1
KAMIS 19 DESEMBER 2013 NO. 0264 | TAHUN II Koran Madura
KAMIS
19 DESEMBER 2013
PENGAMANAN PEMILU
Polri Minta Dana Rp 3,5 T JAKARTA- Polri mengajukan permohonan anggaran pengamanan pemilihan umum 9 April dan pemilihan presiden 9 Juli 2014 kepada DPR sebesar Rp 3.597.350 juta atau Rp 3,5 triliun. Jumlah tersebut hampir dua kali lipat jika dibanding anggaran pengamanan Pemilu 2009. Kepala Biro Penerangan Masyarakat Markas Besar Polri Brigadir Jenderal Boy Rafli Amar mengatakan jumlah ini sudah direncanakan Polri untuk pengamanan pilpres hingga dua putaran. Sebelumnya, beberapa anggota komisi II DPR menganggap anggaran pengamanan terlalu besar.
Dari rekapitulasi anggaran pengamanan pileg saja terkait pengerahan kekuatan jumlahnya di seluruh Indonesia, Polda dan Polres Rp 1.286.692 juta (Rp 1,28 triliun)
Boy Rafli Amar
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Mabes Polri
Bahkan, Komisi II akan menggelar rapat bersama dengan Polri untuk meminta penjelasan secara terperinci mengenai komponen anggaran. Menurut Boy, jika pelaksanaan pilpres hanya satu putaran maka kelebihan anggaran akan dikembalikan ke kas negara. Namun, apabila dua putaran anggaran tersebut dapat dicairkan sesuai tahapan yang ditetapkan Komisi Pemilihan Umum. “Anggaran pengamanan kami siapkan untuk pilpres
dua putaran,” kata Boy di Mabes Polri, Rabu (18/12). Boy merincikan, anggaran Rp 3,5 triliun itu akan digunakan untuk pengamanan pileg mulai kampanye, masa tenang hari pemungutan suara. Kemudian, pada saat penghitungan, penetapan hasil pemilu, penetapan jumlah kursi dan calon terpilih serta pengucapan sumpah janji. “Dari rekapitulasi anggaran pengamanan pileg saja terkait pengerahan kekuatan jumlahnya di seluruh Indonesia, Polda dan Polres Rp 1.286.692 juta (Rp 1,28 triliun),” ujar Boy. Tahapan pilpres anggarannya digunakan mulai dari pengamanan tahapan pendaftaran calon presiden dan wakil presiden, penetapan pasangan capres dan cawapres. Kemudian, masa kampanye, masa tenang dan pemungutan suara, penghitungan dan penetapan suara terpilih putaran pertama. “Total rekapitulasi biaya pengamanan pemilihan presiden Rp 1.146 miliar (1,14 triliun),” ujarnya. Dia mengatakan, penyiapan bahan bakar minyak kendaraan operasional Polda sampai Polsek di seluruh Indonesia butuh Rp 597,98 miliar. Dan, dukungan BBM untuk satuan kerja Mabes Polri termasuk Bawah Kendali Operasi jika harus mengirim Anggota Brimob atau fungsi lain ke daerah-daerah disesuaikan dengan kebutuhan nantinya, mencapai Rp 75,099 miliar. (gam/abd/adji)
ant/andika wahyu
PRESIDEN TANGGAPI PERPPU MK. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (kiri) didampingi Wapres Boediono (keempat kanan), Menko Polhukam Djoko Suyanto (ketiga kanan), Menko Perekonomian Hatta Rajasa (kedua kanan), dan Mensesneg Sudi Silalahi (kanan) memberikan keterangan pers seusai menghadiri acara Puncak Peringatan ke-85 Hari Ibu di Gedung Sasana Kriya, Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta Timur, Rabu (18/12). Presiden membantah rumor yang menghubung-hubungkan Peraturan Pemerintah Pengganti UU (Perppu) MK dengan UU Pilpres yang tengah diuji materi di MK karena dinilai merupakan hal yang sama sekali tidak berkaitan. Berita di halaman 2
KPK Terus Memburu “Harta Karun” Atut JAKARTA-Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) memastikan melacak aset Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah. Termasuk aset-aset orang nomor wahid di Banten itu yang ditengarai berasal dari tindak pidana korupsi.
Rah
m
Pela ad D tih T imn arma as I ndo wan nes ia
Langkah tersebut memang sudah menjadi kebiasaan KPK setelah menetapkan seorang menjadi tersangka, termasuk menetapkan politisi Golkar tersebut sebagai tersangka kasus dugaan suap pengurusan sengketa Pilkada Lebak, Banten. Dalam melakukan penelusuran aset Ratu Atut, KPK juga menelusuri transaksi mencurigakan dari aset miliki Atut yang ditenggarai hasil korupsi. Penelusuran transaksi mencurigakan tersebut dilakukan KPK dengan menggandeng Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK). “Ya akan dilakukan. Iya (otomatis setelah ditetapkan menjadi tersangka),” kata Juru Bicara KPK, Johan Budi SP, Rabu (18/12). Gubernur Banten, Ratu Atut
Chosiyah, resmi ditetapkan sebagai tersangka kasus penanganan sengketa Pemilihan Kepala Daerah di Mahkamah Konstitusi semasa dipimpin Akil Mochtar.
Atut dinilai berandil dalam pemberian Rp 1 miliar bersama-sama adiknya Tubagus Chairi Wardan kepada Akil Mochtar terkait sengketa Pilkada Lebak, Banten. Penyuapan diduga berkaitan dengan gugatan hasil Pilkada Lebak yang diajukan calon bupati Partai Golkar, yakni Amir Hamzah dan Kasmin bin Saelan.
KPK sejauh ini belum menyimpulkan Ratu Atut melakukan tindak pidana pencucian uang (TPPU). Ketua KPK, Abraham Samad sebelumnya memastikan jika pihaknya tak akan berhenti mendalami dugaan suap terkait penanganan sengketa Pilkada di Mahkamah Konstitusi (MK). Sekali pun, KPK telah menjerat Gubernur Banten, Ratu Atut Chosiyah dalam kasus dugaan suap pengurusan sengketa Pilkada Lebak, Banten. Sementara itu, pengamat politik Gun Gun Heryanto menyakini dinasti politik keluarga Ratu Atut Chosiyah tak lama lagi bakal ambruk. Kasus Atut juga bakal melemahkan suara Partai Golkar di Banten. Gun Gun yakin, Atut tak bermain sendiri. Korupsi di dunia politik, menurut dia, cenderung dilakukan secara berjamaah. “Akan ada tersangka lain di lingkaran Atut,” ujar Gun Gun. Gun Gun menilai, kasus Atut juga bakal berdampak negatif buat Golkar. Bisa jadi pula kasus ini menyeret kader partai lain, karena mereka berada dalam lingkaran pertemenan, kolega, dan rekan bisnis Atut. (gam/abd)
PENJUALAN MANUSIA
Polisi Bekuk Sindikat Trafficking JAKARTA-Badan Reserse Kriminal Mabes Polri kembali berhasil membekuk seorang perempuan yang sering memperdagangkan wanita (human trafficking) di Nusa Tenggara Barat, Selasa (17/12). Perempuan bernama Vita ini diduga merupakan jaringan sindikat penjualan manusia illegal ke luar negeri. “Vita saat ini tengah dibawa penyidik ke Jakarta untuk dimintai keterangan,” kata Kasubdit Human Trafficking Tindak Pidana Umum Bareskrim Polri Kombes Pol Agung Yudha di Bareskrim Polri, Jakarta, Rabu (18/12). Menurut dia, praktek perdagangan manusia ini terungkap berdasarkan laporan yang diberikan Konsulat Jenderal RI di Penang, Malaysia kepada Polri. Polri mendapat laporan jika seorang anak di bawah umur bernama Romana de Yesus (14) telah menjadi korban perdagangan manusia ilegal. “Setelah menerima surat, Kapolri kemudian meminta agar surat tersebut ditindaklanjuti,” ujar Agung. Vita diketahui bertindak sebagai sponsor yang bertugas untuk mencari orang yang dapat disalurkan sebagai tenaga kerja di luar negeri. Vita bertugas untuk mencari korbannya ke daerah-daerah pelosok yang memiliki penduduk miskin dan berpendidikan rendah. (gam/abd)
SKANDAL KORUPSI HAMBALANG
Yulianis Kecewa Disebut Aneh oleh Ketua KPK
Indonesia Harus Berman Lepas Berita di hal 8
Menikah Matrawi yang sudah hampir 30 tahun merasa gelisah, sebab ia tak kunjung bertemu jodohnya. Suatu saat ia mendatangi khadijah dan meminta untuk bersedia menikah dengannya. Matrawi : Khadijah, sudilah kiranya kau menikah denganku. Aku pasti selalu menyayangimu. Khadijah : Nggak Mas, Aku masih mau sekolah. Matrawi : Oh, gak papa, nanti sepulang dari sekolah ya. Aku tunggu Khadijah : #*8#$*=# Cak Munali
JAKARTA- Mantan Wakil Direktur Keuangan Grup Permai Yulianis menyatakan kekecewaannya kepada Ketua KPK Abraham Samad yang menyebutnya aneh dalam acara Refleksi Akhir Tahun Pekan Politik Kebangsaan di kantor International Confrence of Islamic Scholars (ICIS), Jakarta, Kamis (12/12). Menurut Samad, bekas anak buah mantan Bendahara Partai Demokrat Muhammad Nazaruddin itu tidak pernah menyebut nama Edhie Baskoro Yudhoyono atau yang akrab dipanggil Ibas selama pemeriksaan di KPK sehingga KPK tidak pernah memanggil putra bungsu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono itu. Akan tetapi, Yulianis mengungkapkan kepada wartawan dan di persidangan bahwa Ibas mendapatkan uang sebesar 200.000 dolar AS dari
perusahaan milik Nazaruddin itu saat persidangan “Itu membuat saya kecewalah karena kan saya sudah tiga tahun memberikan kesaksian tanpa dibayar. Kalau Pak Samad bilang saya aneh, jadi tiga tahun kes-
aksian saya itu menjadi seperti apa?” kata Yulianis saat menyambangi Gedung KPK, Jakarta, Rabu. Yulianis mengatakan bahwa kedatangannya ke Gedung KPK untuk menyerahkan surat pernyataan keke-
cewaanya kepada Samad. Yulianis yang mengenakan jilbab bercadar berwarna hijau meminta agar Samad memeriksa catatan kesaksiannya dalam berita acara pemeriksaan. Setelah itu, mengklarifikasi pernyataan Samad ke media. “Karena menyangkut masalah integritas Bapak sebagai pimpinan KPK dan saya juga tidak akan tinggal diam membela integitas saya sebagai manusia,” ujar seraya menunjukkan suratnya kepada wartawan. “Kalau menurut Pak Samad saya belum pernah dipanggil untuk hambalang, nih saya ada buktinya,” tambah Yulianis yang membawa kumpulan surat-surat panggilan pemeriksaan untuk berbagai kasus dari KPK. Namun, meskipun dia mengaku telah kecewa terhadap Samad, Yulianus menyatakan tetap bersedia memberikan kesaksian kepada KPK apabila dibutuhkan karena persoalannya ini murni urusan pribadi dengan Samad. (ant/mon)