1
SENIN 18 MARET 2013 NO.0077 | TAHUN II Koran Madura
SENIN
Harga Eceran Rp 2500,- Langganan Rp 50.000,-
18 MARET 2013
g PAMANGGHI
DEMOKRATISASI
Kita Baru Taraf Konsolidasi JAKARTA-Proses transisi demokrasi di Indonesia sudah masuk tahun ke-15. Dengan demikian sudah saatnya Indonesia masuk ke fase konsolidasi demokrasi yang sesungguhnya. “Pelembagaan dan penguatan sistem demokrasi yang salah satunya memastikan agenda demokrasi pemilu lima tahunan dapat berjalan sesuai jadwal dan tepat waktu menjadi suatu keniscayaan. Ini penting di fase konsolidasi demokrasi,” kata Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Ahmad Basarah, di Jakarta, Minggu (17/3). Lebih jauh Ahmad Basarah berharap pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dapat selesai hingga 2014. “Saya harap pemerintahan SBY dapat berakhir pada 2014 dan segera diganti oleh pemerintahan yang baru hasil pemilu dan pilpres 2014,” tambahnya. Menurut anggota Komisi III DPR ini, agenda demokrasi dapat berjalan baik jika suasana pemerintahan stabil. “Pemerintah diharapkan berakhir 2014. Hal itu penting agar agenda demokrasi juga memiliki kepastian hukum dan dapat memberikan kesempatan proses kaderisasi kepemimpinan bangsa secara berkesinambungan,” tuturnya Namun, bila Presiden dan/atau Wakil Presiden telah nyata-nyata dan terbukti melakukan pelanggaran hukum, khususnya melakukan pengkhianatan terhadap bangsa dan negara, sebagaimana diatur dalam UUD 1945, maka Presiden/Wakil Presiden tersebut telah membuka sendiri peluangnya untuk diberhentikan sebelum masa jabatannya berakhir. Sebelumnya, Pengamat sosial politik Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Arie Sujito menilai maraknya kasus korupsi yang dilakukan kader partai politik merupakan parasit dalam proses demokrasi di Indonesia. “Korupsi politik tidak lain adalah parasit yang menggerogoti demokrasi,” ujarnya saat itu. Arie mengatakan goncangan bertubi-tubi yang menimpa partai politik (parpol) karena ulah politisinya yang korup tidak boleh dianggap masalah sepele. “Jika tidak ada upaya membenahi diri, para pimpinan parpol begitu mentolerir pengurus dan aktor di dalamnya bahkan sekadar membela dengan dalil-dalil sesat, tentu akan berdampak pada demokrasi makin goyah,” tambahnya Menurut Arie, ada kecenderungan pimpinan parpol membiarkan kadernya melakukan korupsi di berbagai lini, bahkan ketua atau pimpinan parpol menjadi pelaku korupsi yang saat ini ditangani KPK. “Ini kenyataan ironis, dengan akibat masyarakat makin kecewa bahkan frustasi berlipat-lipat,” tukasnya Ia mengatakan para koruptor dalam lembaga politik selalu mengelak dan mengalihkan dengan isu konspirasi, padahal jelas-jelas KPK lebih kredibel dibanding parpol yang korup. Parpol harus diingatkan pada masalah ini agar mereka berbenah dan menyadari kesalahannya. (cea)
KRISIS IRAK
112 Ribu Warga Sipil Tewas Baghdad- Setidaknya 112 ribu warga sipil tewas dalam 10 tahun terakhir sejak invasi pimpinan Amerika Serikat ke Irak pada tahun 2003 untuk menggulingkan Saddam Hussein,kata satu laporan baru yang diterbitkan pada Minggu. Apabila termasuk petempur di semua pihak yang terlibat dalam konflik yang telah berlangsung selama satu dasawarsa itu, serta warga sipil yang belum tercatat maka angka itu bisa naik hingga 174 ribu, menurut penghitungan organisasi Iraq Body Count (IBC) yang bermarkas di Inggris. “Konflik ini belum lagi usai,” katanya dalam laporannya, yang menempatkan jumlah kematian warga sipil sejak 20 Maret 2003 antara 112.017 dan 122.438. “Konflik ini masih mengakar dan meluas, dengan awal yang jelas tetapi akhir yang entah kapan, dan merupakan bagian dari masa kini di Irak.” IBC mengatakan bahwa, selama bertahun-tahun, Baghdad telah, dan masih, menjadi wilayah yang paling mematikan di negeri itu, dan mencatat sekitar 48 persen dari semua kematian, sementara konflik paling berdarah terjadi antara tahun 2006 dan 2008. IBC mencatat bahwa kekerasan tetap tinggi, dengan jumlah kematian warga sipil per tahun secara penghitungan kasar antara empat dan lima ribu setara dengan jumlah pasukan koalisi yang tewas dari tahun 2003 sampai dengan penarikan militer Amerika Serikat pada Desember 2011, yaitu sekitar 4.804 orang. (ant/afp/beth)
Seimbang Oleh : MH. Said Abdullah
Anggota DPR RI asal Madura
P
ant/m rusman
KONFLIK SABAH. Ribuan tenaga kerja Indonesia (TKI) korban konflik di Lahad Datu Sabah meninggalkan Sabah Malaysia dengan membawa anak-anak menuju kampung di Sulsel melalui Pelabuhan Tunon TakaNunukan, Kaltim, Minggu (17/3). Mereka mengaku terpaksa pulang kampung karena konflik antara pemberontak bersenjata Filipina dengan pemerintah Malaysia semakin memanas.
Madura Berlimpah Minyak Blok WMO Madura Produksi Minyak 5.400 Barel Sehari JAKARTA - Anak perusahaan PT Pertamina (Persero), Pertamina Hulu Energi (PHE) berhasil menambah produksi minyak di Blok West Madura Offshore (WMO) sebesar 5.400 barel per hari dan 5 juta kaki kubik per hari (mmscfd) gas sebagai hasil dari penemuan cadangan minyak dan gas bumi (migas) baru di enam sumur eksplorasi, terutama di lapangan PHE KE-38B. Pencapaian Pertamina tersebut seperti diutarakan Vice President Communications Pertamina, Ali Mundakir di Jakarta, Minggu (17/3). “Sumur eksplorasi itu selesai dibor 22 Juni 2012 dan 13 Maret 2013 mulai mengalirkan minyak dan gas dengan produksi awal 5.400 bph dan 5 mmscfd. Proses dari eksplorasi sampai produksi awal bisa dilakukan secara cepat dan ini merupakan capaian yang luar biasa,” kata dia. Menurut dia, pengembangan lapangan PHE KE-38B yang merupakan bagian dari POD (Plan of development/rencana pengembangan) 2012 bisa menghasilkan produksi awal minyak sebesar 5.400 bph dan gas sebesar 5 mmscfd. dari jumlah tersebut, sebanyak 2.100 bph dan 5 MMscfd diproduksikan dari Sumur PHE KE-38B1 serta 3.300 bph berasal dari Sumur PHE KE-38B2. Ali mengatakan, keseluruhan proses dari eksplorasi sampai ke produksi awal diselesaikan hanya dalam kurun delapan bulan 21 hari. Selain sudah bisa mendapat
tambahan produksi, kata dia, PHE WMO juga mendapat cadangan baru dari sumur pertama eksplorasi 2013 PHE 53-2. Per akhir 2012, data Pertamina menujukkan bahwa produksi PHE WMO baru mencapai 9.000 barel per hari dan gas 110 mmscfd. Produksi tersebut terhitung menurun setelah blok tersebut dikelola oleh Pertamina yang diambil dari perusahaan migas asal Korea Selatan, Kodeco Energy. Sebelum diambil alih Pertamina pada Mei 2011, Kodeco memproduksi sekitar 16.000 barel per hari dari target 29.000 barel per hari. Pada tahun ini, menurut Ali, Pertamina PHE menargetkan besaran produksi hingga 20.000 barel per hari. Lebih lanjut Ali mengungkapkan, pembahasan Penemuan Eksplorasi untuk Pengembangan (PED) dimulai secara intensif sejak sumur pertama selesai dibor. Selanjutnya, semua formalitas yang diperlukan hanya membutuhkan proses kerja selama dua setelah tuntasnya pengeboran sumur ketiga. Dengan proses yang cepat itu, kata dia, pengeboran dapat dilakukan pada akhir November 2012 dan setelah secara teknis POD disetujui, penyelesaian pekerjaan platform dilakukan bersamaan dengan pemboran. Platform diselesaikan pada Januari 2013. Ali menjelaskan, penyelesaian pipa produksi antara lapangan PHE KE-38B dan KE-38A sempat terhambat cuaca buruk pada Januari dan Februari 2013. Namun, jelas dia, di saat cuaca membaik, penyelesaian pipa produksi diselesaikan pada 11 Maret 2013 dan produksi pertama sumur PHE KE-38B-1 dapat dialirkan dua hari kemudian. “Ini sinergi yang baik dan harus terus
ditingkatkan di masa yang akan datang. Tambahan produksi ini diharapkan memberikan kontribusi bagi target pemerintah untuk meningkatkan lifting nasional disamping mewujudkan komitmen PHE WMO untuk bisa menahan declaining rate dan sesegera mungkin meningkatkan produksi,” terang Ali. Selain mampu mendapatkan tambahan produksi, PHE WMO juga mendapat cadangan baru dari sumur pertama eksplorasi 2013 PHE 53-2. Tambahan cadangan baru tersebut, kata dia, sekaligus mempertegas komitmen PHE WMO untuk menjaga keberlanjutan produksi migas di wilayah kerjanya. Seperti diketahui, sebelumnya Senior Executive VP & GM PHE WMO, Imron Asjhari mengatakan, Pertamina kembali menambah cadangan migas di Blok WMO. Sumur eksplorasi PHE KE48-1 yang dibor telah berhasil menambah cadangan migas baru. Sumur ini terletak sekitar 13 kilometer sebelah selatan dari lapangan PHE40 dan sekitar 5 km sebelah selatan Central Processing Platform (CPP), Poleng. Lokasinya sekitar 70 mil lepas pantai Bangkalan, Madura. “Sumur dibor sampai kedalaman akhir 11,000 -an feet di basement dan dilakukan pengetesan yang berhasil mengalir 1,650 BOPD dan 13 MMSCFD di Formasi Kujung,” kata Imron. Imron menambahkan, setelah sukses menemukan sumur baru PHE KE48-1, rig COSL Seeker akan berpindah menggarap pemboran sumur pengembangan di anjungan baru PHE-38B. Dengan demikian, tambah Imron, sepanjang tahun lalu ada empat sumur eksplorasi yakni PHE KE382, PHE KE38-3, PHE 38-5, dan PHE KE 48-1 yang dibor PHE WMO. (gam/bud)
MENJENGUK HIDUP PAK SOLIKHIN
Tinggal di Gubug Reyot, Makan Nasi Garam
yuyun/koranmadura
MEMPRIHATINKAN. Kondisi rumah Solikhin yang hampir roboh belum mendapatkan bantuan dari pemerintah setempat. SIDOARJO - Kesenjangan sosial masih sangat nampak di era modern seperti sekarang. Terbukti, Solikhin (45) bersama istri dan anaknya tinggal di sebuah gubug hampir roboh selama bertahun-tahun yang setiap saat bisa mengancam jiwanya dan keluarga. Miris. Itulah yang terlihat saat melihat
kehidupan Solikhin (45) warga RT 8/RW I, Desa Penambangan, Kecamatan Balongbendo, Sidoarjo. Ia bersama isteri dan bayinya menempati sebuah gubug yang terbuat dari anyaman bambu dan jalinan kayu-kayu tua berukuran 2x3 meter. Atap rumahmya dari berbagai spanduk bekas yang ditempelkan begitu saja. Beberapa bambu yang
digunakan sebagai penyangga rumahpun terlihat lapuk dan miring. Sungguh sangat memprihatinkan. “Beginilah kondisi rumah saya. Masih bisa dipakai untuk tempat berteduh,” ujar Solikhin kepada wartawan Koran Madura Yuyun Harbis S yang kemarin bertandang ke gubugnya. Saat hujan lebat disertai angin, genting rumahnya ambruk diterjang hujan yang disertai dengan angin kencang beberapa waktu lalu hingga bagian depan rumahnya hancur. Untuk menutupinya, Solikhin memasang spanduk bekas dari berbagai parpol serta produk-produk makanan sebagai pengganti atap. Untuk biaya hidup sehari-hari pun Solikhin hanya mengandalkan beras miskin (raskin). Sebab, ia hanya pekerja serabutan penghasilan tak tetap. Kadang, ia tak mebawa pulang uang sepeserpun untuk membeli lauk bagi ia dan istrinya. Jika tak ada lauk, garam pun tak maslah. Apalagi untuk membeli susu bayinya yang belum genap berusia setahun. Beruntung bayinya masih minum ASI. Kondisi ini ia lakoni bertahuntahun tanpa mengeluh sedikit pun. ”Kami tidak pernah mendapatkan bantuan rehab rumah untuk masyarakat miskin. Selama ini yang kami dapat hanya raskin (beras miskin,red) saja, kemarin juga ada yang datang pegawai dari pemerintah memotret rumah saya,” akunya. (yun/beth)
rinsip bahwa berita terbaik adalah peristiwa terburuk agaknya masih mewarnai cara kerja dunia jurnalistik. Berbagai peristiwa pahit tercover memadai sementara event manis beraroma prestasi kadang menempati sudut-sudut sempit, yang sepi dari pembaca. Masyarakat pembaca agaknya juga terkesan bersikap demikian; seperti mengamini cara kerja jurnalistik yang lebih banyak melihat sisi kelam kehidupan manusia. Terbukti pemberitaan layak jual lebih banyak yang berisi peristiwa pahit anak manusia. Jadi ada semacam kausalitas pasar yang memaparkan bahwa pemberitaan buruk ditayangkan karena memang pembaca menyukainya. Dalam perspektif pasar bebas kausalitas produksi terkait permintaan memang sah saja. Bagaimanapun setiap produksi selalu mempertimbangkan cost serta pencarian keuntungan sebanyak-banyaknya, tanpa pertimbangan lain. Pertanyaannya dalam konteks pemberitaan, benarkah penulisan dan pemuatan berita sekedar agar dibaca hingga menaikkan tiras dan mengundang pemasang iklan? Lalu benarkah pembaca hanya tertarik membaca berita-berita berbau tragedi? Lalu, apa sebenarnya peran media di tengah kehidupan masyarakat yang bergerak dan juga memerlukan kesegaran serta pencerahan pemikiran? Seniman film Arifin C Noer pernah mengatakan media informasi, hiburan atau apa saja yang mengcover kehidupan manusia pada dasarnya merupakan cermin. Semakin mendekati realitas pemuatan media informasi, semakin berkualitas media informasi itu. Dengan pemikiran dan konsepsi cermin itu, media informasi sejalan dinamika kehidupan manusia memang tak bisa bersikap “apriori” dengan hanya mengcover apa saja yang satu sisi kemengcover hidupan makehidupan nusia. Media manusia pada informasi apa dasarnya pun harus pemerupakan nuh warna. cermin Ini belum lagi mempertimbangkan misi keberadaan media informasi yang harus menjadi kekuatan inspirasi, referensi serta pembelajaran melalui konsepsi cermin itu. Tidak salah memuat tragedi kemanusiaan sebagai pembelajaran, namun tidak adil jika prestasi kerja, usaha keras yang menaburkan kecerahan dan kegembiraan dibiarkan lewat. Seperti tragedi yang harus jadi pembelajaran bersama, prestasi dan usaha keras juga merupakan kegembiraan yang harus dinikmati bersama. Apalagi ketika prestasi kerja dan usaha kerja juga bisa menjadi inspirasi serta pemberi semangat massal untuk berprestasi. Baik pemberitaan tragedi maupun prestasi sebenarnya memiliki daya pembelajaran sama. Bahkan prestasi jauh lebih aman sebagai sarana pembelajaran dibanding pemberitaan tragedi yang menyisakan ruang-ruang penafsiran negatif pembaca. Pada akhirnya, sesuatu yang berlebihan hingga menimbulkan ketimpangan memiliki risiko lebih riskan ketimbang sikap adil, berimbang, yang memberikan kesempatan memilih. Demikian pula posisi media informasi seperti media cetak, elektronik, jejaring sosial; jauh lebih terasa manfaatnya bila mengembangkan pemberitaan berimbang, adil, dengan memberi kesempatan pembaca menikmati sisi-sisi kehidupan manusia baik beraroma tragedi maupun prestasi. =
Dosen Filsafat “Pak gimana kalo kita tukar profesi, hari ini bapak jadi sopir dan saya jadi dosen?” kata Matrawi pada bosnya yang dosen filsafat. “Hahaha.. kamu ini Mat, oke deh gak papa, sekarang kau masuk kelas sana” ujar sang dosen. Sampai di kelas Matrawi langsung bingung. “Begini pak, apa kira-kira pandangan epistemologis alam semesta masih berlaku dalam dunia eksistensialis?” tanya mahasiswanya. Matrawi Panik, namun segera menmukan jawabannya. “Oh itu mudah sekali, sopir saya pun bisa jawab” ucap Matrawi sambil membuka jendela kelas memanggil bosnya yang ada di mobil.
Cak Munali