e Paper Koran Madura 3 September 2013

Page 1

1

SELASA 3 SEPTEMBER 2013 NO.0190 | TAHUN II Koran Madura

SELASA

3 SEPTEMBER 2013

g PAMANGGHI

388 Oleh : Miqdad Husein

Kolumnis, tinggal di Jakarta

Ada sekitar 388 nama dalam daftar pemilih di TPS 10, Desa Potoan Deja, Kecamatan Palengaan, Pamekasan, Madura, saat Pilgub Jatim 2013. Semua undangan untuk memilih sudah disebarkan panitia pemungutan suara. Sehari sebelumnya, panitia melalui masjid dan musholla juga mengumumkan tentang pelaksanaan pemungutan suara. Seluruh upaya telah dilakukan agar pemilih mendatangi TPS. Namun, ternyata panitia yang bertugas hanya bisa menunggu. Tak ada kesibukan apalagi keramaian. Sampai batas waktu terakhir pemungutan suara, tak ada seorangpun penduduk yang namanya terdaftar datang. Lalu saat ditutup dan usai istirahat, panitia membuka kotak suara. Alamak, ternyata hanya ada delapan lembar kertas suara. Dan selidik punya selidik, ternyata delapan kertas suara itu berasal dari tujuh orang anggota KPPS dan seorang saksi pasangan calon Gubernur Khofifah Indar Parawangsa-Herman S. Sumawiredja. Berarti di luar panitia, tak ada seorangtingginya pun warga warga yang terdaftar yang tidak di TPS itu damenggunakan tang memilih. hak pilih pada Tentu ini terasa aneh Pilgub Jatim, salah satunya dan tergolong luar biasa. dipicu faktor Museum Muri politik uang mungkin perlu mengkaji apakah kejadian di TPS ini layak masuk daftar sebagai salah satu “rekor” Pilkada di seluruh Indonesia, bahkan mungkin pemilu di dunia. Hanya delapan orang yang hadir dari 388 daftar pemilih; itu pun yang delapan panitia dan saksi yang memang mau tak mau harus hadir. Jadi secara kualitatif sebenarnya yang hadir nol di TPS di Kabupaten Pamekasan itu. Sosialisasi sudah dilaksanakan dengan baik. Undangan memilih sudah. Pengumuman juga sudah. Apalagi? Mungkin hanya pengerahan massa yang tak dilakukan. Lalu, apa masalahnya? Menurut Bupati Pamekasan Achmad Syafii, sebagaimana dikutif berbagai media, tingginya warga yang tidak menggunakan hak pilih pada Pilgub Jatim, salah satunya dipicu faktor politik uang. “Karena terbiasa mendapat uang, pada pemilihan kepala desa, yang sudah dianggap biasa, akhirnya ketika tidak ada uang, maka berdampak pada tingkat kehadiran pemilih,” kata Achmad Syafii. Mungkin benar, mungkin salah. Namun jika dicermati fenomena golput itu merata di seluruh Indonesia. Di Sumut, Jabar, Jatim dan berbagai daerah lainnya, menggambarkan fenomena sama: tingkat partisipasi pemilih dalam kisaran 50 persen. Jadi yang terjadi di Pamekasan itu tidak spesial. Mungkin angkanya saja yang terasa luar biasa. Penulis sempat bertemu Staff Khusus Menko Polkam berbicara tentang rendahnya partisipasi pemilih. Ternyata memang merata dan sempat menghawatirkan fenomena itu akan terjadi pada Pileg dan Pilpres 2014 mendatang. Dan yang menarik, yang tergambar bukan karena dominan faktor uang. Yang menonjol lebih faktor apatisme politik ketika masyarakat merasa kehilangan harapan perbaikan. “Tak ada manfaatnya memilih. Toh begitu-begitu saja,” begitu aroma yang lebih terasa. Apakah ini anatomi Golput sebagai produk kecerdasan politik, sikap apatis atau pragmatisme, seperti disebut Achmad Syafii? Belum jelas, memang. =

Ke Dokter Kira-kira jam 10.00 Wib Matrawi pergi ke rumah sakit untuk periksa. Matrawi : Dok, saya punya penyakit lupa. Dokter : Sejak kapan? Matrawi : yaah Lupa dok Dokter: Kepala kamu pernah terbentur ya? Matrawi : Wah lupa juga dok! Ngmong-ngomong saya ngapain disini ya dok? Dokter: Goblok!!! Cak Munali

Audit SKK Migas Hantu Pemain Trader

JAKARTA- Pengamat perminyakan Kurtubi menilai kasus suap terhadap Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Rudi Rubiandini merupakan pintu masuk menelanjangi sebagian permainan kotor yang dilakukan dalam pengalokasian minyak dan kondensat bagian negara kepada pembeli/trader. Padahal dalam kasus alokasi gas banyak tercium bau tak sedap. “Kasus Kernel membuka mata rakyat Indonesia, kita tidak boleh membiarkan tata kelola migas yang menyimpang,” kata Kurtubi di Jakarta, Senin (2/9). Dia mengaku, pemerintah terlambat membangun kedaulatan energi didalam negeri. Akibatnya, sumber-sumber energi potensial dikuasai asing. “Seharusnya saat kita tahu bahwa tahun 2004 akan net importir, pemerintah mengurangi konsumsi minyak lewat konversi minyak ke gas dengan cara membangun infrastruktur gas atau geotermal untuk listrik,” tutur dia. Malaysia, menurut dia, lebih konsisten membangun ketahanan energinya. Dia segera melakukan konversi dari minyak ke gas dengan tidak semuanya memakai minyak. Sebagian konsumsi dikonversi menjadi gas. Pada tahu 1980-an bahkan Petronas milik Malaysia sudah membangun Peninsular Gas Utilisation (PGU). “Dia menyiapkan

konversi dari minyak ke gas pada tahun 1980-an. Malaysia sudah tahu bahwa minyak suatu saat akan habis,” jelas Kurtubi. Anehnya, Indonesia pada 2004 mengeluarkan PP 36 2004, sehingga untuk pertama kalinya melegalkan skema trading gas. Pada 2009 juga keluar peraturan PPK BP Migas No 29/2009 dan Perm e n 03/2010. “Skema trading ini ujung-ujungnya adalah pemburu rente. Regulasi dibuat untuk mencover kepentingan tertentu,” tegas Kurtubi. Sementara itu, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) akan mengaudit investigasi Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas) yang kini berganti

nama menjadi SKK Migas. “ BPK akan menindaklanjuti untuk audit investigasi soal BP Migas yang sekarang menjadi SKK Migas,” kata anggota VII BPK Bidang BUMN dan BP/SKK Migas Bahrullah Akbar, di Jakarta, Senin (2/9). BPK akan merespons permintaan DPR dan sejumlah kalangan untuk mengaudit investigasi BP Migas sejak kepemimpinan R Priyono hingga Rudi Rubiandini. Menurut dia, permintaan anggota DPR soal SKK Migas harus ditanggapi positif selama untuk kepentingan nasional. Pengamat ekonomi Faisal Basri menyambut baik rencana BPK tersebut. Karena itu, dia mendesak pemerintah segera melakukan audit kinerja dan audit investigasi menyeluruh atas pengelolaan minyak dan gas (migas), dari hulu hingga hilir. Termasuk audit mata rantai bisnis bahan bakar minyak (BBM). Selama ini jelas dia, tak ada upaya serius untuk mereformasi tata niaga impor BBM maupun pengaturan alokasi gas oleh SKK Migas. Pasalnya diduga kuat telah terjadi kongkalingkong. “Selama ini tidak ada inisiatif dari pemerintah dan desakan dari DPR untuk mengaudit keterlibatan para calo minyak yang membuat harga pokok BBM lebih tinggi dari yang sepatutnya,” tegas Faisal. (gam/abd)

SKANDAL IMPOR DAGING

KPK Mencatat Nama Sengman dan Bunda Putri JAKARTA- Tim Sukses Susilo Bambang Yudhoyono pada Pemilu Presiden 2004, mengaku tidak mengenal sosok Sengman Tjahya yang disebut-sebut masuk barisan sukarelawan SBY, sembilan tahun silam. Namun, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) memastikan telah mencatat nama-nama yang disebut dan keluar dalam persidangan dugaan kasus korupsi impor daging sapi. “Kalau orang menyebut nama dalam proses itu, mestinya kan dia sebut itu waktu penyidikan, bukan pengdilan. Tapi bisa saya yakinkan semua proses itu pasti dicatat. Nanti pasti akan ada klarifikasi sejauh mana ini bergna untuk ungkap kasus-kasus selanjutnya, ini bisa berkembang, bisa nggak,” kata Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto, di Jakarta, Senin (2/9). Seperti diberitakan, nama Sengman Tjahya terungkap dalam persidangan Tipikor dengan terdakwa kasus suap impor daging sapi di Kementerian Pertanian Ahmad Fathanah saat putra Ketua Majelis Syuro Partai Keadilan Sejahtera Ridwan Hakim memberikan kesaksian. Menurut Ridwan, Sengman adalah utusan Presiden SBY yang

KONTROVERSI SOSOK SENGMAN

Fathanah Cuci Tangan JAKARTA. Tersangka suap impor daging sapi, Ahmad Fathanah melempar bola ke Elda Devianne Adininigrat dan Ridwan Hakim soal siapa sebenarnya Sengman Jahja dan Bunda Putri. Fathanah menyebut, semua nama yang muncul berdasarkan pernyataan Elda saat meneleponnya. “Itu masalah Ridwan. Justru itu muncul dari Ridwan. Coba ikuti persidangan saya, Elda juga menyampaikan ke saya dan Elizabeth,” kata Fathanah, saat ditanyai wartawan usai menjalani persidangan di Pengadilan Tipikor, Jakarta, Senin (2/9). Fathanah mengaku tidak punya kewenangan menjelaskan siapa sebenarnya Sengman Jahja yang disebut sudah mengambil

SKANDAL HAMBALANG

Angelina Sondakh “Sariawan” Setelah Diperiksa KPK JAKARTA- Terpidana kasus suap pembahasan anggaran di Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) dan Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas), Angelina Sondakh, sedikit bicara dan cenderung diam selepas diperiksa Tim Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Ia diperiksa kasus pelaksanaan pembangunan lanjutan venue Pekan Olahraga Nasional (PON) XVIII Riau. “Banyak, ditanya banyak..,” kata Angelina saat sejumlah wartawan bertanya apakah Tim Penyidik KPK bertanya tentang keterlibatan Ketua Fraksi Partai Golkar Setya Novanto di Gedung KPK Jakarta, Senin, pukul 16:03 WIB. Mantan anggota DPR dari Partai Demokrat itu diperiksa sebagai saksi untuk tersangka Rusli Zainal dalam kasus pelaksanaan pembangunan lanjutan venue PON XVIII Riau. Pada Rabu (21/8), Tim Penyidik KPK memeriksa Angelina sebagai saksi dalam kasus dugaan penerimaan hadiah dalam pembangunan Pusat Pendidikan, Pelatihan, dan Sekolah Olahraga Nasional (P3SON) Hambalang untuk tersangka Anas Urbaningrum. Terkait kasus suap pembangunan PON XVIII Riau, KPK telah memeriksa Ketua Fraksi Partai Golkar Setya Novanto, mantan Menteri Pemuda dan Olahraga Andi Alifian Mallarangeng, Anggota DPR RI Komisi X Fraksi Partai Golkar Kahar Muzakir, dan Wakil Ketua Komisi X DPR RI Utut Adiyanto. Saat bersaksi pada 31 Januari, Setya membantah sejumlah kedatangan Rusli Zainal ke ruangan Fraksi Partai Golkar untuk membahas persiapan PON, mel-

ainkan soal pertemuan acara temu kader Partai Golkar se-Indonesia. “Keterangan Pak Novanto sama persis dengan keterangan yang disampaikan di perkara Lukman Abbas, pertemuan itu bukan pertemuan anggaran, tapi undangan ke Pak Setya Novanto untuk menjadi pembicara di acara partai, dan belakangan diketahui dua staf yang ikut dalam pertemuan itu salah satunya Lukman Abbas,” kata pengacara Setya, Rudi Alfonso yang menemani Setya Novanto. Nama dua politisi Golkar yaitu Setya Novanto dan Kahar Muzakhir disebut terdakwa mantan Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Riau, Lukman Abbas, dalam sidang di pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Pekanbaru. Lukman mengaku menyerahkan uang 1.050.000 dolar AS (sekitar Rp9 miliar) kepada Kahar Muzakhir sebagai langkah permintaan bantuan PON dari dana APBN Rp290 miliar. Sementara, Kahar Muzakir mengaku tidak mengetahui dugaan aliran dana proyek pembangunan venue PON XVIII Riau ke sejumlah anggota DPR. “Tidak ada urusan sama Setya Novanto ini. Urusannya dengan Rusli Zainal,” kata Kahar tentang keterlibatan Ketua Fraksi Partai Golkar itu. Rusli menjadi tersangka dalam tiga kasus yaitu pertama adalah kasus

membawa uang Rp40 milar. Namun, dalam persidangan tidak terungkap siapa Sengman itu dan kaitannya dengan kepentingan SBY. Dalam kasus ini kata Bambang Widjojanto, pihaknya harus membuktikan peran penyuapan dari setiap pihak yang disebut dan terbukti. Meskipun itu Bambang menyatakan, adanya pernyataan uang Rp40 miliar memang harus dibuktikan dan bisa menjadi titik awal yang bagus untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut. “Yang kita buktikan yang berapa miliar bos. Ini memang untuk pemeriksaan bagus,” kata Bambang. Sama dengan penyebutan Bunda Puteri di dalam persidangan, Bambang menduga bahwa penyidik ingin membuktikan bahwa pengaturan-pengaturan kebijakan dipengaruhi oleh campur tangan orang lain yang memiliki kekuasaan. “Ada oarng-orang gelap tapi pengaruhi ruang-ruang terang, itu kan bahaya. Itu namanya tidak transparan. Fokus kita disuap menyuap itu terbukti, yang lain itu nanti kila lihat proses perkembangannya,” kata Bambang. (gam/abd)

pembahasan Perda No 6 di provinsi Riau mengenai PON dengan sangkaan pasal 12 huruf a atau b atau pasal 5 ayat 1 atau pasal 11 Undang-undang No 31 tahun 1999 sebagaimana diubah dengan UU No 20 tahun 2001 jo pasal 55 ayat 1 ke-1 tentang penyelenggara negara yang menerima hadiah atau janji terkait kewajibannya. Kasus kedua, Rusli disangkakan sebagai orang yang memberikan hadiah kepada pejabat negara dalam pembuatan Perda No 6 dengan sangkaan pasal 12 pasal 5 ayat 1 huruf a atau b atau pasal 13 UU No 31 tahun 1999 sebagaimana diubah dengan UU No 20 tahun 2001 jo pasal 55 ayat 1 ke-1. Selanjutnya Rusli juga menjadi tersangka dalam kasus korupsi penerbitan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Tanaman (IUPHHK-HT) di Pelalawan Riau periode 2001-2006 dengan sangkaan pasal 2 ayat 1 atau pasal 3 Undang-undang No 31 tahun 1999 sebagaimana diubah dengan UU No 20 tahun 2001 jo pasal 55 ayat 1 ke-1. (ant/mam/ beth)

Rp40 miliar terkait bayar utang untuk Engkong (Hilmi Aminuddin). “Itu kan muncul ketika Elda merefer ke Ridwan, ada ini dan itu. Setiap Elda sampaikan sesuatu ke saya, saya nggak ngerti, jadi iya-iya saja,” sambungnya. Pernyataan yang sama dikatakan Fathanah saat ditanya soal Bunda Putri. Dia mengaku tidak tahu siapa sebenarnya perempuan yang disebut-sebut bernama Non Saputri, yang diduga sebagai istri kedua dari Direktur Jenderal Holtikultura di Kementan RI. “Saya nggak tahu. Pak Dirjen saja baru sekali bertemu Pak Dirjen. Apalagi keluarga. Saya tidak tahu siapa Sengman, Basuki, Haji Susu,” tegasnya. (gam/abd)


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.