SELASA
1
SELASA 19 PEBRUARI 2013 NO.0059 | TAHUN II
@KoranMadura
Koran Madura
Harga Eceran Rp 2500,- Langganan Rp 50.000,-
19 PEBRUARI 2013
g PAMANGGHI
Lanun Oleh : S. MIla
Pemerhati sosial di Madura
T
ant/r. rekotomo
AMANKAN WASIT. Polisi berupaya mengamankan wasit Ridwan Pahala dari aksi protes para pemain Persitara Jakarta Utara, pada pertandingan lanjutan sepak bola Divisi Utama Liga Indonesia antara PSIS Semarang melawan Persitara, di Stadion Jatidiri Semarang, Jateng, Senin (18/2). Pertandingan berakhir dengan skor 2-1 untuk kemenangan PSIS Semarang.
PEMERINTAHAN
Rindu GBHN, Pimpinan MPR Gelisah JAKARTA-Desakan perlunya Garis Besar Haluan Negara (GBHN) dinilai sebagai bentuk kegelisahan pimpinan MPR. Alasannya sistem yang ada dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD NRI) sudah berbeda. “Saya kira ini hanya bentuk kegelisahan atau kekhawatiran saja dari pimpinan MPR, karena kewenangan MPR sudah dipangkas sejak amandemen UUD 45,” kata pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Prof Syamsuddin Haris dalam dialog ‘Urgensi dan relevansi GBHN Kini” bersama Wakil Ketua MPR RI H. Lukman Hakim Saifuddin dan pengajar UI Maswadi Rauf di Gedung DPR/MPR RI Jakarta, Senin (18/2). Sebelumnya, Wakil Ketua MPR, Lukman Hakim Saefuddin, menyerukan untuk menghidupkan lagi GBHN dan mengembalikan wewenang MPR untuk menetapkannya. Menurut Guru Besar Riset ini, Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) ini sama dengan GBHN. Hal ini menjadi konskuensi amandemen UUD NRI 1945, yang tak lagi menjadikan presiden sebagai mandataris MPR RI. “Karena itu rakyat harus memilih presiden dengan memahami visi, misi dan plat form politik pembangunan lima tahun,” tambahnya. Masalahnya sekarang ini, sambung Syamsuddin lagi, tinggal evaluasi dan kontrol yang baik dari DPR RI dan lembaga tinggi negara yang lain. Namun sayangnya, faktor kepemimpinan itu yang belum menentukan efektifitas kebijakan. “Kebetulan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ini tak tegas, yang dibuktikan dengan 50 % lebih instruksinya tidak efektif dan tak dijalankan, maka tak relevan ada isu perlu GBHN. GBHN ini bukan solusi, tapi design pemerintah hasil pemilu perwakilan ini memang tak efektif,” tandasnya Sementara itu, Wakil Ketua MPR, Lukman Hakim Saefuddin mengatakan justru yang dibutuhkan saat ini semacam “GBHN”. Di mana pelaksnaaan pemerintahan ini bisa dievaluasi setiap tahun. Dan, itu bisa dengan apa yang disebut RPJPN yang berlaku mulai 2005-2025. “Hanya saja bagaimana mengevaluasi pencapaian-pencapaian kinerja pemerintah dalam setiap tahunnya itu, agar arah pembangunan ini jelas dan tidak menyimpang dari konstitusi. Baik di bidang politik, ekonomi, hukum, lingkungan, budaya, nilainilai lokal, dan revisi KUHAP saja belum jelas,” tambah Wakil Ketua Umum DPP PPP ini. Diakui Lukman, pihaknya khawatir, kalau hanya bergantung pada visi dan misi presiden terpilih, makna dan pelaksanaan arah pembangunan itu hanya akan dijalankan sesuai dengan kepentingan kelompoknya. (cea/abe)
Akhirnya, Angelina Sondakh Dipecat Marzuki: PDtidak Ingin Dihukum Publik JAKARTA-Majelis Tinggi Partai Demokrat akhirnya sepakat untuk memberhentikan salah satu kadernya yang terlibat perkara korupsi, Angelina Sondakh, dari keanggotaan di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Pemecatan Angie, sapaan Angelina, ini merupakan salah satu upaya bersih-bersih Partai Demokrat. “Permintaan majelis tinggi semua dibersihkan. Angie akan diPAW (pergantian antar-waktu),” ujar anggota Majelis Tinggi Partai Demokrat, Marzuki Alie, di Jakarta, Senin (18/2). Angie saat ini masih menjabat sebagai anggota DPR dan duduk di Komisi X. Sebelumnya, Majelis Hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Jakarta menjatuhkan vonis berupa hukuman 4,5 tahun penjara ditambah denda Rp 250 juta subsider kurungan enam bulan kepada Angelina Sondakh alias Angie. Hakim menilai, Angie terbukti melakukan tindak pidana korupsi secara berlanjut dengan menerima pemberian berupa uang senilai total Rp 2,5 miliar dan 1.200.000 dollar AS dari Grup Permai. Meski sudah divonis bersalah oleh Pengadilan Tipikor, perempuan yang kerap disapa Angie itu masih berstatus sebagai anggota DPR nonaktif dan terima gaji meski tidak pernah kerja karena tinggal di penjara. “Ada permintaan majelis tinggi agar Angelina di-PAW,” kata dia. Dia menjelaskan, partainya akan melakukan tindakan tegas jika terbukti korupsi. Angelina Sondakh sudah divonis 4,5 tahun penjara oleh majelis hakim pengadilan tindak pidana korupsi. Selama ini, Partai
Demokrat berdalih tidak memecat Angie lantaran belum ada keputusan hukum yang tetap. Hal ini pun disadari Marzuki. Meski partainya tetap mengedepankan asas praduga tak bersalah, kata Marzuki, PD juga tidak ingin dihukum publik. “Selama ini tidak diproses sehingga lambat. Sebenarnya kami ingin ada asas praduga tak bersalah tapi jangan sampai kami dihukum publik,” kata Ketua DPR itu. Sejak menjadi tersangka sampai akhirnya divonis, Angie masih menjadi anggota DPR. Angie pun masih menerima gaji pokok anggota Dewan sebesar Rp 15,9 juta setiap bulannya. Badan Kehormatan DPR tidak bisa memberhentikan Angie lantaran belum ada keputusan hukum tetap. Pemberhentian Angie hanya bisa dilakukan jika Fraksi Partai Demokrat menggantikan Angie dengan kader Demokrat lainnya. Beberapa waktu lalu, Wakil Ketua Badan Kehormatan (BK) DPR RI Siswono Yudhohusodo menegaskan, pemecatan Angelina Sondakh dari Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) baru akan dilakukan setelah putusan hukum yang dijatuhkan memiliki kekuatan hukum tetap atau inkracht van gewijsde. Saat ini, terpidana kasus dugaan penerimaan suap kepengurusan anggaran di Kementerian Pemuda dan Olahraga serta Kementerian Pendidikan Nasional itu
masih diberhentikan sementara oleh BK. “Angie diberhentikan sementara sebagai bentuk hormat legislatif ke yudikatif. Kita menunggu hukum tetap, setelah itu baru dihentikan,” pungkas dia. (aji)
NARKOTIKA
Mahasiswi Tertangkap Selundupkan Bahan Narkotik
PEKANBARU-Petugas Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pekanbaru menggagalkan penyelundupkan narkotika metam-
phetamine seberat 512 gram dari Malaysia yang dibawa seorang mahasiswi berinisial RF di Bandara Sultan Syarif Kasim II, Pekanbaru, Provinsi Riau.
“Status tersangka RF adalah mahasiswi salah satu universitas di Riau,” kata Kepala Kantor BC Pekanbaru, Aminuddin, di Pekanbaru, Senin. Aminuddin menjelaskan, penangkapan RF terjadi pada hari Minggu lalu (17/2) sekitar pukul 14.30 WIB. Metamphetamine yang disita berbentuk kristal bening seberat 512 gram, yang biasa digunakan untuk bahan baku dari narkotika jenis sabu dan ekstasi. “Estimasi nilai barang kurang lebih sekitar Rp768 juta,” katanya. Mengenai kronologis penangkapan, Aminuddin mengata-
kan petugas BC di Bandara Pekanbaru mencurigai gerak-gerik tersangka RF yang baru mendarat dari Kuala Lumpur, Malaysia, menggunakan pesawat maskapai Air Asia dengan nomor penerbangan AK 1340. Kecurigaan petugas diperkuat dengan hasil pemindaian X-ray terhadap koper milik perempuan itu, yang dicurigai ada barang disembunyikan di dinding samping koper. “Setelah dilakukan pemeriksaan mendalam, ternyata ditemukan dua paket bungkusan berisi kristal bening diduga narkotika yang disembunyikan pada dinding koper,” ujarnya. (ant/zita/beth)
ahun 1998 lalu di mana awal reformasi dimulai, Taufiq Ismail menulis puisi; Mahasiswa takut pada dosen, dosen takut pada dekan, dekan takut pada rektor, rektor takut pada menteri, menteri takut pada presiden, dan presiden takut pada mahasiswa. Di lingkaran setan lainnya; Raja minta upeti ke patih, patih cari ke punggawa, punggawa minta ke pengusaha, pengusaha adalah orang dekat raja. Setelah reformasi 15 tahun lamanya, upeti nyaris tidak terdengar meski bukan berarti hal itu tidak ada. Ia ada karena raja telah menjadi segalanya; pengusaha, punggawa, patih, dan bisa menjadi apa saja karena raja berkuasa. Cerita raja yang seperti ini juga pernah terjadi saat Raja Nebukadnezar, seorang pemimpin dari Kasdim, kekaisaran yang juga dikenal sebagai Neo Babilonia, dan tercatat sebagai penjahat besar dalam Alkitab melalui militer tiada banding serta kekuatan politik tak terkalahkan selama 70 tahun. Nebukadnezar menganggap dirinya sebagai Ketua Majelis Tinggi, meminjam bahasa SBY. Nebukadnezar yang penjahat, lakilaki, dan ternyata Setelah tidak semua penja- reformasi hat itu maskulin. Tao 15 tahun Jing, gadis 20 tahun lamanya, asal Provinsi Yunnan, upeti selatan China, ini nyaris tidak menggegerkan me- terdengar dia internasional saat meski menjadi terpidana bukan mati termuda sepanjang sejarah peradilan berarti hal modern Negeri Tirai itu tidak Bambu. Dia dicokok ada. polisi pada awal 1991 lantaran membawa narkotika dalam jumlah besar dalam tas plastik di bandar udara Beijing. Perempuan cantik ini dihukum mati, ditembak saat fajar datang lebih pagi. Ada juga Patricia Hearst cucu dari Randolph Hearst. Perempuan itu membingungkan, karena berhasil mengecoh meski sebenarnya perampok bank paling menggegerkan Amerika Serikat di tahun 1970-an. Ia terpantau kamera merampok dua bank di San Fransisco sambil menenteng senapan mesin. Ada juga Heather Johnston dan Ashley Miller asal Achworth, Georgia, Amerika. Karena butuh uang, mereka merancang perampokan dan bekerjasama dengan kasir bank di kota mereka supaya penggarongan uang berjalan lancar. Begitu pula Monique Awoki, ketua Geng Pirang Brasil. Ia hebat, supaya tidak mencurigakan, Awoki mengharuskan anggota gengnya tampil cantik dan cerdas. Tidak sedikit anak buahnya mampu berbicara lebih dari tiga bahasa. Beberapa diantaranya bahkan lulusan kampus ternama. Tetapi akhirnya, ia ditangkap polisi di Sao Paulo saat hendak kabur ke luar negeri. Terakhir, Bonnie Elizabeth Parker, perampok dan pembunuh berantai, namanya diabadikan dalam banyak novel, komik, serial televisi, dan film. Bonnie Parker bersama kekasihnya Clyde Barrow merampok puluhan bank di Amerika selama masa depresi ekonomi pada 1931-1934. Usianya saat aktif merampok di seantero Amerika baru 19 tahun. Meski wajahnya ayu dan terlihat lemah lembut, Bonnie tidak segan membunuh orang. Tercatat sembilan polisi dan belasan warga sipil tewas saat mereka merampok. Petualangan Bonnie berakhir pada 1934 di Negara Bagian Lousiana. Polisi menembak mati. Pendek kata, lanun itu tidak harus kere tetapi ia bisa cantik, seorang putri, gagah dan kaya. Bisa raja, (oknum) serdadu, polisi, jaksa, hakim atau siapa saja dengan bentuk yang berbeda-beda dalam menggarong. Seperti Putri Solo yang kaget ketika harus dipanggil KPK karena raja di sampingnya melakukan pekerjaan yang tidak biasa. =
Kiblat Suatu sore Matrawi yang baru datang dari Mekkah itu shalat di dalam kamarnya sendirian dengan cara yang aneh; ia menghadap ke selatan. “Lho kek kok menghadap ke selatan, kiblat kan di barat” tegur cucunya yang mau berangkat ke mushalla. “Ah, kamu ini anak kecil tahu apa.. asal kamu tahu aja di Mekkah sana shalat ya kadang ke utara, kadang juga ke selatan”. jawab Matrawi tanpa ragu.
Cak Munali