Koran Madura

Page 1

1

KAMIS 4 APRIL 2013 NO. 0089 | TAHUN II Koran Madura

KAMIS

Harga Eceran Rp 2500,- Langganan Rp 50.000,-

4 APRIL 2013

g PAMANGGHI

JELANG PEMILUKADA JATIM

Said Pasrah Kebijakan Partai JAKARTA-Meski namanya disebut-sebut sebagai kandidat kuat yang akan diusung PDI Perjuangan di pemilihan gubernur (pilgub) Jawa Timur 2013, Said Abdullah tidak mau jumawa. Said menyerahkan semua keputusan kepada DPP PDI Perjuangan. “Secara konsisten harus saya katakan apapun keputusan partai, saya sami’na wa atha’na mau dipasangkan dengan siapapun dan pada posisi apapun,” ujar Said di Jakarta, Rabu (3/4). Menurut Said, Pemilukada adalah rezim partai maka kewenangan sepenuhnya ada pada partai. Karena itu, apapun keputusan partai maka dia siap menjalankannya. “Saya seorang loyalis sejati PDI Perjuangan. Saya siap diperintah partai,” tegas dia. Sementara itu, bursa kandidat pilgub yang diusung PDI Perjuangan memunculkan nama Said Abdullah-M Buchori. Sumber internal PDI Perjuangan menyebutkan, dua nama itu akan direkomendasi DPP PDI Perjuangan. Pemilihan keduanya berdasarkan hasil survey yang menempatkan nama Said Abdullah diurutan tertinggi, unggul atas nama sejumlah nama kandidat yang juga disebut bakal cagub PDI Perjuang. “Soal beredarnya isu Said-Buchori, sebagai pasangan bacagub bacawagub saya no comment. karerna ini masih proses dan semuanya saya serahkan pada keputusan DPP Partai,” kata Said. Said menegaskan, siapapun yang direkomendasi oleh DPP PDI Perjuangan adalah kader terbaik partai. Karena itu, dia akan berjuang sekuat tenaga untuk memenangkan kader yang diusung partai. (gam)

PUTUSAN MK

Kewenangan Baru DPD JAKARTA- Wakil Ketua DPR Priyo Budi Santoso menilai putusan Mahkamah Konstitusi yang memberikan kewenangan kepada DPD untuk mengajukan dan membahas rancangan undang-undang (RUU) menambahkan kewenangan seperti yang diharapkan DPD. “Saya harap DPR akan mematuhi putusan MK soal kewenangan DPD dalam proses legislasi bersama DPR dan Presiden. Hanya saja DPD belum bisa ikut memutuskan atau ketok palu pada paripurna DPR bersama Presiden,” kata Priyo Budi Santoso pada ‘Dialog Kenegaraan: Politik Legislasi Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi’ di Gedung MPR/DPR/DPD RI, Jakarta, Rabu. Pembicara lainnya pada diskusi tersebut adalah, Ketua DPD RI Irman Gusman, mantan Sekjen DPD RI Siti Nurbaya Bakar, dan Pakar Hukum Tata Negara Irman Putra Sidin. Menurut Priyo, putusan Mahkamah Konstitusi yang mengabulkan gugatan uji materi terhadap UU No 27 tahun 009 tentang MD3 dan UU No 12 tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundangan sudah membesarkan kewenangan DPD, meskipun baru separuh yang diimpikan oleh DPD. Meskipun DPD telah memiliki kewenangan untuk mengajukan dan membahas RUU bersama DPR, kata dia, tapi belum memiliki hak untuk ikut memutuskan. “DPD juga belum memiliki hak angket, hak interpelasi, hak menyatakan pendapat, dan sebagainya. Namun, putusan MK itu menjadi momentum penting bagi DPD untuk berperan lebih aktif dalam proses pembahasan RUU,” katanya. Politisi Partai Golkar ini menambahkan, selanjutnya tergantung pada langkah DOD RI untuk meyakinkan DPR RI dan tokohtokoh nasional dalam mewujudkan peran tersebut. Ketua DPD Irman Gusman mengatakan putusan MK tersebut memberikan kewenangan lebih besar kepada DPD untuk merumuskan dan membahas RUU bersama DPR, khususnya RUU yang terkait dengan otonomi daerah. Irman berharap, dengan keterlibatan DPD dalam pembahasan RUU maka akan semakin meningkatkan produktivias dan kualitas produk UU yang dihasilkan DPR bersama DPD. “Bagi kami saat ini yang penting prosesnya dulu, sehingga mekanisme legislasi sesuai dengan putusan MK,” ujarnya. Sementara itu, mantan Sekretaris Jenderal DPD Siti Nurbaya menyarankan agar putusan MK tersebut segera diaktualisasi dan diformulasikan oleh DPD dalam bentuk tindakan nyata. Menurut dia, apa yang telah diputuskan Mahkamah Konstitusi harus segera dilaksanakan baik teknis maupun rumusan substansi pokok-pokok politiknya. (ant/riza/beth)

Kuota Oleh : Miqdad Husein.

P

ant/reno esnir

KWIK KIAN GIE DATANGI KPK. Ekonom Senior, Kwik Kian Gie mendatangi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Jakarta, Selasa (2/4). dimintai keterangan terkait KPK melakukan penyelidikan dalam kaitan dengan dugaan terjadinya tindak pidana korupsi dalam lanjutan penyelesaian BLBI, yaitu pemberian SKL (Surat Keterangan Lunas).

Abraham Hanya Disanksi Teguran Tertulis Komite Etik KPK Cuma Menilai Abraham Lalai Awasi Sekretarisnya JAKARTA - Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Abraham Samad divonis melanggar kode etik selaku pimpinan KPK. Namun ia tetap aman memangku jabatannya. Ia hanya disanksi dengan teguran secara tertulis. Pasalnya pria asal Makassar ini lalai mengawasi sekretrisnya, Wiwin Suwandi, yang membocorkan konsep surat perintah penyelidikan (Sprindik) Ketua Umum Partai Demokrat (yang kini sudah mengundurkan diri) Anas Urbaningrum kepada wartawan. Atas pelanggaran tersebut, Samad diberi sanksi tertulis, tetapi tidak dicopot dari jabatannya sebagai Ketua KPK. “Tidak ada perubahan dalam pucuk pimpinan KPK,” kata Ketua Komite Etik KPK Anies Baswedan dalam jumpa pers hasil Komite Etik di KPK, Jakarta, Rabu (3/4). Anies menegaskan, hasil putusan Komite Etik itu sama sekali tidak mengganggu gugat jabatan Samad. “Tidak ada utak atik,” tuturnya. Dalam sidang terbuka

Komite Etik KPK di gedung KPK, Rabu (3/4), Komite Etik mengeluarkan keputusan bahwa Ketua KPK Abraham Samad terbukti melakukan “pelanggaran sedang kode etik” terkait kasus kebocoran konsep sprindik kasus Anas Urbaningrum. Sanksinya, teguran tertulis. Komite Etik menyatakan terperiksa Abraham Samad melakukan pelanggaran sedang. Karena itu sanksinya hanya teguran tertulis. “Menyatakan terperiksa 1 Abraham Samad melakukan pelanggaran sedang,” kata Anies Baswedan. Dalam sidang tersebut Anies duduk berjajar dengan 4 anggota Komite Etik lainnya. Sedang Abraham Samad duduk bersama tiga pimpinan KPK lainnya sebagai terdakwa yaitu

Busyro Muqoddas, Zulkarnain, Adnan Pandu Praja, dan Abraham Samad menghadap Komite Etik. Samad menyimak amar putusan itu dengan serius. Dalam pertimbangannya, Komite Etik KPK menilai Samad tidak ikut membocorkan secara langsung sprindik tersebut. Namun perbuatan Samad tidak sesuai dengan sikap dan kode etik pimpinan KPK. “Dalam berkomunikasi dan memimpin menciptakan situasi dan kondisi dan informasi status Anas Urbaningrum sebagai tersangka, karenanya harus dijatuhi sanksi sesuai tingkat kesalahannya,” jelas anggota Komite Etik KPK Abdullah Hehamahua. Teguran Lisan Untuk pimpinan KPK lainnya yang duduk sebagai terperiksa II, Adnan Pandu Praja, hanya dijatuhi sanksi ringan. Dia diberi teguran lisan. Dalam sidang Komite Etik KPK tersebut diungkapkan

bahwa pembocor sprindik Anas Urbaningrum adalah Wiwin Suwandi, sekretaris Abraham Samad. “Bahwa benar, pembocor sprindik adalah Wiwin Suwandi yang menjabat sebagai sekretaris terperiksa satu Abraham Samad,” kata anggota tim komite etik KPK, Tumpak Hatorangan Panggabean. Tim juga menemukan ada perintah dari Abraham untuk mengkopi dokumen itu. Lalu, ada juga proses scanning yang dilakukan Wiwin. Akhirnya, Wiwin memfoto dokumen itu lewat kamera BlackBerry hingga akhirnya disebar ke dua wartawan, yakni Tri Suharman dan Rudi Pollycarpus. Menurut Tumpak, Wiwin dan Tri saling kenal baik. Beberapa informasi sebelumnya juga pernah disampaikan Wiwin ke wartawan tersebut. “Wiwin Suwandi (seorang laki-kali-red) tinggal satu rumah dengan terperiksa satu Abraham Samad,” tambah Tumpak. (gam/aji)

KASUS KORUPSI

KPK Akan Sita Harta Milik Mantan Presiden PKS

JAKARTA-Sejak dijerat dengan Undang-Undang (UU) Tindak Pindana Pencucian Uang (TPPU), asal muasal kekayaan milik tersangka dugaan suap impor daging, Lutfhi Hasan Ishak mulai ditelusuri Komisi Pemberantas Korupsi (KPK).”Teman-teman penyidik menetapkan bahwa ada pasal-pasal lain dalam UU TPPU yang ditetapkan, ada indikasi bahwa LHI punya kekayaan yang lain yang bisa dikualifikasi bagian dari pencucian uang,” kata Wakil Ketua KPK, Bambang Wid-

jajanto, di Jakarta, Rabu (3/4) Hanya saja, kata Bambang, KPK belum bisa mengungkap kekayaan apa saja yang dimiliki Luthfi yang akan siap disita dan berapa jumlah aset yang tengah diselidiki.”KPK tidak akan mau menyebutkan kalau masih dalam proses investigasi nanti kalau barang sudah diambil, disita itu menjadi bagian informasi kepada publik kalau sekarang kan nggak mungkin dikasih tahu,” tambahnya Hingga saat ini, lanjut Bambang lagi,

proses investigas kekayaan itu masih berlangsung. “Kan proses sedang jalan kan kalau ada hasilnya pasti akan dikomunikasikan,” imbuhnya. Berdasarkan data Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) KPK, Luthfi Hasan baru dua kali melaporkan kekayaannya. Pertama pada 29 Desember 2003. Kedua 1 November 2009 saat terpilih kembali menjadi anggota DPR. Pada laporan pertama tahun 2003, harta kekayaan Luthfi tercatat Rp381.110.000. Kemudian pada 2009 harta Luthfi melonjak menjadi Rp1.066.430.620. Kekayaan itu terdiri dari tanah dan bangunan seluas 247 m2 dan 110 m2 di Jakarta Timur. Nilai bangunan ini pada tahun 2003 adalah Rp224.110.000, melonjak pada 2009 mencapai Rp302.904.000. Luthfi juga mempunyai harta bergerak berupa alat transportasi yakni, mobil berupa Nissan Serena, Honda CRV, Nissan X-trail. Total harta bergerak itu senilai Rp900 juta. Padahal pada 2003, total harta bergerak tercatat hanya Rp157.000.000. Dia juga tercatat memiliki giro setara kas pada 2009 senilai Rp3.117.520. Luthfi juga tercatat memiliki utang dalam bentuk kartu kredit sebesar Rp139.590.900. Setelah ditetapkan sebagai tersangka, KPK langsung menahan Luthfi di Rutan Guntur setelah menjalani pemeriksaan selama 17 jam. Luthfi akan ditahan untuk periode 20 hari masa penahanan pertama. Sesaat sebelum ditahan, Luthfi mengumumkan pengunduran dirinya dari jabatan sebagai Presiden PKS. (cea/gam/ beth)

Kolumnis, tinggal di Jakarta

artai kelabakan memenuhi kuota 30 persen perempuan. Ya salah sendiri mereka membuat peraturan ngawur. Dan KPU juga mengentalkan kengawuran itu dengan makin menguatkan persyaratan kuota perempuan sebagai wajib walau di UU Nomor 8 Tahun 2012, tak ada penegasan sanksi sedikitpun. KPU hanya harus mengumumkan partai yang tidak memenuhi kuota itu. Saya menyebut peraturan itu ngawur karena memperlihatkan sikap memaksa perempuan untuk berpolitik. Memaksa perempuan mengisi kursi-kursi legislatif. Memaksa perempuan mengisi kuota 30 persen itu. Ini “perkosaan.” Dari mana logikanya? Memangnya politik, kekuasaan itu, menjadi minat dan kebutuhan semua orang. Memangnya, tanpa berpolitik perempuan menjadi nista, nestapa, terbelakang dan kelaparan. Memangnya, kalau tak berkuasa, tak ada keterwakilan 30 persen perempuan di legislatif negeri ini kiamat. Jika menyangkut pendidikan, saya setuju semua orang harus “dipaksa” untuk belajar. Ini organisasi partai politik, legislatif, kekuasaan, yang tak setiap orang memiliki hasrat dan keinginan. Inilah jika semangat gender kebablasan. Ketika harus menjadi peraturan, ya ditaati. Dan, tak usah aneh kalau akhirnya negeri ini memaksa perempuan yang tak berminat berpolitik, untuk berpolitik. Yang tak berminat berkuasa, ya harus berebut Lha, orang tak kekuasaan. berminat, tak Anda bay- berhasrat, tidak angkan, apa hobbyditambah jadinya, jika lagi tak mereka yang memiliki tak berminat kemampuan itu lalu didipaksa paksa. Ironisnya politik itu wilayah penuh persaingan. Maju saja terpaksa, apalagi mau bersaing, mau bertarung. Ini belum lagi menyangkut penguasaan dan kemampuan. Ada perempuan ingin berpolitik, ingin jadi anggota legislatif. Namun karena perempuan ini sadar diri, tak memiliki kemampuan, ia mengurungkan niatnya. Ada yang memiliki kemampuan, tapi tak berminat ya susah. Apa harus dipaksa. Saya setuju jika menyangkut perlakuan khusus sebagai upaya membangun kesetaraan. Misalnya, ada ketentuan, setiap urutan satu sampai tiga, jika ada caleg perempuan, harus masuk di antara tiga. Kalau tak caleg perempuan, ya apa boleh buat. Ini artinya, bicara kualitatif, bukan kuantitatif. Dengan sistem suara terbanyak seperti sekarang ini, konsep satu di antara tiga inipun tidak logis. Konsep itu kan dapat dikembangkan efektif pada sistem proporsional murni, bukan yang terbuka seperti sekarang. Tapi okelah kalau begitu, untuk menyenangkan mereka para pejuang gender, biarlah itu berlaku. Organisasi, apalagi politik itu, menyangkut minat, keinginan, hasrat, hobby, ambisi, pengabdian serta terakhir kemampuan. Saya sengaja menyebut kemampuan sebagai yang terakhir, karena itulah standar paling jarang terpenuhi pada caleg di negeri ini. Nah, karena titik tolaknya dari diri sendiri, ya jangan buat aturan yang memaksa. Bisa terjebak sekedar memenuhi ketentuan formal; seremoni belaka. Lha, orang tak berminat, tak berhasrat, tidak hobbyditambah lagi tak memiliki kemampuan dipaksa. Ini bukan sesuatu yang menjadi kebutuhan seluruh manusia, seperti makan dan pendidikan. Politik itu murni dari diri sendiri, tak bisa dipaksa. =

Cak Munali


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.
Koran Madura by koran madura - Issuu