1
JUMAT 17 MEI 2013 NO. 00119 | TAHUN II Koran Madura
JUMAT
Harga Eceran Rp 2500,- Langganan Rp 50.000,-
17 MEI 2013
Hilmi Akui Bertemu Fathanah
g PAMANGGHI
Titik Nadir Oleh : Abrari Alzael
P
JAKARTA - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) kembali memeriksa Ketua Dewan Suro Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Hilmi Aminuddin, Kamis (16/5). Hilmi mengakui bertemu Fathanah di rumahnya bersamaan dengan kunjungan penguasaha Aksa Mahmud sebelum Idul Adha tahun lalu. Tapi, menurut Hilmi pertemuan itu tidak terkait dengan lobi kuota impor daging seperti yang tertuang dalam berita acara pemeriksaan Komisaris PT Radina Bioadicipta Elda Devianne Adiningrat di persidangan. Sebelumnya, Hilmi diperiksa KPK pada Senin lalu. Saat pemeriksaan perdana, Hilmi mengaku dicecar oleh penyidik soal rekaman Fathanah dengan anaknya, Ridwan Hakim. Namun, Hilmi mengungkapkan rekaman itu berisi bluffing semua (gertakan). Meski demikian, Hilmi memang mengakui dalam rekaman terdapat suara Fathanah. Dalam pemeriksaan kali ini, kepada Hilmy diperlihatkan sejumlah foto di Lembang yang di antaranya terdapat Ahmad Fathanah dan Aksa Mahmud. “Sebagian ada Fathanahnya, sebagian tidak,” kata Hilmi di Gedung KPK, Jakarta, Kamis (16/5). Saat itu, Aksa tengah bertamu ke kediaman Hilmi. Kejadian itu terekam sebelum Idul Adha tahun lalu. “Kalau yang di Lembang itu foto rombongan Pak Aksa Mahmud sebelum Idul Adha saat menjadi tamu saya. Saya antar ke Badan Inseminasi Buatan, ternyata di rombongan itu ada Fathanah,” papar Hilmi yang
pulang dengan menumpang mobil Pajero bernomor polisi B 1279 EJA. Elda mengaku dirinya pernah bertemu dengan Fathanah dan Dirut PT Indoguna Utama Maria Elizabeth di Senayan City pada 30 Desember 2012. Dalam pertemuan itu, Fathanah mengatakan soal izin penambahan kuota impor sapi telah dibahas dengan Suswono, Hilmi Aminuddin, dan Luthfi Hasan di Lembang. “Dalam pertemuan tersebut saudara Ahmad Fathanah menyampaikan hasil pertemuan di Lembang yang menurut Ahmad Fathanah dihadiri saudara Luthfi Hasan Ishaaq, Hilmi Aminuddin, Fathanah dan Suswono,” begitu isi BAP Elda yang dibacakan. Menurut Elda, Fathanah menyampaikan hasil pertemuan Lembang yaitu Elizabeth akan dibantu dalam pengurusan penambahan kuota daging sapi. “Selanjutnya Elizabeth Liman menyampaikan bahwa akan komit membantu mendukung dana PKS,” bunyi BAP yang diakui Elda kebenarannya itu Namun pengakuan Elda ini ditepis Hilmi. Bahkan, Hilmi membantah soal adanya komitmen Rp 17 miliar dengan Fathanah. “Tiadak adan aliran dana ke saya,” jawabnya. (gam/abd/aji)
ant/asep fathulrahman
JEMBATAN RAPUH. Sejumlah murid SD Negeri Sajira Mekar 1 melintas di jembatan di atas Sungai Ciberang di Kp Hirung, Sajira Mekar, Kab Lebak, Banten, Kamis (16/5). Warga mengaku sudah berulangkali meminta Pemda setempat memperbaiki jembatan yang pernah menewaskan dua anak sekolah itu, tapi tak pernah ditanggapi.
JELANG PILGUB JATIM 2013
Ratusan Jempol di Launching “BAMBANG-SAID untuk Jawa Timur Jempol” SURABAYA – Pasangan Calon Gubernur – Calon Wakil Gubernur Jawa Timur yang diusung Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI P) Bambang Dwi Hartono dan Said Abdullah, Kamis (16/5) kemarin meluncurkan ikon pemenangan “BAMBANG – SAID untuk Jawa Timur JEMPOL” di Taman Bungkul Jalan Raya Darmo, Surabaya. Acara tersebut diikuti oleh ratusan pengurus dan simpatisan PDI Perjuangan dari berbagai daerah di Jawa Timur. Turun dari mobil, pas a n g a n yang mengenakan baju ‘kebesaran” hitam bertuliskan ‘I like jempol’ langsung disambut para pendukungnya dan diangkat menuju ke tenda acara. Acara dibuka dengan sambutan dari Wakil Ketua DPD PDI Perjuangan Jawa Timur Ali Mudji. Dalam sambutannya, Ali Mudji mengatakan, partainya sangat tepat telah memilih Bambang DH dan Said Abdullah sebagai calon gubernur dan calon wakil gubernur periode 2014-2019. Sebab, kedua tokoh ini memiliki track record yang sangat
baik. “Bambang DH dua kali menjadi walikota Surabaya dan 2 kali menjadi wakil walikota Surabaya. Dibawah kepemimpinannya, Kota Surabaya kota terbaik yang dulu belum juga jempol kini sudah diwujudkan menjadi jempol,” tandasnya. Said Abdullah juga demikian.
Menurut Ali Muji, pria asli Madura ini menjadi anggota DPR RI yang sudah banyak memperjuangkan aspirasi warga khususnya di Dapil XI (Madura). Karena sikapnya tersebut, Said Abdullah kata Ali Mudji sangat populer di Madura dan juga di daerah basis Madura (tapal kuda, Red) di Jawa Timur.
“Yang paling penting, Pak Said Abdullah merupakan satusatunya generasi Madura yang meneruskan perjuangan Gubernur Muhammad Noer. Ia juga dikenal sangat taat pada konstitusi,” ungkap Ali Mudji. Pada kesempatan Bambang DH mengaku sangat optimis untuk
bersaing dengan kandidat-kandidat lain yang muncul. “Kita diposisikan buncit tidak masalah, tidak ada beban,” kata Bambang DH. Bambang mengatakan tagline pemenangan mereka berubah menjadi “BAMBANG – SAID untuk Jawa Timur Jempol”. Mengapa memilih jempol sebagai ikon pemenangan karena jempol dianggap sebagai organ tubuh yang menunjukkan keutamaan dan kebajikan. “Jempol sering diacungkan untuk menunjukkan keluhuran budi. Kami juga memilih ikon ini karena ikon ini dinilai tidak diskriminatif. Semua orang punya jempol. Laki – laki, perempuan, anak – anak, remaja, lansia. Jempol juga tidak membeda – bedakan suku, ras, etnis, bangsa, agama dan golongan,” jelas Bambang. Ia menambahkan JEMPOL juga merupakan singkatan yang menjadi panduan sikap kepemimpinan bagi mereka berdua. “J = Jujur, E = Eling (ingat amanat), M = Mituhu (taat pada aturan), P = Prigel (cekatan), O = open (merawat), L = Loman (murah hati, senang berbagi dan memberi),” katanya lagi seraya menambahkan bahwa dengan ikon ini dirinya dan Said meletakkan diri sebagai milik semua orang. (neu/beth)
Pemimpin Redaksi Koran Madura
angkat kopral, penghasilan jenderal. Kalimat itu pernah populer ketika Gayus Tambunan terjerat dugaan grativikasi dengan jumlah yang begitu besar dan tidak sebanding dengan jabatannya sebagai pegawai pajak, saat itu. Kini, Aiptu Labora Sitorus juga muncul sebagai pemilik pangkat yang tidak tinggi dengan penghasilan yang melampaui pimpinannya di Polri. Sebenarnya tidak terlalu penting berapa rupiah yang mengalir ke rekening Labora. Sebab yang lebih urgen adalah bagaimana cara mendapatkannya. Bagaimanapun, Labora sebagai warga negara harus dibela. Sebab boleh jadi tidak hanya Labora yang memiliki rekening sebanyak itu, Rp. 1,6 triliun, seperti yang diberitakan media massa dan Labora tidak mengakuinya. Bisa jadi anggota Polri dengan pangkat yang lebih rendah dan atau lebih tinggi memiliki hal serupa bahkan jauh lebih banyak dibanding Labora. Sah-sah saja jika jalan yang ditempuh benar adanya. Soal oknum polisi yang kaya ini, memberikan rangsangan bagi generasi bangsa yang berjibaku untuk menjadi polisi. Dalam pandangan publik awam, menjadi polisi Polisi juga bisa enak. Pakai semenangkap ragam, dilengpelaku kapi senjata, kejahatan untuk dan dapat gaji diadili atau tinggi. Lebih tidak diadili dari itu polisi memiliki kewenangan untuk mencegat pengendara dengan cara damai atau sebaliknya. Polisi juga bisa menangkap pelaku kejahatan untuk diadili atau tidak diadili jika persyaratan yang diajukan terpenuhi. Itulah awam yang kadang-kadang asal ngomong meski oknum polisi memang seperti dalam pemahaman awam. Sebenarnya tidak hanya oknum polisi yang seperti itu. Penegak hukum lainnya (oknum) juga ada yang seperti itu, yang melakukan bukan pekerjaannya. Terbukti ada oknum polisi, hakim, jaksa, dan birokrat yang dipenjara karena menganggap dirinya sukses dengan pekerjaan yang bukan profesinya. Semua berpotensi untuk melakukan kejahatan sebagaimana semuanya berpotensi untuk melakukan kebaikan. Ini tergantung pada niat, amal, dan perbuatannya masing-masing. Tetapi di republik ini, publik mulai terbiasa membenarkan isu meski secara teoritik isu belum tentu benar kejadiannya seperti itu. Saat Ingrid Kansil diberitakan berselingkuh dengan anak tiri suaminya, perhatian publik seakanakan mengiakan bahwa hal itu terjadi. Namun percayanya publik terhadap isu bukan tanpa alasan karena di sebagian isu memang hal itu terjadi. Misalnya, pada saat Ahmad Fathanah diisukan dikelilingi perempuan, di sebagian fakta isu ini terbukti. Begitu pula pada kasus Irjend Djoko Susilo yang semula dikabarkan melakukan perbuatan hukum. Begitu semua file-nya terbuka, ada indikasi kuat jenderal itu patut diduga melakukan tindakan yang abal-abal. Pada kasus oknum Labora jika memang sulit dibuktikan, perlu kirang tidak dipaksakan untuk mengungkap dugaan kesalahannya. Tetapi urut-urutan mengapa ia sampai memiliki uang senilai 1,6 triliun inilah yang harus dibedah mengacu kepada hukum dan skala kepatutan. Tidak hanya oknum polisi negeri ini yang nyeleneh. Oknum polisi Malaysia juga begitu saat menyelipkan sabusabu di dompetnya saat bertandang ke Indonesia. Tetapi oknum polisi kita kadang melampaui semuanya, ia menembak atasannya dan tentara dari negara yang sama. =
Restoran Suatu hari Matrawi yang dulu bahasa inggrisya selalu mendapat nilai merah itu diajak temannya ke luar negeri untuk keperluan bisnis. Di sebuah kota di London, sang teman mengajaknya ke sebuah restoran teranama. Begitu duduk, Matrawi ditinggal seorang diri karena temannya ini kebelet pipis ingin ke toilet. Saat itulah seorang pramusaji menghampirinya. Matrawi ditawarkan makanan pembuka olehnya, “you like salad, Mister?” “Oh sure, I like Salat five time a day. Shubuh, Dzuhur, Asyar, Maghrib and Isya,” jawab Matarwi percaya diri.
Cak Munali