemerintah memang harus segera berdialog soal ini untuk mencari solusi,” tuturnya. Apalagi, jelas Enny, pada Agustus ini hampir tidak ada permasalahan terkait supply dan demand bahan pangan, namun inflasi justru lebih banyak disumbang komponen volatile foods. “Memang depresiasi rupiah berdampak psikologis bagi kenaikan harga. Tetapi, saat ini tidak ada momentum peningkatan permintaan bahan pangan yang tinggi,” ucap Enny. Gubernur BI, Agus Martowardojo berharap pemerintah pusat dan daerah untuk lebih intensif mengendalikan gejolak volatile foods yang menjadi
kompenen terbesar penyumbang inflasi 2013. Hasil survei BI hingga pekan ketiga Agustus, inflasi pada akhir 2013 akan berada di kisaran sembilan hingga 9,8 persen. “Penyumbang inflasi yang terbesar itu karena volatile foods. Jadi, pangan ini adalah suatu area yang mesti disikapi,” kata Agus di Jakarta, akhir pekan lalu. Meski demikian, kata Agus, sementara inflasi inti masih relatif terkendali. Sebagaimana diketahui, laju inflasi tahun kalender Januari-Juli 2013 mencapai 6,75 persen dan inflasi IHK secara tahunan 8,61 persen (year-onyear). Sedangkan inflasi komponen inti Juli 0,99 persen, dan inflasi inti 4,44 persen (y-o-y). Agus mengatakan, jika fluktuasi volatile foods tidak bisa terkendali dan rupiah terus melemah, situasi ini akan semakin meningkatkan laju inflasi. “Seandainya nilai tukarnya terus melemah, tentu itu merupakan suatu ancaman lagi bagi inflasi. Tetapi yang (kontributor) utamanya di volatile foods,” ujarnya. Hal senada juga dikatakan Ekonom EC-Think Indonesia, Thelisa A Falianty di Jakarta, Minggu (1/9) bahwa inflasi Agustus lebih banyak disebabkan kenaikan harga sejumlah komoditas seperti kedelai dan daging sapi, meski harga cabai, bawang putih, bawang merah sudah mulai turun. “Inflasi Agustus sepertinya berkisar 1,5 persen (m-t-m), mungkin ada faktor kenaikan harga kedelai dan masih belum turunnya harga kebutuhan pokok, seperti daging sapi,” kata Thelisa. (gam/bud)
JELANG PEMILU 2014
PDI Perjuangan Menargetkan Jadi Partai Penguasa JAKARTA-PDI Perjuangan bertekad mengulang kembali masa kejayaannya dengan menjadi partai penguasa seperti pada jaman presiden kelima RI, Megawati Soekarnoputri. Keinginan tersebut bukanlah hal yang mustahil, mengingat popularitas PDI Perjuangan terus menanjak. “Kami ingin menjadi partai pemerintah di Pemilu 2014. Karena itu PDI Perjuangan harus mendapatkan suara 20%-25% agar tidak tersandera,” kata Ketua DPP PDI Perjuangan Maruarar Sirait di Jakarta, Minggu (1/9) Menurut Ara-panggilan akrabnya, target PDI Perjuangan untuk meraih 25% sudah dikalkulasi secara matang. Karena dengan raihan 25% maka cukup untuk dijadikan pijakan mengusung calon presiden dan wakil presiden. Meskipun hingga kini PDI Perjuangan belum menentukan calon presiden yang akan diusung. Ara mengaku, pada kongres PDI Perjuangan pertama dan kedua memutuskan bahwa ketua umum terpilih otomatis sebagai calon presiden. Namun berbeda dengan kongres ketiga di Bali, kata Ara, dimana calon presiden PDI Perjuangan diserahkan kepada Megawati Sukarnoputri. Ara menjelaskan kriteria calon presiden dari PDI Perjuangan harus memiliki sifat nasionalis, demokratis dan dapat menyelesaikan masalah bangsa. “PDI Perjuangan harus pro rakyat, pilpres dua kader terbaik Mega- Jokowi yang tinggi surveinya. Itu potret. Survei dinamis, tergantung integritas, prestasi, pandangan publik terhadap yang bersangkutan,” ujarnya. (gam/cea)
KRIMINAL
Polisi Tidak Berhasil Menerobos Brigade Ibu-Ibu SUMENEP - Ratusan personel kepolisian dikerahkan Polres Kabupaten Sumenep ke Desa Errabu, Kecamatan Bluto, Minggu (1/8). Mereka ditugaskan untuk menangkap sejumlah orang yang terlibat perkelahian Sabtu (31/8) siang di perbatasan desa setempat. Pengerahan personel dari Polres Sumenep, Polsek Bluto dan Lenteng itu juga dimaksudkan untuk mengatisipasi perkelahian lanjutan yang dimungkinkan bisa melibatkan lebih banyak massa. Sebab, perkelahian sebelumnya melibatkan sejumlah orang antar desa, yakni Desa Errabu, Kecamatan Bluto, dan Desa Moncek Timur, Kecamatan Lenteng. Sayangnya, petugas yang
bermaksud menangkap orangorang yang terlibat perkelahian tersebut dihadang oleh sejumlah ibu-ibu setempat. Mereka yang sebelumnya menyiram tembakau, tiba-tiba datang dari berbagai arah dan berteriak meminta polisi kembali sambil melontarkan ancaman. “Pergi, pergi... mengapa kalian akan melakukan penangkapan pada orang yang justru dipihak yang benar. Awas kalau kembali lagi, kami akan hancurkan mobil kalian,” teriak mereka bergantian. Operasi penangkapan yang dipimpin Wakapolres Sumenep, Kompol Sujiono, terpaksa kembali. Orang yang hendak ditangkap, SR, N, dan SA tidak bisa dibawa. Berdasarkan informasi yang berhasil dihimpun Koran Madura di lapangan, kasus perkelahian itu terjadi Sabtu (31/8) siang di
perbatasan Desa Moncek Timur, Kecamatan Lenteng, dan Desa Gilang, Kecamatan Bluto. Sebelumnya, AR, warga Desa Muncek Timur, dan SR, warga Desa Errabu, memang terlibat perserteruan dan dendam lama. Namun baru kali ini perseteruan tersebut berujung dengan perkelahian yang membuat dua orang teman AR terluka dan harus dirawat di RSUD Moh. Anwar Sumenep. Keluarga korban yang tidak terima dengan luka akibat perkelahian ini melapor ke Mapolres Sumenep. Hingga akhirnya aparat kepolsian dari Mapolres setempat turun dan berupaya menangkap orang-orang yang terlibat dalam perkelahian tersebut. Sayangnya, polisi tidak bisa melakukan penangkapan karena dihadang oleh ibu-ibu dan tersiar kabar bahwa lawan-lawan korban tidak ada di desa setempat. (edy/mk)