e Paper Koran Madura 16 Juli 2013

Page 1

1

SELASA 16 JULI 2013 NO.0160 | TAHUN II Koran Madura

SELASA

Harga Eceran Rp 3.500,- Langganan Rp 70.000,-

16 JULI 2013

Jadwal 1434 H Maghrib

Isya

Imsak

Subuh

17:29

18:43

04:12

04:22

*Untuk Surabaya dan sekitarnya

Tiga Pasang Cagub Jatim Ambil Nomor Urut SURABAYA-Rapat Pleno Terbuka Pengundian Nomor Urut Pasangan Calon Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Provinsi Jatim Tahun 2013 akhirnya berhasil menetapkan nomor urut 3 pasangan yang maju ke pilgub 29 Agustus mendatang.

MH. Said Abdullah Calon Wakil Gubernur Reng Madura

UU ORMAS

Tanda Kegamangan Demokrasi JAKARTA-Rencana 99 ormas melakukan judicial review terhadap UU Ormas mendapat dukungan kuat. Langkah ini dilakukan karena keberadaan UU Ormas ini tanpa pijakan yang jelas. “Saya bingung dengan UU ini, terlebih mengabaikan NU, Muhammadiyah, PGI, KWI dan lainnya. Apakah ini tanda sebagai kegamangan demokrasi?,” kata pengamat politik Fachry Ali dalam diskusi “UU Ormas dan Pembangkangan Sipil” bersama Wakil Ketua MPR RI Hajriyanto Y. Thohari dan dan Romo Benny Susetyo dari Koalisi Kebebasan Berserikat di akarta, Senin (15/7). Menurut Fachry, pembentukan UU Ormas ini tidak terlihat arahnya kemana, apakah membela kepentingan kapitalis ataukah membela kepentingan rakyat. “Negara justru tak berpihak pada kelas bawah,” tegasnya. Bahkan Fachry Ali juga mengaku bingung melihat dibentuknya UU Ormas ini. “Kalau sekedar khawatir dengan FPI, HTI, dan gerakan Abu Bakar Ba’asyir, maka UU ini tak tepat,” tuturnya.

Apalagi kata Fachry, mengabaikan suara NU dan Muhammadiyah, di mana kedua organisasi keagamaan Islam terbesar di Indonesia itu sudah lahir sebelum Indonesia merdeka. “NU dan Muhammadiyah sudah mampu mengorganisir dirinya, tanpa keterlibatan pemerintah dan DPR. Jadi, UU Ormas ini tanpa pijakan, konsep, dan tujuan yang jelas. Untuk itu pula saya menolak UU Ormas ini,” imbuhnya. Sementara itu, Wakil Ketua MPR RI Hajriyanto Y. Thohari mengkhawatirkan terjadinya pembangkangan sipil terhadap UU Ormas yang telah disahkan DPR. “Yang kita khawatirkan dengan UU Ormas ini terjadi pembangkangan sipil, karena banyak kalangan yang menolak terhadap UU Ormas ini. Itu artinya meski presiden dan DPR sebagai hasil pemilu yang demokratis dan sebagai pemenang, tetap tak boleh membuat kebijakan tanpa melibatkan partisipasi rakyat, termasuk yang menentang,” katanya. (gam/cea)

Berdasarkan hasil pengundian, pasangan incumbent Soekarwo-Saifullah Yusuf (Karsa) mendapat nomor urut 1 dan pasangan dari jalur perseorangan Eggi Sudjana-M Sihat (Beres) mendapatkan nomor urut 2. Sedangkan pasangan yang diusung PDI Perjuangan, Bambang DH-Said Abdullah mendapat nomor urut 3. Rapat penetapan nomor ini molor sekitar 2 jam. Rapat yang seharusnya dijadwalkan pukul 14.00 WIB diundur hingga 15.40 WIB karena anggota KPU dan pasangan incumbent belum juga hadir. “Saya harap KPU Jatim tepat waktu, ada kesan di publik, mereka ini terlalu mengistimewakan incumbent, sejak tahapan tes kesehatan. Incumbent belum datang, KPU juga belum datang, kasihan juga pasangan lainnya yang sudah datang,” kata cawagub PDI Perjuangan Said Abdullah pasangan Bambang DH kepada wartawan di Hotel JW Marriot Surabaya, Senin (15/7). Dari pantauan Koran Madura, hanya pasangan Bambang-Said dan Eggi-Sihat yang hadir tepat waktu. Cagub PDI Perjuangan, Bambang DH usai penetapan nomor urut bertekad melakukan perubahan di Jawa Timur. Salah satunya adalah memanfaatkan potensi alam yang ada di Jawa Timur. “Jangan sampai propinsi yang kaya akan sumber daya alamnya, tingkat kemiskinan terbesar di Indonesia. Kita harus rubah Jawa Timur ini. Kita bercita-cita bagaimana Jawa Timur Jampol. Jempol pendikannya, Jempol Pertaniannya, Jempot Kesehatannya dan Jempol Infrastruktur,” kata dia. Selain itu, Bambang juga berharap pemilu berlangsung jujur dan adil. “Siapapun tidak bisa menghindari dari fakta bahwa pilgub kali lalu ada kecurangan terstruktur. Dan ini keputusan MK. Dan saya hanya mengingatkan kembali,” jelas dia. Sebab kata Bambang, apa artinya kemenangan kalau diraih dengan menghalalkan segala cara. Pasangan BambangBERITA Said Jempol kata dia TERKAIT tidak ingin meraih kemenangan deHalaman 11 ngan menghalalkan segala cara. “Orang yang beriman, tentu berpikir, kalau kepemimpinan diraih dengan cara tidak halal, pasti tidak barokah,” tegas dia. Karena itu, pasangan nomor urut 3 ini bertekad mengikuti semua tahapan pilgub secara fair. “Ibarat sepak bola, kami harapkan jangan ada slading, tackling, apalagi skornya sudah diatur diawal. Jangan sampai terjadi begitu,” tutur dia. Bambang juga mengingatkan KPU agar bekerja secara profesional sebagai penyelenggara pemilu gubernur. Sehingga rakyat kemudian teredukasi dengan baik. “Jangan lagi, rakyat diiming-iming dengan uang. Yang jelas, kami tidak mengiming-imingi rakyat. Tetapi kalau mau merubah Jawa Timur menjadi lebih baik, pilih jempol,” tutur dia. Sementara itu, Cawagub Said Abdullah berharap agar pemilihan gubernur Jawa Timur dilakukan dengan cara el-

egan. Karena itu, Said mengajak kontestan pilgub dengan etik sebagai calon pemimpin Jawa Timur. “Keselamatan rakyat Jawa Timur diatas segalanya,”

pungkas dia. Sementara itu, cagub incumen, Soekarwo menyampaikan terimakasih kepada KPU dan Bawaslu yang telah bekerja secara profesional. “Mari kita jaga kondisi Jawa Timur yang kondusif dan

nyaman,” jelas dia. Pengamanan di luar dan di dalam lokasi pleno pengundian nomor urut terpantau ketat. Masuk ke lokasi, harus melalui dua kali pintu detektor. Undangan dan wartawan tidak diperkenankan membawa benda selain yang dibutuhkan. Kapolrestabes Surabaya Kombes Pol Setija Junianta turun langsung memimpin pengamanan. Total, sekitar 1.050 personel gabungan dari Polrestabes dan Polda Jatim dikerahkan. Kendaraan jenis “water canon” disiagakan di depan hotel untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan. (ant/ara/gam/beth)

PILGUB JATIM

BerKah Laporkan KPU Jawa Timur ke PTUN dan DKPP SURABAYA – Dicoretnya dari peserta Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jatim 2013 karena dukungan dua partai gurem yakni Partai Kedaulatan (PK) dan Partai Persatuan Nahdhotul Ummah Indonesia (PPNUI), Khofifah Indar Parawansa-Herman S Sumawiredja (BerKah) melapor ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) dan Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP). “Tentunya kita tidak akan tinggal diam, kita akan melawan namun dengan cara yang elegan. Bagi kami optimisme tidak pernah padam. Kami akan menempuh jalur hukum melalui gugatan PTUN dan melapor ke DKPP”, ujar Khofifah kepada wartawan, di Surabaya, Senin (15/7).

Menurut dia, segala administrasi dan persyaratan sudah dipenuhi Komisi Pemilihan Umum (KPU) Jatim. Namun, pihaknya menganggap keputusan yang dihasilkan merupakan perbedaan persepsi antarkomisioner, sehingga muncul kebijakan subjektivitas komisioner, bukan

objektivitas institusi. “Secara administrasi tentunya kita sudah lengkap, buktinya ada undangan pengambilan nomor urut calon,” ujarnya Ketua Umum PP Muslimat NU tersebut. Khofifah menilai, ada upaya menjegal agar pasangan Berkah tidak bisa maju sebagai pasangan Cagub dan Cawagub Jatim. Hal ini bahkan dinilainya sudah sangat transparan dan diketahui masyarakat, siapa sebenarnya yang tidak menginginkan BerKah ikut Pilgub. “Dualisme dukungan partai itu tidak ada. Yang ada hanyalah dukungan

yang sah dan tidak sah” tegas Khofifah. Atas keputusan yang diambil secara voting atau “pengambilan suara terbanyak secara tertutup, Khofifah Indar Parawansa mengaku tetap tersenyum meski namanya tidak disebut sebagai kandidat. Ia mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah mengapresiasi pencalonannya selama ini. “Selama saya keliling di Jatim, banyak pihak yang membantu dan menyiapkan segalanya. Saya sangat terimakasih dan perjuangan belum selesai sampai disini,” tegasnya. (dedy/ara)

g PAMANGGHI

Keluh Kesah Oleh : Miqdad Husein

Kolumnis, tinggal di Jakarta

Kembali rak-yat Indonesia harus mendengar Presidennya berkeluh kesah. Kali ini memang tak terkait pribadinya tapi menyangkut harga-harga yang naik tak terkendali. Ada nuansa keprihatinan beliau melihat harga-harga kebutuhan pokok naik seperti daging, cabai, bawang putih, bawang merah. Lalu menyelip juga keluhan beliau pada kinerja para menterinya. Terkesan sebuah empati pada rakyat yang kelabakan menghadapi harga yang naik memang. Namun tetap terasa aneh seorang Presiden harus berbicara di publik berkeluh kesah tentang situasi negara yang dipimpinnya, apalagi membeberkan kinerja para menterinya, yang dinilai tak mampu mengatasi masalah. Ini secara tak langsung membuka aib anak buahnya sekaligus ketakmampuan dirinya. Bukankah para menteri berada dalam komandonya? Seorang ibu rumah tangga, yang sempat saya temui berkomentar pedas terkait keluh kesah Presiden SBY. “Beliau mau cari muka, mencoba mengambil simpati rakyatnya,” tuturnya pedas. “Bukankah situasi yang terjadi saat ini merupakan hasil kerja Presiden dan para menterinya, yang gagal mengendalikan harga,” lanjutnya. Rakyat Terasa jelas hanya aneh memang membutuhkan seorang Preskondisi iden mengeberubah ke luh ke publik arah yang lebih atau ke rakyat. baik Harusnya rakyat yang berkeluh kesah kepada pemimpinnya. Bukankah yang memiliki kekuasaan dan kewenangan Presiden dan para menterinya. Lha, rakyat bisa apa mendengar keluh kesah Presiden. Rakyat jelas hanya membutuhkan kondisi berubah ke arah yang lebih baik. Bukan keluh kesah pemimpinnya. Rakyat ingin mendengar dan mendapat penjelasan bahwa Presiden telah melakukan ini itu, mengambil langkah taktis dan sejenisnya. Atau, katakanlah Presiden menjelaskan telah memerintahkan para menteri terkait untuk bertindak cepat mengatasi kenaikan harga. Begitulah yang normal. Sehingga rakyat seperti mendapatkan paling tidak, harapan akan ada penurunan harga. Bahkan seandainya upaya Presiden kurang berhasil rakyat telah mengetahui bahwa berbagai upaya telah dilakukan. Lha ini keluh kesah. Kesannya kan seperti mau cuci tangan. Apalagi kemudian memaparkan kegagalan menterinya dalam bekerja. Seakan menteri itu bukan berada dibawah kendalinya. Seakan menteri itu makhluk asing, yang sama sekali tak terkait dengan Presiden. Mungkin ini menejemen pemerintah model baru, ketika seorang pemimpin memaparkan kegagalan anak buahnya di depan publik, sindir seorang kawan. Di mana-mana di dunia ini, anak buah dibimbing, diarahkan, diinstruksikan dan tentu saja, dijaga marwanya (wibawa); tidak dipreteli di depan publik. Apalagi ini menyangkut jabatan menteri, yang posisinya sangat tergantung pada Presiden. Kegagalan seorang menteri adalah kegagalan seorang Presiden. Karena menteri di negeri ini, sebagaimana ditegaskan UUD 1945 adalah pembantu Presiden. Presidenlah yang bertanggungjawab -bukan para menteridihadapan rakyat Indonesia. Rakyat Indonesia agaknya memang masih harus berlapang dada menghadapi kenyataan kepemimpinan negeri ini. Bukan pemimpin yang berpikir tentang rakyatnya. Tapi rakyat yang harus berpikir tentang pemimpinnya; termasuk menampung keluh kesah Presidennya. Malang benar ya. =

Shalat Tarawih Seperti biasa, setelah shalat tarawih Matrawi berkumpul dengan santri-santri junior di emper Masjid. Merekapun bercandaria tentang berbagagi persoalan. Sejak dari persoalan pribadi hingga soal puasa. “Menurutmu Kang Mat, yang bener itu shalat tarawih 21 rakaat atau 11 rakaat?” tanya salah satu santri. “Pertanyaanmu salah” jawab Matrawi “Yang bener tuh, enak mana shalat tarawih 21 rakaat sama 11 rakaat?” “Haha, ya gak usah ditanya, pasti enak yang 11 dong” sanggah para santri. “Nah kalo gitu gak usah nanya” tukas Matrawi

Cak Munali


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.
e Paper Koran Madura 16 Juli 2013 by koran madura - Issuu