1
JUMAT 3 MEI 2013 NO. 00110 | TAHUN II Koran Madura
JUMAT
Harga Eceran Rp 2500,- Langganan Rp 50.000,-
3 MEI 2013
g PAMANGGHI HARI PENDIDIKAN NASIONAL
Disparitas
Guru Sarankan UN Dilikuidasi JAKARTA-Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) berdemonstrasi di depan kantor Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menuntut pemerintah menghapus atau mereposisi ujian nasional (UN) hanya sebagai pemetaan mutu pendidikan. “Kami sudah meminta pemerintah untuk menghapuskan UN, namun Kemendikbud berargumen bahwa lebih mudah meneruskan UN daripada menghentikannya. Maka kami menawarkan agar UN ini direposisi hanya sebagai pemetaan mutu pendidikan,” kata Sekjen FSGI Retno Listyarti di Jakarta, Kamis kepada sejumlah wartawan. Menurut dia, meskipun beberapa pihak telah meminta penghapusan UN karena dinilai kurang layak sebagai alat uji kemampuan siswa, Kemendikbud tetap bersikukuh untuk melaksanakan UN tanpa memenuhi standar kualitas pendidikan sebagaimana diamanatkan peraturan perundang-undangan. Dia juga menyoroti pelaksanaan Ujian Nasional (UN) 2013 untuk tingkat SMA yang sempat terkendala sehingga ia menilai bahwa hasil UN itu sudah tidak valid untuk digunakan sebagai alat ukur dalam menentukan prestasi belajar siswa dan pertimbangan masuk ke perguruan tinggi negeri (PTN).
Oleh : Abrari Alzael
Pemimpin Redaksi Koran Madura
S
ant/m agung rajasa
BATALKAN KURIKULUM 2013. Massa yang tergabung dalam Aliansi Revolusi Pendidikan melakukan unjuk rasa di depan kantor Kemendikbud, Jakarta, Kamis (2/5). Dalam aksinya mereka menuntut pemerintah untuk menghentikan komersialisasi dan kapitalisasi pendidikan, mencabut Ujian Nasional serta batalkan kurikulum 2013.
JELANG PILGUB JATIM
Khofifah-Said Lawan Berat Soekarwo-Saifullah SURABAYASoekarwo, Saifullah Yusuf dan Khofifah Indar Parawansa adalah calon terkuat dalam pemilihan gubernur (pilgub) Jawa Timur yang akan diselenggarakan 29 Agustus 2013 mendatang. Demikian hasil survey yang dilakukan oleh lembaga survey The Initiative yang dirilis, Kamis (2/5) di Rumah Makan Agis Surabaya. Peneliti Senior The Initiative, Dahlan, kepada wartawan mengatakan ada 10 nama tokoh yang dimunculkan dalam survey, yakni Soekarwo, Saifullah Yusuf, Khofifah Indar Parawansa, Sirmadji (Ketua DPD PDI P Jawa Timur), anggota DPR RI H M Said Abdullah, pengurus DPP Partai Golkar Ridwan Hisjam, calon independen Eggi Sudjana, pengurus DPP PDIP Djarot Saiful Hidayat, Wakil Walikota Surabaya Bambang DH dan Wakil Ketua DPR RI Pramono Anung. Dari 10 nama tersebut, Soekarwo, Saifullah dan Khofifah yang palin g dikenal luas dan direkomendasikan sebagai calon gubernur oleh masyarakat Jawa Timur. “ Untuk level I (Calon gubernur Jatim) ada 3 nama yaitu, Soekarwo, Saifullah Yusuf (Gus Ipul) dan Khofifah Indar Parawansa. Masyarakat Jawa Timur sudah mengenal mereka. Khofifah dan Saifullah mantan menteri, sedangkan Soekarwo masyarakat mengenalnya karena saat ini menjabat sebagai gubernur Jawa Timur. Kepopuleran tersebut dapat mengantarkan seseorang menduduki posisi sebagai orang paling penting di pulau Jawa bagian timur ini,” papar Dahlan. Tingkat kepopuleran Soekarwo di mata masyarakat Jawa Timur mencapai 90,18 persen, Khofifah 70,32 persen dan Saifullah Yusuf 66,88 persen. Sedangkan nama lainnya seperti MH Said Abdullah 27,70 persen, Bambang DH 27,69, Pramono Anung 20,90 persen, Djarot Saiful Hidayat 9,82 persen, Eggi Sudjana 8,57 persen, Ridwan
Hisjam 8,46 persen dan Sirmadji 8,15 persen. “Untuk level 2 (cawagub) ada 3 nama yang direkomendasikan masyarakat sebagai cawagub yakni MH Said Abdullah, Bambang DH, dan Pramono Anung. Kebetulan mereka bertiga merupakan kader PDI P,” tambahnya. Ketika The Initiative menggelar survei simulasi Pilgub Jatim dengan memasangkan pasangan cagub-cawagub, Soekarwo-Saifullah Yusuf vs KhofifahSaid Abdullah, hasilnya Karsa meraih 48,33 persen dari sampel 956 orang yang tersebar di 99 desa atau kelurahan di Jatim, yang mewakili daerah pilihan dan pasangan Khofifah-Said Abdullah meraih 31,69 persen. Sementara yang belum menentukan pilihan sebanyak 19,98 persen. “Unggulnya Soekarwo lantaran popularitasnya lebih tinggi dibanding Khofifah,” kata Dahlan. Diakui Dahlan, sebetulnya Saifullah Yusuf juga diunggulkan dalam bursa Cagub. Namun sayangnya Gus Ipul maju kembali sebagai cawagub.”Sayangnya Gus Ipul memilih berpasangan dengan Soekarwo. Padahal hasil survey Gus Ipul layak maju sebagai Cagub,” tandasnya. The Initiative juga mensimulasikan pasangan Khofifah-Said versus pasangan yang diusung PDIP, Bambang DH-Sirmadji. Hasilnya, Khofifah-Said meraih 41,95 persen. Bambang-Sirmadji 10,98 persen dan belum menentukan pilihan 47,07 persen. Sedangkan versi pasangan Bambang-Sirmadji meraih 8,26 persen. Soekarwo-Saifullah meraih 55,75 persen dan yang belum menentukan pilihan sebanyak 35,98 persen. Kendati demikian, dari hasil survei yang sama, pasangan Khofifah-Said diprediksi bakal menguasai Pulau Madura jika benar-benar bergandengan. Diperkirakan, 60 persen masyarakat Madura akan memilih pasangan ini. Sedangkan 40 persen lainnya didapat SoekarwoSaifullah Yusuf. (kas/han/abe)
15 Kementerian Rugikan Negara BPK Temukan 1950 Kasus dengan Kerugian Rp 8 T JAKARTA-Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (FITRA) mendesak sejumlah menteri yang sudah terdaftar dalam Daftar Caleg Sementara (DCS) segera mengundurkan diri. Langkah ini sangat penting agar fasilitas dan uang Negara seperti uang operasional menteri yang setiap tahun diberikan minimal sebesar Rp 1,2 miliar tidak dimanfaatkan dan salahgunakan untuk kepentingan pribadi.
“Kader-kader partai politik yang sedang duduk di kabinet dan masuk dalam daftar caleg mengundurkan diri saja. Minimal, mereka harus memilih tetap menjadi menteri atau caleg. Tidak bisa keduanya. Pasalnya, ada potensi korupsi dan penyalahgunaan fasilitas Negara,” kata Direktur Investigas dan Advokasi Fitra Uchok Sky Khadafi di Jakarta, Kamis (2/5). Berdasarkan catatan Koran Madura, sedikitnya, terdapat 10 Menteri Kabinet Indonesia Bersatu II maju sebagai caleg pada Pemilu Legislatif 2014. Partai Demokrat mengajukan EE Mangindaan (Menteri Perhubungan), Syarifudin Hasan (Menteri Koperasi dan UKM), Amir Syamsuddin (Menteri Hukum dan HAM), Jero Wacik (Menteri ESDM), dan Roy Suryo (Menpora). Sedangkan PKS mengajukan dua menterinya, Suswono (Menteri Pertanian) dan Tifatul Sembiring (Menkominfo). Sementara menteri asal PAN Zulkifli Hasan (Menhut) maju di dapil Lampung I dan 2 menteri PKB yakni Abdul Muhaimin Iskandar (Menakertrans) dan Helmy Faisal Zaini (Menteri PDT) menjadi caleg masing-masing dari dapil Jawa Timur VIII dan NTB. Menurut dia, seorang menteri memiliki tugas berat yang tidak bisa dirangkap sembari melakukan sosialisasi ke daerah pemilihan. Belum lagi kekhawatiran masyarakat terkait penyalahgunaan jabatan dan fasilitasnya. “Menteri-menteri ini jadi caleg seharusnya mundur dari jabatan menteri. Karena mereka jadi caleg akan membebani APBN. Memakai fasilitas Negara dan uang Negara untuk kepentingan pribadi dan partai politiknya. APBN itu bukan dipergunakan untuk kebutuhaan partai atau pribadi menteri tersebut untuk kebutuhaan seluruhanan rakyat,” imbuh dia. Sementara itu, Direktur Pusat Kajian Antikorupsi UGM, Yogyakarta, Zainal Arifin Mochtar
Menteri-menteri dari partai politik dalan pengelolaan APBN pada kementerian, ternyata kurang serius, kurang top, dan jauh dari kebaikan dalam menajemen keuangan
Uchok Sky Khadafi
Koordinator Advokasi dan Investigasi Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (FITRA)
mengatakan menteri-menteri yang menjadi calon legislator pada Pemilu 2014 disarankan mundur dari jabatan mereka. Mereka dipastikan tak bisa fokus mengurus negara. Pengunduran diri itu juga untuk mencegah korupsi politik para menteri yang dicalonkan. “Pemerintah harus memiliki aturan yang melarang rangkap jabatan politik dan pemerintahan. Larangan ini harus ditaati presiden, menteri, hingga jajaran paling bawah,” jelas dia. Mentri Amburadul Lebih lanjut, Uchok mengatakan menteri-menteri dari partai politik tidak layak dicalonkan. Sebab, dalam mengelola anggaran negara sangat jelek dan ambradul sehingga ditemukan adanya indikasi kerugian Negara. Hal ini jelas sangat merugikan masyarakat sebagai pembayar pajak. “Menteri-menteri dari partai politik dalan pengelolaan APBN pada kementerian, ternyata kurang serius, kurang top, dan jauh dari kebaikan dalam menajemen keuangan. Karena susah untuk memisahkan dengan jelas antara apakah menteri bekerja untuk kebutuhaan pribadi dan partainya atau untuk kepentingan rakyat sebagai pemegang kedaulatan anggaran Negara,” jelas dia. Kerugian Negara tersebut ditemukan dalam Audit BPK tahun 2012 semester II, BPK yang mencatat bahwa kerugian negara sebesar Rp. 8,311,534,656,000 untuk 1950 kasus di 15 lembaga atau kementerian. Dia menilai, menteri-menteri yang ingin jadi caleg, sebetulnya tidak layak dicalonkan lagi sebagai Caleg. Karena mereka tidak mampu mengelola keuanga negara dengan baik. Bahkan, sebagian diantara mentri itu diduga korupsi. “Selayaknya, kalau ingin jadi pejabat publik berarti harus menyelesaikan persoalan adanya indikasi kerugian negara ini agar bisa dikatakan sebagai pejabat Negara yang bersih,” pungkas dia. (gam/abd/aji).
eperti ada yang retak dalam penegakan hukum. Kalangan elit yang dalam dugaan banyak orang lebih mengerti hukum, memiliki tafsir sendiri-sendiri. Kejaksaan Agung, Mahkamah Agung, dan Polri memiliki keyakinan yang berbeda-beda dalam kasus Susno. Mula-mula, kejaksaan hendak mengeksekusi Susno Duaji tetapi merasa “dihalangi” di Polda Jabar. Kapolri memberi kesan malas bertindak sebelum akhirnya presiden bersuara. Ketua Mahkamah Agung baru bersikap di detik-detik terakhir. Susno tetap melenggang dan seakan mendapat perlakuan berbeda. Ada apa dengan Susno, hanya dia yang tahu. Sebagai awam, hanya mengira bahwa hukum di tanah ini hanya bisa tegak pada orang-orang kecil. Dalam kasus Minah di Banyumas, Jawa Tengah (2009 lalu), nenek itu penjara selama 1 bulan 15 hari, karena mencuri 3 buah kakao. Padahal Minah terpaksa mencuri kakao karena kelaparan dan belum makan selama beberapa hari. Kasus lainnya, Aguswandi Tanjung yang di jebloskan ke penjara selama 87 hari karena dituduh mencuri listrik di sebuah apartemen. Padahal sebenarnya Agus hanya menumpang men-charge HP di Lobi Apartemen. P a d a Peta republik peristiwa yang lainnya, semengenaskan orang pelajar ini, mempercepat SMKN 3 Palu, proses Sulawesi kehancuran Tengah, terdakwa berin- bangsa dan harus isial AAL (15) diakui bangsa ini dipenjara 5 terkapar di ujung tahun hanya peradaban karena mencuri sandal seharga Rp. 30 ribu. Sandal seharga 30 ribu bisa membuat di penjara lantaran pemilik sandal tersebut anggota Polri berpangkat Briptu (Ahmad Rusdi Harahap). Bisa dibandingkan dengan kasus Eddie Widiono, mantan Direktur Utama PT PLN yang korupsi dan merugikan negara sebesar Rp 46 Milyar, hanya dijatuhi hukuman 5 tahun penjara. Kasus Aulia Pohan yang terjerat kasus penyelewangan dana Yayasan Pengembangan Perbankan Indonesia (YPPI) senilai Rp. 100 Milyar, tapi ia hanya dipenjara selama 4 tahun. Disparitas ini harus dijawab dengan keberanian penegak hukum tidak saja dari legal justic tetapi juga dengan sosial justic. Perlakuan berbeda ini termasuk salah satu sebab mengapa negara ini akhirnya jatuh miskin lantaran tidak memiliki kedaulatan hukum. Keadilan seakan bisa dibeli dan yang tidak bisa membayar gagal mendapatkan keadilan. Tanpa disadari, penyebab utama tertinggalnya Indonesia, karena lemahnya kepemimpinan dari sisi moral dan intelektualitas serta serta penegakan hukum. Mafia korupsi menguat didukung jaringan mafia peradilan yang melibatkan aktor politik. Sebagian besar rakyat mengalami pemisikinan budaya, politik hukum dan ekonomi. Peta republik yang mengenaskan ini, mempercepat proses kehancuran bangsa dan harus diakui bangsa ini terkapar di ujung peradaban. Maka kepada siapa lagi awam meminta tegaknya keadilan? Seharusnya penegak hukum coba mengerti kearifan. Rakyat saat ini geram melihat dipasritas hukum. Bila seringkali massa menghakimi sendiri atas perbuatan yang diduga melawan hukum dengan caranya sendiri, itu karena penegak hukum tidak bisa berdiri sebagai sosok yang kompeten. Perkara hukum saat ini menjadi komoditi yang bisa dijual. =
Sudah Jarang Suatu saat di usia tuanya Matrawi ingin mengajak isterinya jalan-jalan ke luar negeri. Masing-masing mereka memanggil kakek dan nenek satu sama lain Waktu pengisian kartu keimigrasian, Nenek bingung dengan bahasa Inggris. Nenek tanya pada peserta lain disebelahnya. Surname, first name, middle name & date of birth. Setelah sammpai pada kolom SEX, nenek malu untuk bertanya pada orang lain. Sambil berbisik bertanya pada Matrawi. “Kek, kalo Sex dijawab apa ya?” Pelan-pelan Matrawi berbisik: “Tulis saja, SUDAH JARANG”
Cak Munali