1
KAMIS 5 DESEMBER 2013 NO. 0254| TAHUN II Koran Madura
KAMIS
5 DESEMBER 2013
REKAPITULASI DPT NASIONAL
Sisa DPT Invalid Masih 54.692 Pemilih JAKARTA - Komisi Pemilihan Umum masih belum menemukan dokumen kependudukan 54.692 pemilih di daftar pemilih tetap (DPT) karena belum ditemukan data kependudukan selama pemutakhiran. "Sebanyak 54 ribu pemilih itu belum diberikan NIK (nomor induk kependudukan) oleh Kemendagri karena sebagian tanggal lahirnya belum ada dan sebagian ada yang alamatnya tidak lengkap," kata Ketua KPU Husni Kamil Manik usai Rapat Pleno Penyempurnaan Rekapitulasi DPT Nasional di Jakarta, Rabu (4/12). KPU tetap akan mencari keberadaan dokumen kependudukan milik puluhan ribu pemilih tersebut, sebagai dasar pemberian NIK oleh Ditjen Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dukcapil) Kemendagri. Husni mengatakan pihaknya meyakini bahwa seluruh data pemilih tersebut akan tuntas dan tetap masuk dalam DPT. Sementara itu Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) memberi ruang bagi KPU untuk menyempurnakan data pemilih tetap tersebut hingga 14 hari menjelang pemungutan suara pada 9 April 2014. "Bawaslu meminta upaya serius dari KPU terkait pembersihan dan perbaikan data pemilih, hingga paling lambat 14 hari sebelum pemungutan suara," kata Ketua Bawaslu Muhammad ketika ditemui secara terpisah usai Rapat Pleno. Jika hingga tenggat waktu yang diberikan KPU masih belum memperoleh dokumen terkait, maka Bawaslu akan merekomendasikan untuk mencoret 54.692 pemilih tersebut dari DPT. KPU sendiri telah melakukan penyempurnaan DPT dengan mencoret 439.747 pemilih sehingga DPT untuk Pemilu 2014 menurun menjadi 186.172.508 orang, dengan 3,3 juta di antaranya belum memiliki NIK. Kemendagri mengakui keberadaan 3,3 juta pemilih tersebut dan akan memberikan NIK. ""Berdasarkan jaminan KPU tersebut maka Kemendagri menerbitkan NIK bagi pemilih dimaksud," kata Dirjen Dukcapil Irman. (ant/tya/war)
PARADE SANTA CLAUS. Ratusan peserta berjoget ala cesar menggunakan baju Santa Claus ketika digelar parade Santa Claus oleh It Center, di Jalan Bolevard, kota Manado, Sulawesi Utara, Rabu (4/12). parade itu merupakan yang kelima kalinya digelar dalam menyambut hari raya Natal.
Boediono Bisa Dipanggil Paksa Bambang Soesatyo: Kalau Merasa Benar Kenapa Harus Takut? JAKARTA-Tim Pengawas (Timwas) Century DPR mengancam akan memanggil paksa Wakil Presiden (Wapres) Boediono jika tak mau hadir memenuhi panggilan Timwas. Tim Pengawas (Timwas) Bank Century DPR menggelar rapat internal soal pemanggilan Wakil Presiden Boediono dalam kapasitas sebagai mantan Gubernur Bank Indonesia (BI). Dari sembilan fraksi, hanya Fraksi Demokrat yang belum sepakat kembali memanggil Boediono, sementara 8 fraksi lainnya sepakat memanggil Boediono.
Ketua KPU Husni Kamil Manik (tengah) didampingi para anggota KPU Sigit Pamungkas (kiri), Hadar Nafis Gumay (kedua kiri), Ferry Kurnia Rizkiyansyah (kedua kanan) dan Ida Budhiati (kanan) memimpin Rapat Pleno Terbuka Penyempurnaan Rekapitulasi DPT Nasional di Kantor KPU, Jakarta, Rabu (4/12). Setelah dilakukan verifikasi faktual ulang di lapangan selama 30 hari sejak penetapan DPT pada 4 November 2013, KPU mencoret 439.747 pemilih di daftar pemilih tetap (DPT) karena tidak memenuhi syarat sebagai pemilih Pemilu 2014. Perbaikan data pemilih tersebut harus dihapus karena meninggal dunia, menjadi anggota TNI/Polri, belum cukup umur, tidak dikenal, pindah domisili dan tercatat ganda.
Febby Angguni
TUMBANG di Vietnam
Anggota Timwas Century dari Fraksi Golkar, Bambang Soesatyo menegaskan, siapapun wajib datang memenuhi panggilan DPR demi kepentingan rakyat. Bambang menilai, alasan Boediono tak mau datang itu hanya sebuah dalih. "DPR akan panggil paksa sesuai ketentuan dan UU. Ah itu kan hanya alasan yang dicari-cari. Dalam UU jelas, siapapun warga negara Indonesia yang dipanggil DPR untuk kepentingan rakyat, wajib datang," jelas Bambang dalam pesan singkat, Rabu (4/12). Dia menyatakan, jika Boediono tak datang, menandakan bahwa mantan Gubernur Bank Indonesia (BI) itu tidak berjiwa kesatria. Karena itu, ia menilai, tak ada alasan Boediono untuk menolak undangan timwas. "Kalau tidak datang itu menkonfirmasi bahwa Boediono tidak kesatria. Kalau merasa benar kenapa harus takut?" tantang Bambang. Dia menjelaskan, pemanggilan
paksa dimungkinkan karena sudah tertuang dalam UU. Pemanggilan paksa akan dilakukan setelah Boediono mangkir panggilan ke tiga. "Dua kali pemanggilan tidak hadir tanpa alasan yang dibenarkan oleh hukum, panggilan ketiganya dijemput paksa," tutur dia. Anggota Komisi III DPR ini menyarankan agar Boediono bersikap kesatria. Tidak berlindung di balik kekuasaan yang hanya tinggal beberapa waktu lagi. "Kita semua sama di hadapan hukum. Janganlah berlindung di balik jabatan dan kekuasaan yang hanya tinggal beberapa bulan lagi," pungkasnya. Sementara itu, Pimpinan Timwas Century Marzuki Alie tak sepakat jika harus mengundang Wakil Presiden Boediono. Dia malah meminta agar timwas membaca kembali keputusan paripurna soal tugas pokok timwas dibentuk. "Saya hanya jelaskan supaya Timwas buka kembali keputusan paripur-
na, apa keputusan masih menugaskan timwas untuk melakukan tugas-tugas pansus yang sebelumnya sudah selesai. Saya minta itu saja, tidak usah saya komentari," ujar Marzuki di Gedung DPR, Jakarta, Rabu (4/12). Dia menjelaskan, tugas timwas adalah melakukan pengawasan terhadap proses penegakan hukum dalam kasus Bank Century. Karena pemanggilan Boediono, kata dia, itu masuk dalam proses politik. "Timwas lakukan pengawasan terhadap proses penegakan hukum, tidak ada proses politik manggil. Itu bicara politik, ini tidak sehat buat kegaduhan politik dan itu sudah melanggar keputusan paripurna," tegas dia. Dia pun tak mau berkomentar lebih jauh soal motif politik di balik pemanggilan Boediono. Dia kembali hanya meminta untuk membaca keputusan paripurna soal tugas timwas. "Saya minta timwas untuk membuka keputusan rapat paripurna tentang pembentukan timwas," Pungkasnya Tak Akan Hadir Sementara itu, melalui juru bicara Boediono telah menyatakan menolak menghadiri panggilan Timwas Century DPR pada 18 Desember 2013 mendatang. Pasalnya, pemanggilan itu dianggap akan mengganggu proses hukum dan penuntasan kasus tersebut kini sedang dilakukan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Diambil dari pernyataan Boedione melalui akun Twitternya @boediono.
“Pak Boediono tidak akan hadir memenuhi panggilan Timwas Century karena itu dapat mengganggu jalannya proses penegakan hukum,” kata Juru Bicara Boediono Yopie Hidayat di Jakarta Rabu (4/12).(gam/ abd/aji/war)
Berita di hal 8
NAPI TERORIS
Status Fadli Sadama "Dipinjam" Penyidik Jakarta - Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen Pol Boy Rafli Amar mengatakan, status narapidana kasus terorisme yang baru ditangkap di Malaysia, Fadli Sadama (29), sejak melarikan diri Juli lalu adalah "pinjaman" penyidik. Pasalnya, Fadli yang sudah divonis hukuman penjara selama 11 tahun pada 2010 itu melarikan diri dari Lembaga Pemasyarakatan Kelas IA Tanjung Gusta, Medan, Sumatera Utara, setelah sebelumnya berperan sebagai provokator kerusuhan yang berawal dari pemadaman listrik itu. "Dengan adanya temuan baru itu, maka statusnya 'dipinjam' penyidik," kata Boy di Jakarta, Rabu. Menurut jenderal polisi bintang satu itu, proses penahanan terhadap Fadli yang seorang narapidana bersifat administrasi dengan kewenangan Kementerian Hukum dan HAM. Pihak kepolisian hanya berwenang melakukan proses penyidikan terhadap narapidana terkait temuan baru atas kasus yang melibatkannya. "Dengan tindak pidana berlapis yang dikenai terhadap Fadli, setidaknya hukumannya tambah berat. Apalagi dalam kerusuhan itu sampai ada yang meninggal dunia," ujarnya. Fadli Sadama adalah salah satu
Peran Fadli memang cukup menonjol. Apalagi dengan riwayat dia sebagai napi aksi terorisme, capa pikirnya lebih militan daripada napi lain. Perannya kuat untuk menghasut dan melakukan perusakan termasuk ‘escape’ (melarikan diri),”
Brigjen Pol Boy Rafli A
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri pelaku perampokan di Bank CIMB Niaga, penyerangan Kantor Kepolisian Sektor Hamparan Perak di Deli
Serdang, dan penjual narkoba untuk pembelian senjata. Ia dijatuhi hukuman 11 tahun penjara pada 2010 setelah ditangkap di Malaysia. Ia bersama sekitar 218 napi lain berhasil melarikan diri dalam kerusuhan di Lapas Kelas IA Tanjung Gusta, Medan, Sumatera Utara, Kamis (11/7) malam. Setelah buron selama hampir lima bulan, pada Jumat (20/11), Fadli berhasil ditangkap di Malaysia. Sepekan kemudian, pada Jumat (27/11), ia diserahkan ke pihak imigrasi dan dibawa petugas kepolisian ke Jakarta. Atas perannya menghasut hingga ikut melakukan pengrusakan dan pembakaran terhadap fasilitas lapas, Fadli terancam dikenai Pasal 170 KUHP tentang kekerasan terhadap orang atau barang, Pasal 187 KUHP tentang pembakaran dengan sengaja dan Pasal 406 KUHP tentang perusakan barang. "Peran Fadli memang cukup menonjol. Apalagi dengan riwayat dia sebagai napi aksi terorisme, capa pikirnya lebih militan daripada napi lain. Perannya kuat untuk menghasut dan melakukan perusakan termasuk 'escape' (melarikan diri)," Boy menjelaskan. (ant/mk)
Berguru Matrawi dan Matrahem ikut menyambut kedatangan Bapak Presiden SBY ke tanah kelahirannya, Madura. Raut muka keduanya tampak berbinar-binar ketika melihat iringiringan mobil pimpinan negaranya. Di pinggir sepanjang jalan, di antara barisan pelajar yang bersorak-sorai menampakkan kesenangannya menyambut kedatangan SBY, terlihat Matrawi juga bersorak-sorai sambil bertepuk tangan, hingga suasana menjadi lebih hidup. Matrahem : “Matrawi, aku masih bisa mengerti bila kamu bersorak-sorai, seperti pelajar-pelajar itu. Tapi, apa maksudmu bertepuk tangan?” Matrawi : “Aku juga berlatih seperti pelajar-pelajar itu.” Matrahem : (masih bingong) “Maksudnya?” Matrawi : “Bila mereka belajar menyoraki pimpinannya, aku juga belajar menepuki pimpinan,hehehe.” Cak Munali