1
RABU 20 NOVEMBER 2013 NO.0243 | TAHUN II Koran Madura
RABU
20 NOVEMBER 2013
SKANDAL KORUPSI ALKES
Ratu Atut Bisa Tersangka JAKARTA- Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah kembali dipanggil Komisi Pemberantasan Korupsi (KPP). Janda mendiang Hikmat Tomet dimintai keterangan soal dugaan korupsi dalam pengadaan alat kesehatan (Alkes) di Provinsi Banten. Namun orang nomor 1 di Banten ini memilih bungkam usai diperiksa KPK selama 7,5 jam. Atut yang selama pemeriksaan mengenakan jilbab hitam dipadu batik coklat itu enggan berkomentar. “Saya diperiksa atau dimintai keterangan terkait pengadaan sarana dan prasarana di Pemprov Banten,” kata Atut singkat kepada wartawan yang memberondongnya dengan pertanyaan di gedung KPK, Jakarta, Selasa (19/11).
Atut juga tidak berkomentar banyak tentang materi pemeriksaan. Bahkan, politisi Golkar ini juga enggan menjawab pertanyaan wartawan yang menanyakan kesiapannya menjadi tersangka dalam kasus tersebut. “Terima kasih ya. Permisi ya,” kilahnya seraya masuk ke dalam mobil Mitsubishi Pajero Sport hitam dengan nomor polisi B 22 AAH. Atut sebelumnya juga pernah diperiksa di KPK sebagai saksi dalam kasus dugaan suap dalam pengurusan perkara di Mahkamah Konstitusi (MK). KPK pernah meminta keterangan sejumlah pejabat di Dinas Kesehatan Banten. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) setidaknya menemukan tiga indi-
kasi penyimpangan dalam pengadaan alat kesehatan di Banteng yang mencapai Rp30 miliar. Ketiga penyimpangan itu adalah alat kesehatan tidak lengkap sebesar Rp5,7 miliar; alat kesehatan tidak sesuai spesifikasi sebesar Rp6,3 miliar dan alat kesehatan tidak ada saat pemeriksaan fisik sebanyak Rp18,1 miliar. Selain penyelidikan alkes Banten, saat ini KPK sedang menyidik dugaan korupsi pengadaan alkes di Tangerang Selatan yang masuk dalam provinsi Banten dengan tersangka adik Ratu Atut, Tubagus Chaeri Wardana alias Wawan. Wawan ditetapkan sebagai tersangka tindak pidana korupsi pengadaan Alat Kesehatan (Alkes) Kedokteran Umum di Puskesmas kota Tangerang Selatan tahun anggaran 2012 sejak 11 November 2013 dengan sangkaan pasal 2 ayat 1 atau pasal 3 Undangundang No 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana diubah pada UU No 20 tahun 2001 jo pasal 55 ayat ke (1) ke-1 KUHP. KPK sudah meminta keterangan dari beberapa pi hak terkait penyelidikan kasus. Mereka adalah Kepala Dinas Kesehatan Banten Jaja Budi; pegawai Dinkes Banten, yakni Ferga Andriana, Indra, dan Ridwan Arif; serta dua pihak swasta dari Serang, yakni Lukman dan Dodo Mulyadi. Tim penyelidik KPK juga telah mendatangi Dinas Kesehatan Banten yang berlokasi di Serang untuk mencari bahan dan keterangan terkait proyek Alkes. (gam/aji)
ant/lucky r.
KEPULANGAN DUBES RI. Dubes Indonesia untuk Australia, Nadjib Riphat Kesoema tiba di terminal 2D, Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Selasa (19/11) malam. Kepulangan Nadjib terkait sikap Indonesia atas kasus penyadapan pemerintah Australia terhadap presiden SBY dan ibu Ani pada tahun 2009.
Dubes Nadjib Riphat Tiba di Indonesia
Kerja Sama dengan Australia Dipertimbangkan Ulang JAKARTA- Duta Besar (Dubes) Indonesia untuk Australia Nadjib Riphat Kesoema akhirnya benarbenar dipulangkan ke Indonesia. Indonesia memanggil pulang Nadjib Riphat sebagai reaksi atas terkuaknya penyadapan telepon Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Ibu Negara Hj. Ani Yudhoyono, dan beberapa pejabat senior lain di Indonesia oleh intelijen Australia. Selasa pagi (19/11), Nadjib Riphat sudah meninggalkan Canberra. “Kami menunggu kedatangan Dubes kita dari Canberra. Malam ini (Selasa 19/11), tiba di tanah air. Kami akan konsultasi, kami akan mendengar assesment dari Dubes,” kata Menlu Marty usai mendampingi Presiden SBY menerima duta besar negara sahabat di Istana Merdeka, Jakarta, Selasa (19/11). Selain memanggil pulang Dubes, Marty menambahkan, Pemerintah juga tengah meninjau ulang hubungan kerja sama dengan
Australia secara umum, bukan hanya bidang pertukaran informasi. Indonesia akan segera mengambil langkah-langkah diplomatik terukur untuk menyikapi isu penyadapan yang dilakukan Australia. Pemerintah terus melakukan evaluasi terhadap laporan Dubes RI untuk Australia di Canberra. Termasuk mengevaluasi keputusan penarikan yang disebut
Kami mendukung pemerintah dalam pemanggilan kembali dubes Indonesia yang ada di Australia
Hayono Isman
Anggota Komisi I DPR RI sebagai protes keras atas penyadapan tersebut. Komisi I DPR mendukung sikap pemerintah yang menarik atau memanggil pulang duta besar Indonesia di Australia sebagai protes atas tindakan penyadapan yang dilakukan negara tersebut. “Kami mendukung pemerintah dalam pemanggilan kembali dubes
Indonesia yang ada di Australia,” kata anggota Komisi I DPR RI Hayono Isman di Gedung Nusantara II, kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa, (19/11). Hayono menilai tindakan pemerintah memanggil dubes Indonesia di Australia kembali ke Tanah Air sebagai suatu langkah yang benar dan tepat guna menunjukkan kedaulatan negara Indonesia, dan juga sebagai suatu bentuk protes. Ia juga menilai waktu yang dipilih pemerintah untuk pemanggilan kembali dubes Indonesia dari Australia sudah tepat. “Saya kira sudah tepat apa yang dilakukan pemerintah dengan membuat suatu keputusan yang berprinsip dan berpengaruh seperti ini, dan hal ini bukan perkara mudah. Jadi, saya pikir timing-nya (waktunya) sudah tepat,” ujar dia. Hayono mengatakan DPR memandang tindakan penyadapan yang dilakukan oleh Australia dan Amerika melalui kedutaan besarnya di Indonesia sebagai tindakan yang sangat melanggar etika diplomasi. “Bagi kita penyadapan ini kan merupakan suatu pelecehan terhadap persahabatan antara kedua negara yang seharusnya saling menghormati. Karena kita negara bersahabat dan bertetangga,” katanya. (gam/abd)
PELAJAR KRIMINAL
Ahok Instruksikan Disdik Beri Sanksi JAKARTA- Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama yang biasa disapa Ahok, menginstruksikan kepala Dinas Pendidikan (Disdik) setempat untuk memberikan sanksi kepada para pelajar nakal yang telah melakukan tindak kriminal. Menurutnya, ada tiga sanksi tegas yang direkomendasikannya. Pertama, pelajarpelajar tersebut dipindahkan dari sekolah asalnya ke sekolah lain. “Murid-murid yang nakal itu kan biasanya berkelompok. Nah, pindahkan mereka ke sekolah lain, tapi disebar, hingga benar-benar terpisah satu sama lain dan diharapkan tidak melakukan tindak kriminal lagi,” ujar Ahok. Kedua, dia menuturkan, yakni sanksi tidak naik kelas kepada seluruh pelajar yang terbukti telah melakukan tindakan-tindakan yang merugikan serta membahayakan keselamatan orang lain. “Sanksi ketiga, kalau kedua hukuman itu ternyata tidak berhasil mengubah perilakunya, maka siswa bermasalah tersebut dikeluarkan dari sekolahnya saat ini dan dikembalikan kepada orang tua masing-masing,” tutur Basuki. (ant/beth)
PERUNDANG-UNDANGAN
RUU Kesehatan Jiwa Akan Persulit Koruptor Pura-pura Gila
Cedera Messi Karena Salah Sendiri Berita di hal 8
Cukur Seorang jamaah haji asal madura mau bercukur. Dengan pedenya ia bilang ke tukang cukur “tahallul tahallul”. Saat sedang dicukur tiba tiba ia bilang “op op op”, mungkin cukurannya dirasa ga cocok. Namun tukang cukurnya tetap terus mencukur. Bingung mau ngomong apa, jamaah haji ini bilang sekenanya “shadaqallahul adzim”. Eh, tka tukang cukurnya malah tertawa terbahakbahak. Terus dia bilang “Madure dimma kakeh?” Cak Munali
JAKARTA-Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) terus menggodok Rancangan Undang-Undang (RUU) Kesehatan Jiwa. RUU ini sangat penting karena mempersulit koruptor yang berpurapura mengalami gangguan jiwa saat menjadi tersangka atau terdakwa kasus korupsi. Selain itu, RUU ini akan dipakai untuk menentukan apakah seseorang itu memang mengalami gangguan jiwa atau tidak. “RUU ini sangat penting, karena nantinya akan dipakai untuk menentukan apakah seseorang itu memang mengalami gangguan jiwa atau tidak,” ujar Ketua Panitia Kerja RUU Kesehatan Jiwa Nova Riyanti Yusuf di Jakarta, Selasa (19/11). RUU ini kata dia akan membuat
seorang koruptor yang disebut mengalami gangguan akan diuji apakah benar sakit jiawa atau tidak. Karena ada sekitar 500 pertanyaan kepada orang yang berpura-pura mengalami gangguan jiwa. “Dari situ akan diket-
ahui apakah benar mengalami gangguan jiwa atau tidak? Proses ini tak bisa dimanipulasi bila ada tersangka korupsi yang berpura-pura gila,” ujar Wakil Ketua Komisi IX DPR ini. Menurut dia, RUU ini sangat
dibutuhkan masyarakat. Sebab selama ini, pelayanan kesehatan tidak berpihak kepada keluarga yang anggota keluarga mengalami gangguang jiwa. Hal ini mengakibatkan banyak pihak kesulitan mengobati anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa. Data yang dihimpun Rumah Sakit Jiwa se-Indonesia menunjukkan fakta memprihatinkan, 30.000 penderita akhirnya dipasung oleh keluarganya. Hasil temuan Komisi IX DPR RI saat kunjungan spesifik membebaskan kasus pasung di NTB, ternyata masalahnya tidak berhenti pada pelanggaran HAM itu sendiri. Pelanggaran itu terjadi karena ketidaksiapan sistem pelayanan kesehatan jiwa di Indonesia. “Ini menjadi tanggungjawab DPR dan pemerintah. Bagaimana membangun kesehatan yang berpihak kepada pembangunan kesehatan jiwa di Indonesia,” jelas dia. (gam/abd)