e Paper Koran Madura 11 Nomvember 2013

Page 1

1

SENIN 11 NOVEMBER 2013 NO.0236 | TAHUN II Koran Madura

SENIN

11 NOVEMBER 2013

g PAMANGGHI

Tantri Oleh : MH. Said Abdullah

Anggota DPR RI asal Madura

ant/eric ireng

PERINGATI HARI PAHLAWAN. Mantan pejuang kemerdekaan, Sadji (87), memakai kostum khas pejuang kemerdekaan dengan membawa bambu runcing, saat car free day di kawasan Jl Raya Darmo Surabaya, Minggu (10/11). Banyak cara untuk memperingati Hari Pahlawan yang diperingati tiap 10 November, diantaranya berpakaian ala pejuang kemerdekaan, serta selalu meneriakkan kata ‘Merdeka’ pada semua orang.

Alutsista TNI Perlu Segera Dievaluasi

TNI Masih Menyelidiki Penyebab Kecelakaan

SEMARANG- Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan Tjahjo Kumolo memandang perlu Tentara Nasional Indonesia segera melakukan evaluasi menyeluruh pada semua alat utama sistem persenjataan (alutsista) dalam program kekuatan pokok minimal (minimum essential forces/MEF).

Ancelloti Puji

Ronaldo

“Mengingat helikopter MI17V5 buatan Rusia ini relatif baru, atau hadir di jajaran TNI AD sejak 2011, dan dibeli dalam program MEF, disarankan TNI harus segera melakukan evaluasi menyeluruh pada semua alutsista,” katanya di Semarang, Minggu. Tjahjo yang juga anggota Komisi I (Bidang Pertahanan)

DPR RI mengemukakan hal itu ketika merespon sejumlah kecelakaan penerbangan helikopter MI-17. Kejadian terakhir, helikopter Puspenerbad MI-17V5 dengan nomor registrasi HA-5160 rute Tarakan-Long Bulan-Apau PingTarakan mengalami kecelakaan di wilayah perbatasan Indonesia dengan Malaysia di Kabupaten Malinau, Kalimantan Utara, Sabtu (9/11) sekitar pukul 09.45 WITA. Seperti diwartakan sejumlah media, pada hari Jumat (11/10) MI-17 melakukan pendaratam darurat sekitar 600 meter arah barat Bandara Okbibab, Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua. Sebelumnya diberitakan pula pintu helikopter MI-17 jatuh menimpa atap rumah dan sebuah kendaraan roda empat milik warga di Jalan Karina Sayang I, Nomor 19, Blok 3, RT 16/08, Penjaringan, Jakarta Utara, Sabtu (24/8).

“Kita semua turut berdukacita atas jatuhnya helikopter MI-17 milik TNI Angkatan Darat yang sedang bertugas di Kalimantan Utara yang menewaskan 13 orang, termasuk anggota TNI,” ucapnya. Sekjen DPP PDI Perjuangan itu lantas mengusulkan prajurit TNI yang gugur dalam menjalankan tugas tersebut diberi penghargaan berupa kenaikan pangkat anumerta oleh pimpinan TNI. Namun, lanjut Tjahjo, kecelakaan di Kabupaten Malinau, Kalimantan Utara, itu menimbulkan banyak pertanyaan karena diperkirakan helikopter MI-17 milik TNI Angkatan Darat ini jatuh bukan karena kesalahan manusia (human error), melainkan kesalahan alat. Karenanya menurut Tjahjo, evaluasi terhadap alutista secara menyeluruh perlu segera dilakukan untuk mencegak kecelakaan serupa.(ant/kli/beth)

SURVEI TOKOH

Paloh dan Jokowi Dinobatkan Tokoh Paling Pluralis JAKARTA-Lembaga Pemilih Indonesia (LPI) menobatkan Joko Widodo sebagai figur elit baru paling pluralis dengan meraih 5,12 persen . Sementara, Surya Paloh menempati posisi teratas sebagai figur pemimpin paling pluralis untuk kalangan elit lama dengan perolehan 5,98 persen. Demikian disampaikan Direktur LPI, Boni Hargens saat merilis hasil survei “Siapa Figur Pemimpin Paling Pluralis?” yang dirilis LPI, di Jakarta, Minggu (10/11). Dalam survei tersebut, LPI membuat dua kelompok, yakni elit baru dan elit lama. Pada elit baru, di posisi pertama ditempati Joko Widodo dengan 5,12 persen, Hary Tanoesoedibjo 5,07 persen, Ali Masykur Musa 5,04 persen, Abraham Samad 4,44 persen, Anies Baswedan 3,99, Puan Maharani 3,96 persen, Dahlan Iskan 3,84 persen. Sedangkan diposisi berikutnya Chairul Tanjung 3,52 persen, Pramono Edhie 3,42 persen, Gita Wiryawan 3,33 persen, Sri Mulyani Indrawati 3,30 persen serta Dino Patti Djalal 3,09

persen. Boni menjelaskan mereka yang masuk dalam kategori elit baru yakni yang kurang dari 10 tahun terakhir bergerak dalam bidang politik. Baik itu sebagai pejabat publik, maupun sekedar politisi partai yang namanya

sering muncul dalam pemberitaan media massa. Survei yang dilakukan LPI jelas dia menggunakan pendekatan kualitatif dengan fokus pada opinion leader survei. Artinya, pemberi informasi terbatas pada kelompok masyarakat

yang menjadi penentu opini publik. “Mereka adalah para pakar, pimpinan media, wartawan, aktivis dan tokoh masyarakat,” ucap dia. Selanjutnya, kata Boni, pandangan mereka digali secara mendalam melalui Focus Group Discussion. Seluruh padangan kualitatif yang luas dan mendalam itu kemudian disederhanakan dengan pengukuran kuantitatif melalui metode scoring dengan skala 0-10. “0 (nol) adalah terendah dan 10 tertinggi. Dalam persentase, skala ini bisa dipararelkan dengan 0 persen-100 persen,” jelasnya. Sementara untuk elit lama adalah mereka yang sudah lebih 10 tahun bergerak dalam bidang politik. Baik itu sebagai pejabat publik, maupun sekedar politisi partai yang namanya sering muncul dalam pemberitaan media massa. Surya Paloh menempati posisi teratas sebagai figur pemimpin paling pluralis untuk kalangan elit lama dengan perolehan 5,98 persen. Di posisi kedua ditempati Megawati Soekarnoputri dengan raihan 5,97 persen. Di tempat ketiga bertengger Prabowo Subianto dengan perolehan 5,97 persen. (gam/ aji/beth)

TAK banyak masyarakat Indonesaia yang mengenal sosok Muriel Pearson atau K’tut Tantri. Padahal wanita kelahiran Skotlandia, yang merupakan bagian dari Inggris Raya ini, merupakan satu dari dua sumber pemberi semangat pada perjuangan 10 Nopember di tahun 1945. Ia, di samping tentu saja Bung Tomo, melalui Radio Pemberontakan di tengah kecamuk dentuman senjata tanpa henti menyuntikan semangat perjuangan Arek Arek Surabaya. Bung Tomo, dalam pengantar buku Revolt in Paradise tanpa ragu menegaskan peran K’tuy Tantri yang luar biasa. “Saya tidak akan melupakan detik-detik di kala Tantri dengan tenang mengucapkan pidato di muka mikropon, sedang bom-bom dan peluruh mortir berjatuhan dengan dasyatnya di keliling pemancar Radio Pemberontakan,” tulis Bung Tomo, tentang sosok yang memiliki kewargaan negara Amerika Serikat ini. Tantri yang tak memiliki akar dan persambungan apapun pada negeri ini dengan sadar memposisikan diri berada dalam perspektif perjuangan rakyat Indonesia. Ia tak peduli resiko dan konsekwensi kehilangan nyawa sekalipun. Ia tersenRuang-ruang tuh nilai kemanuapapun di era siaannya setelah kaca mata nurani sekarang ini melihat fakta-fakta terbuka tanpa obyektif perjuangan ada batas rakyat Surabaya, primordial dan yang diperingati gender setiap 10 Nopember itu. Pikirannya yang bersih memutuskan memberikan semangat dan sekaligus menegaskan tentang kebenaran perjuangan rakyat Indonesia. Dengan gamblang terpapar di sini, ketika nilai kemanusiaan mengemuka, tak ada batas apapun yang mampu menghalangi semangat kepedulian. Pagar-pagar primordial runtuh. Manusia seperti Tantri hanya melihat persambungan ikatan kemanusiaan melalui kebenaran dan keadilan. Ia yang lahir di Skotlandia, karena nilai kemanusiannya justru berani mengambil sikap berseberangan melawan Inggris. Parameter seperti inilah yang selayaknya menjadi fondasi hubungan sosial di negeri ini, yang dikenal sangat plural. Interaksi sosial dibangun atas dasar nilai kemanusiaan, yang secara normatif terwujud dalam bentuk ketaatan pada penegakan hukum. Bukan karena pertimbangan kuantitas dari satu komunitas, tidak karena ikatan kesukuan, apalagi pernik-pernik jabatan. Interaksi dilandasi nilai kemanusiaan, kebenaran dan keadilan dalam bingkai sosial bernama pranata hukum. Di luar itu Tantri menerobos sekat-sekat patriaki yang di negeri ini masih sangat terasa. Ia membuktikan keluwesan seorang perempuan bukanlah penghalang memberikan sesuatu yang bernilai di tengah dentuman senjata. Tantri seakan menegaskan dan mengingatkan, perempuanpun memiliki energi dan keberanian sampai pada tingkat puncak menuju jalan kematian. Berani mati bukan hanya milik para lelaki. Begitu seakan Tantri berteriak nyaring. Ruang-ruang apapun di era sekarang ini terbuka tanpa ada batas primordial dan gender. Standarnya hanya kualitas dan tanggungjawab serta keterpanggilan; perpaduan kualitas intelektual dan moralitas kemanusiaan. Melawan setiap penghancuran nilai kemanusian, melakukan yang terbaik yang memberikan manfaat pada sesama tanpa kecuali; itulah orientasi terindah makhluk bernama manusia yang membedakan kita dengan makhluk lainnya. =

Penemuan Telepon Sekelompok ilmuwan Jepang menggali 25 meter kedalam tanah dan menemukan sekeping tembaga bulat. Setelah mempelajari dengan sangat cermat, mereka menyatakan bahwa Orang Jepang jaman dulu telah menciptakan Telepon 25.000 tahun lampau. Pemerintah China tidak terlalu terkesima. Mereka memerintahkan sekelompok ilmuwan untuk menggali lebih dalam di wilayah pedalaman China. Setelah menggali 50 meter mereka menemukan potongan-potongan kaca halus. Tak lama kemudian Pemrintah China menyatakan 50.000 tahun lampau, penduduk China telah menciptakan Jaringan Fibre Optik. Matrawi dan sejumlah ilmuwan Madura juga tidak mau kalah. Mereka menggali kedalaman 25, 50, 100, dan 150 meter, tapi tidak mendapatkan apa-apa. Akhirnya mereka berkesimpulan, 150.000 tahun lampau, masyarakat Madura sudah terbiasa memanfaatkan Handphone. Cak Munali


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.
e Paper Koran Madura 11 Nomvember 2013 by koran madura - Issuu