1
JUMAT 5 JULI 2013 NO.0153 | TAHUN II Koran Madura
JUMAT
Harga Eceran Rp 3.500,- Langganan Rp 70.000,-
5 JULI 2013
ant/andika wahyu
SIAP PERTAHANKAN GELAR. Petinju Indonesia Daud Yordan mengangkat sabuk juara yang diperebutkan seusai konferensi pers di Konjen RI Perth, Australia, Kamis (4/7). Pertandingan guna memperebutkan titel juara dunia kelas ringan versi IBO melawan petinju asal Argentina Daniel Eduardo “Tatu” Brizuela akan dilaksanakan di Metro City Perth, Australia pada Sabtu 6 Juli 2013.
Membuka Misteri Bank Century Melalui Buku JAKARTA-Berlarut-larutnya penyelesaian kasus Century membuat geram anggota Komisi III DPR, Bambang Soesatyo. Politisi Golkar inipun menumpahkan pemikirannya mengenai Kasus ini melalui buku berjudul ‘Skandal Century di Tikungan Terakhir Pemerintahan SBY-Boediono’. Melalui buku ini, pria yang akrab disapa Bamsat ini berharap kasus Century bisa selesai sebelum berakhirnya masa pemerintahan SBY-Boediono di tahun 2014. Menurut Bamsat, buku ini ditulis dengan maksud melawan lupa dan mendorong Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) serta penegak hukum lainnya untuk menyelesaikan kasus Century. “Tapi kalaupun para pihak masih ngeri-ngeri sedap menyelesaikan, karena Kasus Century ini adalah kasus yang menyangkut kekuasaan, maka harapan kita pemerintah yang baru nanti mampu menyelesaikan permasalahan ini,” ujar Bamsat di Press Room Gedung DPR, Jakarta, Kamis (4/7). Sebenarnya, kata Bamsat, buku yang ditulis ini pada awalnya tak berjudul ‘Skandal Century di Tikungan Terakhir Pemerintahan SBY-Boediono’. Pada saat menulis, Bamsat menganggap dan membayangkan Kasus Century bisa selesai dalam beberapa bulan terakhir ini. “Makanya pada awal itu judulnya ‘Skandal Century Done, Skandal Century The End’. Tapi pada proses dan perjalanannya tampaknya
makin jauh, makanya kita beri judul itu,” tambah Bamsat yang mengaku mengubah judul buku dua pekan belakangan. Optimisme sempat mencuat manakala pimpinan KPK menyampaikan pada publik hasil pemeriksaan Sri Mulyani di Washington, Amerika Serikat. “Setelah meyakinkan penyidik ada aktor utama yang terkait dengan kasus Century. Lalu disusul penggeledahan di Bank Indonesia. Itu disampaikan bahwa penyelidikan hanya sampai pada kasus Bank Mutiara (BM), ya kita lemes lagi. Saya membayangkan, untuk mengungkap peran seluruh dewan gubernur BI, termasuk Boediono,” tutup Bamsat. “Bahwa di sisi lain kita melihat ada titik terang, namun perjalanan tampaknya makin jauh. Dan saya melihat ada hambatan psikologis juga karena kasus ini menyangkut kekuasaan,” jelas Bambang. Buku ini sebenarnya ingin me-
nyeret dan mengungkap aktor penggelontoran dana talangan berjumlah triliunan rupiah. “Kalau kita melihat peran masing-masing itu jelas bahwa yang paling berperan itu adalah Gubernur BI kala itu (Boediono),” tambahnya. Kalimat paling penting dalam buku itu menurutnya adalah, dalam proses pengambilan keputusan penetapan Bank Century berdampak sistemik itu, peran Boediono san-
gatlah luar biasa. “Jadi gutak-gatuk atau ngutak-ngatiknya atau tiputipunya ada di situ. Jadi, Muliaman Hadad (Deputi Gubernur BI) menyampaikan matriks alasan agar bank ini berdampak sistemik. Ternyata matriks itu tidak menggambarkan dan menguatkan alasan yang sudah dirancang sebelumnya berdampak sistemik. Lalu dalam rapat ini Boediono menyatakan bahwa matriks itu dilepas aja karena tidak mey-
akinkan. Jadi itulah kita mendapat gambaran bagaimana pejabat BI ini mengatur siasat atau bertipu muslihat agar Bank Century berdampak sistemik,” jelasnya. Berharap Pada PDI Perjuangan Sementara itu, pakar komunikasi politik, Tjipta Lesmana berharap agar PDI Perjuangan bisa memenangkan Pemilu 2014 sehingga bisa menuntaskan kasus mega skandal
PERJALANAN SPIRITUAL KORAN MADURA MENYAMBUT RAMADHAN (2)
Di Tanah Suci, Semua Menjadi Satu: Hamba Allah Saat landing di Bandara King Abdul Aziz setelah menempuh jarak tempuh lebih dari tujuh jam dari Changi Singapure, tubuh ini terasa sangat lelah. Penat menggerayangi sekujur organ tubuh ini, namun semua itu rasanya tak terhiraukan, karena semangat untuk beribadah merupakan tujuan utama yang menjadi prioritas Lalu dari King Abdul Aziz menempuh jarak 430 km menuju Madinah dengan waktu tempuh hampir enam jam, makin remuk rasanya tubuh ini. Akan tetapi, ketika berada di dalam masjid Nabawi, kelelahan serasa terobati. Betapa masjid bersejarah ini menebarkan kerinduan untuk bisa mendatanginya lagi di masa yang akan datang. Ini bukan soal kebersamaan antara faksi dalam agama yang sama. Tetapi keberagamaan ini terasa lebih beragama melampaui sekte apa pun; syiah atau
bukan syiah. Semua memohon kepada Tuhan yang sama. Tak ada yang merasa lebih benar karena agamanya sama dan meyakini Tuhan yang sama pula. Lalu apa yang berbeda? Bila agama merujuk pada Mekkah al-Mukarromah dan Madinatul Munawwaroh, maka untuk apa arogan pada faksi yang berbeda. Spiritualitas beragama itu memerlukan demokrasi. Ribuan umat memohon dan bertawassul di mesjid Nabawi itu dalam rangka memerdekakan diri
dari sikap arogansi berlebihan dan nagras. Berbeda dan berdemokrasi itu sudah menjadi dogma Nabi. Logika inversif dari state-
menr ini, antidemokrasi sebenarnya dalam hal tertentu sesungguhnya menabrak Nabi. Bila seseorang abai Nabi tentu ia abai Tuhan. Sedih rasanya bila
kalimat Allah Akbar dijadikan password untuk menghancurkan kelompok tertentu yang seakan tak berhaluan. Inilah kenyataan yang memalukan dan juga memilukan di mana tak hanya Nabi dan Tuhan yang diabaikan dengan alasan yang dipaksakan. Tetapi, negara yang sudah sangat baik berasas Pancasila dicabik-cabik dan agama maupun negara dikudeta karena angkara. Situasi ini menjadi bahan tertawaan negara lain yang menginginkan Indonesia beragama dan menganut nasionalisme pancasila. Padahal dalam nasionalisme berpancasila mengandung spiritualitas demokrasi lintas apa saja. Tetapi, mengapa masih banyak yang malacurkan agama untuk sesuatu yang seolah-olah dimengerti? (bersambung)
Bank Century. “Saya masih berharap, kalau PDI Perjuangan menang tahu depan di Pemilu 2014, Skandal Century bisa diselesaikan secara hukum,” kata Tjipta dalam Bedah Buku karya Bambang Soesatyo berjudul ‘Skandal Bank Century di Tikungan Terakhir Pemerintahan SBY-Boediono’, di Jakarta, Kamis (4/7). Namun Guru Besar FISIP Universitas Pelita Harapan (UPH) ini tidak berharap Partai Gollar memenangkan Pemilu 2014. Karena keseriusan Partai Golkar membuka misteri gelap Century diragukan. “Saya tidak berharap Golkar yang menang karena dari awal bergulirnya skandal Century tidak jelas sikapnya,” ungkapnya Padahal kata dia, kasus Bank Century ini sebenarnya sudah sangat terang benderang. “Ibarat perempuan, sudah telanjang bulat. Ada apa dengan KPK, ada apa dengan teman kita BW (red- Bambang Widjayanto KPK)?,” tanyanya Pada April 2012, kata Lesmana, Abraham Samad tegas menyatakan ada indikasi korupsi di skandal Century. “Orang saya di KPK menyebutkan kasus ini komplikasinya sangat berat karena terkait wakil presiden. Tapi saya katakan Boediono itu diproses dalam kapasitas mantan Gubernur Bank Indonesia (BI),” ungkapnya. (gam/cea)
Penyakit Suatu hari Matrawi sangat gelisah. Pikirannya amat tidak tentram dan merasa ada yang salah pada dirinya sendiri. Karena ia santri, akhirnya ia memutuskan untuk sowan (bertamu) ke rumah seorang kiai yang dulu menjadi guru saat ia mondok. Kepada sang Kiai, Matrawi tidak sungkan untuk berterus terang. Dan kemudian ia bicara apa adanya sesaat setalah dipersilahkan duduk. “Pak Yai” kata Matrawi “Saya ini punya penyakit yang tak sembuhsembuh” Lanjutnya kepada Kiai di kampungnya. “Penyakit apa Mat, kok baru sekarang kamu mengadu” “Begini Pak Yai, kalo lihat bocah seusia anak saya, maka saya jadi teriangat anak saya. Tapi kalo lihat wanita seusia isteri saya, saya jadi lupa sama isteri di rumah.” “Aha, kamu ini Maat “kalo penyakit itu, saya juga punya” jawab Sang Kiai. Matrawi hanya melongo, bibirnya tak mau tertutup.
Cak Munali