1
SELASA 12 NOVEMBER 2013 NO.0237 | TAHUN II Koran Madura
SELASA
12 NOVEMBER 2013
g PAMANGGHI
Abal-abal
Sinabung Kembali
Oleh : Miqdad Husein
Kolumnis, tinggal di jakarta
PERANG survei abal-abal? Mungkin terasa aneh mendengar kalimat itu. Maklum saja, anatomi survei sejak lahirnya dari sejak proses awal sampai akhir merupakan kerja ilmiah. Survei tak berbeda dengan memotret data dan fakta. Artinya seluruh hasil survei sejatinya mengungkap data dan fakta tanpa bumbu atau polesan. Nawaitu normatif survei memang ingin mengatahui keadaan dari obyek yang disurvei. Bagaimana sebenarnya kondisi riil dan bukan bagaimana seharusnya. Karena itu terasa aneh bila belakangan muncul istilah perang survei abal-abal. Makhluk dan kejadian apa pula itu. Bukankah perang berarti saling hantam, saling sikat, saling sikut. Lalu kenapa kosa kata perang plus abal-abal ditempelkan pada kata survei yang sejatinya merupakan kegiatan ilmiah? warna warni panggung politik di tanah air belakangan ini. Untuk mencapai tujuan dan kepentingan politik, banyak partai dan politisi terjebak perilaku yang cenderung menghalalkan segala acara antara lain mengotori praktek-praktek ilmiah seperti survei. Methode ilmiah itu dicekoki kepentingan politik. Yang seharusnya ilmiah, Ya, betapa merekam data dan dasyatnya jika survei abal-abal fakta direkayasa sedemikian rupa menghasilkan untuk kepentingan pemimpin pemenangan politik. bermasalah Maka bertebaranlah setingkat survei politik abalPresiden abal mewarnai jagad politik belakangan ini, yang arahnya menjagokan partai dan tokoh politik tertentu. Masyarakat digiring dalam lorong seakan ilmiah namun sebenarnya tak lebih dari rekayasa. Ada proses pembohongan dan pembodohan publik. Masyarakat diarahkan pada satu tujuan berdasarkan “seakan” fakta dan data obyektif. Padahal dari sejak awal sudah disetting melalui perencanaan penipuan sistematis dan massif. Di sini para penghianat intelektual menjadi instrumen partai dan politisi. Mereka merancang dari cara survei, memoles obyek yang disurvei, termasuk tentu saja hasil akhir yang semuanya, dirancang demi kepentingan tujuan pemenangan politik. Mereka bukan merekam melainkan merekayasa data dan fakta. Survei seperti ini jauh lebih buruk dari proses pencitraan - yang lebih merupakan upaya memoles dan mempercantik diri. Pencitraan dari sejak awal tak pernah menegaskan sebagai proses ilmiah seperti survei. Artinya, dengan sadar proses pencitraan -walau juga kemungkinan menipu- tak pernah menegaskan diri sebagai kegiatan ilmiah. Tak aneh bila ada yang menyebut survei abal-abal sebagai kemunafikan tingkat tinggi. Para intelektual yang berada di dalamnya, jauh lebih busuk dari maaf- seorang pelacur. Mereka melakukan pembodohan, rekayasa, penipuan massal meracuni pikiran dan perilaku masyarakat dengan bertopeng ilmiah. Undang-undang Nomor 8 tahun 2012 tentang Pemilu sudah mengantisipasi tentang praktek-praktek kotor ini antara lain dengan mengatur waktu serta pertanggungjawaban methodelogi dan keterbukaan pendanaan. Sayangnya, tak ada sanksi keras dan tegas bagi para pelanggarnya sehingga selalu terbuka kemungkinan merebaknya survei abal-abal itu. Padahal surveyiabal-abal ini jika terbukti, merupakan tindak pidana penipuan yang akibatnya sungguh dasyat. Ya, betapa dasyatnya jika survei abal-abal menghasilkan pemimpin bermasalah setingkat Presiden. Korbannya lebih dari 250 juta rakyat, dengan durasi waktu selama lima tahun. Luar biasa bukan dampak buruknya? =
Maling Ada dua orang maling apes tertangkap basah dan kemudian menjalani persidangan di pengadilan. Keduanya divonis bersalah dan harus menjalani hukuman penjara. Sayangnya, hukuman mereka tidak sama. Maling pertama mencuri Kambing betina Pak RT, Vonis 2 tahun Penjara. Maling kedua membawa lari anak Pak RT, vonis 2 bulan penjara. Maling pertama pun protes “Ini tidak adil, masa aku cuma mencuri kambing di hukum 2 tahun, sedangkan dia yang membawa lari anak Pak RT cuma di hukum 2 bulan penjara saja. “Kamu tahu nggak kenapa dia dihukum 2 bulan? Itu karena dia mau bertanggung jawab, dan mau menikahi anak Pak RT yang dbawanya lari... Apa kamu mau bertanggung jawab menikahi kambing yang kamu bawa lari...!?” jawab hakim dingin. Cak Munali
Meletus
Gunung Sinabung kembali menyemburkan abu vulkanik setinggi 4000 meter dan mengeluarkan awan panas sejauh 1000 meter, terlihat dari Desa Tiga Pancur Kec Simpang Empat Kab Karo, Sumut, Senin (11/11). Pemerintah Karo memperpanjang masa tanggap darurat bencana alam letusan Gunung Sinabung selama satu minggu hingga 16 November 2013, karena belakangan ini aktivitas vulkanik Sinabung terus meningkat. ant/septianda perdana
Insert: Dua orang prajurit TNI dan Polisi saling membantu saat mengevakuasi warga yang sakit saat terjadi Erupsi Gunung Sinabung di Desa Gurkinayah, Payung, Karo, Sumut, Senin (11/11). Semburan abu vulkanik setinggi 4000 meter itu membuat warga desa di sekitar gunung tersebut terpaksa dievakuasi ke pengungsian.
KPK Ajukan Banding Vonis Fathanah JAKARTA- Vonis Majelis Hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) terhadap terdakwa kasus dugaan suap impor sapi, Ahmad Fathanah dengan hukuman 14 tahun penjara denda Rp 1 miliar subsidair 6 bulan kurungan ternyata tidak memuaskan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Lembaga antirasuah inipun akan mengajukan banding atas putusan Pengadilan Tipikor tersebut. Pasalnya, KPK optmistis Fathanah dapat dikenakan satu pasal lagi dalam perkara tersebut. “Jadi KPK ajukan banding karena dari sisi putusan vonis 14 tahun sudah cukup baik. Sudah lebih dari dua per tiga dari penerapan pasal. Tapi dari penerapan pasal, dakwaan ketiga, yang pasal 5, jaksa meyakini dakwaan itu bisa dikenakan (terhadap Fathanah),” kata Juru Bicara KPK, Johan Budi SP, di Gedung KPK, Jakarta, Senin (11/11). Selain itu, jaksa mengajukan banding lantaran pengacara Fathanah mengajukan upaya hukum lanjutan terhadap suami pedangdut Sefti Sanustika. Johan menjelaskan dalam hal lamanya pidana penjara, hukuman
yang dikenakan kepada Fathanah sudah cukup tinggi, yaitu 14 tahun. Artinya sudah lebih dari dua per tiga tuntutan Jaksa KPK yang menuntut 17,5 tahun penjara. Hal yang menjadi pertimbangan KPK mengajukan banding adalah ada salah satu dakwaan Jaksa yang tidak terbukti, yaitu dakwaan ketiga, Pasal 5 Undang-Undang Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU).
Dia (Fathanah) seharusnya divonis sama atau lebih dari tuntutan jaksa, paling tidak 20 tahun penjara
Emerson Yuntho Aktivis ICW
“Tapi dari sisi penerapan pasal dakwaan ketiga yang dianggap tidak terbukti, Pasal 5,” kata Johan. Jaksa, kata Johan, meyakini bahwa Fathanah bisa dikenakan dengan dakwaan ketiga tersebut Pada sidang yang digelar Senin (4/11) lalu, Fathanah divonis 14 tahun penjara dan denda Rp1 miliar, subsider enam bulan penjara. Fathanah dinyatakan terbukti bersalah dengan menerima uang
Rp1,3 miliar dari Direktur Utama PT Indoguna Utama, bersamasama mantan Presiden PKS Luthfi Hasan Ishaaq, terkait pengurusan kuota impor daging sapi. Dalam tindak pidana pencucian uang, Fathanah hanya dinyatakan terbukti melakukan dakwaan kedua. Hakim menyatakan dia terbukti membayarkan, mentransfer, membelanjakan, dan menukarkan mata uang dengan menggunakan dua rekeningnya dan uang tunai dengan seluruh transaksi mencapai Rp 38,709 miliar pada Januari 2011-2013. Fathanah, menurut majelis hakim, tidak terbukti melakukan tindak pidana pencucian uang pasif dalam dakwaan ketiga. Dakwaan itu menyoal penerimaan uang Rp 35,408 miliar dalam kurun 2011-2013. Indonesia Corruption Watch (ICW) menyatakan vonis yang diberikan kepada terdakwa kasus suap pengurusan kuota impor daging sapi di Kementerian Pertanian dan pencucian uang, Ahmad Fathanah mengecewakan. Karena itu, ICW mendukung langkah KPK mengajukan banding. JPU KPK harus banding agar tindak pidana pencucian uangnya terbukti dan vonisnya lebih tinggi. “Dia (Fathanah) seharusnya divonis sama atau lebih dari tuntutan jaksa, paling tidak 20 tahun penjara,” kata Koordinator Divisi Monitoring Hukum dan Peradilan ICW, Emerson Yuntho. (gam)
Van Persie Permalukan Wenger
SKANDAL SUAP MK
Adnan Akan Tuntut KPK di Jalur Hukum JAKARTA- Pengacara senior Adnan Buyung Nasution sedang menyiapkan berkas untuk mengajukan proses prapengadilan terhadap Komisi Pemberantasan Korupsi terkait proses penggeledahan dan penyitaan yang dilakukan penyidik KPK. “Yang penyitaan akan kita bawa ke pengadilan karena ini sudah melewati batas, nanti waktunya, lagi disiapkan,” kata Adnan di Gedung KPK di Jakarta. Adnan menilai KPK telah menyalahi prosedur karena menyita dokumendokumen pribadi Wawan yang tidak sesuai dengan kasus yang disangkakan kepada Wawan yaitu dugaan penyuapan. Penyitaan terhadap dokumen Wawan juga dilakukan KPK tanpa kehadiran kuasa hukum tersangka Wawan. Wawan ditetapkan sebagai ter-
sangka pemberi suap. Suami dari Wali Kota Tangerang Selatan Airin Rahmi Diany itu diduga melanggar pasal 6 ayat 1 huruf a UU Tindak Pidana Korupsi jo Pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP.
Menurut Adnan, seharusnya KPK memproses sangkaan yang dimaksudkan kepada Wawan. “Tidak jelas apa yang dituduhkan kepada Wawan. Sebenarnya tidak
boleh, jika tuduhan pokok adalah penyuapan, periksa penyuapan dulu sampai selesai. Jangan cari-cari yang lain. Ini ada kesan mencari- cari yang lain, menggeledah semua dokumen, dirampas semua baru dicari apa kesalahan yang lain. Ini tidak boleh begitu. Ini negara hukum bukan negara kekuasaan,” ujar Adnan. Masih dengan nada emosional, Adnan menambahkan “Nanti selesai satu boleh dibawa perkara yang lain. Itu etika juga, etika dalam penyidikan. Percuma saya mengajarkan begitu kepada para jaksa juga, kalau sekarang KPK ternyata begini. Dan itu muridmurid saya itu, Bambang (Bambang Widjojanto) satu, kedua Busyro (Busyro Muqoddas). Kalau begini kelakuan mereka saya menyesal, menyesal sekali.” Alat kesehatan Terkait kasus alat kesehatan di Tangerang Selatan dan Provinsi Banten yang sedang diselidiki KPK, Adnan enggan memberi komentar. (ant/mon/beth)