1
SELASA 10 SEPTEMBER 2013 NO.0195 | TAHUN II Koran Madura
SELASA
10 SEPTEMBER 2013
g PAMANGGHI
Distorsi Oleh : Miqdad Husein
Kolumnis, tinggal di Jakarta
ant/ saiful bahri
PIALA PRESIDEN DUA VERSI. Dua pasang sapi beradu cepat saat latihan, di Lapangan Pakong, Durbuk, Pamekasan, Jatim, Senin (9/9). Munculnya dua versi kerapan sapi yang menggunakan pakem lama kekerasan dan non kekerasan, menyebabkan agenda tahunan kerapan sapi memperebutkan Piala Presiden tidak jelas.
Tiga Calon Kapolri Terindikasi Memiliki Rekening Gendut
JAKARTA- Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) telah menyerahkan 7 nama calon Kapolri ke Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Namun 3 orang diantaranya diduga terindikasi memiliki rekening gendut. “Kami sebutkan tentang rekening gendut ke presiden. Ada indikasi tiga orang dari tujuh yang didorong,” kata Komisioner Kompolnas, Adrianus Meliala Jakarta, Senin (9/9).
Adrianus mengaku, indikasi calon Kapolri pemilik rekening gendut ini telah dilaporkan pihaknya kepada Presiden SBY. Namun Adrianus enggan menyebut nama tiga calon Kapolri dimaksudnya itu. “Kami sebutkan secara fair saat kami bertemu dengan yang bersangkutan (tiga pemilik rekening gendut), dan telah
menanyakan secara rinci kenapa mereka punya uang tersebut,” tambahnya “Kalau mau bohong terserah, kita kan tidak menginterogasi, tidak juga mencari kesalahan. Kalau bohong kan dia pertanggungjawabkan kepada masyarakat. Pokoknya dari tiga nama itu-lah,” jelas dia. Seperti diketahui, pada Juli lalu, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) telah memeriksa Laporan Harta Kekayaan Pejabat Negara (LHKPN) miliki sembilan calon Kapolri. Kesembilan calon kapolri tersebut adalah Komjen Anang Iskandar, Kepala Badan Reserse Kriminal Mabes Polri Komisaris Jenderal Sutarman, Kepala Lembaga Pendidikan Polri Komisaris Jenderal Budi Gunawan, Wakil Kepala Badan Reserse Inspektur Jenderal Anas Yusuf, dan Asisten Operasi Kapolri Irjen Badrudin Haiti. Kemudian Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Putut Eko Bayu Seno, Kapolda Bali Irjen Pol Drs Arif Wachjunadi, Irjen Pol Tubagus Anis Angkawijaya Kadiv TI Polri, dan mantan Kepala Divisi Humas Markas Besar (Mabes) Polri Irjen Polisi Saud Usman Nasution. Menurut Adrianus, lapo-
ran terkait rekening gendut didapatinya dari informasi masyarakat. Kompolnas juga telah melakukan klarifikasi LHKPN para kandidat Kapolri ke KPK. “Kami sebutkan secara fair, saat kami sudah bertemu dengan yang bersangkutan (tiga pemilik rekening gendut), dan telah menjelaskan secara rinci kenapa dia punya uang tersebut,” terangnya lagi, tanpa mau menyebut tiga nama calon kapolri yang dimaksud. Sebelumnya, Komisioner Kompolnas M Nasser bekerja sama dengan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) dan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) untuk mengetahui data yang lebih mendalam dari para calon Kapolri itu. Beredar sejumlah nama di masyarakat, yang diduga memiliki rekening gendut, yakni Kepala Lembaga Pendidikan Polri Komisaris Jenderal Budi Gunawan, dan Asisten Operasi Kapolri Inspektur Jenderal Badrodin Haiti. Bahkan soal uang US$4 ribu dalam rekeningnya, Badrodin menegaskan bahwa itu merupakan honor saat tugas di Kamboja. Saat itu ia mendapat honor US$150 per hari. (gam/cea/beth)
SKANDAL SUAP IMPOR DAGING
Fathanah Pernah Dibui di Australia karena Terlibat Kasus Trafficking JAKARTA-Terdakwa kasus suap impor daging sapi, Ahmad Fathanah ternyata pernah berurusan hukum di Negeri Kanguru. Kasus Fathanah di Australia terkait dengan perdagangan manusia “Iya benar, kalau tidak salah terkait perdagangan orang,” kata kakak kandung Fathanah, Amel Fadly, saat menjawab pertanyaan Jaksa Penuntut Umum Komisi Pemberantasan Korupsi (JPU KPK), Rini Triningsing terkait kasus di Australia di Pengadilan Tipikor, Jakarta, Senin, (9/9). Selain kasus perdagangan orang, Amel juga menceritakan soal kasus adiknya yang pernah berurusan hukum di Australia itu. “Dulu pernah, kalau nggak salah usaha terkait pulsa. Cuma saya lupa,” tegasnya Jaksa Rini kembali mempertegas saksi Amel, apakah sebagai kakak kandung dari terdakwa mengetahui pekerjaan terdakwa?. Amel mengaku tidak mengetahuinya. Sebab, dia tidak tinggal bersama Fathanah. “Dia (Fathanah) mengaku sebagai pengusaha. Tapi apa usahanya
saya tidak tahu,” jelasnya. Diakui Amel, dirinya sempat beberapa kali menerima transferan uang dari Fathanah. Dana itu dikirim untuk keperluan kampanye Ilham Arief Sirajuddin pada Pemilu Kada Sulawesi Selatan 2012. Menurut Amel, sekitar empat kali, Fathanah mentransfer dana itu ke rekeningnya pada September 2012. Dari bank mana ditransfer, Amel tak tahu. “Waktu itu ada pemilihan gubernur. Uang itu diserahkan ke saya untuk diberikan ke Akmal untuk peme-
nangan Ilham,” ucapnya Dalam berita acara pemeriksaan Amel tertulis, uang yang masuk ke rekening Amel berjumlah Rp4,5 miliar. Tak lama mampir di tabungannya, Amel langsung menyerahkan duit kepada Akmal untuk seterusnya diserahkan kepada Ilham Arief Sirajudin-Azis Kahar Muzakar. “Iya, diserahkan kepada Akmal. Dia Ketua Cabang PKS di Makassar,” bebernya Tapi, Amel tak bisa memastikan apakah dari Akmal duit diserahkan langsung ke Ilham. Yang pesti, ia selalu menyerahkan uang di kantor Akmal. “Saya tidak pernah mencampuri urusan sampai ke sana,” tukasnya Sementara itu, seorang saksi lain yang juga kawan Fathanah, Billy Gan membenarkan Fathanah ternyata tidak hanya mengincar proyek impor daging sapi di Kementerian Pertanian. Namun juga berniat mengincar proyek pupuk, yang kala itu ditenderkan Kementan. (gam/cea/beth)
Kemajuan informasi dan komunikasi memang seperti pisau. Bila dipegang seorang koki hebat pisau akan menghasilkan masakan lezat, gurih dan nikmat. Sebaliknya bila dipegang tangan yang salah, bisa menjadi awal tindakan kriminal. Pepatah “Man behind gun,” sangat pas menggambarkan posisi perkembangan informasi dan komunikasi. Moralitas yang menguasai akan menentukan output kedasyatan perkembangan informasi dan komunikasi. Mudah mencermati perkembangan seluk beluk anatomi informasi dan komunikasi itu. Yang paling dekat dengan masyarakat antara lain maraknya jejaring sosial seperti Facebook, Twitter, Twoo dan lainnya. Berbagai perangkat itu menjadi alat silaturrahmi. Facebook misalnya, begitu luar biasa mempertemukan orang-orang terdekat, yang kadang lama sekali tak bertemu. Namun di sisi lain, berbagai jejaring sosial itu -seperti pisau di tangan penjahat- juga potensial menjadi alat penyebar fitnah, insinuasi, provokasi, termasuk juga penghancuran karakter seseInilah sisi orang. Kemuburam dahan memikemajuan liki account informasi dan seperti Facekomunikasi; book, Twitter dengan hanya dimanfaatkan m e n s y a r a torang-orang kan memiliki bermental email, lalu pengecut mendaftar, sejatinya bila berada di tangan salah, sangat mudah menjadi alat yang berbahaya. Sudah sering berbagai pemberitaan media mengungkapkan berbagai kasus penyalahgunaan jejaring sosial. Modusnya macam-macam. Bisa berbentuk penipuan untuk memperkaya diri, seperti berpura-pura menjual barang elektronik murah –biasanya menggunakan istilah dari Batam, minta transfer uang, pengiriman pulsa, menjual narkoba, termasuk juga tindak asusila dan lainnya. Yang relatif baru, pemanfaatan jejaring sosial untuk aktivitas politik dalam bentuk kampanye hitam, black campaign. Dalam Pilgub di Jawa Timur, yang baru saja berlangsung misalnya, di luar pemanfaatan kampanye, ternyata ada juga yang memanfaatkan jejaring sosial untuk melakukan kampanye hitam. Orang-orang yang bermental pengecut ini biasanya menggunakan account fiktif atau anonim. Lalu mereka menulis berbagai informasi fitnah, menyerang pribadi dan berbagai tindakan buruk lainnya. Tentu saja sesuai modusnya, seperti penipuan lainnya, penyebaran kampanye hitam jauh dari bertanggungjawab, baik dari segi conten maupun sikap pengelolanya. Mereka biasanya bergaya pencuri; ambil lalu sembunyi, menyebar lalu menghilang. Ketika ada yang membantah, menghindar atau mendelete bantahannya hingga praktis tak ada klarifikasi, ralat, pelurusan dan sebagainya. Segalanya bersifat satu arah dan isinyapun tak lebih dari fitnah dan manipulasi data; sampah semata. Inilah sisi buram kemajuan informasi dan komunikasi; dimanfaatkan orang-orang bermental pengecut, culas, tukang kompor dan juga tukang fitnah. Masyarakat dijadikan sasaran penyebaran informasi, data dan fakta “bodong” untuk sebuah kepentingan meraup keuntungan haram. Sikap arif, kritis, cerdas, tabayyun sangat diperlukan menghadapi kelakuan berwajah sampah ini agar tak terseret serta tidak menjadi korban manipulasi dan distorsi informasi. =
Kiai Vs Biksu Almukarrom Kiai Mohammad Rawi bertemu dengan seorang biksu di atas kendaraan. Saat hendak duduk di sebelah biksu, kiai berucap “bismillahirrohmanirrohim” Biksu yang ada di sampingnya protes “Eh.. Pak Kiai, bukan Bismillah, tapi bismini” ucapnya dengan nada sedikiti menyindir Bus terus berjalan, tiba-tiba hujan lebat dan ada halilintar menyambar. Karena kaget si Biksu berseru “Haliluya..” Mendengar ucapan itu, sang kiai balik protes ”Bukan Haliluya, tapi halilintar mas” Cak Munali