1
KAMIS 4 JULI 2013 NO.0152 | TAHUN II Koran Madura
KAMIS
Harga Eceran Rp 3.500,- Langganan Rp 70.000,-
4 JULI 2013
g PAMANGGHI
Citra Oleh : Carol Aji
Kolumnis, tinggal di Jakarta
C
GEMPA ACEH TENGAH Warga mencari korban gempa yang diduga masih tertimbun di runtuhan masjid di Lampahan Timur, Aceh Tengah Provinsi Aceh. Rabu (3/7). Gempa berkekuatan 6,2 SR itu mengakibatkan 17 orang tewas, 15 lainnya masih dinyatakan hilang, ribuan bangunan hancur dan ribuan orang mengungsi. ant/rahmad
PPP: “Poros Tengah” Bisa Saja Kembali antara foto/wahyu putro a
KASUS SUAP PEMAKAMAN. Foto kombo tersangka dugaan suap perizinan lahan taman pemakaman bukan umum (kiri ke kanan) PNS Pemkab Bogor Usep Jumenio, Mantan Ketua DPRD Bogor Iyus Djuher serta Honorer Pemkab Bogor Listo Welly meninggalkan Gedung Komisi Pemberantasan Korupsi usai menjalani pemeriksaan di Jakarta, Rabu (3/7). Berkas penyidikan ketiga tersangka tersebut telah selesai dan akan dilanjutkan ke persidangan.
KASUS SUAP MAKAM
Berkas Tersangka Sudah di Kejaksaan JAKARTA- Berkas tiga tersangka dugaan suap izin lokasi pembangunan tempat pemakaman bukan umum (TPBU) di Desa Antajaya kabupaten Bogor Jawa Barat, dilimpahkan ke tahap penuntutan jaksa penuntut umum KPK. “Hari ini dilakukan tahap dua atas nama tersangka ID (Iyus Djuher), LWS (Listo Wely Sabu) dan UJ (Usep Jumeino) masing-masing dalam kasus dugaan tindak pidana korupsi dalam kaitan dengan pemberian suap terkait pengurusan izin lokasi TPBU di desa Antajaya, Bogor,” kata Juru Bicara KPK Johan Budi di Jakarta, Rabu. Dalam tahap dua tersebut artinya berkas penyidikan dilimpahkan ke jaksa penuntut umum KPK yang akan menyusun dakwaan terhadap ketiga tersangka tersebut dengan waktu maksimal 14 hari. Sedangkan mengenai tempat persidangan, Johan masih akan mengonfirmasinya. “Pengadilan yang akan menyidangkan masih akan dikonfirmasi, mungkin akan disidang di pengadilan Tipikor Jawa Barat, karena tempat kejadian perkara ada di sana,” tambah Johan. (ant/riz)
JAKARTA - Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan Suryadharma Ali tidak menampik kemungkinan terjadinya koalisi Poros Tengah pada Pemilu 2014 sebagaimana pernah terjadi saat Pemilu 1999. “Semua kemungkinan bisa terjadi dalam Pemilu. Syukur-syukur ada poros tengah. Akan tetapi, sekarang kami belum tahu soal arah koalisi pilpres. Keputusan mengenai itu akan mengerucut setelah Pemilu Legislatif 2014,” kata Suryadharma di sela-sela acara Pembekalan Calon Legislatif PPP di Hotel Atlet Century, Jakarta, Rabu. Dia mengatakan kondisi sekarang belum tepat untuk menentukan arah koalisi karena segala keputusan masih mentah dan dapat berubah sewaktuwaktu sampai Pemilu Legislatif 2014 berakhir. PPP menyatakan diri sebagai satusatunya partai yang tidak malu-malu menunjukkan asas serta identitas Islam dan menegaskan akan terus konsisten dengan hal itu. “Sejak Orde Baru hingga sekarang PPP tetap pada asas Islam. Partai lain mungkin masih malu-malu untuk menunjukkan diri sebagai identitas Islam secara konsisten,” kata dia. Meski begitu, dia akan sangat membuka diri jika umat Islam berkeinginan kembali bersatu dalam satu
wadah PPP dengan satu tujuan mengesampingkan perbedaan-perbedaan yang ada. “Saya berharap kita semua menjaga kebersamaan dan menyingkirkan segala hal sia-sia yang dapat mengganggu seperti konflik,” kata dia. Dalam acara Pembekalan Caleg PPP tersebut dia mengimbau semua caleg partai berlambang kabah itu dapat bekerja keras dalam meningkatkan perolehan suara pada Pemilu Legislatif 2014.
“Jika kami mampu bekerja sama dengan baik dan terarah maka target kenaikan 200 persen suara dari pemilu sebelumnya merupakan hal mudah,” katanya. Perolehan suara PPP di tingkat DPR RI di beberapa edisi pemilu mengalami tren negatif. Pada Pemilu 1999, partai tersebut memperoleh suara sebesar 10,7%. Selanjutnya dalam Pemilu 2004 turun menjadi 8,15% dan tersisa 5,32% saat Pemilu 2009. (ant/pri)
PERJALANAN SPIRITUAL KORAN MADURA MENYAMBUT RAMADHAN (1)
Singgah di Negeri Singa, Teringat Tragedi Syiah di Sampang Dari Surbaya pesawat yang ditumpangi Abrari Alzael, Pemimpin Redaksi Koran Madura, tidak bisa langsung mendarat di Bandara Changi, Singapura, seperti direncanakan semula. Ia bersama rombongan harus singgah terlebih dahulu di Jakarta dan Baru menjejakkan kaki di Bandara Changi, Rabu (3/7) siang. Berikut catatannya di bandara mewah tersebut sebelum terbang menggunakan Arabian Airlines menuju Bandara King Abdul Aziz, Jedah. Sebenarnya Singapura sangat kecil dibanding Indonesia, dan begitu pula populasi penduduknya. Tetapi sebagai negara maju, Indonesia harus mengakui keunggulan Singapura. Dari sisi kemegahan, Indonesia harus tahu diri. Dibandingkan
Changi ini, Indonesia jorok. Tetapi sekumuh apa pun, saya tetap rindu Indonesia. Ini bukan soal Changi yang megah dengan semua lantai bersih dan berkarpet. Tetapi aura Negeri Singa ini menggambarkan kehendak pemerintahannya. Kesungguhan untuk menjadikan negeri yang semula kawasan rawa-rawa kumuh ini, bisa tercermin sejak dari senyum para petugas bandara yang santun dan ramah. Toilet yang selalu bersih dan harum, dinding-dinding kaca yang selalu bening dan penataan kelengkapan bandara yang sangat rapi, bagi saya sudah lebih cukup untuk menjawab tanya bagaimana Negeri Singa ini dikelola dan dipimpin. Jujur saya langsung teringat Indonesia. Tapi rasanya tidak perlu lagi cerita bagaimana sebenarnya.
Seorang kawan di Singapura, Mohammad Ridwan bertanya kapan Indonesia akan memiliki bandara setara Changi dan pernik lainnya di Singapura. Orchad misalnya, atau China town maupun tempat lainnya yang serba teratur? Di beberapa tempat di Singapura, saya menjumpai polisi seperti halnya di Indonesia. Namun terus terang polisi di Singapura tidak sok seperti oknum polisi di tanah air. Ketika saya menanyakan sesuatu yang tidak saya ketahui, security santun menjawab dan bahkan mengantar saya. Ini kadang agak berbeda atau sama sekali tidak sama dengan oknum security di tanah air yang tidak jarang bersikap arogan dan sok. Dan rupanya, hanya karakter pemimpinnya yang membentuk security bersikap melampaui dirinya sebagai security.
Sayang, saya tidak boleh berlamalama tinggal di Singapura karena tujuan utama saya hanya mampir. Dulu saya pernah tinggal di Singapura, meski hanya 3 hari. Saya mengerti mengapa Singapura seperti itu. Saya juga memahami mengapa republik saya seperti ini. Dalam soal korupsi, pejabat Singapura langsung mengundurkan diri. Di tanah kelahiran saya, ada terpidana korupsi masih terima gaji. Saya harus menarik nafas bukan karena rindu negeri, tetapi pesawat Saudi Air Lines terdengar memanggil calon penumpangnya di Changi. Saya penumpang, saya bagian dari jemaah, dan saya bukan Syiah. Jadi, ingat Sampang, kota kecil di Madura yang mengguratkan duka Syiah meski akar masalahnya bukan karena sematamata karena Syiah. Dengan nama Allah yang juga dituhankan warga Syiah, saya meneruskan perjalanan material dan spiritual tahun ini. (bersambung)
itra adalah sebuah produk kecantikan. Warnanya putih. Baunya wangi. Pada botolnya disebutkan kasiatnya; Bisa membuat kulit lebih putih dan bersih. Tidak sedikit orang yang tergiur dengan promosi produk ini karena ingin mendapatkan kulit yang putih dan bersih. Yang memakai pun tak sebatas perempuan. Laki pun menggunakannya. Tujuannya, ya itu tadi, agar kulit bisa lebih putih, bersih, dan halus. Tetapi dalam dunia politik, citra memiliki makna tersendiri. Citra berarti image, kesan seseorang di mata publik. Karena itu hampir semua politisi dari pusat hingga daerah ingin menciptakan image, kesan atau citra yang positif di mata publik. Dengan citra yang baik, mereka bisa dengan lebih mudah menjual diri saat pemilu. Sebaliknya, bila citra jelek, maka proses “jual diri” saat pemilu menjadi sedikit lebih sulit. Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan belakangan ini sering melakukan hal yang jarang dilakukan pejabat publik lainnya. Ketika PT Kereta Api Indonesia melakukan program e-ticketing, Dahlan kemudian naik kereta commuter line dan mencoba sistem baru tersebut. Saat itu dia menjelang menemukan pemilu seperti harga tiketnya ini, citra terlalu mumenjadi begitu rah, hanya Rp penting 2.000 perak. B u k a n hanya itu. Pemilik Jawa Pos Grup ini pernah juga memaksa petugas pintu tol Semanggi, Jakarta Pusat, untuk membuka pintu tol yang sedang tutup karena antrian kendaraan di pintu tol itu terlalu panjang dan menyebabkan kemacetan panjang. Bahkan, pria yang sudah melakukan operasi transplantasi hati di Cina itu turun dari mobil tanpa sandal. Tetapi banyak orang menilai, aksi Dahlan Iskan ini tidak murni untuk menaikkan kinerja BUMN yang berada di bawah wewenangnya. Dahlan dinilai sedang melakukan pencitraan. Sebab, pria ini memiliki hasrat untuk menapaki karier politik yang lebih tinggi dari sekedar menjadi seorang menteri. Dia ingin menjadi wakil presiden atau bahkan presiden. Kecurigaan ini makin kencang ketika dalam beberapa waktu belakangan ini, dia terus menempel Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo yang akrab dipanggil Jokowi. Maklum, elektabilitas Jokowi sedang naik tajam, bahkan mengalahkan calon presiden dari Partai Golkar Aburizal Bakrie dan capres Partai Gerindra Prabowo Subianto. Jadi, mendekati Jokowi agar popularitasnya turut naik. Ya, menjelang pemilu seperti ini, citra menjadi begitu penting. Dahlan tidak ingin bau amis tubuhnya tercium pemilih Indonesia. Sebab kalau ketahuan bau, dia pasti akan dijauhi dan beralih ke calon lain. Karena itu sedapat mungkin dia ingin tetap tampil ganteng dan wangi. Dalam konteks politik pencitraan menjelang pemilu 2014 seperti ini, apa yang dilakukan Dahlan Iskan itu bisa dimengerti. Tetapi mudah-mudahan, tindakan-tindakan humanis itu tidak melulu untuk pincitraan demi kedudukan politik lebih tinggi pada pemilu nanti, tetapi betul-betul untuk membenahi dan memperbaiki kondisi negara ini ke arah yang lebih baik. =
Ongkos Becak “Ke depan Toko Sinar, 2000 aja ya Cak” tawar Matrawi kepada tukang becak. “Oke pak, naik saja” jawab sang tukang becak kepada Matrawi dan temannya. Begitu sampai, Matrawi menyodorkan uang Rp 2000,- tapi sang tukang becak menolak. “Sampeyan kan berdua, jadi Rp 4000,-” Matrawi hanya melongo heran. Namun kemudian ia segera merogoh kantong dan menyerahkan uang Rp 6000,- kepada sang tukang becak. “Lho kok ini Rp 6000,- harusnya kan Rp 4000,-?” “Bapak ini gimana, kan tadi naik becak bertiga sama sampeyan” jawab matrawi datar sembari berlalu. Sang tukang becak hanya bisa melongo sambil memandangi uang yang ada di tangannya.
Cak Munali