1
SELASA 9 APRIL 2013 NO. 0092 | TAHUN II Koran Madura
SELASA
Harga Eceran Rp 2500,- Langganan Rp 50.000,-
9 APRIL 2013
g PAMANGGHI
SEPAK BOLA
Persebaya Tanpa Suporter SURABAYA - Tuan rumah Persebaya kembali harus berlaga tanpa didampingi suporternya saat menghadapi Persebo Bondowoso pada pertandingan kompetisi Divisi Utama Liga Indonesia di Stadion Gelora Bung Tomo Surabaya, Rabu (10/4). Ketua Panitia Pelaksana Persebaya DU Baso Juherman kepada wartawan di Surabaya mengatakan, kebijakan menggelar laga tanpa penonton itu merupakan rekomendasi dari Polrestabes Surabaya yang mengeluarkan izin. “Izin pertandingan lawan Persebo sudah turun, tetapi masih belum boleh dihadiri penonton. Polrestabes Surabaya masih berpedoman pada instruksi yang dikeluarkan Polda Jatim beberapa waktu lalu,” katanya. Sebelumnya saat menjamu Perseba Super Bangkalan di lokasi yang sama pada 2 April 2013, Persebaya DU juga mendapatkan izin menggelar pertandingan tetapi tanpa penonton. Saat itu, Uston Nawawi dan kawankawan berhasil meraih kemenangan atas Perseba dengan skor telak 5-2. Kendati instruksi dari Polda Jatim, larangan menggelar laga sepak bola tanpa penonton hanya berlaku bagi Persebaya, sementara tim Jatim lain, seperti Persela Lamongan, Persegres Gresik, dan Persepam Madura United tetap mendapatkan izin bertanding dengan kehadiran penonton. “Kami patuh pada kebijakan aparat kepolisian, meskipun sebenarnya Persebaya juga dirugikan. Mudah-mudahan di putaran kedua nanti akan ada perubahan,” ujar Baso. Pertandingan melawan Persebo Bondowoso merupakan laga terakhir yang dijalani Persebaya di putaran pertama. Laga ini seharusnya digelar akhir Maret lalu, tetapi kepolisian memintanya untuk ditunda. Dari enam laga yang sudah dijalani, tim berjuluk Bajul Ijo ini belum pernah kalah dengan meraih lima kemenangan dan sekali imbang. Mereka kini berada di puncak klasemen Grup III dengan nilai 16 dan memastikan juara paruh musim. “ Meskipun bertanding tanpa dukungan suporter, target kami tetap mengamankan poin tiga dan memperpanjang rekor tidak pernah kalah,” kata Manajer Tim Persebaya DU Bambang Pramukantoro kepada sejumlah wartawan yang menemuinya. (ant/abe)
PEMILIHAN GUBERNUR
Ada 2.557 TPS di Lamongan LAMONGAN- Jumlah Tempat Pemungutan Suara (TPS) untuk pelaksanaan pemilihan kepala daerah Provinsi Jawa Timur di Kabupaten Lamongan mencapai 2.557 tempat. “Jumlah itu hasil pendataan terbaru yang dilakukan KPU Lamongan, dan tidak jauh beda dengan jumlah TPS pada pilkada sebelumnya tahun 2010,” kata Ketua KPU Lamongan Khoirul Huda usai melantik 135 anggota panitia pemilihan kecamatan (PPK) untuk Pemilu 2014, Senin. Ia berharap dengan adanya data jumlah TPS, setiap anggota PPK bisa melaksanakan tugas dengan baik dalam mengawal pelaksanaan Pilkada Jatim dan Pemilu Legislatif 2014. “Data jumlah TPS ini sangat penting, dan agenda selanjutnya yakni setiap anggota PPK akan melantik panitia pemungutan suara di masing-masing kecamatan,” katanya. Sementara itu, Anggota KPU Jatim Sayekti Suindiyah yang hadir dalam kegiatan pelantikan meminta agar anggota PPK yang baru dilantik tidak tergiur dengan iming-iming yang hanya bersifat sementara. “Iming-iming itu hanya sementara, sebab dalam pelaksanaan pilkada atau pemilu yang dipertaruhkan adalah harga diri atau harkat dan martabat untuk selamanya,” katanya. Ia menjelaskan dalam pelaksanaan petugas pemilu sudah disediakan anggaran tersendiri, sehingga setiap orang yang terlibat di dalamnya tidak perlu tergiur dengan apa pun. “Rencananya jika semua syarat administrasi PPK sudah lengkap, anggaran untuk PPK bulan ini sudah bisa diterima, jadi kami minta anggota PPK bisa melaksanakan tugas dengan baik dalam mengawal pelaksanaan Pilkada Jatim atau Pemilu Legislatif 2014,” katanya. (ant/ziz/beth)
Cebongan Oleh : Miqdad Husein
Kolumnis, tinggal di Jakarta
“
PEMERIKSAAN WAMENKEU. Wakil Menteri Keuangan, Anny Ratnawati memberikan keterangan usai menjalani pemeriksaan Komisi Pemberantasan Korupsi, Jakarta Selatan, Senin (8/4). Anny yang diperiksa sebagai saksi tersebut dicecar soal kewenangan menggelontorkan uang dan proses revisi anggaran dalam proyek pembangunan pusat olahraga di Bukit Hambalang dengan tersangka Andi Mallarangeng dan Deddy Kusdinar.
PDI Perjuangan : Syarat Capres Jangan Dipersulit Persyaratan Harus Sarjana Dinilai Hanya Upaya Menghambat Mega JAKARTA-Persyaratan untuk menjadi calon presiden sebaiknya tidak dipersulit, apalagi harus mematok syarat harus lulus S1. Oleh karena itu Undang-Undang Pilpres yang mensyaratkan calon presiden minimal berpendidikan SMA atau sederajat tidak perlu diubah. “Kita tidak terlalu tertarik banyak soal syarat pendidikan calon presiden, urusan gelar bukan sesuatu yang penting dan harus dipatok apakah SMA atau S1. Kalau mau kenapa tidak profesor sekalian,” kata anggota Badan Legislasi DPR, F-PDI Perjuangan, Honing Sanny di Jakarta, Senin (8/4). Lebih jauh kata Honing, syarat akademis calon presiden tidak didasarkan pada tingkat akademis. Tapi yang terpenting adalah figur dan kemampuan memimpin. “Pengalaman di banyak negara, masyarakatnya tak mempersoalkan pendidikan untuk memimpin, tapi integritas yang dibangun dari pengalaman yang panjang,” tambahnya.
Menurut Honing, masyarakat pendidikan dalam persyaratan tidak perlu dibahas lagi. “Karenanya itu perdebatan lama yang tidak selesai,” tegasnya Dia kemudian menilai, perdebatan itu mungkin muncul karena elektabilitas Megawati yang masih tinggi dan berpeluang menjadi capres. Nah, sementara ada yang mempermasalahkan pendidikan Megawati. “Saya yakin Bu Mega tak mencalonkan diri jadi presiden, perdebatan ini selesai. Tapi hasil survei muncul lagi dan menunjukkan elektabilitas Bu Mega yang masih tinggi,” terangnya. Hal yang sama dikatakan Ketua Fraksi PAN Tjatur Sapto
Edy, yang mengatakan kualitas pemimpin tidak tergantung pada tingkat pendidikan formal. Sehinggga tidak perlu ada dikotomi soal pendidikan. “Menurut saya SMA dan S1 tidak perlu didikotomikan, pada dasarnya yang daftar S1. Pemimpin bangsa tidak tergantung pendidikan formalnya, kalau rakyat melihat dia mampu tidak masalah. Jadi syarat dibuka saja,” ujarnya Menurut Tjatur, Undangundang Pilpres yang mengatur tentang syarat calon presiden tidak perlu diubah. Syarat pendidikan dan moral bisa dipahami oleh masyarakat. “Pendidikan dan akhlak yang penting, tapi kalau soal moral dan hukum harus tetap,”tuturnya Diakui Tjatur, pembahasan revisi UU Pilpres sangat mendesak sekali waktunya. Karena itu, sebaiknya langsung saja ke pasal-pasal krusial. “Untuk efektif jangan kita terlalu keseringan merevisi. Dari dulu PAN
konsisten untuk Undang-undang pemilu tidak perlu diubah. Kan cuma beda PT dan digugat kemarin, nanti kalau dibahas potensi besar,” imbuhnya. Tak hanya soal syarat pendidikan capres, begitu juga dengan usulan agar presiden tak perlu rangkap jabatan di parpol yang juga tak perlu diatur dalam UU Pilpres. “Di luar negeri itu biasa, yang jelas asalkan mampu membagi waktu dan fokus, tidak masalah,” kata Tjatur. Pun begitu dengan Ketua FPKB DPR Marwan Jafar, yang lebih menghendaki agar syarat pendidikan minimal capres S1 tidak perlu diatur. “Seorang pemimpin tidak dilihat dari segi akademis, tetapi yang penting pengalaman. Kalau rakyat menghendaki apa boleh buat? Tidak harus mensyaratkan prestasi akademis yang berlebihan, yang penting punya political will memperbaiki bangsa dan negara,” ungkapnya. (gam/cea)
KASUS SUAP HAKIM
Toto Hutagalung Resmi Menjadi Tahanan KPK
JAKARTA- Tersangka kasus dugaan penerimaan hadiah terkait dana bantuan sosial di Pemerintah Kota Bandung Toto Hutagalung resmi menjadi tahanan di rumah tahanan Komisi Pemberantasan Korupsi. “Nanti, tanyakan semua pada pengacara saya saja,” kata Toto sebelum memasuki mobil tahanan KPK di gedung KPK Jakarta, Senin malam. Toto ditahan setelah menjalani pemeriksaan sekita sembilan jam, sejak pukul 10.10 hingga pukul 19.00 WIB. Ren-
cananya, selama dua puluh hari ke depan, Toto akan menjadi penghuni rutan Jakarta Timur cabang KPK. Pengacara Toto, Johnson Siregar mengatakan bahwa kliennya sering dimintai uang oleh hakim Setyabudi Tejocahyono. Namun Johnson mengaku lupa seberapa sering dan berapa jumlah uang yang diminta. “Saya lupa itu untuk apa. Berapa kalinya lupa karena sudah sering. Itu lihat saja nanti sambil proses,” kata Jhonson di gedung KPK Jakarta, Senin. Pada Senin (8/4) pagi, Toto bersedia
datang untuk memenuhi panggilan KPK sebagai saksi pada pukul 10.00 WIB. Ketua organisasi masyarakat Gasibu Pajajaran ini sempat menjadi buron KPK selama lebih dari dua minggu, setelah dinyatakan sebagai tersangka. KPK menganggap Toto mangkir dari panggilan dan tidak terlacak keberadaannya.“Selama dua minggu itu Toto masih berada di Bandung, tapi lokasinya di mana itu nanti saja,” kata Soparmaru Hutagalung, yang juga merupakan salah satu pengacara Toto. Soparmaru menjelaskan bahwa sebenarnya Toto selama ini berusaha untuk kooperatif. Toto hanya berusaha untuk mempersiapkan diri, keluarga, dan perusahaan miliknya. Toto Hutagalung disangkakan melanggar asal 6 ayat 1, atau pasal 5 ayat 1 atau Pasal 11 UU No 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan UU No 20 tahun 2001. Pasal 6 ayat 1 mengenai orang yang memberi atau menjanjikan sesuatu kepada hakim dengan maksud untuk memengaruhi putusan perkara yang diserahkan kepadanya untuk diadili dengan ancaman pidana penjara 3-15 tahun dan pidana denda Rp150-750 juta. Pasal 5 ayat 1 adalah tentang memberi atau menjanjikan sesuatu kepada pegawai negeri dengan maksud supaya pegawai negeri tersebut berbuat atau tidak berbuat sesuatu dalam jabatannya, yang bertentangan dengan kewajibannya dengan ancaman hukuman penjara 1-5 tahun dan denda Rp50-250 juta. (ant/dwi/beth)
Keren kopasus. Salut buat Kopassus. Anda adalah pahlawan bagi rakyat yang rindu rasa aman. Basmi preman dengan cara pereman biar kapok,” begitu komentar seorang pembaca media online. . “Jempol buat TNI dan oknum Kopassus. Walaupun cara mereka salah. Tapi tetap jempol,” kata komentar pembaca lain. Masih banyak deretan kalimat senada terpampang pada kolom komentar berbagai website. Bahkan banyak yang terang-terangan menyebut oknum Kopassus sebagai pahlawan. Lewat hitungan kasar, ada sekitar 90 persen, memberikan dukungan pada tindakan oknum Kopassus. Sisanya, yang mencoba mengkritisi kadang dibalas kecaman dan makian pedas, yang lagi-lagi memberikan dukungan kepada oknum Kopassus. Adakah ini gambaran kerancuan berpikir masyarakat? Barbarkah masyarakat negeri ini? Biadabkah sehingga memberikan tepuk tangan pada tindakan kekerasan di Cebongan? Atau apakah masyarakat negeri ini membenarkan pembantaian antar manusia? Selintas memang terkesan naif karena tindakan yang melanggar hukum justeru mendapat pujian. Namun bila ditelisik lebih dalam, ungkapan dan acungan jempol itu lebih merupakan refleksi dari akumulasi kekecewaan terhadap penegakan hukum yang dianggap tidak semestinya. Masyarakat Masyarakat kecewa, kesal kecewa pada pada tindamafia hukum, kan kekerasan marah pada preman yang vonis gembong dibiarkan narkoba yang merajalela. ringan, kesal Lalu, saat gembong diproses hunarkoba dapat kum ternyata grasi mendapat hukuman ringan, lalu kambuh lagi. Mereka merasa banyak kasus diselesaikan dengan cara “transaksi”. Respon pada kekerasan juga lebih tertangkap bukan pada pembenaran tindakan penembakan tetapi pada sasaran yang ditembak. Bahasanya mewakili pemikiran dan sikap: mereka memang layak dibantai, mereka sering memeras, membunuh, memperkosa, apalagi kemudian ternyata membunuh Kopassus. Lagi-lagi ekspresi kekecewaan. Seandainya sasarannya bukan pereman, kemungkinan sikap para komentator dadakan itu berbeda. Masih berkembang pikiran positif. Dukungan pada tindakan di Cebongan bukanlah ekspresi watak bangsa ini yang barbar. Yang terjadi merupakan resultan dari kekecewaan pada proses hukum di negeri ini yang makin carut marut. Masyarakat kecewa pada mafia hukum, marah pada vonis gembong narkoba yang ringan, kesal gembong narkoba dapat grasi, lalu hakim yang menghukum ringan gembong narkoba yang terkait 4,8 kg sabu, justru dipromosikan. Ada alur dan pijakan pemikiran mengapa masyarakat bersikap bertolak belakangan dengan semangat penegakan hukum. Karena itu, harus arif mencermati ekspresi komentar yang bertebaran. Ini alarm alias peringatan untuk disikapi kongkrit dengan keseriusan menegakkan hukum di negeri ini. Saat ini kekecewaan masih berbentuk dukungan. Bukan tak mungkin bila kekecewaan makin mengental, bukan lagi dukungan yang muncul. Rakyat akan bertindak sendiri. Rakyat yang akan menjadi Kopassus-kopassus tanpa komandan itu. Beruntung, TNI melalui Tim Investigasi memberikan penegasan mengagumkan hingga memberikan pencerahan pemikiran. Bahwa tindakan oknum Kopassus bernuansa korsa itu, tetap merupakan tindakan salah. Sebuah penyelesaian yang melanggar rambu-rambu hukum. =
BOLEH Dalam sebuah pengajian, saat sesi dialog Matrawi bertanya. “Ustad, bolehkah kaset mengaji menjadi imam sholat.” “Boleh saja kaset jadi imam sholat. Tapi makmumnya juga harus kaset,” jawab Ustad singkat. “Oh...” guman Matrawi, sambil tersenyum geli.
Cak Munali