1
SELASA 11 JUNI 2013 NO.0135 | TAHUN II Koran Madura
SELASA
Harga Eceran Rp 2500,- Langganan Rp 50.000,-
11 JUNI 2013
JELANG PEMILU 2014
g PAMANGGHI
KPU Nyatakan Empat Partai Gugur JAKARTA-Komisi Pemilihan Umum (KPU) mengumumkan hanya calon anggota legislatif (caleg) dari 8 partai politik (parpol) yang bisa bertarung di seluruh daerah pemilihan (dapil) Pemilu 2014. Sedangkan 4 parpol terpaksa tidak bisa bertarung di sejumlah dapil akibat tak memenuhi syarat keterwakilan 30% perempuan di daftar caleg sementara (DCS). Keempat parpol yang dinyatakan gugur tersebut adalah, Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI), Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Gerindra, dan Partai Amanat Nasional (PAN). Alasannya, parpol tersebut tidak memenuhi syarat di beberapa daerah pemilihan, terkait keterwakilan 30% perempuan. “Parpol yang dimaksud Partai Gerindra dari dapil Jawa Barat IX, PPP dari dapil Jabar II, dan Jawa Tengah III, PAN dari dapil Sumatera Barat I, PKPI dari dapil Jawa Barat V, Jawa Barat VI, dan NTT I,” kata Ketua KPU Husni Kamil Manik di Jakarta, Senin (10/6) Lebih jauh kata Husni, sesuai peraturan dan perundang-undangan, keterwakilan 30% perempuan harus dipenuhi partai politik peserta pemilu tiap daerah pemilihan. “Tidak terpenuhinya 30% keterwakilan perempuan, maka tidak memenuhi syarat pencalonan parpol di dapil itu,” ujarnya Bukan saja persoalan 30 % perempuan, salah penempatan perempuan nomor urut juga bisa dikategorikan tidak memenuhi syarat atau TMS. Tidak memenuhi 30 % kuorta perempuan, maka empat parpol tak memiliki caleg di dapil tersebut. Sementara, anggota Komisioner KPU lainnya, Hadar Nafis Gumay, menjelaskan untuk kasus PPP dapil Jawa Barat II memang memenuhi syarat 30 % kuota perempuan, namun dalam penempatan nomor urutnya tidak sesuai peraturan. “Kasus PPP, kurang lebih itu terjadi. Misalnya dapil Jabar II, ada 10 nama. Calon 1 dan 2 di tiga pertama ada perempuan. Tiga berikutnya tidak ada perempuan. 7, 8, dan 9 tidak ada dan ditempatkan di 10,” terangnya. Seharusnya, kata Hadar lagi, perempuan diletakkan di nomor atas. Memang dua perempuan memang sudah ditaruh di blok tiga pertama, dan yang ketiga harusnya masuk di blok tiga kedua. “Itu yang kami maksudkan dalam peraturan KPU,” tegasnya. (gam/abd)
KELANGKAAN ELPIJI
Pemda Diminta Ikut Perketat Pengawasan JAKARTA-Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) diminta mendorong Pertamina menggandeng Pemda guna membuat aturan bersama terkait pengawasan distribusi elpiji 3 kilogram. Selama ini hanya agen yang masuk dalam mata rantai distribusi elpiji 3kg yang ditetapkan dalam peraturan Menteri ESDM. Padahal pemerintah bisa melakukan kendali melekat terhadap pangkalan dan pengecer elpiji. “Seharusnya Menteri ESDM membuat peraturan bersama dengan mendagri agar pembinaan dan pengawasan terhadap pangkalan dan pengecer elpiji 3kg diserahkan saja kepada pemda,” kata Direktur Pusat Studi Kebijakan Publik (Puskepi), Sofyano Zakaria di Jakarta, Senin (10/6) Menurut Sofyano, melalui kerjasama Pertamina dan Pemda, maka pemerintah bisa mengatasi masalah terkait distribusi khususnya terhadap harga jual. Disamping itu, seharusnya, pemerintah meminta pengangkatan pangkalan dan pengecer harus berdasarkan persyaratan yang umum berlaku di daerah. Dikatakan Sofyano, pasalnya persyaratan tersebut harus menjadi refrensi bagi Pertamina sehingga keberadaan pangkalan dan pengecer menjadi terkontrol dan terkendali. “Ini sangat penting dilakukan pemerintah dengan jalan membuat peraturan bersama antara Menteri esdm dan Mendagri,” imbuhnya. Ditempat terpisah, Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Karen Agustiawan, mengakui kelangkaan elpiji 3 kg dan 12 kilogram di beberapa daerah disebabkan ulah agen penjualan yang nakal. “Pasokan elpiji aman, tapi memang ada beberapa agen yang nakal,” ungkapnya. (gam/cea)
Jengkol Oleh : Miqdad Husein
Kolumnis, tinggal di Jakarta
ant/wahyu putro a
PEMERIKSAAN RADEN PARDEDE. Mantan Sekretaris Komite Stabilitas Sektor Keuangan (KSSK) Bank Indonesia Raden Pardede menjawab sejumlah pertanyaan wartawan setibanya di KPK, Jakarta, Senin (10/6). Raden Pardede diperiksa sebagai saksi terkait pemberian Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek (FPJP) dan penentuan Bank Century sebagai bank gagal berdampak sistemik.
PKB Sebut KPU Jatim Berkonspirasi Jegal Khofifah SURABAYA-DPW PKB Jawa Timur menuding KPU Provinsi Jawa Timur sengaja melakukan konspirasi untuk menjegal pasangan Khofifah Indar Parawansa-Herman Soerjadi Soemawirdja (Berkah) melaju dalam pemilihan gubernur (pilgub) Jawa Timur, 29 Agustus 2013 mendatang. Indikasi itu terlihat dari keputusan KPU yang menyatakan dukungan dari dua partai non parlemen, Partai Kedaulatan (PK) dan Partai Persatuan Nahdlatul Ummah Indonesia (PPNUI) terhadap pasangan Berkah tidak sah. “Kami sangat menyayangkan keluarnya keputusan KPU Jatim. Itu keputusan yang tak mendasar,” tandas Wakil Ketua DPW PKB Jatim, Fuad Mahsuni kepada wartawan di kantor DPW PKB Jatim, Senin (10/0). Seperti yang diberitakan Koran Madura sebelumnya,
hasil rapat pleno KPU Provinsi Jawa Timur, Minggu (9/7) menyatakan dukungan yang diberikan Partai PPNUI dan PK baik kepada pasangan Karsa maupun Berkah tidak sah karena kepengurusan kedua partai tersebut tidak memenuhi syarat. Imbas dari keputusan tersebut tentu saja merugikan pasangan Berkah, karena jika dukungan kedua partai tersebut dinyatakan
tidak sah, maka pasangan yang disebut-sebut sebagai rival kuat pasangan Karsa tersebut tidak dapat melaju ke bursa pilgub Jatim. Tentu saja keputusan tersebut membuat PKB berang karena sebagai partai pengusung pasangan Berkah, sebelumnya sudah mengeluarkan surat pemberitahuan dari KPU yang isinya kedua parpol itu telah mendukung pasangan Khofifah-Herman S Sumawiredja. Surat pemberitahuan itu merupakan hasil rapat pleno KPU Jatim. “Jelas kami kecewa jika kemudian KPU tidak menjalankan keputusan yang dibuat dalam rapat pleno. Rapat pleno mengesahkan kedua parpol itu mendukung
pasangan Khofifah-Herman. Kenapa itu tidak jadi pertimbangan,” ujarnya. Atas dasar itu, PKB Jatim sebagai satu-satunya partai parlemen yang mengusung pasangan Khofifah-Herman mengambil sikap. Pertama, PKB menganggap tidak ada namanya dualisme dukungan terhadap pasangan KhofifahHerman, sebagaimana opini yang selama ini sengaja dibbentuk untuk menggembosi pencalonan Khofifah-Herman. Kedua, KPU Jatim tidak perlu takut untuk bersikap tegas, profesional dan netral dalam memutus keabsahan DPW PK dan PPNUI yang mengusung pasangan Khofifah-Herman. “Jadi, menurut kami tidak ada dualisme. Tandatangan kedua pimpinan parpol asli semua,” pungkasnya. (ara/beth)
MENGENANG TAUFIQ KIEMAS
Said: Sosok Taufik Kiemas Tidak Tergantikan JAKARTA-Sosok almarhum Taufik Kiemas tidak akan tergantikan dalam dunia perpolitikan nasional. Selain seorang politisi dan tokoh penting yang memiliki warna perjuangan yang jelas, politisi senior PDI Perjuangan ini juga berperan aktif dalam menumbuhkan demokrasi di Indonesia. “Banyak yang bisa kita ambil dari rekam jejak atau perjalanan hidup bang Taufik Kiemas. Dia seorang aktifitis, pengagum Bung Karno dan dari keluarga Masyumi. Jadi, beliau seorang aktifis yang bertransformasi menjadi politisi,” ujar Said Abdullah di Surabaya Senin (10/6). Seperti diketahui, Taufik Kiemas meninggal dunia di Singapura, Sabtu, 8 Juni 2013 pada sekitar jam 19.00. Menurut Said, Taufik Kiemas juga serorang negarawan dan tokoh bangsa yang aktif memperjuangkan keutuhann Indonesia lewat Empat Pilar Kebangsaan yang selama ini menjadi perhatiannya. “Jadi pelajaran yang saya petik dari tokoh yang
bisa disapa bang TK adalah aktifis yang berbasis integritas dan bertransformasi menjadi politisi berkompeten. Itu yang tidak instans perjalanan politik bang TK,” ujar Said yang juga Calon Wakil Gubernur Jawa Timur ini. Sejak di PDI Perjuangan kata dia, kehadiran bang TK semakin memperkuat posisi Ketua Umum DPP PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri. Kombinasi kedua tokoh sentral PDI Perjuangan ini membuat partai moncong putih semakin solid. Salah satu sumbangsih penting TK bagi republic ini kata Said adalah kepiawaiannya membuka sekat perbedaan diantara anak bangsa. “Bang TK lah yang berperan mencairkan kebekuan hubungan antara politisi di Indonesia ,” jelas dia. Bang TK ini ujar Said seorang pejuang kemajemukan di Indonesia. Bahkan, TK bisa bergaul dengan semua golongan, dari masyarakat lapisan bawah sampai atas. (gam/abd/beth)
Jengkol belakangan ini terlihat agak seksi. Menarik perhatian pengamat dan penikmat. Bukan karena aromanya yang khas melainkan karena label harganya, yang belakangan membumbung tinggi lebih dari dua kali lipat dari harga biasanya. “Nggak ada mas. Harganya 70 ribu sekilo. Susah ngejualnya,” kata seorang pelayan restoran, di sekitar Kramat Raya Jakarta, saat menjawab seorang pembeli. Tidak seheboh ketika bawang putih dan daging harganya naik menjulang, memang. Mungkin karena aromanya yang khas dan penikmatnya selalu bersikap agak malu-malu, perbincangkan soal jengkol lebih terasa bisik-bisik. Cuma, bisik-bisiknya tetap terasa seksi. Karena penggemar jengkol yang sering diplesetkan kancing jas itu, lumayan juga jumlahnya. Itu artinya, sekalipun belum masuk pasal UUD 1945 sebagai kebutuhan hajat hidup orang banyak, sempat juga menimbulkan kelimpungan dan kebingungan, terutama para maniak jengkol. Karena bikin kelimpungan masyarakat banyak, lagi-lagi di sini terpapar betapa di negeri ini nasib konsumen dan produsen–penyebutan produsen sekedar penyederhanaan- meDi luar mang nestapa. kebutuhan Produsen? Ya keseharian petani atau peyang diimpor, milik pohon sering terjadi jengkol tetap pemasokan merana juga barang yang walau harga pasaran tinggi. berlebih hingga Karena mereharga jatuh ka praktis tak menikmati kenaikan mendekati 250 persen itu. Yang menikmati para tengkulak, makelar, pemasok. Pedagang enceran, juga bukan penikmat kenaikan harga. Jadi di sini tetap petani dan konsumen yang merana. Jangan lupa, kasus sejenis mudah terjadi di negeri yang subur makmur ini. Yang sangat ironis, pada kasus daging misalnya, sering terjad pasokan kurang hingga konsumen jadi korban kenaikan harga, para peternak kebingungan memasarkan ternaknya. Demikian pula, pada kasus cabe, tomat, bawang putih, daging, kedelai termasuk juga padi. Di luar kebutuhan keseharian yang diimpor, sering terjadi pemasokan barang yang berlebih hingga harga jatuh. Lagi-lagi petani dirugikan. Lalu, kadang barang langka, ini berarti konsumen yang dibuat pusing. Di sini, keseimbangan kebutuhan dan pemasokan seringkali limbung. Tampak jelas koordinasi, penanganan pengaturan kebutuhan pokok itu sangat buruk, untuk sebuah negeri yang disebut agraris ini. Seakan, maaf, negeri ini memang tidak memiliki institusi yang bisa menjaga keseimbangan, yang memberikan rasa nyaman pada konsumen maupun produsen (petani, peternak). Semua, terutama para petani, peternak, seakan dibiarkan berjalan sendiri. Persoalan ternak diperhatikan cenderung bila terkait pembagian komisi para elite. Kejadian yang selalu terulang pada keanekaragaman jenis itu, makin memperlihatkan kekosongan atau ketakseriusan kebijakan penanganan dari pemerintah. Dan siapapun akan terkejut bila mengetahui lebih dalam nasib para petani, peternak, termasuk juga nelayan. Mereka benar-benar hidup seakan sendirian, tanpa sentuhan berarti dari pemerintah; berbaju kesulitan dari sejak tanam, panen dan pemasaran. Kasus hancurnya harga bawang, cabe, tembakau dan lainnya, dari sejak Orde Baru ada di negeri ini sampai hari ini, reformasi berusia 15 tahun terus bergulir. Para pemasok kenyamanan sehingga kebutuhan sandang pangan masyarakat terpenuhi itu, nasibnya benar-benar tidak nyaman alias nelangsa. Entah sampai kapan? =
Disiplin “Nah, sekarang silahkan bicara. Ada apa?” kata Matrawi, pada anaknya, Sidik, usai makan siang. “Anu pak. Tadi ada ulat dua ekor pada sayur yang bapak makan. Waktu mau saya ingatkan bapak melarang. Saat makan bapak bilang tak boleh bicara,” jelas Sidik, lugu. “Alamak. Jadi ulatnya termakan bapak?” Matrawi melotot. “Bapak juga sering bilang, Marah itu tidak baik”
Cak Munali