1
JUMAT 13 SEPTEMBER 2013 NO.0198 | TAHUN II Koran Madura
JUMAT
13 SEPTEMBER 2013
g PAMANGGHI
Narsisme Oleh : Abrari Alzael
Wartawan Senior Madura
ant/agus bebeng
PERINGATI KASUS TANJUNG PRIOK. Kelompok Mixi Imajimimetheatre Indonesia & Indonesian Mime Artist Association melakukan aksi Kamisan “Memperingati 29 tahun Tanjung Priok” di depan gerbang Gedung Sate Bandung, Kamis (12/9). Aksi Kamisan Bandung ke-8, dilakukan untuk mengenang kasus pelanggaran HAM berat di Tanjung Priok Jakarta 29 tahun lalu, pada 12 September 1984 yang menelan banyak korban.
Moncong Putih Diperkirakan Dominan ant/dhoni setiawan
PENCURIAN KOLEKSI MUSEUM. Sejumlah pewarta mengabadikan tampilan koleksi museum yang hilang saat konferensi pers di Museum Nasional, Jakarta, Kamis (12/9). Empat koleksi artefak emas peninggalan Majapahit dan Mataram kuno yakni lempengan Bulan Sabit Beraksara, lempengan Halihara, lempengan Naga dan Wadah Bertutup (Cepuk) yang disimpan di ruang emas arkeologi Gedung A lantai 2, Museum Nasional kedapatan hilang pada Rabu (11/9) kemarin.
PENEMBAKAN MISTERIUS
Polisi Didesak Cepat Temukan Pelaku JAKARTA- Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia mendesak Kepala Polri mewujudkan rasa aman masyarakat dengan mengungkap pelaku dan aktor intelektual dibalik peristiwa penembakan terhadap anggota kepolisian yang telah terjadi untuk kesekian kali. Lambannya proses penanganan kasus-kasus serupa oleh jajaran Polri mengakibatkan pelaku bebas berkeliaran, menebarkan teror dan rasa takut terhadap siapapun, kata Ketua YLBHI Alvon Kurnia Palma seperti dikutip dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Kamis. Menurut YLBHI, kondisi tersebut bisa disalahgunakan oleh siapa saja untuk menjalankan aksi teror dengan modus dan berbagai kepentingan yang melatarbelakanginya, yang dapat memicu terganggunya hak atas rasa aman, rasa nyaman, ketenangan, dan ketenteraman di masyarakat. YLBHI mencatat sebelum peristiwa penembakan terhadap Bripka Sukardi pada Selasa (10/9) sekitar pukul 22.20 WIB di depan Gedung KPK di Jalan HR Rasuna Said, Jakarta, telah terjadi beberapa peristiwa penyalahgunaan senjata api yang menelan korban personel Polri. Dari peristiwa-peristiwa tersebut, hampir semuanya belum terungkap secara jelas siapa pelaku dan otak pelaku sebenarnya, dan aksi teror dengan menggunakan senjata api terus menghantui masyarakat, katanya. Alvon mengatakan kepolisian tidak hanya dituntut harus cermat dalam proses penyelidikan dan penyidikan terhadap kasus-kasus tersebut guna mengungkap pelaku penembakan. (ant/git/ beth)
Jokowi Masih Tetap Terpopuler dan Paling Diminati JAKARTA-PDI Perjuangan kembali dinobatkan sebagai partai politik yang memiliki elektabilitas tinggi di antara semua parpol peserta Pemilihan Umum 2014. Hasil survey Soegeng Sarjadi School of Goverment (SSSG) menempatkan partai moncong putih ini diposisi puncak dengan perolehan 13,6%. Di posisi berikutnya ada Partai Demokrat dengan 10,3%, Partai Gerindra 5,6%, Partai Golkar 5%, PKS 2,9%, PAN 2,7%, Partai Hanura 2,2%, Partai Nasdem 1,9%, PPP dan PBB 0,9%, PKB 0,6%, dan PKPI 0,1%. “Bila Pemilihan Umum Legislatif (Pileg) dilaksanakan hari ini maka PDI Perjuangan pemenangnya,” ujar Peneliti SSSG, Ilman Nafian di Jakarta, Kamis (12/9). Sebelumnya, tingkat elektabilitas parpol berdasarkan survey Alvara adalah, PDI Perjuangan 14,8%, Gerindra 12,5%, Golkar 8,4%, Partai Demokrat 7,4%, NasDem 4,6%, Hanura 3,8%, PKS 3,4%, PPP 2,2%, PAN 2,1%, PKB 1,7%, PBB 0,1%, PKPI 0,1% dan belum memutuskan 39,0%.
Sementara itu untuk survey yang dilakukan terhadap calon presiden, elektabilitas Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) masih berada diurutan puncak dengan elektabilitas paling tinggi (22,1%). Ilman mengatakan, tingginya perolehan responden PDI Perjuangan tidak terlepas dari sosok Joko Widodo. Sebab, secara individu, Gubernur DKI Jakarta yang karib dipanggil Jokowi itu memang tinggi, baik dari segi popularitas maupun elektabilitasnya. Bahkan, Jokowi dalam survei ini juga menjadi tokoh yang paling banyak dipilih responden seandainya Pemilu Presiden (Pilpres) dilaksanakan hari ini. Survei SSSG, sebanyak 45,8% responden akan memilih Jokowi sebagai presiden jika Pilpres. Sementara diposisi berikutnya ditempati Jusuf Kalla (9%), Dahlan Iskan (7,5%), Prabowo Subianto (6,8%), Mahfud MD (5,8%), Wiranto (3,6%), Aburizal Bakrie (2,4%), Megawati Soekarnoputri (1,8%), Chairul Tanjung (1,6%), Hatta Rajasa (1%), Hidayat Nur Wahid (0,7%), Sri Sultan Hamengku Buwono X (0,5%), Surya Paloh (0,5%), Ani Yudhoyono (0,4%), Pramono Edhie (0,4%) dan Sri Mulyani (0,4%). Hasil survei yang menarik lainnya,
kata Ilman, ada pada Partai Gerindra yang berada di posisi ketiga. Artinya, jelas dia, partai ini mampu menggeser Partai Golkar yang hanya meraih 5 persen. Ilman menjelaskan, teknik pengumpulan data pada survei yang dilakukan SSSG kali ini dengan melakukan wawancara telepon atau yang dikenal pula dengan telesurvei. Responden yang dipilih, menurut dia, adalah warga yang bermukim di sepuluh kota besar yang memiliki sambungan telepon rumah. Survei ini sendiri, lanjut dia, dilakukan sepanjang 25 Agustus-9 September 2013. “Dalam survei ini, sampel diambil secara acak yang nomor teleponnya terdapat di dalam buku Telkom. Jumlah sampel sebanyak 1.250 responden. Responden belum yang punya pilihan, yakni 43,4 persen. Sedangkan 9,8 persen responden menjawab tidak tahu atau tidak menjawab,” terang Ilman. Sementara itu, menurut Psikolog Politik Universitas Indonesia (UI), Hamdi Muluk, PDI Perjuangan diharapkan tidak terlambat untuk mengumumkan nama Jokowi sebagai calon presiden. Pasalnya, pemilihan waktu yang tepat untuk mengusung nama Jokowi sebagai calon presiden akan menjadi salah satu faktor penentu kemenangan partai di pemilu legislatif. (gam/cea/bud)
KECELAKAAN
Ahmad Dhani Penuhi Panggilan Polisi JAKARTA- Musisi Ahmad Dhani memenuhi panggilan penyidik Polda Metro Jaya terkait kecelakaan yang menimpa putra bungsunya, AQJ alias DL (13) hingga menewaskan enam orang dan melukai sembilan orang lainnya. Dhani tiba menggunakan mobil Toyota Alphard “Vellfire” hitam bernomor polisi B-1-RCR di Gedung Subdirektorat Penegakan Hukum Direktorat Lalulintas Polda Metro Jaya, Pancoran, Jakarta Selatan, Rabu sekitar pukul 21.35 WIB. Pentolan grup band “Dewa” tersebut mengenakan baju batik warna hitam bercorak cokelat disambut Wakil Direktur Lalulintas Polda Metro Jaya, Ajun Komisaris Besar Polisi Sambodo. Dhani belum bersedia memberikan komentar seputar rencana pemeriksaan dirinya terkait kecelakaan putranya. Sementara itu, Wakil Direktur Lalulintas Polda Metro Jaya AKBP Sambodo mengatakan pemeriksaan Dhani berkaitan dengan sejauh mana orangtua mengetahui AQJ mengendarai mobil. “Termasuk itu (izin mengemudi) sebagai materi pemeriksaan,” ujar Sambodo. Sambodo menuturkan penyidik juga akan meminta keterangan ibu AQJ, yakni Maia Estianty setelah pemeriksaan
Suatu pagi, hanya membayangkan, kalau polisi saja ditembak, apakah akan lebih ditembak untuk yang bukan polisi? Urusan ditembak, ini domain manusia dan tentu saja tuhan dalam konteks ini pasti tidak terlalu teknis. Bahwa ada yang mengatakan ini kehendak takdir, mungkin ini harus dipisah karena kehadiran manusia di bumi justru wakil tuhan. Sebagai wakil tuhan dengan melakukan pekerjaan yang bukan tugasnya, pasti penembak itu tidak sedang mewakili tuhannya. Bisa jadi, ia sedang mewakili tuannya karena satu hal atau sebab sesuatu yang lain. Indonesia, negeri tercinta ini, kadang-kadang seperti tempat bermain film. Di film-film Amerika, kalangan cineas bebas berekspresi. Di film, presiden diculik lalu dimasukkan ke bagasi mobil. Polisi-polisi Amerika dibuat tidak berdaya perampok. Tetapi itu film di negeri Paman Sam. Namun di negeri tercinta ini, film serupa mimpi dan aktor melakukannya di tempat yang Pemerintah nyata. Dari sudah saatnya sisi ini, sebetampil dengan narnya Indowajah yang nesia lebih berwibawa maju dibanding Amerika agar republik karena melselamat dari akukan hal itu hukum rimba tidak hanya yang membela di dalam film kaum “berbulu” m e l a i n k a n dalam wujud yang bisa diindera. Begitu juga, jarang ada film Hollywood yang mengadegankan seorang anak mengendarai mobil karena memang tempat anak-anak bukan di situ. Bahkan mebunuh orangtua di depan anak-anak, film-film di Barat tidak mempertontonkan adegan itu. Di republik ini, anak-anak bisa melakukan apa saja terutama anak yang dibesarkan dari keluarga kaya. Dengan uang dan kekayaan, seolah-olah hal yang tidak bisa lalu menjadi sah untuk dikerjakan meski, sekali lagi, anak-anak bukan di situ tempatnya. Negeri ini seperti sebuah roman Salah Asuhan yang ditulis Abdul Moeis. Anak penembak sekalipun, pada mulanya baik dan menjadi tidak baik karena lingkungan yang telah mengajarinya begitu. Penembak polisi di depan gedung KPK maupun Dul anak si Dhani, adalah contoh kecil bahwa dunia di sekitarnya telah mengajarkan sesuatu yang bukan seharusnya begitu. Masalahnya, apa yang terjadi pada polisi yang ditembak mati, dan kalangan seleb yang merasa “bebas” melakukan apa saja, ini bukan kali ini saja. Lalu, apakah ini berarti bahwa warga bangsa telah mengalami pembusukan secara massif? Sebenarnya peristiwa yang tidak diinginkan ini lahir dari rahim ketidakpastian. Semua sudah mengerti bahwa ketidakpastian jauh lebih menyakitkan dibanding kepastian yang menyakitkan. Pemerintah sudah saatnya tampil dengan wajah yang berwibawa agar republik selamat dari hukum rimba yang membela kaum “berbulu”. Sudah terlalu banyak peristiwa dimana terdapat pembiaran di sana dan pemerintah seakan menutup mata. Konstruk hukum, ekonomi, politik, sosial, pendidikan, dan apapun di republic ini serupa pelana. Setiap pagi, pelana dilap, disayang, lalu diduduki, dan akhirnya, maaf, dikentuti. Bau! =
Hukuman Pagi itu Matrawi masuk kelas dengan sedikit grogi. Tapi aura nakal dan jahilnya tetap saja terlihat pada gerakgeriknya.
Dhani selesai. Sebelumnya, AQJ yang mengendarai mobil sedan Mitsubishi bernomor polisi B-80-SAL terlibat kecelakaan dengan mobil Daihatsu bernomor polisi B-1349-TEN dan Avanza plat nomor B-1882-UZJ. Dul mengendarai mobil dari arah selatan menuju utara, kemudian ke-
hilangan kendali akibat diduga tidak konsentransi. Mobil itu menabrak pagar pemisah dan masuk jalur berlawanan kemudian menghantam Daihatsu “Grand Max” yang melaju dari arah utara ke selatan. Mobil Daihatsu itu lalu terdorong sehingga menabrak Avanza bernomor polisi B-1882-UZJ. (ant/fiq/beth)
Matrawi : Pak Guru, apakah orang boleh dihukum untuk sesuatu belum diperbuatkannya? Guru : Oh, tentu ndak boleh, Orang tidak boleh dihukum untuk perbuatan yang belum dilakukan!” Matrawi :”Syukurlah, saya belum mengerjakan PR! pak” Guru : Aku pasti tidak menghukummu. Aku hanya minta tolong... Tolong berdiri di depan kelas hingga bel pulang terdengar. Cak Munali