e Paper Koran Madura 02 Desember 2013

Page 1

1

SENIN 2 DESEMBER 2013 NO. 0251| TAHUN II Koran Madura

SENIN

2 DESEMBER 2013

g PAMANGGHI

Mahal Oleh : MH. Said Abdullah Anggota DPR RI

MENOLAK KONDOMISASI. Aktivis yang tergabung dalam Forum Silaturahim Lembaga Dakwah Kampus (FSLDK) Indonesia melakukan aksi di Perempatan Kantor Pos Besar, Yogyakarta, Minggu (1/12). Dalam aksinya mereka menolak segala bentuk upaya penanggulangan aids melalui sosialisasi penggunaan kondom kepada pelajar, mahasiswa serta masyarakat umum karena hal tersebut akan memicu perilaku seks bebas yang kontraproduktif.

Penyandang Disabilitas Perlu Mendapatkan Kesempatan Dirut LPP RRI: Masyarakat Harus Memberikan Tempat JAKARTA - Panyandang disabilitas perlu diberikan kesempatan dan difasilitasi secara memadai untuk memanfaatkan kelebihan yang dimilikinya guna berkiprah dalam pembangunan bangsa. Dirut Lembaga Penyiaran Publik RRI Rosanita Niken Widiastuti pada peringatan Hari Penyandang Disabilitas Internasional di Jakarta, Minggu mengatakan, masyarakat harus memberikan tempat untuk para penyandang disa-

bilitas dan derajat yang sama dengan warga lain dengan memberdayakan mereka lewat berbagai kegiatan. "Sesungguhnya penyandang disabilitas tak ingin dikasihani namun perlu diberikan kesempatan yang setara

untuk berkiprah dalam membangun nusa dan bangsanya," katanya. Pada kesempatan tersebut Niken menyatakan, peringatan HPDI yang dilakukan RRI dengan mengadakan kegiatan gerak jalan sebagai salah satu bentuk kepedulian pada mereka sekaligus mengangkat derajat mereka. Jalan sehat yang diawali dari gedung RRI Jakarta hingga patung Arjuna Wijaya

Sesungguhnya penyandang disabilitas tak ingin dikasihani namun perlu diberikan kesempatan yang setara untuk berkiprah dalam membangun nusa dan bangsanya,”

tersebut diikuti sekitar 1.500 orang penyandang disabilitas. Selain di Jakarta, kegiatan gerak jalan yang melibatkan peserta penyandang disabilitas juga digelar di berbagai daerah seperti Banda Aceh, Padang, Bukit Tinggi, Bandung, Bogor, Jambi, Semarang, Surabaya, Manado, Makasar dan Gorontalo yang totalnya mencapai 14.800 orang di seluruh daerah. (ant/mk)

DNPI

Perubahan Iklim Kian Mengkhawatirkan Jakarta - Dewan Nasional Perubahan Iklim (DNPI) menyatakan bahwa dampak yang terjadi akibat perubahan iklim kian mengkhawatirkan sehingga perlu upaya bersama untuk melakukan langkah antisipasi.

GARETH BALE

Cetak Trigol Berita di hal 8

"Perubahan iklim adalah fenomena yang dialami di mana salah satunya terjadi pemanasan bumi dan iklim berubah menjadi buruk," kata Ketua Umum DNPI Rachmat Witoelar di Jakarta, Minggu (1/12). Dia juga mengatakan masalah perubahan iklim terkait erat dengan masa depan. "Ini menyangkut nasib bumi di masa mendatang, sehingga generasi mendatang harus dibekali sejak dini mengenai masalah perubahan iklim," katanya. Karena itu, DNPI mengingatkan masyarakat khususnya generasi penerus tentang perubahan iklim yang semakin mengkhawatirkan melalui film dokumenter bertajuk "Setelah Hujan Datang". "Film ini berisikan potret permasalahan dan solusi perubahan iklim khususnya masalah air," katanya. DNPI menjelaskan film tersebut bercerita mengenai berbagai hal yang terkait perubahan iklim, di antaranya petani dan nelayan di Serang, Banten yang terkena imbas perubahan iklim. Perubahan iklim membuat hasil tani dan hasil tambak terganggu namun akhirnya berupaya mel-

Sehat itu mahal, begitu ungkapan arif yang sering terdengar. Mau bukti? Cobalah ingat-ingat ketika sedang sakit. Betapa besar biaya yang diperlukan untuk kembali sehat. Belum lagi cost yang harus dibayar karena si sakit tak bisa lagi beraktivitas. Masih ada kerugian lain. Kondisi psikologis keluarga jelas terpengaruh. Ada ketaknyamanan suasana, yang kadang mempengaruhi anggota keluarga lain, seperti anak-anak yang kadang karena ayah atau ibu, yang biasa mengantar sakit, terpaksa diantar orang lain atau berangkat sendiri. Keluarga yang sakit pun yang terpaksa hilir mudik ke rumah sakit, juga memerlukan biaya yang tak kecil. Jadi, sehat itu mahal bukan ungkapan kosong. Sekedar sebuah perbandingan data. Biaya kesehatan di seluruh dunia, merupakan sektor yang kenaikannya selalu berada di atas rata-rata inflasi. Tak jelas apa sebabnya. Apa karena sektor kesehatan itu, selalu menjadi kebutuhan seluruh manusia tanpa kecuali, sehingga dinaikkan berapapun masih tetap saja laku; atau karena faktor-faktor lain. Kita pernah mendengar kebutuhan makanan, merupakan areal paling prospektif untuk berbisnis. Ini karena praktis setiap orang Pemerintah pasti butuh makan. Tapi harus mampu agaknya, bisnis kebutuhan mensiasati kesehatan layak dideretkan dengan dengan makanan karena membangun masyarakat saat ini sudah kebersamaan mulai menyadari kebutumasyarakat han sehat. Sehat itu perlu dan ternyata, ini yang jadi persoalan, sangat mahal. Terkait makanan, masyarakat bisa memilih sesuai kadar kemampuan. Tak mampu beli daging, bisa beralih ke tempe atau tahu. Beda dengan sakit. Kita tak mungkin kalau sedang sakit jantung misal, memilih dokter umum yang dianggap relatif lebih murah. Atau, yang paling ekstrim, karena doktr gigi mahal, terpaksa datang ke tukang gigi untuk urusan gigi yang seharusnya ditangani dokter gigi. Anatomi sektor kesehatan yang tergambar sederhana itu, tanpa harus dipikirkan nyelimet memang menjanjikan dijadikan areal bisnis. Kesadaran kesehatan masyarakat potensial digarap sebagai ladang cari keuntungan. Kesehatan tak lagi persoalan kemanusiaan, sudah tergolong areal bisnis menggiurkan. Tak aneh tahun-tahun terakhir ini banyak berdiri RS-RS super komersial. Kondisi ini memang tak bisa dibendung. Prinsip ekonomi berlaku: ada permintaan, ada penawaran, ada pelayanan sekaligus ada transaksi. Arus dasyat itu mengalir deras mewarnai kehidupan masyarakat manapun di dunia ini. Persoalannya, apa fungsi dan peran negara di sini. Apakah arus dasyat komersialisasi kesehatan itu dibiarkan pada mekanise pasar; berkembang hanya atas landasan kapitalisme? Tentu tidak. Negara memiliki kewajiban melindungi warga. Jika pasar memang tak bisa dibendung, pemerintah harus mampu mensiasatinya. Di sinilah pentingnya UU Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jamaninan Sosial Nasional. Sehat itu memang mahal, tak bisa dibantah. Pemerintah harus mampu mensiasati dengan membangun kebersamaan masyarakat, saling menunjang antar masyarakat melalui asuransi kesehatan yang bersifat wajib (mandatory). Lalu tentu, pengembangan RS-RS yang memberikan pelayanan terbaik kepada siapapun, tanpa kecuali agar kasus seperti ramai dibicarakan, minimal jarang lagi terjadi di negeri ini.=

Ending

Direktur Eksekutif Sinarmas Forestry Canecio P Munoz (kanan), Direktur Artha Graha Peduli Tony Soesatyo (tengah), moderator yang juga Koordinator Mekanisme Perdagangan Karbon Dewan Nasional Perubahan Iklim (DNPI) Dicky E Hindarto (kiri) dan Perwakilan Kelompok Kerja Perubahan Iklim Kementerian Kehutanan Yetti Rusli (tidak nampak dalam gambar) berbicara dalam sesi seminar bertema "Green Initiatives on Protected Forest, Production Forest and National Parks". Seminar tersebut membahas tentang inisiatif hijau pada kawasan hutan konservasi dan hutan lindung, termasuk usaha konservasi kawasan dan spesies. akukan langkah antisipasi salah satunya menanam bakau atau mangrove. Menurut Rachmat, masyarakat dapat melakukan upaya adaptasi perubahan iklim. Baginya, masyarakat adalah pahlawan dalam menghadapi dampak perubahan iklim. Selain di Serang, Banten, film tersebut juga mengambil latar belakang wilayah Nusa Tenggara Barat dan Jakarta. Sementara itu, Koordinator Divisi Komunikasi, Informasi dan Edukasi DNPI, Amanda Katili Niode, mengharapkan film yang disutradarai Kamila Andini itu bisa sebagai media kampanye pening-

katan kesadaran masyarakat lokal dan nasional. Ada tiga masalah sentral yang diangkat dalam film yakni Pak Udin, seorang petani dari Serang, Banten, yang sawahnya selalu dibanjiri air pasang yang datang dari laut. Ook, seorang pemuda karang taruna yang mengemban tanggung jawab besar untuk mengevakuasi warga kampungnya yang terletak di bantaran Ciliwung, Kampung Kramat, ketika banjir besar tiba di Jakarta. Juga kisah tentang bagaimana sebuah mata air yang dijaga dengan baik oleh masyarakatnya di Bayan, Lombok, bisa menyelamatkan mereka dari kekeringan. (ant/mk)

Sewaktu istri Matrahem pergi ke pasar, dia menyempatkan membaca buku sambil meneteskan air mata di kamarnya. Tanpa disadari ternyata istrinya sudah datang dan mengintip Matrahem yang sedang menagis di kamarnya. Karena sang istri Istri penasaran terhadap Matrahem, dia mendekatinya dan membuat Matrahem kaget. Istri : “Apa yang membuat mas sedih dan menangis?” Matrahem : “Buku ini sangat menyedihkan bagian endingnya” Istri : “Novel baru, ya?” Matrahem : “Bukan” Istri : “Lalu apa yang kamu baca?” Matrahem : “Buku Tabungan”

Cak Munali


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.
e Paper Koran Madura 02 Desember 2013 by koran madura - Issuu